• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus

dengue(13). Nyamuk demam berdarah dapat mengigit semua golongan umur dan menimbulkan manifestasi klinis berupa demam, sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan sel darah putih dan ruam-ruam. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan syok hipovolemik akibat kebocoran plasma, keadaan ini disebut dengueshock syndrome (DSS)(14).

2.1.2. Epidemiologi

Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pertama kali di laporkan terjadi di Surabaya pada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Tahun 2006, jumlah kasus demam berdarah di Indonesia sebersar 57% dari total kasus di Asian Tenggara, diikuti oleh Thailand 23%, Srilangka, Myanmar, dan India masing-masing 6%(15). Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 WHO (World Health Organization) mencatat Indonesia merupakan negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara dan sejak saat itu, penyakit demam berdarah terus menyebar ke seluruh wilayah Indonesia(16).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, hampir seluruh wilayah Indonesia berpotensi memiliki resiko terjangkit penyakit demam berdarah kecuali daerah dengan ketinggian >1000m

(2)

diatas permukaan laut(15). Tercatat pada tahun 1968 dari 2 provinsi dan 2 kota yang terkena penyakit demam berdarah meningkat menjadi 32 provinsi dan 382 kabupaten/kota pada tahun 2009. Penyebaran penyakit demam berdaraherat hubungannya dengan beberapa faktor yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif dan peningkatan sarana transportasi.

Distribusi kasus demam berdarah berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008 yaitu persentase penderita laki-laki berjumlah 10.463 orang (53,78%) dan perempuan berjumlah 8.991 orang (46,23%). Dari data tersebut untuk laki-laki dan perempuan memiliki faktor resiko terkena demam berdarah hampir sama, tidak tergantung pada jenis kelamin(16).

(3)

2.1.3. Etiologi

Penyebab penyakit demam berdarah adalah virus dengue, sampai saat ini di kenal ada 4 serotype virus yaitu :

1) Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin 2) Dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin 3) Dengue 3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather 4) Dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh Sather.

Virus tersebut termasuk dalam kelompok B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Serotype virus dengue yang dominan menyebabkan kasus di Indonesia adalah serotype(17).

2.1.4. Vektor

Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegeoty dan nyamuk Aedes albopictusyang hampir tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kedua spesies nyamuk tersebut termasuk ke dalam Genus Aedes dari family Culicidae. Secara morfologis keduanya sangat mirip, namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian skutum nyamuk. Pada skutum Aedes Aegypty

berwarna hitam dengan dua strip berwarna putih sejajar sementara pada Aedes albopictus skutum juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal(18).

Nyamuk pembawa virus dengue yang paling utama adalah jenis Aedes aegipty, sementara jenis Aedes albopictus relative jarang(18). Penularan penyakit demam berdarah dari satu orang ke orang lain melalui perantara gigitan nyamuk, penularan tidak akan terjadi jika tidak ada gigitan nyamuk. Biasanya nyamuk Aedes Aegypti

(4)

beraktivitas pada siang hari, aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 09.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00)(19).

2.1.5. Morfologi dan Siklus Hidup

Perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus mengalami metamorfosa lengkap (helometabola) yakni dari telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Melihat metamorfosa pada umumnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dari telur sampai menjadi larva dalam kurung waktu selama 2 hari, dari larva menjadi pupa membutuhkan waktu 6–8 hari dan sampai menjadi nyamuk dewasa selama 2 hari(20).

Telur nyamuk berwarna hitam, ukuran ± 0,8 mm. Selama masa bertelur, nyamuk betina mampu meletakkan 100-400 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan dibagian permukaan air. Setiap kali nyamuk betina bertelur, mengeluarkan telur ±100 butir yang akan menetas menjadi jentik atau larva dalam waktu kurung 2 hari setelah terendam air. Telur yang menetes akan menjadi larva yang disebut larva instar 1, dalam waktu 2 hari setelah itu larva akan mengalami 3 kali pergantian kulit berturut-turut menjadi larva instar II, III dan larva instar IV. Stadium larva tersebut biasanya berlangsung selama 6-8 hari(20).

Larva tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan akan mengalami 4 kali pergantian kulit. Larva instar 1 tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada

(thorax) belum begitu jelas dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II berukuran 2, 5-3, 9 mm, duri belum jelas dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatomi sudah jelas dengan ukuran 5 mm, tubuh dapat dibagi menjadi kepala dan perut(20).

(5)

Tahap setelah jentik atau larva adalah pupa. Pupa merupakan stadium akhir dari metamorfosa nyamuk sebelum akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Fase pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Bentuk tubuh pupa bengkok dan kepalanya besar. seperti koma, gerakan lambat, sering berada di permukaan air(20).

2.1.6. Patogenesis dan Patofisiologi

Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang organ seperti sel kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Setelah genom virus masuk ke dalam sel maka dengan bantuan organel-organel sel genom virus akan memulai membentuk komponen-komponen struktur yang kemudian berkembang biak di dalam sitoplasma sel maka virus akan dilepaskan dari sel. Infeksi oleh serotype virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotype tersebut, tetapi tidak ada cross protektif terhadap serotype virus yang lain(18).

Nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue akan tetap menjadi penukar infektif sepanjang hidup dan akan menularkan virus

dengue dengan mengigit dan menghisap darah. Virus dengue yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi darah dan akan

(6)

ditangkap oleh makrofag (Antigen Presenting Cell). Viremia akan terjadi sejak 2 hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam(18).

Antigen yang menempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lain untuk menangkap lebih banyak virus. Sel T-Helper akan mengaktifasi sel T Sitotoksik yang akan melisis makrofag. Telah dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibody netralisasi, antibody hemagglutinasi, antibody fiksasi komplemen. Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan gejala lainnya. Juga bisa terjadi aggregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia ringan(18).

Demam tinggi (hipertermia) merupakan manifestasi klinis yang utama pada penderita infeksi virus dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul. Sel yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor panas yang dimunculkan adalah jenis-jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF-α, IL-1, IL-6, dan sitokon yang meredam panas adalah TGF-β, dan IL-10(18).

2.1.7. Mekanisme penularan Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk

Aedes aegypti. Nyamuk Aedes mendapat virus dengue sewaktu mengigit atau mengisap darah orang yang sakit demam berdarah atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demamber darah(19).

Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut

(7)

terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Kemudian virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya, kira-kira 8-10 hari setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus tersebut akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain(19).

2.1.8. Manifestasi Klinis

Gejala klinis umumnya pada penderita demam berdarah yaitu mual, muntah, ruam, nyeri otot, nyeri perut, pendarahan mukosa dan pembesaran hati, sementara pada kasus berat terjadi kebocoran plasma berat yang dapat menyebabkan DSS (dieases syndrome syok), akumulasi cairan dengan distress pernafasan, gangguan kesadaran dan gangguan jantung(16).

Gambaran klinis demam berdarah dibagi menjadi 3 fase yaitu, antara lain:

1) Fase febris terjadi ketika pasien mengalami demam tinggi selama 2 hingga 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Beberapa kasus pada fase tersebut ditemukan nyeri tenggorok, injeksi faring dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah, serta dapat pula ditemukan manifestasi perdarahan yang ringan seperti perdarahan mukosa, dan perdarahan gastrointestinal walaupun jarang sekali

(8)

ditemukan. Pembesaran hepar dapat ditemukan beberapa hari setelah demam terjadi(16).

2) Fase kritis yang terjadi pada hari 3–7 ditandai dengan penurunan suhu tubuh menjadi 37,5–80C disertai kenaikan permeabilitas kapiler, peningkatan hematokrit dan timbulnya kebocoran plasma (plasma leakage). Kebocoran plasma sering didahului oleh terjadinya leukopeni progresif dan penurunan jumlah trombosit. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura dan asites dapat dideteksi pada fase ini. Pada fase kritis ini, pasien dapat mengalami DSS(16).

3) Fase pemulihan akan terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48–72 jam setelahnya. Proses tersebut membuat keadaan umum penderita semakin membaik, ditandai dengan nafsu makan yang pulih kembali, hemodinamik stabil dan diuresis membaik. Pada fase ini peningkatan jumlah leukosit terjadi lebih dahulu dibandingkan dengan peningkatan jumlah trombosit(16).

2.1.9. Tatalaksana Demam Beradarah Dengue

Pengobatan penderita demam berdarah bersifat simptomatik dan suportif yaitu dengan cara penggantian cairan tubuh, penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter–2 liter dalam 24 jam (air gula dan susu) dan gastroenteritis oral solution/Kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), jika perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravena perlu diberikan bersifat simptomatis yaitu, untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres dikepala, antipiretik dan antibiotik jika ada infeksi(17).

(9)

Mengingat obat dan vaksin pencegahan penyakit demam berdarah hingga saat ini belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dititik beratkan pada pencegahan dan pemberantasan nyamuk penular (Aedes Aegypti). Dalam pencegahan yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularnya ditempat perindukan dengan melakukan kegiatan 3M yaitu menguras tempat–tempat penampungan air secara teratur sekurang– kurangnya seminggu sekali, menutup rapat–rapat tempat penampungan air dan mengubur atau menyingkirkan barang–barang bekas yang dapat menampung air hujan(21).

Pencegahan penyakit demam berdarah sangat tergantung pada pengendalian vektor yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu :

1) Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat ,membersihkan pekarangan rumah, menutup lubang–lubang yang dapat menampung air, membersihkan air yang tergenang diatap rumah serta membersihkan saluran air jika tersumbat oleh sampah–sampah dan modifikasi tempat perkembangan nyamuk seperti : mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali(22).

2) Biologis

Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik/larva nyamuk seperti ikan adu dan ikan cupang.

3) Kimiawi

Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara pengasapan/fogging (menggunakan malathion dan fenthion),

(10)

berguna untu mengurangi kemungkinan penularan sampai batas tertentu, serta memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat penampungan air seperti gentong, vas bunga, kolam dan lain– lain(17).

Upaya penanggulangan penyakit demam berdarah dapat dilakukan melalui kegiatan penemuan, pelaporan dan pertolongan serta tindakan untuk membatasi penularan penyakit demam berdarah dengan cara, antara lain :

1) Keluarga yang anggota keluarga menunjukkan gejala penyakit demam berdarah diberikan pertolongan pertama dengan memberi minum yang banyak, kompres dingin, dan memberikan obat penurun panas serta dianjurkan segera periksa ke dokter atau intitusi pelayanan kesehatan. 2) Dokter atau petugas pelayan kesehatan membarikan pertolongan

kepada penderita dan wajib segera melaporkan kepada dinas kesehatan/puskesmas.

3) Masyarakat yang mengetahui adanya penderita demam berdarah wajib melaporkan kepada puskesmas terdekat.

4) Puskesmas yang menerima laporan, wajib melakukan penyelidikan untuk mencari atau pemeriksaan jentik nyamuk.

5) Pemantauan jentik berkala (PJB) dilakukan setiap 3 bulan dirumah dan tempat–tempat umum. Hasil pemeriksaan tersebut dilaporkan pada dinas kesehatan agar segera dilakukan evaluasi(21).

2.2. Indikator Keberhasilan Pencegahan Demam Berdarah Dengue 2.2.1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Keberhasilan pencegahan demam berdarah adalah pengawasan yang ketat untuk pelaporan dini hasil pemantauan kepadatan vektor sehingga pengambilan tindakan tidak terlambat saat menerima kasus dari lokasi wabah. Keberadaan jumantik memiliki peran vital dalam

(11)

pemverantasan demam berdarah karena bertugas memantau populasi nyamuk penular demam berdarah dan jentik(23).

Pemeriksaan jentik dilakukan berkala oleh jumantik yang bertugas dengan melakukan kunjungan ke rumah setiap 3 bulan sekali. Hasil yang didapatjumatik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio antara jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik dengan jumlah rumah/bangunan yang diperiksa dikali 100%. ABJ merupakan indicator penyebaran nyamuk Aedes Aegypti, ABJ yang diharapkan secara nasional mencapai lebih daari atau sama dengan 95%. ABJ sesungguhnya bukan jaminan akan adanya penurunan jumlah kasus karena bisa saja daerah yang berpotensi sarang nyamuk tersembunyi atau tidak terpantau seperti kaleng bekas dijalan, rumah kosong dan sebagainya. Oleh karena itu, pada saat survei jentik memerlukan ketelitian jumantik dalam memeriksa tempet–tempat perkembangan nyamuk(23).

2.2.2. Pengamatan Vektor

Pengamatan vektor dilakukan terhadap nyamuk Ae. Aegypti

terutama penyebaran, kepadatan, habitat, dan dugaan terjadinya resiko penularan. Dalam kegiatan tersebut dapat diketahui nilai tingkat keberadaaan Ae. aegypti yang kita kenal dengan menggunakan rumus :

( ) ( ) ( )

(12)

Suatu daerah dinyatakan bepotensi memiliki risiko penularan DBD yang tinggi apabila container index > 5%, house index > 10%, dan breteauindex > 50. BI merupakan prediktor KLB (Kejadian Luar Biasa), apabila BI ≥ 50% maka daerah tersebut berpotensi untuk mengalami KLB(23)(24)(25).

2.3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencegahan DBD 2.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia terhadap suatu hal. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan dengan panca indera terhadap objek tertentu, dan pengetahuan hanya akan terwujud apabila manusia tersebut adalah bagian dari objek itu sendiri(26). Terbentuknya perilaku pada seseorang dimulai dari seseorang tahu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada seseorang tersebut. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang terhadap lingkungan termasuk pencegahan demam berdarah lingkungan sekitar. Seseorang akan akan melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) apabila tahu tujuan dan manfaat bagi kesehatan dan keluarga, serta bahaya–bahaya bila tidak melakukan PSN tersebut. Indikator– indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dikelompokkan sebagai berikut : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

1. Penyebab penyakit

2. Gejala atau tanda penyakit 3. Cara pengobatan

(13)

b. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan 1. Manfaat air bersih

2. Cara pembuangan limbah atau sampah

3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat.

2.3.2. Sikap

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak untuk merespon suatu stimulus atau objek, baik terhadap rangsangan yang positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang dalam berperilaku(28). Sikap sesorang dalam kesehatan sejalan dengan pengetahuan kesehatan, sikap kesehatan dibagi sebagai berikut :

c. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tandan–tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan, cara pencegahan penyakit dan sebangainya.

d. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Cara memelihara atau menjaga lingukungan dan cara berperilaku hidup sehat termasuk penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasai (istirahat) dan sebagainya bagi kesehatan.

2.3.3. Praktik atau Tindakan

Tindakan adalah suatu sikap yang telah terwujud dalam sebuah perbuatan nyata terhadap suatu stimulus atau objek(21). Praktik atau tindakan masyarakat dalam bidang kesehatan tercermin dalam bentuk partisipasi, yaitu keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan dalam masyarakat tersebut yang berhubungan dengan kesehatan(29). Dalam pencegahan sarang

(14)

nyamuk diperlukan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan dengan cara melakukan program 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Minimal melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali.

2.4. Peran Farmasi dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Sebagai tenaga kesehatan, seorang farmasis hendaknya ikut berperan dalam mambantu upaya pemerintah untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Profesi farmasi khususnya harus berperan aktif dalam penanganan dan pemberantasan penyakit-penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka penjang, memiliki prevalensi yang tinggi dan juga membahayakan jiwa masyarakat. Peran profesi farmasi sangat penting dalam kesehatan masyarakat termasuk dalam pemberantasan sarang nyamuk, mengingat angka kejadian yang meningkat setiap tahunnya dan menjadi masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia, sehingga untuk menurunkan angka kejadian tersebut dibutuhkan peran dan pelayanan tenaga kesehatan.

Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Dalam arti lain, kesehatan masyarakat merupakan teori (ilmu) dan praktik yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpangjang usia hidup dan meningkatakan kesehatan hidup. Kesehatan tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial tetapi diukur dari produktivitas, dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal dalam PSN perlu diselenggarakan upaya promosi kesehatan mengenai bahaya demam berdarah, sebagai berikut :

a. Pemberian penyuluhan kepada masyarakat pengetahuan cara pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue.

(15)

b. Memberikan penyuluhan cara pertolongan pertama apabila ada anggota keluarga atau masyarakat yang terkena virus dengue.

c. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk perubahan pola hidup yang harus dijalani untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue.

Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok dan penyuluhan tidak langsung dapat dilakukukan melalui penyampain pesan-pesan penting dalam bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan gambar di dalam media cetak atau elektronik.

(16)

2.5. Hipotesis Penelitian

1) Ada hubungan antara pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan umur terhadap tindakan dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Gamping.

2) Ada hubungan antara pengetahuan, sikap, tindakan, kontinuitas terhadap keberadaan jentik di Kecamatan Gamping.

(17)

2.6. Kerangka Konsep

Keterangan:

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Perilaku: - Pengetahuan - Sikap - Tindakan - Kontinuitas Variabel Independen Variabel Dependen Sosiodemografi: - Jenis kelamin - Pekerjaan - Pendapatan - Pendidikan - Umur Keberadaan Jentik

Gambar

Gambar 2.1. Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin (16)
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Perilaku:  -  Pengetahuan -  Sikap -  Tindakan -  Kontinuitas Variabel Independen Variabel Dependen Sosiodemografi: -  Jenis kelamin -  Pekerjaan  -  Pendapatan  -  Pendidikan -  Umur  Keberadaan Jentik

Referensi

Dokumen terkait

Ada hubungan antara lama kerja dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal. ban di daerah

[r]

Kemudian dari hasil uji swelling menunjukkan bahwa derajat pengembangan poloakrilamida yang dicuci menggunakan air lebih besar dibandingkan dengan poliakrilamida yang

Penelitian yang dilakukan oleh Ivana Lie dan Arja Sadjiarto (2013) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Perilaku Wajib Pajak Untuk Menggunakan

Kinerja campuran HRS-WC iller abu am pas tebu berdasarkan pengujian dengan alat Marshall yaitu, (1)KAO campuran sebesar 7,25%; (2) stabilitas campuran meningkat dan

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: penggunaan metode mind map dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang akan diselesaikan yaitu membuat sebuah model penilaian indeks kinerja dosen dengan menggunakan metode FMADM (fuzzy

(2) Seksi Kerja Sama dan Jaringan Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerja sama dan kemitraan, diseminasi, publikasi, advokasi, dan pengelolaan jaringan