• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (Nurrohman, 2013). Menurut teori sinyal, informasi yang dikeluarkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (Nurrohman, 2013). Menurut teori sinyal, informasi yang dikeluarkan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Salah satu hal penting bagi investor adalah informasi. Informasi tersebut menyajikan data-data berupa keterangan, catatan atau gambaran masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang yang akan berguna untuk memprediksi kondisi perusahaan (Nurrohman, 2013). Menurut teori sinyal, informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan sangatlah penting bagi investor yang akan berinvestasi di perusahaan tersebut. Brigham dan Houston (2010:36) menyatakan bahwa teori sinyal merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan, seperti memberikan informasi laporan keuangan pada investor.

Menurut Wati (2014), teori sinyal juga menjelaskan bahwa informasi yang diberikan perusahaan dapat menjadi sinyal positif maupun negatif yang akan berpengaruh pada fluktuasi harga saham dan volume perdagangannya. Informasi tersebut diberikan oleh perusahaan dikarenakan adanya suatu asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan investor. Asimetri informasi merupakan keadaan dimana perusahaan lebih mengetahui berbagai informasi tentang kondisi internal perusahaan dibandingkan dengan informasi yang didapatkan oleh investor. Sinyal yang diberikan seharusnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan tersebut. Sinyal tersebut dapat disampaikan melalui

(2)

14

pengungkapan informasi akuntansi, seperti laporan keuangan, laporan dari manajemen mengenai usaha yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan investor, serta informasi promosi dan informasi lainnya yang dapat menggambarkan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainnya (Susilowati dan Turyanto, 2011).

2.1.2 Harga Saham

Salah satu jenis efek yang sering diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saat ini, banyak emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek yang menyebabkan maraknya perdagangan saham dan investor semakin tertarik untuk berinvestasi di bursa efek (Kencana, 2009). Menurut Riyanto (2011:240), saham merupakan suatu tanda bukti bahwa seseorang telah ikut serta menjadi pemilik dari suatu perusahaan. Terdapat tiga jenis harga saham, yaitu: 1) harga nominal adalah harga yang tertera pada sertifikat saham, 2) harga perdana adalah harga saham yang pertama kali dicatat di bursa efek, dan 3) harga pasar adalah harga jual saham yang ditentukan dari permintaan dan penawaran investor (Anoraga dan Prakarti, 2006:130).

Nilai pasar dari saham merupakan harga pasar dari saham itu sendiri (Stella, 2009). Nilai pasar saham memperhitungkan nilai perusahaan sebagai entitas yang terus beroperasi sehingga harga pasar mencerminkan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa depan (Bodie et al., 2009:219). Kekuatan permintaan dan penawaran di pasar modal biasanya mempengaruhi fluktuasi harga saham. Fluktuasi harga saham tersebut menggambarkan seberapa besar keinginan investor terhadap saham dari suatu perusahaan. Oleh karena itu, harga

(3)

15

saham akan terus berubah-ubah mengikuti minat para investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Harga saham suatu perusahaan akan semakin meningkat apabila jumlah investor yang ingin membeli atau menyimpan saham semakin banyak. Sebaliknya, semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepas saham, maka harga saham dari perusahaan tersebut akan semakin menurun (Rouf, 2010). Selain itu, kekuatan pasar juga mempengaruhi naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di pasar modal. Jika pasar menilai perusahaan penerbit saham dalam kondisi yang baik, maka biasanya harga saham perusahaan tersebut cenderung akan naik. Demikian pula sebaliknya, jika kondisi perusahaan tersebut dinilai rendah, maka harga sahamnya pun bisa dinilai rendah.

Pada prinsipsnya, jika prestasi suatu perusahaan semakin baik, maka permintaan saham di perusahaan tersebut akan meningkat yang akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut meningkat, begitu pula sebaliknya. Selain itu, jika laba yang diharapkan semakin tinggi dan risiko yang diakui semakin rendah, maka harga saham akan meningkat (Brigham dan Houston, 2010:10). Pergerakan harga saham yang terjadi di pasar modal merupakan hal yang sangat menarik bagi investor untuk melakukan analisis karena pergerakan saham yang dinilai wajar akan menumbuhkan kepercayaan para investor dalam melakukan investasi terhadap suatu perusahaan (Achiriyantiningsih, 2013).

(4)

16 2.1.3 Earning Per Share (EPS)

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:195), earning per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai earning per share, semakin besar laba yang tersedia untuk pemegang saham. Menurut Neiderhoffer dan Regan (dalam Fabozzi, 1999:233), dibenarkan bahwa harga saham sangat bergantung pada perubahan pendapatan yang dapat dilihat dari earning per share.

Menurut Tandelilin (2010:373), earning per share adalah laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Berdasarkan definisi tersebut, earning per share merupakan jumlah keuntungan dari setiap lembar saham yang dihasilkan oleh perusahaan. Earning per share tersebut juga dapat berfungsi sebagai pemberi informasi bagi calon pemegang saham untuk menjadi bahan pertimbangan dalam keputusannya menanamkan modal. Salah satu daya tarik investor adalah tingginya earning per share. Semakin tinggi earning per share, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya. Menurut Fabozzi (1999:369), dua penentu dasar dari earning per share adalah pengembalian atas ekuitas pemegang saham (laba saham biasa dibagi dengan ekuitas pemegang saham) dan nilai buku per lembar saham atau book value per share (ekuitas pemegang saham dibagi dengan jumlah saham beredar).

Earning per share dari suatu perusahaan dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham

(5)

17

biasa yang beredar. Laba bersih perusahaan setelah pajak dan jumlah lembar saham yang beredar mempengaruhi besar kecilnya earning per share. Rasio earning per share merupakan indikator yang berpengaruh terhadap harga saham karena investor percaya bahwa harga suatu saham akan tergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan earning untuk tiap lembar sahamnya (Mahendra, 2014). Selain itu, menurut Husnan (2009:309), harga saham juga akan meningkat apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat.

2.1.4 Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio merupakan perbandingan atau rasio antara harga saham terhadap laba bersih untuk setiap lembar saham yang beredar. Price earning ratio sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham karena pada dasarnya, price earning ratio memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu (Halim, 2005:27). Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. Menurut Kencana (2009), tingkat kapitalisasi pasar sering diukur menggunakan price earning ratio dimana rasio tersebut menghubungkan nilai pasar saham perusahaan terhadap nilai bukunya. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang dapat diprediksi dengan menggunakan price earning ratio. Price earning ratio akan lebih tinggi bagi perusahaan dengan prospek pertumbuhan yang bagus (Brigham dan Houston, 2010:150).

(6)

18

Price earning ratio dapat menjadi pertimbangan para investor dalam menentukan keputusan pembelian saham. Menurut Bodie et al. (2009:243), price earning ratio menunjukkan cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan dimana seorang analis harus memutuskan apakah lebih memilih optimis atau lebih tidak optimis dibandingkan pasar. Jika lebih optimis, maka analis akan merekomendasikan untuk membeli saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio adalah rasio laba dibayarkan sebagai dividen (payout ratio), tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal, dan pertumbuhan dividen (Husnan, 2009:333).

Menurut Bodie et al. (2009:145), saham-saham dengan price earning ratio yang tinggi hampir dapat diprediksi akan memperlihatkan pertumbuhan yang cepat bahkan jika tingkat pertumbuhan harapannya tidak sama dengan rasio. Selain itu, price earning ratio juga dapat digunakan sebagai pembanding antara pertumbuhan suatu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Jika price earning ratio suatu perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan price earning ratio perusahaan lainnya dalam suatu industri yang sejenis, maka pertumbuhan perusahaan dengan price earning ratio yang lebih tinggi tersebut dinilai tinggi (Almumani, 2014). Jadi, perusahaan yang memiliki price earning ratio yang tinggi menunjukkan tingkat pertumbuhan perusahaan tersebut juga tinggi. Hal tersebut mencerminkan bahwa para investor mengharapkan pertumbuhan laba perusahaan di masa yang akan datang.

(7)

19 2.1.5 Book Value Per Share (BVS)

Para investor tentu mengharapkan keuntungan dari modal yang ditanamkan di suatu perusahaan. Menurut Syamsuddin (2009:67), para pemegang saham biasa akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham apabila aktiva perusahaan dijual setelah terlebih dahulu melunasi semua utang-utangnya. Book value per share merupakan perbandingan antara nilai buku modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar. Semakin tinggi nilai book value per share, maka tuntutan terhadap besarnya harga pasar saham tersebut juga semakin tinggi. Nilai book value per share yang tinggi akan menjamin keamanan investasi pada perusahaan (Adi dkk., 2013). Jika harga pasar saham lebih tinggi daripada nilai book value per share, maka hal ini akan mencerminkan pasar percaya bahwa perusahaan tersebut akan menghasilkan nilai tambah, baik bagi investor maupun perusahaan. Semakin besar nilai rasio book value per share, maka saham tersebut akan semakin menarik bagi investor sehingga harga saham akan semakin meningkat.

Menurut Achiriyantiningsih (2013), book value per share merupakan rasio yang membandingkan ekuitas dengan jumlah saham yang beredar. Book value per share digunakan untuk menunjukkan besarnya nilai riil suatu saham dari suatu perusahaan. Selain itu, book value per share memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:151). Nilai book value per share yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini akan menyebabkan harga saham di

(8)

20

perusahaan tersebut meningkat, sejalan dengan ketertarikan para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2013:93). Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, teori yang mendukung, dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) pada Harga Saham

Menurut Darmaji (dalam Yanti dan Suryanawa, 2013), earning per share adalah salah satu rasio pasar yang dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba untuk setiap lembar saham yang beredar. Nilai earning per share yang meningkat atau tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan peluang pendapatan yang besar untuk para investor. Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan yang tercermin dari earning per share dan jika earning per share meningkat, maka prospek perusahaan lebih baik (Samsul, 2006:167)

Seorang investor akan memperkirakan untuk membeli dan mempertahankan saham dari suatu perusahaan dengan harapan akan mendapatkan dividen. Umumnya, dasar penentu pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham yang akan datang adalah laba, yang bisa dilihat juga dari earning per share (Adi dkk., 2013). Earning per share biasanya disajikan paling bawah dalam laporan laba rugi dimana sering disebut bottom line (Husnan, 2009:328). Teori sinyal

(9)

21

memiliki anggapan bahwa suatu informasi dapat menjadi sinyal positif atau negatif. Sinyal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi pergerakan harga saham. Earning per share yang meningkat akan menjadi suatu sinyal positif bagi para investor yang akan menyebabkan harga saham ikut meningkat. Hal tersebut membuat para investor tertarik dengan nilai earning per share yang dilaporkan oleh suatu perusahaan. Earning per share yang meningkat akan menyebabkan semakin banyak investor yang menanamkan modal pada perusahaan tersebut sehingga harga saham perusahaan tersebut meningkat (Ghayoumi et al., 2011).

Menurut Haque dan Faruquee (2013), earning per share tidak berpengaruh pada harga saham pada perusahaan subsektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Dhaka. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2014) dengan judul “Pengaruh Arus Kas Operasi, Profitabilitas (ROI), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, berkesimpulan bahwa earning per share berpengaruh signifikan pada harga saham. Selain itu, Seetharaman dan Raj (2011) juga menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif pada harga saham dimana pernyataan tersebut tertulis di penelitian yang berjudul “An Empirical Study on the Impact of Earnings per Share on Stock Prices of a Listed Bank in Malaysia”. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Earning per share (EPS) berpengaruh positif pada harga saham. 2.2.2 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) pada Harga Saham

Salah satu variabel yang perlu dipertimbangkan para investor untuk menentukan saham di perusahaan mana yang akan dibeli adalah price earning

(10)

22

ratio. Price earning ratio perlu dipertimbangkan karena rasio tersebut merupakan ukuran kepercayaan investor terhadap nilai saham. Tidak terdapat standar yang pasti berapa price earning ratio yang wajar bagi suatu saham (Kencana, 2009).

Menurut Harahap (dalam Kencana, 2009), perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima tercermin dari price earning ratio. Price earning ratio umumnya digunakan sebagai proksi atas ekspektasi pertumbuhan laba dimana ekspektasi investor terhadap perusahaan dengan prospek pertumbuhan di masa mendatang akan meningkat apabila price earning ratio perusahaan tersebut tinggi (Bodie et al., 2009:245). Jadi, price earning ratio merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi investor untuk membeli saham di suatu perusahaan. Jika price earning ratio meningkat, kepercayaan para investor terhadap masa depan perusahaan juga akan meningkat. Peningkatan price earning ratio merupakan sinyal yang positif bagi para investor sehingga para investor semakin tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini akan memicu peningkatan harga saham di perusahaan tersebut.

Hasil penelitian dari Kencana (2009) dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar Terhadap Harga Saham (Suatu Studi pada Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang Terdaftar di BEI)” menunjukkan bahwa price earning ratio tidak berpengaruh signifikan pada harga saham, namun penelitian Wati dan Ratnasari (2015) dengan judul “Rasio Pasar dan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013” berkesimpulan bahwa price earning ratio berpengaruh negatif pada harga saham. Hasil yang berbeda ditunjukkan

(11)

23

penelitian Sharif et al. (2015) yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham dalam penelitiannya yang berjudul “Analysis of Factors Affecting Share Prices: The Case of Bahrain Stock Exchange”. Penelitian Malhotra dan Tandon (2013) dengan judul “Determinants of Stock Prices: Empirical Evidences from NSE 100 Companies” juga menegaskan bahwa price earning ratio berpengaruh positif pada harga saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Price earning ratio (PER) berpengaruh positif pada harga saham. 2.2.3 Pengaruh Book Value Per Share (BVS) pada Harga Saham

Setiap investor tentu berharap untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukannya. Apabila aktiva perusahaan dijual dan setelah terlebih dahulu melunasi semua utang-utangnya, para pemegang saham biasa akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham (Kusuma, 2014). Book value per share merupakan rasio nilai buku modal sendiri dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar. Jika nilai book value per share meningkat, maka tuntutan terhadap besarnya harga pasar saham tersebut juga semakin tinggi. Selain itu, nilai book value per share yang tinggi akan menjamin keamanan investasi pada perusahaan sehingga saham tersebut akan semakin menarik bagi investor dan harga saham akan semakin meningkat (Adi dkk., 2013). Oleh karena itu, book value per share yang tinggi merupakan sinyal positif yang diberikan dari perusahaan kepada para investor.

Book value per share pada dasarnya mewakili jumlah aset atau ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Mulia dan Nurdhiana (2012), secara

(12)

24

normal, book value per share suatu perusahaan akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, book value per share penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Disimpulkan bahwa book value per share berpengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009:10).

Hasil penelitian Glezakos et al. (2012) dengan judul “The Impact of Accounting Information on Stock Prices: Evidence from the Athens Stock

Exchange” menunjukkan bahwa book value per share berpengaruh positif

terhadap harga saham di Bursa Efek Athena. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik et al. (2012) dimana dinyatakan bahwa book value per share berpengaruh positif pada harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi, Pakistan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Modal kerja merupakan modal yang harus berputar dalam koperasi dan perputaran modal ini diharapkan mampu untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal karena apabila terdapat

Pada musim panas dalam bulan Mei hingga Ogos arah peniupan angin ialah dari Barat ke Timur yang dengan itu membawa kapal pedagang dari dunia Barat ke Timur, iaitu ke Alam

Tidak adanya kontaminasi salmonella dapat disebabkan karena adanya kontaminasi yang lain atau penggunaan pengawet atau bahan tambahan makanan yang menyebabkan bakteri

Simpulan dari studi kasus ini yaitu setelah dilakukan penerapan terapi relaksasi benson pada pasien hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri dan Resiko ketidak efektifan

Penyusunan analisis jabatan dan beban kerja LPJK.. kelompok jabatan

Sehingga guna mendukung kebijakan nasional dan daerah tersebut diatas dan menindaklanjuti issue strategis Dinas Kesehatan Kota depok tahun 2016 - 2021 serta beberapa target MDG´s

Pengujian hipotesis pertama menggunakan Uji Paired t-test, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah stock

Walaupun asumsi yang digunakan dalam mengestimasi nilai pakai aset yang tercermin dalam Laporan Keuangan Konsolidasian dianggap telah sesuai dan wajar, namun