• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PENINGKATAN MINAT BELAJAR FIRMAN TUHAN BAGI ANAK SEKOLAH DASAR. Abraham Tefbana, M.Pd.K.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PENINGKATAN MINAT BELAJAR FIRMAN TUHAN BAGI ANAK SEKOLAH DASAR. Abraham Tefbana, M.Pd.K."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: memuliakan tuhan dengan belajar

(2)
(3)
(4)
(5)

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PENINGKATAN MINAT BELAJAR FIRMAN TUHAN

BAGI ANAK SEKOLAH DASAR

Abraham Tefbana, M.Pd.K.

A. Landasan Teologis Pendidikan Anak

Pada tinjauan teoritis ini, penulis membahas tentang landasan teologis Pendidikan bagi anak sebagai berikut:

1. Hakikat Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen bagi Anak

Hakikat pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen bagi anak dapat dipahami arti dan makna yang terkandung di dalamnya melalui penjelasan diberikut ini:

a. Pengertian Pendidikan Agama Kristen bagi Anak

Menurut Peraturan Menteri Diknas Nomor 22 Tahun 2006 yang dikutip oleh Sariaman Sitanggang, menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati Kasih Tuhan dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.1 Pendidikan Agama Kristen harus diberlakukan secara kontinyu dan secara bertahap, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman firman Tuhan bagi umat Tuhan mulai sekolah dasar sampai usia lanjut melalui kuasa dan pertolongan Roh Kudus.

Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian Pendidikan Agama Kristen, diantaranya;

R.R Bohlke berpendapat bahwa; “Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang dilakukan gereja untuk menolong orang dari semua golongan umur yang dipercayakan Tuhan kepada pemeliharanya untuk memberi tanggapan akan penyataan Allah dalam Yesus Kristus untuk menjadi saksi dan melayani sesamanya di bawah pimpinan Roh Kudus di dalam keluarga, gereja, masyarakat, dan dunia.2 Pendidikan Agama Kristen merupakanj upaya gereja untuk mengajarkan firman Tuhan kepada orang percaya mulai dari anak-anak hingga usia lanjut merupakan tindakan menolong orang percaya dalam memelihara iman kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus melalui tuntunan Roh Kudus. Pengajaran firman Tuhan kepada anak-anak di sekolah dasar, merupakan tindak menolong orang percaya khususnya

1 Sariaman Sitanggang, Pendidikan Agama Kristen,(Jakarta: Egkrateia Putra Jaya,

2008), hlm. 4.

(6)

anak-anak agar imannya bertumbuh kepada Allah di dalam Tuhan Yesus dan terpelihara oleh Roh Kudus

John M. Nainggolan mengungkapkan bahwa; Pendidikan Agama Kristen bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu, Pendidikan Agama Kristen merupakan sarana untuk menanamkan iman kekristenan kepada anak didik.3 Tujuan dari proses pembelajaran firman Tuhan di sekolah dasar oleh guru Pendidikan Agama Kristen adalah untuk menanamkan iman kristiani kepada anak-anak sejak dini, sehingga ketika dewasa, menjadi pelayan Tuhan sesuai karunia dan dunia kerjanya.

Selanjutnya Robert W. Pazmino menjelaskan bahwa; “Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha bersahaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan tingkah laku yang bersesuaian atau konsisten dengan iman Kristen.4 Pendidikan Agama Kristen sebagai tindakan untuk belajar firman Tuhan sejak dini sehingga dewasa dan kemudian mempraktekkannya untuk menjadi nyata di dalam kehidupan umat Allah sebagai tindakan kesaksian hidup bagi kemuliaan nama Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Warner C. Graendorf mengemukakan bahwa; Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat kepada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid5. Pendidikan Agama Kristen bagi orang kristen berdasarkan Alkitab yang berpusat pada Yesus Kristus dan bergantung kepada kuasa Roh Kudus. Tujuannya untuk membimbing orang percaya kepada pertumbuhan iman nyata di dalam praktek kehidupan sebagai pengikut Yesus Kristus yang dewasa. Di sini yang mendasari Pendidikan Agama Kristen adalah Alkitab sebagai firman Allah yang berporos pada Yesus Kristus, bergantung pada roh Kudus sebagai pusat pemberitaan, serta bertujuan untuk mendewasakan murid.

Pendidikan Agama Kristen adalah usaha secara sadar, terencana dan berkesinambungan yang dilakukan oleh gereja dan berbagai tingkatan lembaga

3 John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info Media,

2007), 1.

4 B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: ANDI, 1994), 10

5 Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta:

(7)

pendidikan untuk mengembangkan kemampuan umat Tuhan dan anak-anak sebagai peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai kekristenan yang berlandaskan pada Alkitab dan berpusat pada Yesus Kristus serta bergantung pada Roh Kudus dalam menyatakan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen bagi Anak

Tujuan utama pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen, bagi anak-anak menurut para ahli Pendidikan Agama Kristen, diantaranya:

J. M. Nainggolan yang mengatakan bahwa; “Membawa peserta didik untuk mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, hidup dalam ketaatan, serta mampu mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.6 Tujuan pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen bagi anak-anak sekolah dasar ialah untuk mempertemukan anak-anak dengan Tuhan Yesus Kristus dan menuntunnya menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadinya dan menghidupi imannya setiap hari dalam hidupnya.

Komisi Pendidikan Agama Kristen dari Dewan Gereja-gereja di Indonesia, menyebutkan tujuan PAK adalah; “Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dalam pimpinan Roh Kudus ia datang ke dalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan dan hal ini dinyatakan lewat kasihnya kepada Allah dan sesama manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus yang hidup.7 Tujuan pelaksanaan pendidikan agama kristen di sekolah dasar untuk membawa sejak anak-anak usia dini mengenal kasih Allah yang nyata di dalam Tuhan Yesus Kristus, yang dalam tuntunan Roh Kudus hidup dalam persekutuan kristen atau gereja dari usia dini sampai lanjut usianya dan menyatakan kasih di dalam hidupnya sepanjang hayat.

H. Groome dalam bukunya Christian Religious Education yang mengatakan bahwa; “Pendidikan Agama Kristen hadir untuk menumbuh kembangkan iman Kristen yang hidup, serta membentuk iman sebagai kepercayaan, iman sebagai keyakinan, serta iman sebagai tindakan..8 Pendidikan Agama Kristen diajarkan di sekolah dasar sebagai tindakan untuk menumbuhkan iman anak-anak usia dini, dengan tujuan agar setelah dewasa tidak menyimpang dari firman Tuhan yang diajarkan kepadanya. Ini berarti pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen memiliki peranan yang penting dalam mendidik anak-anak di sekolah dasar.

James D. Smart merumuskan tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut, “Kita mengajar agar melalui pengajaran kita, Allah dapat bekerja di

6 John M. Nainggolan,Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info

Media, 2008), 1.

7Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media,2007), 31.

8H. Groome dalam bukunya Christian Religious Education, (Bandung. Jurnal

(8)

hati mereka yang diajar, untuk menjadikan mereka murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata-kata maupun perbuatan di tengah-tengah dunia”.9 Guru Pendidikan Agama Kristen dalam mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak di sekolah dasar, harus menyadari bahwa dirinya hanya sebagai alat yang mengajarkan atau melaksanankan perintah Allah, karena yang bekerja di hati setiap anak melalui Roh Kudus-Nya untuk menjadikannya murid Kristus. Dengan demikian guru Pendidikan Agama Kristen dalam mengajarkan firman Tuhan di sekolah dasar harus berlandaskan Alkitab, berfokus kepada Yesus Kristus dan bergantung kepada Roh Kudus.

Wyckoff mengemukakan pendapatnya mengenai tujuan PAK: “Tujuan Pendidikan Agama Kristen ialah menolong orang-orang menjadi sadar akan penyingkapan diri Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus yang senantiasa mencari orang serta menjawabnya dengan kepercayaan dan kasih, agar mereka mengetahui siapa dirinya sebenarnya, dan apa artinya keadaannya, bertumbuh sebagai anak-anak Allah yang berakar dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilannya bersama sebagai murid-murid Yesus Kristus di dunia dan tetap percaya pada pengharapan Kristen.”10 Pentingnya Pendidikan Agama Kristen anak usia dini oleh guru di sekolah dasar untuk menolong anak-anak untuk menyadari akan kasih Allah yang dinyatakan-Nya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Hal penting agar setelah dewasa nanti, menyadari dirinya sebagai manusia berdosa yang membutuhkan Allah di dalam hidupnya untuk pengampunan dosa dan keselamatan-Nya agar diselamatkan dan melayani Tuhan dengan segenap hidupnya.

Dengan demikian maka hal penting dari pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen oleh guru di sekolah dasar, yaitu anak-anak mengenal Allah melalui firman-Nya. John M. Nainggolan mengatakan bahwa; “Tujuan tertinggi dari pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen adalah membawa anak-anak pada perjumpaan dengan Kristus”11. Tugas guru pendidikan agama kristen dalam mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak di sekolah dasar ialah membawa anak-anak mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Kristus. Hal ini merupakan penyebab perubahan hubungan yang baru antara anak-anak usia dengan Allah, dan antara sesamanya serta menghasilkan cara hidup yang benar.

Judowibowo Poerwowidagdo, dalam buku Ajarlah Mereka Melakukan, mengatakan bahwa: “Sebagai orang-orang beriman kepada Tuhan Allah, kita tentu juga mencari dasar-dasar Firman Tuhan di dalam hal ini, karena hal ini menyangkut kehidupan bersama umat manusia atau kehidupan yang meliputi relasi atau

9James D. Smart Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media,2007), 30.

10 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama

Kristen,(Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 746.

11 John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info Media,

(9)

hubungan antar sesama”12 Guru pendidikan agama kristen dalam mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak sekolah dasar, harus berlandasan ayat-ayat firman Tuhan yang Alkitabiah dan sesuai materi ajar yang dipersiapkannya dan mengaplikasikannya dan menuntun anak-anak untuk mempraktekan aplikasinya itu di dalam kehidupannya setiap hari di keluarga dan teman-temannya.

“Pendidikan anak adalah usaha untuk membantu mengembangkan hubungannya dengan Allah secara pribadi dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamatnya”13. Pendidikan agama kriten anak-anak sekolah dasar tidak hanya bertujuan agar anak-anak usia dini memperoleh pengetahuan yang benat tentang Allah berdasakan Alkitab, melainkan agar anak memiliki hubungan yang erat dengan Kristus dan memperbaharui hidupnya.

Pengaruh Pendidikan Agama Kristen bagi anak-anak sekolah dasar oleh guru akan dibawa kepada perjumpaan pribadi dengan Allah di dalam Yesus Kristus. Perjumpaan itu akan semakin erat lewat persekutuan yang terus-menerus dengan Allah. Dengan demikian anak-anak sekolah dasar dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap akal budi, segenap jiwa, dan segenap kekuatannya. “Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Pendidikan Anak Usia Dini memampukan anak-anak agar dapat mempraktekkan firman Tuhan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.14 Kualitas yang perlu dikembangkan dalam mendidik anak sekolah dasar ialah tidak hanya mengajar firman Tuhan untuk pertumbuhan imannya. Tetapi juga pengembangan watak, moral, dan nilai-nilai etis, agar anak-anak sekolah dasar di pendidikan anak-anak usia dini memiliki karakter dan moral yang menceriminkan kehidupan Tuhan Yesus Kristus di dalam hidupnya. Dengan pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar, diharapkan anak-anak memiliki iman yang semakin bertumbuh di dalam Tuhan Yesus Kristus serta tahu konsekuensi dari sikap taat dan resiko perbuatan memberontak adalah dosa.

“Iman menentukan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan sehari-hari, prinsip-prinsip, dan pedoman moral serta penyerahan diri kepada Tuhan.15 Pengetahuan firman Tuhan yang Alkitabiah selain berdampak kepada pertumbuhan iman (Roma 10:17) bagi anak-anak usia dini, juga memampukan anak-anak untuk dapat mengambil keputusan-keputusan dan juga tindakan-tindakan dalam kehidupannya setiap saat berdasarkan Alkitab sebagai bukti penyerahan dirinya kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.

12 Judowibowo Poerwowidagdo, Buku Ajarlah Mereka Melakukan (BPK Gunung Mulia,

Jakarta, 2004), 113.

13 John M. Nainggolan,Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info

Media, 2008), 24

14 Ibid, hlm 19

15John M. Nainggolan,Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media,

(10)

B. Inti Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar

Anak usia dini merupakan pribadi yang memiliki keunikan dalam dirinya masing-masing. Guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar sebagai pelaku pendidikan yang secara langsung berhadapan dengan anak sebagai peserta didik, sangat perlu untuk memahami anak sesuai dengan tugas perkembangan minat belajar anak sesuai dengan tingkat sekolah dasar.

“Bila guru PAK di sekolah dasar tidak memahami tentang perkembangan anak, maka guru akan terjebak dalam kegiatan rutin yang tidak mengacu kepada kebutuhan anak secara individual maupun kelompok, bahkan akan menciptakan pembelajaran yang membosankan bagi anak, karena disebabkan kegiatan dari hari ke hari tetap sama tanpa kegiatan yang menarik”.17 Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar harus sungguh-sungguh memiliki kompetensi dan kualitas karena harus mamapu memahami tentang perkembangan para peserta didik yang diajarnya. Guru Pendidikan Agama Kristen sekolah dasar tidak boleh terjebak dalam kegiatan rutinitas yang mengabaikan kebutuhan perkembangan para perseta didik baik secara pribadi maupun dalam berkelompok, karena akan menciptakan suasana pembelajaran yang menjenuhkan dan membosankan bagi anak.

Dalam interaksi pembelajaran yang efektif dan efisien, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi para peserta didik di sekolah dasar dipengaruhi oleh berbagai unsur. Unsur-unsur pembelajaran yang dimaksud ialah guru Pendidikan Agama Kristen yang memahami secara utuh hakikat, sifat dan karakteristik anak, metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan anak, sarana belajar anak yang memadai, tersedianya berbagai sumber belajar yang menarik dan mendorong anak untuk belajar, dan sebagainya. Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan mendukung penciptaan kondisi belajar anak yang menarik dan menyenangkan.

C. Proses Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah dasar kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Karena itu keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah dasar, tergantung pada proses belajar mengajar oleh guru Pendidikan Agama Kristen sebagai pelaku pendidikan. Tentang proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok di sekolah, maka Lester D. Crow & Alice Crow mengatakan bahwa; “Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan sikap”15. Maksudnya bahwa dengan belajar

17 Bedru Zaman, Asep H. Hernawan, dan Cucu Eliyawati, Media dan Sumber Belajar

TK, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005, Hlm. 1.1.

(11)

seseorang akan mengalami perubahan dalam kehidupan pribadinya, sebab ilmu pengetahuan merupakan sumber informasi yang membawa pencerahan untuk suatu perubahan pribadi yang akan berdampak kepada orang lain dan lingkungan.

Selanjutnya menurut Soeitoe bahwa: “Belajar adalah usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam bidang pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai-nilai dan tingkahlaku dengan aktivitas kejiwaan sendiri16. Perubahan yang dimaksud merupakan perubahan secara utuh dalam kehidupan seseorang, yang meliputi; pengetahuan, karakter, moral dan pandangan hidup. Perubahan ini terjadi dalam pribadi seseorang bila terjadi proses belajar mengajar sesuai dengan keinginan dan motivasi pribadi. Interaksi belajar mengajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi karena adanya kebutuhan baik oleh individu maupun oleh masyarakat pada umum. Dalam interaksi belajar mengajar firman Tuhan di sekolah dasar, guru Pendidikan Agama Kristen sebagai pengelolah pendidikan yang langsung bertatapan muka dengan para peserta didik sangat penting untuk memahami tingkat, minat belajar, kemampuan dan kecerdasan para peserta didik, untuk menyesuaikan interaksi pembelajaran dengan perkembangan dan kebutuhan para peserta didik. Tentang kemampuan guru Pendidikan Agama Kristen sebagai pengelolah pendidikan, maka Bedru Zaman menyatakan; “Guru yang tidak paham mengenai hal tersebut akan terjebak dalam kegiatan rutin yang tidak mengacu kepada kebutuhan anak secara individual maupun kelompok, bahkan akan menciptakan pembelajaran yang membosankan bagi anak, karena disebabkan kegiatan dari hari ke hari tetap sama tanpa kegiatan yang menarik.16 Interaksi pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi para peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor dalam interaksi pembelajaran yang maksud seperti; guru Pendidikan Agama Kristen yang harus memahami hakikat, dan karakteristik para peserta didik, agar dapat menggunakan dan menyusuaikan metode pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan para peserta didik. Karena itu guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar harus mempersiapkan sarana pembelajaran sesuai kebutuhan yang memotivasi perkembangan para peserta didik untuk berminat dalam belajar. Dengan dimikian, maka interaksi pembelajaran terjadi dan sukses karena adanya ketersediaan berbagai sumber pembelajaran yang akan mendukung penciptaan kondisi belajar para peserta didik yang menarik, menyenangkan mendukung perkembangan anak.

Pengkajian tentang interaksi pembelajaran firman Tuhan oleh guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar selalu menarik, sehingga timbul berbagai wacana tentang eksistensi dan minat anak dalam pembelajaran. Anak-anak merupakan

16 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidiakn, (Jakarta : Lembaga FT Universitas Indonesia,

1982. hal 82)

16 Bedru Zaman, Asep H. Hernawan, dan Cucu Eliyawati, Media dan Sumber Belajar

(12)

pribadi yang dilahirkan dengan memiliki potensi ilahi, yang harus terus dikembangkan lewat berbagai tahapan dan interaksi antara pribadi dengan sesama dan lingkungannya. Badru Zaman mengatakan bahwa; “Keragaman ini ilmu pengetahuan terus berkembang dan setiap orang perlu mempelajarinya sehingga wawasan serta pemahaman tentang hakikat seorang anak semakin meningkat.”19 Uraian di atas memperlihatkan bahwa pandangan tentang minat belajar anak sangatlah beragam. Anak-anak merupakan pribadi yang berpotensi, membutuhkan tuntunan untuk pengembangan dirinya, karena itu guru Pendidikan Agama Kristen sebagai sumber pengetahuan dan informasi berperan penting untuk terus-menerus mengembangkan potensi anak lewat dunia pendidikan sejak sekolah dasar

Anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Masing-masing tahap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak haruslah tercapai dengan sukses sebelum berlanjut pada tahap berikutnya. Permasalahan yang timbul dalam suatu tahap perkembangan akan menjadi hambatan bagi anak tersebut dalam perkembangan pada tahap berikutnya.

Badru Zaman mengutip pernyataan Pestalozzi memiliki keyakinan hahwa: “Segala bentuk pendidikan adalah berdasarkan pancaindra, dan melalui pengalarnan-pengalaman tersebut potensi-potensi yang di miliki oleh seorang individu dapat dikembangkan”.20 Maksudnya bahwa cara belajar yang terbaik adalah melalui berbagai pengalaman, antara lain dengan menghitung, mengukur, merasakan, dan menyentuhnya yang lansung dipraktekan oleh peserta didik di sekolah dasar. Dengan demikian maka tujuan pendidikan ialah memimpin para peserta didik di sekolah dasar menjadi orang yang berhasil dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Karena itu segala upaya yang dilakukan oleh seorang guru Pendidikan Agama Kristen harus disesuaikan dengan perkembangan para peserta didik di sekolah dasar menurut kodratnya, sebab pendidikan pada hakikatnya adalah untuk dapat menolong dirinya sendiri di kemudian hari.

Lewat penggunaan alat peraga diharapkan para peserta didik di sekolah dasar harus aktif dalam interaksi pembelajaran. Agar perkembangan para peserta didik berjalan secara teratur sesuai tahapannya, maka pengaruh pembelajaranpun harus berjalan secara teratur sesuai tahapan-tahapannya yang natural. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran dibutuhkan kondisi lingkungan yang bebas, aman, nyaman dan penuh kasih agar potensi yang dimiliki para peserta didik di Pendidikan Anak Usia Dini dapat berkembang secara optimal. Perkembangan para peserta didik di sekolah dasar merupakan proses yang berkesinambungan, pendidikan merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian, dan

19 Badru Zaman, Op. Cit., Hlm. 1.5. 20 Ibid.

(13)

pengarahan diri. Karena itu guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar harus merancang sejumlah materi yang memungkinkan indra para peserta didik di sekolah dasar dapat berkembang.

Dengan mengutip pernyataan Montessor maka Badru Zaman menuliskan bahwa; “Mengembangkan alat-alat belajar yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi Iingkungan. Pendidikan juga mencakup pendidikan jasmani, berkebun, dan belajar tentang alam”.21 Jadi pendidikan di sekolah dasar merupakan suatu upaya untuk membantu perkembangan para peserta didik secara menyeluruh. Sejak dilahirkan anak secara bawaan sudah memiliki perkembangan psikis atau jiwa. Secara alami anak akan mengalami pembentukan jiwanya sendiri melalui nari terhadap lingkungannya.

Dalam perkembangan anak terdapat masa kepekaan terhadap objek tertentu dan mengabaikan objek yang lainnya, karena pada masa ini, anak memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang secara spontan meminta kepuasan. Setiap anak memiliki masa peka yang berbeda. Karena itu perlu diperhatikan masa peka tersebut agar dapat dipergunakan secara optimal, sebab masa kepekaan ini tidak akan kembali lagi. Guru Pendidikan Agama Kristen dapat memahami timbulnya masa kepekaan pada seorang anak dengan melihat minat belajar anak di sekolah dasar. Maka tugas seorang guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar adalah mengamati dan mengikuti perkembangan minat belajat setiap peserta didiknya agar mengetahui masa pekanya. Setelah mengetahui masa kepekaan peserta didik, bertanggung jawab memberikan stimulasi yang dapat membantu berkembangan kepekaan anak sesuai dengan fungsinya.

Sifat buruk seorang anak muncul karena kurangnya pendidikan dan pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut. Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, dan jika potensi yang dimiliki tidak dibina dan dikembangkan dengan baik, maka potensi tersebut akan hilang.

Masa kanak-kanak dalam kehidupan seorang anak amatlah berharga dan sebagai faktor terpenting yang menentukan masa depannya. Jadi masa kanak-kanak merupakan masa keemasan bagi seorang anak, karena itu masa kanak-kanak merupakan tahap yang sangat fundamental bagi perkembangan pribadi seorang anak. “Pendidikan keluarga sebagai pendidikan pertama bagi anak dalam kehidupannya sangatlah penting karena kehidupan yang dialami oleh anak pada masa kecilnya akan menentukan kehidupannya di masa depan”.22 Pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Karena itu penggunaan alat peraga

21 Ibid, Hlm. 1.7.

(14)

dalam interaksi belajar mengajar firman Tuhan di Pendidikan Anak Usia Dini, memudahkan para peserta didik dalam meningkatkan minat belajar belajar saat mengikuti pelajaran. Guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar harus mengikuti sifat dan karakteristik anak. Oleh sebab itu, bermain dipandang sebagai metode yang tepat untuk pembelajaran anak, serta merupakan cara anak dalam meniru kehidupan orang dewasa di sekelilingnya secara wajar. Untuk mengetahui kebutuhan peserta didik di sekolah dasar, seorang guru Pendidikan Agama Kristen harus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan anak-anak. Dengan tujuan supaya guru Pendidikan Agama Kristen dapat memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat anak.

Pada dasarnya anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak membangun pengetahuannya berdasarkan pengetahuan empirisnya, yang diperoleh anak dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan. Jadi anak adalah pribadi yang bersifat aktif belajar untuk dapat berkreasi dan berupaya membangun pengetahuannya sendiri. Dalam hal ini berarti pembelajaran terjadi saat anak memahami dunia di sekelilingnya, teman sebayanya dan orang-orang dewasa dilingkungannya, untuk memperoleh pengalaman baru lewat hal-hal yang di pahaminya.

“Pada dasarnya penting untuk dipahami bahwa aktivitas bermain anak sebagai sarana untuk pendidikannya, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas berpikir. Semakin banyak kesempatan aktivitas bermain bagi anak, dapat menjadi dasar untuk perkembangan perilaku moral. Hal itu terjadi ketika dihadapkan pada suatu situasi yang menuntut mereka untuk berempati serta memenuhi aturan dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat”.23 Proses interaksi yang dilakukan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya, dapat memberikan bekal yang cukup berharga baginya, karena dapat membantu mengembangkan kemampuan berbahasa, berkomunikasi serta bersosialisasi. Tidak kalah pentingnya adalah melalui interaksi tersebut anak akan belajar memahami perasaan sesamanya, menghargai pendapat temannya, sehingga secara tidak langsung anak juga berlatih mengekspresikan emosinya.

Anak merupakan kodrat alami yang memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri, walaupun kemerdekaan itu sangat relatif karena dibatasi oleh berbagai peraturan yang berhubungan dengan hak asasi yang dimiliki sesamanya. Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya sehingga anak patut diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus-menerus diatur. Pengasuh hanya boleh memberikan

23 Ibid, Hlm. 1.11.

(15)

bantuan apabila anak menghadapi hambatan yang cukup berat dan tidak dapat diselesaikan.

Pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah bagi anak secara lahir dan batin, serta dapat memerdekakan diri anak. Kemerdekaan itu hendaknya diterapkan pada cara berpikir anak, yaitu harus dibiasakan untuk mencari serta menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan kemampuannya sendiri. Anak sebagai pribadi yang memiliki potensi untuk berkembang sehingga butuh kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan pengetahuan dan sebagai peluang agar mengembangkan potensinya secara optimal. Anak lahir dengan kodrat masing-masing yaitu segala kekuatan lahir dan batin anak, yang ada karena kekuasaan kodrat. Kodrat anak bisa baik dan bisa tidak, karena kodrat yang akan memberikan dasar pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hanya menuntun tumbuh kembangnya kekuatan-kekuatan kodrati yang dimiliki anak dan sama sekali tidak mengubahnya.

Pendidikan Agama Kristen berfungsi menuntun anak di sekolah dasar agar menjadi lebih berkualitas dan berkarakter Yesus Kristus. Dengan demikian, tujuan Pendidikan Anak sekolah dasar adalah “menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dalam hidupnya.”24 Anak-anak sekolah dasar memiliki potensi ilahi sejak lahir membutuhkan pengembangan diri seutuhnya lewat pendidikan baik dari keluarga maupun dalam dunia pendidikan sejak masa sekolah dasar untuk memperoleh keselamatan dan kebahagian hidup yang rancangkan Tuhan baginya.

D. Metode Pengembangan Diri Anak di Sekolah Dasar.

Tempat belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan kegiatan belajar mengajar firman Tuhan di sekolah dasar. Guru Pendidikan Agama Kristen yang mampu mengelolah dengan baik akan sangat membantu dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak baik aspek kognitif, emosi, sosial, bahasa, motorik, afeksi, moral, dan lain sebagainya.

Sistem dalam proses pembelajaran di sekolah dasar merupakan sekumpulan komponen yang saling berhubungan antara komponen yang satu dengan komponen lainnya dalam rangka meningkatkan minat belajar anak. Demikian pula halnya dalam konsep pembelajaran para peserta didik di sekolah dasar terdiri dari beberapa

24 Ibid, Hlm. 1.13.

(16)

komponen yang pada hakikatnya saling berkaitan untuk menwujudkan tujuan yang ditargetkan di sekolah dasar yaitu meningkatkan minat belajar anak.

Sumber belajar sebagai salah satu komponen pembelajaran yang penting bagi para peserta didik di sekolah dasar. Sumber belajar tersebut selain penting, juga beragam yang memungkinkan ditumbuhkannya budaya belajar mandiri bagi para peserta didik sebagai dasar agar hidup mandiri, untuk menciptakan komunikasi antara anak dengan teman sebayanya dan orang lain disekitarnya. Anak-anak dalam tahap Pendidikan sekolah dasar belajar dalam situasi yang holistik dan berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama Kristen perlu menggunakan Alkitab sebagai sumber belajar yang relevan dengan karakteristik dan kebutuhan para peserta didik di sekolah dasar.

Perlunya sumber belajar yang konkret dan disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir anak di sekolah dasar yang berada pada tahap operasi konkret. Oleh karena itu penyampaian sumber belajar yang harus difaktualkan dan disederhanakan akan sangat membantu pengembangan kemampuan berpikir anak dan meningkatkan minat belajar anak. Dengan cara demikian, anak diberi kesempatan untuk meningkat minat belajarnya sesuai dengan tahap kemampuannya.

Sumber belajar memberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan memperkaya para peserta didik dengan menggunakan berbagai pilihan sumber belajar seperti buku, alat peraga, nara sumber, metode, lingkungan dan berbagai hal yang menambah pengetahuan anak. Sumber belajar memfasilitasi anak untuk menyalurkan keingintahuannya yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Anak dapat memperoleh pengetahuan melalui buku-buku yang telah dirancang sesuai kebutuhan para peserta didik, sederhana, menarik, atraktif dan berwarna warni.

Sehubungan dengan kemampuan membaca anak yang masih sangat terbatas, biasanya guru Pendidikan Agama Kristen dan orang tua membantu anak untuk membacakan firman Tuhan yang dipaparkan dalam buku-buku yang digemari anak, misalnya buku-buku tentang kisah kehidupan para tokoh Alkitab, perjalanan umat Allah, dan hari-hari raya umat Krstiani. Selain itu, para peserta didik juga dapat memperoleh pengetahuan, melalui alat permainan, yang dirancang khusus dalam pembelajaran di sekolah dasar.

Prinsip belajar anak di sekolah dasar adalah bermain, karena itu bermainnya anak merupakan kegiatan belajar. Agar kegiatan bermain memberikan rasa ketertarikkan bagi anak, maka harus dilengkapi dan difasilitasi dengan beragam jenis alat permainan, yang dirancang dalam rangka mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.

Sumber belajar dapat membantu memperkenalkan para peserta didik pada lingkungan sekolah dasar, dan mengajar para peserta didik mengenal minat, kekuatan

(17)

maupun kelemahan dirinya. Penggunaan alat permainan sebagai sumber belajar dapat memotivasi para peserta didik untuk melakukan kegiatan yang jelas dan menggunakan semua pancaindranya secara aktif. Guru di Pendidikan Anak Usia Dini harus mampu mengenal prestasi para peserta didiknya, karena melalui proses bermain akan makin jelas ingatannya terhadap pelajaran yang dipelajari dengan metode bermain bervariasi tingkat kesulitannya.

Sumber belajar dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar anak di sekolah dasar sehingga perhatian anak fokus dan meningkatkan minat belajar anak usia dini. Anak-anak di sekolah dasar dapat memilih sumber belajar sesuai dengan minat belajarnya. Suasana pembelajaran di sekolah dasar akan terasa lebih dinamis mengingat siswa memiliki semangat yang begitu antusias dalam belajar. Sumber belajar memungkinkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran di Pendidikan sekolah dasar dengan lebih baik. Pemanfaatan sumber belajar yang beragam dapat meningkatkan pemahaman anak di sekolah dasar secara lebih baik, karena materi firman Tuhan yang diajarkan disampaikan secara lebih jelas dan faktual.

E. Sumber Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar.

Sumber pembelajaran firman Tuhan bagi anak di sekolah dasar ialah Alkitab, merupakan bagian dari unsur terpenting yang tidak terpisahkan dari interaksi dalam berbagai kegiatan pembelajaran firman tuhan. Jika guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar dapat memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran secara tepat akan sangat membantu dalam upaya mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak baik dari aspek kognitif, emosi, sosial, bahasa, motorik, afeksi, moral, dan lain sebagainya.

Sistem dalam interaksi pembelajaran adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan saling membutuhkan dalam upaya guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tiap komponen dalam interaksi kegiatan pembelajaran memiliki fungsinya tersendiri, dan jika salah satu komponen tidak berfungsi dengan baik dalam kegiatan interaksi pembelajaran, maka kebutuhan semua komponen dalam interaksi kegiatan pembelajaran di sekolah dasar tidak akan tercapai, karena setiap komponen saling membutuhkan, saling berhubungan dan saling ketergantungan.

Dalam interaksi kegiatan pembelajaran di sekolah dasar ditunjang oleh berbagai komponen. Komponen pertama adalah anak sebagai masukan. Maksudnya bahwa akan diberikan pengetahuan lewat berbagai metode sebagai pembentukan secara utuh terhadap anak peserta didik. Selanjutnya, masukan dalam hal ini anak, masuk dalam kegiatan pembelajaran atau proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini banyak komponen atau unsur pendukung yang terlibat, misalnya guru sebagai fasilitator. Guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar sebagai

(18)

fasilitas belajar yang digunakan seperti ruang kelas, kursi, meja, dan lain-lain. Komponen atau unsur lain yang juga terlibat dalam proses ini adalah sumber belajar, metode, dan komponen penilaian. Komponen yang lain juga tidak kalah pentingnya adalah komponen lingkungan. Kelengkapan dan berfungsinya berbagai komponen penunjang proses pembelajaran firman Tuhan di sekolah dasar akan sangat mempengaruhi oleh minat belajar.

Sumber belajar sebagai salah satu komponen atau unsur pembelajaran firman Tuhan bagi anak di sekolah dasar, yang berperan penting dalam rangka terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi anak peserta didik. Sumber pebelajaran, menyediakan beragam jenis pelajaran, dan memungkinkan ditumbuhkannya minat belajar firman Tuhan bagi anak peserta didik di sekolah dasar secara mandiri, yang membiasakan kehidupan belajar anak ke depan.

Anak peserta didik di sekolah dasar harus bisa belajar beradeptasi dalam segala kondisi yang terkait dengan kehidupan anak peserta didik sehari-hari. Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar perlu menggunakan sumber pembelajaran yang relevan dan praktis sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan akan perkembangan anak. Perlunya sumber pembelajaran yang faktual dan kalau mungkin bahkan yang sebenarnya disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir anak peserta didik di sekolah dasar yang masih berada pada tahap operasi berpikir yang konkret berdasarkan hal-hal yang dilihat dan dialaminya. Oleh karena itu penyajian sumber pembelajaran yang nyata, sederhana dan menarik oleh guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar akan sangat membantu pengembangan kemampuan berpikir anak peserta didik. Dengan cara demikian, anak peserta didik di sekolah dasar diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuannya.

Sumber pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar dapat meningkatkan minat dan kemampuan anak dalarn berbahasa. Maksudnya bahwa sumber pembelajaran akan membantu dan melatih anak peserta didik untuk berkomunikasi dengan nara sumber yang dapat mengembangkan potensi anak peserta didik dalarn berbagai aspek kehidupan. Jadi peserta didik di sekolah dasar tidak hanya memperoleh informasi dari sumber pembelajaran dan guru Pendidikan Agama Kristen, melainkan lewat alat peraga sebagai alat bantu komunikasi guru Pendidikan Agama Kristen yang dihadirkan di kelas dalam proses pembelajaran firman Tuhan.

Anak peserta didik di sekolah dasar, biasanya menggunakan kosa katanya sendiri. Maka guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar dapat membantu mengembangkan kosa kata anak peserta didik dengan menggunakan metode permainan. Guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar menetapkan setiap peran yang harus dimainkan oleh setiap anak peserta didik. Tujuannya agar peserta

(19)

didik di sekolah dasar dilatih agar melalui interaksi belajar lewat permainan, anak akan mencoba menggunakan kosa katanya sendiri sesuai dengan peran yang dimainkannya. Kegiatan seperti ini jelas akan menarik dan menyenangkan bagi anak dalam belajar firman Tuhan di sekolah dasar. Selain peningkatan minat dan kemampuan berbahasa, anak peserta didik akan rnengembangkan fantasinya secara bebas.

Guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar sebagai salah satu sumber belajar memberi kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan memperkaya pemahaman anak peserta didik dengan menggunakan berbagai pilihan sumber belajar seperti buku, alat, nara sumber, metode, lingkungan dan semua hal yang menambah pengetahuan anak. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar memfasilitasi anak untuk menyalurkan keingintahuannya yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Anak di sekolah dasar dapat memperoleh pengetahuan Firman Tuhan, yang pada umumnya telah dirancang sesuai dengan kebutuhan anak secara, sederhana, menarik, atraktif dan berwarna warni. Sehubungan dengan kemampuan belajar anak peserta didik di sekolah dasar yang masih sangat terbatas, biasanya guru Pendidikan Agama Kristen dan orang tua membantu anak dalam belajar. Bahan-bahan belajar yang digemari anak di sekolah dasar, seperti buku-buku bergambar tentang margasatwa dan kisah kehidupannya. Selain melalui buku, anak-anak juga dapat memperoleh pengetahuan, melalui alat permainan yang dirancang secara khusus dalam pembelajaran anak.

Prinsip pembelajaran melalui permainan menyenangkan dan kegembiraan bagi anak peserta didik di sekolah dasar, maka harusnya sumber pembelajaran diperlengkapi dan difasilitasi dengan berbagai ketersediaan beragam jenis alat permainan, yang dirancang dalam rangka mengembangkan berbagai aspek pembelajaran dan perkembangan anak peserta didik. Selain itu anak para peserta didik bisa belajar langsung dari tokoh yang diundang guru kesekolahnya, seperti dokter, polisi, pilot, tentara, pendeta dan profesi lainnya, dengan tujuan untuk menjelaskan tentang tugas profesionalismenya kepada anak peserta didik dan bisa terjadi interaksi tanya jawab. Metode pembelajaran seperti ini juga akan memotivasi anak peserta didik untuk belajar sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya jika anak peserta didik mempunyai cita-cita untuk jadi seperti nara sumber.

Sumber pembelajaran bisa juga dari lingkungan sekitar, yang memiliki potensi sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang sangat kaya bagi perkembangan anak sekolah dasar. Belajar melalui lingkungan sifatnya lebih langsung sehingga anak di sekolah dasar akan memperoleh berbagai pengalaman konkret. Sumber pembelajaran dari lingkungan seperti belajar mengenal berbagai jenis taman, ternak dan semua makluk hidup yang ada disekitar lingkungan belajar sekolah dasar.

(20)

Sumber pembelajaran dapat membantu mengenalkan anak pada lingkungan dan juga mengajar anak mengenal kekuatan maupun kelemahan dirinya.

Penggunaan alat permainan, alat peraga, tokoh dan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran dapat memotivasi anak di sekolah dasar untuk melakukan kegiatan yang jelas dan menggunakan semua pancaindranya secara aktif. Penggunaan berbagai sumber pembelajaran di sekolah dasar yang terdiri dari berbagai jenis dan tingkat kesulitannya yang berbeda pula, namun anak peserta didik pasti bisa mengikuti interaksi pembelajaran dengan baik bahkan lebih memahami, mengerti dan menerapkannya, karena langsung bertatapan dalam interaksi faktual. Di sinilah terlihat potensi dan minat anak peserta didik dalam interaksi pembelajaran, dan kompetensi dan kualitas guru Pendidikan Agama Kristen sekolah dasar mengenal kemampuan anak didiknya.

Berbagai jenis sumber pembelajaran dapat membantu mempertumbuhkan minat dan motivasi belajar anak peserta didik sekolah dasar, sehingga perhatian anak meningkat yang juga akan meningkatkan potensi anak dalam belajar. Karena itu semakin banyak sumber pembelajaran yang dipakai dalam interaksi pembelajaran di sekolah dasar, anak peserta didik semakin ketertarikan untuk mengikuti setiap interaksi pembelajaran. Dengan demikian, maka guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aman, nyaman, menyenangkan dalam mengingat materi belajar yang diajarkan gurunya.

(21)

Daftar pustaka

1. Sariaman Sitanggang, Pendidikan Agama Kristen,(Jakarta: Egkrateia Putra Jaya, 2008).

2. R.R Bohlke, Membangun Teori PAK, (Jakarta: STT Proklamasi, 1990).

3. John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2007).

4. B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: ANDI, 1994). 5. Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agama Kristen,

(Yogyakarta: ANDI, 2010.,

6. John M. Nainggolan,Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info Media, 2008).

7. Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media,2007).

8. H. Groome dalam bukunya Christian Religious Education, (Bandung. Jurnal Info Media, 2007).

9. James D. Smart Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media,2007).

10.Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen , (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 746.

11.Judowibowo Poerwowidagdo, Buku Ajarlah Mereka Melakukan (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2004).

12.Bedru Zaman, Asep H. Hernawan, dan Cucu Eliyawati, Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005.

13.Staf Dosen Pembina IKIP Jakarta, Teori-teori Belajar, Nasco 1979

14.Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidiakn, (Jakarta : Lembaga FT Universitas Indonesia, 1982)

15.Bedru Zaman, Asep H. Hernawan, dan Cucu Eliyawati, Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Pada percakapan [4] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan, terutama terhadap submaksim kedua karena meminimalkan keuntungan kepada orang lain. Tuturan yang

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode Research and Development / R&D, dengan model pengembangan ADDIE (Analysis-Desain-Develop-Implement-Evaluate).

Serta yang menjadi pertimbangan lain adalah, petani paham ke mana pasar bagi tanaman yang diusahakan (iii) Motif berusaha adalah mencari keuntungan, yang dilakukan dengan

Fasilitas Wisata Simulasi Profesi di Surabaya ini merupakan fasilitas yang dibuat dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga menghasilkan perancangan yang dapat

Pengamatan di Sungai Sibau, Sungai Mendalam (daerah aliran Sungai Kapuas), dan Sungai Seturan (daerah aliran Sungai Seturan) menun- jukkan bahwa ikan ini

Pada penelitian ini akan dilakukan proses esterifikasi gliserol menggunakan katalis zeolit alam yang ketersediaannya melimpah di Indonesia sehingga menghemat

Berlo juga bersifat heuristik ( merangsang peneliti ), karena merinci unsur-unsur penting dalam proses komunikasi. Model ini misalnya dapat memandu anda untuk

KPAI dimana kasus Anak Berhadapan dengan Hukum ABH menjadi posisi pertama dalam kasus anak-anak pada tahun 2018.3 Dengan melihat kemerosotan moralitas yang melibatkan pelajar