• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama ditinjau dari Kepercayaan Diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama ditinjau dari Kepercayaan Diri"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

190 Kecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama ditinjau dari

Kepercayaan Diri

Veri Puspita

Fakultas Psikologi Universitas Semarang George Hardjanta

Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Anna Dian Savitri

Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 48 wanita yang mengandung anak pertama dan usia kehamilan memasuki trimester III di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik incidental sampling.

Data penelitian diumpulkan dengan menggunakan Skala Kecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama dan Skala Kepercayaan Diri. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama yang ditunjukkan dengan nilai rxy = - 0,507 (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata Kunci : kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama, kepercayaan diri

Women’s Anxiety Prior to the First Child Birth Reviewed from a Stand Point of Self Confidence

Abstract

This study aimed to empirically find the relationship between self confidence and women’s anxiety prior to the first child birth. The hypothesis in this study says that there is a negative relationship between self confidence and women’s anxiety prior to the first child birth. Respondents in this study consisted of 48 first pregnant women and the age of their gestational age were at the third semester. This study was conducted at ‘Bhakti Ibu’ Maternity Hospital, Semarang. Samples were taken by using an Incidental Sampling technique.

Data in this study were collected by using the scale of Women’s Anxiety Prior to the First Child Birth and the Self-Confidence Scale. Data were analyzed by using Product Moment Correlation techniques. The result of the study showed that there was a very significant negative relationship between self confidence and women’s anxiety prior to the first child birth., and it was indicated by a value of 0,507 rxy = -(p <0.01), so the hypothesis in this study was received.

(2)

191 PENDAHULUAN

Kesuksesan perkawinan bukan hanya ditandai oleh berapa lama hubungan tersebut terjalin dan intensitas perasaan yang dialami dua orang yang menjalin relasi perkawinan, bukan juga ditentukan oleh siapa di antara kedua pasangan perkawinan tersebut yang memenangkan dominasi. Sukses dalam perkawinan berlainan dengan definisi kesuksesan dalam pekerjaan yang bisa diukur dari berapa jauh seseorang mampu meraih jenjang tertinggi dari kariernya. Meskipun demikian, tidak berarti individu tidak dapat memberi penilaian atas sukses suatu perkawinan. Individu dapat meletakkan sukses suatu perkawinan dari sejauhmana pasangan merasakan kepuasan hubungan perkawinan pada sebagian besar waktu yang dilalui dalam ikatan perkawinan. Apakah kedua pasangan merasa yakin dan percaya bahwa kebutuhan fisik, emosional, dan psikologis terpenuhi dalam kebersamaan dengan pasangannya (Gunarsa, 2002: 17). Perkawinan yang dianggap sah menurut hukum Indonesia dicantumkan dalam Undang-Undang No. 1 pasal 7 tahun 1974 yang menyebutkan bahwa perkawinan atau pernikahan hanya diijinkan jika calon mempelai pria telah berusia 19 tahun dan mempelai wanita telah berusia 16 tahun. Individu pada usia tersebut dianggap telah dapat membuat keputusan sendiri dan telah dewasa dalam berpikir dan bertindak.

Perkawinan merupakan langkah untuk membentuk sebuah keluarga dengan melalui proses pernikahan yang sangat sakral dan merupakan keinginan bagi setiap individu. Seorang wanita akan merasa bahagia apabila dipersunting oleh seorang laki-laki untuk menjadi pasangan hidupnya. Pasangan yang melangsungkan suatu pernikahan akan lebih bahagia apabila segera dikarunia seorang anak yang ditandai dengan kehamilan istri. Wanita yang sedang mengandung anak pertama akan merasa bahagia karena satu lagi anugerah dari perkawinan akan segera diterimanya. Kebahagiaan tersebut dapat membawa konsekuensi yang kurang menguntungkan apabila wanita yang mengandung anak pertama terlalu khawatir akan keselamatan diri dan kandungannya.

Perasaan penuh tekanan yang muncul dalam diri wanita karena kehamilan tersebut akan semakin terasa ketika memasuki masa trimester ketiga (bulan ke tujuh, delapan, sembilan) masa kehamilan. Pada masa trimester ketiga ini wanita yang menunggu kelahiran anak pertamanya dapat mengalami ketakutan-ketakutan apakah persalinannya tersebut akan berjalan dengan lancar dan apakah berjalan secara normal ataukah caesar dan kemungkinan dapat menimbulkan tekanan-tekanan yang dapat mengakibatkan wanita

(3)

192 yang menunggu kelahiran anak pertama

mengalami kecemasan (Kusmiyati, 2008: 2). Kecemasan merupakan perasaan yang dapat muncul pada setiap orang, baik itu anak-anak, remaja maupun dewasa, begitu juga dengan wanita yang sedang menunggu kelahiran anak pertama, tidak menutup kemungkinan untuk mengalami kecemasan. Wiramihardja (2011: 55) menyatakan gangguan kecemasan, meliputi gangguan panik, phobia, posttraumatic stress disorder, generalized anxiety disorder, obsessive compulsive disorder, gangguan kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis umum. Kecemasan dicetuskan oleh adanya situasi atau objek (dari luar individu) yang sebenarnya tidak membahayakan. Akibat dari kecemasan adalah penghindaran terhadap situasi tersebut dengan rasa terancam. Kecemasan merupakan gangguan yang dialami individu ketika dihadapkan pada situasi yang mengancam atau dapat menimbulkan stres. Individu yang mengalami kecemasan hidup tiap hari dalam ketegangan yang tinggi (Atkinson, dkk, 1999: 413). Individu yang mengalami kecemasan biasanya juga mengalami serangan panik. Kepanikan yang dialami oleh individu yang mengalami kecemasan akan membuatnya berpikir bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi.

Lukaningsih dan Siti (2011: 108) menyatakan bahwa dampak negatif dari

kecemasan akan menjadikan individu mengalami serangan panik (episode ketakutan yang berat dan mendadak atau teror). Selama serangan panik, individu merasa pasti bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi. Perasaan ini biasanya disertai dengan gejala tertentu seperti jantung berdebar-debar, sesak napas, berkeringat, tremor, pingsan dan mual. Individu yang mengalami kecemasan tidak mengetahui dengan jelas mengapa individu merasa ketakutan. Selama serangan panik yang parah, individu merasa takut bahwa dirinya akan mati.

Menjelang hari persalinan, sebagian besar ibu hamil akan dilanda kecemasan, terutama yang pertama kali hamil. Kecemasan yang bisa dialami ibu hamil menjelang hari persalinan, seperti kemungkinan melahirkan bayi tidak normal, tidak dapat menyusui karena payudara kecil, persalinan akan mengotori diri, merasa bentuk tubuh terlalu kecil untuk melahirkan secara normal, merasa tidak memiliki naluri keibuan, ataupun kecemasan ketuban pecah di tempat umum. Begitu banyaknya kecemasan ibu hamil menjelang hari persalinan, yang sering menyebabkan ibu hamil jadi susah tidur, padahal ibu hamil harus cukup beristirahat minimal 8 jam setiap hari (Ayahbunda, 2010).

(4)

193 Kecemasan merupakan bagian dari

kehidupan manusia (Sundari, 2005: 50). Kecemasan muncul karena ada situasi yang mengancam diri individu. Hal ini berarti kecemasan tidak semata-mata muncul dengan sendirinya, tanpa ada hal-hal yang menyebabkannya. Lebih lanjut, teori perilaku menjelaskan bahwa kecemasan akan memberikan dampak negatif jika seseorang mengembangkan respon terhadap kondisi yang dihadapinya, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Seorang wanita yang sedang mendambakan kelahiran anak pertama apabila terjebak dalam situasi yang penuh ketegangan dan memberikan respon yang negatif akan mengalami kecemasan dalam menunggu kelahiran tersebut karena kelahiran dapat terjadi tidak selancar yang diharapkan.

Individu yang mengalami kecemasan akan merasa terancam keselamatannya dan sama sekali tidak mengetahui langkah dan cara yang harus diambil untuk menyelamatkan dirinya (Sobur, 2003: 345). Kecemasan yang dialami oleh wanita yang sedang mengandung anak pertama pada trimester tiga akan merasa bahwa proses persalinan yang akan dihadapi dapat mengancam keselamatan jiwanya maupun anak yang sedang dikandungnya. Wanita yang sedang mengandung anak pertama dan menghadapi proses persalinan

akan merasa khawatir, gelisah, dan resah dalam menanti proses persalinan.

Hasil analisis wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 27-28 Mei 2011 dengan lima orang wanita yang sedang mengandung anak pertama pada usia kandungan trimester III, diketahui bahwa para wanita tersebut mengalami kecemasan menjelang kelahiran anak pertamanya tersebut. Kecemasan tersebut dapat terlihat dari pernyataan subjek yang menunjukkan dirinya mengalami perasaan gelisah dan gugup yang diikuti dengan meningkatnya detak jantung ketika teringat waktu kelahiran yang sudah semakin dekat, sering terbangun di malam hari karena teringat kandungannya dan khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada diri dan anaknya. Kecemasan tersebut muncul sebagai bentuk kekhawatiran individu akan berbagai kemungkinan buruk yang dapat terjadi selama proses kelahiran anak pertamanya. Meskipun demikian, pada dasarnya para wanita yang sedang mengandung anak pertama tersebut telah memiliki keyakinan bahwa setiap usaha yang dilakukannya selama proses kelahiran, seperti pemeriksaan yang rutin dan pola makan yang sehat dapat menghindarkan dari kemungkinan buruk pada saat proses kelahiran.

(5)

194 Durand dan Barlow (2006: 165) bahwa

kecemasan dipengaruhi oleh kerentanan psikologis merupakan kecenderungan yang mengarah kurang rasa percaya diri, self-esteem yang rendah, dan ketidakmampuan mengatasi masalah. Kepercayaan diri adalah sebentuk keyakinan kuat pada jiwa, kesepahaman dengan jiwa dan kemampuan menguasai jiwa (Al-Uqsari, 2005: 13-14). Kepercayaan diri adalah berbuat dengan penuh keyakinan. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong individu untuk maju dan berkembang, serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri, individu akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Individu akan selalu takut pada kegagalan dan sesuatu yang tidak diketahui.

Kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri individu sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis. (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010: 35). Individu dengan kepercayaan diri mempunyai kemampuan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan dan mengembangkan kesadaran diri. Kepercayaan diri pada wanita yang sedang menunggu proses persalinan anak pertama, diharapkan dapat menghindarkannya dari kecemasan. Wanita yang sedang menunggu proses persalinan anak pertama akan dapat menerima

perubahan dalam diri, menganggap rasa nyeri yang muncul karena kehamilan sebagai hal yang wajar. Wanita juga akan tetap dapat berpikir secara positif bahwa proses persalinan akan dapat berjalan dengan lancar.

Hasil analisis wawancara yang dilakukan terhadap wanita yang sedang menunggu proses persalinan anak pertama pada tanggal 27-28 Mei 2011 juga menunjukkan bahwa pada dasarnya merasa percaya diri mampu melewati proses persalinan yang semakin dekat, seperti halnya dengan adanya sikap optimis bahwa persalinan akan berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Wanita yang sedang menunggu proses persalinan anak pertama juga berusaha melihat sesuatu secara positif, seperti adanya penilaian bahwa setiap usaha yang dilakukan untuk menjaga kehamilannya akan mendatangkan hasil yang memuaskan, yaitu kelahiran anak yang lancar. Wanita yang sedang menunggu proses persalinan anak pertama memiliki penilaian bahwa rasa sakit yang akan dirasakan pada saat proses persalinan adalah hal yang wajar dan mampu diatasi dengan baik. Selain itu, kepercayaan diri pada wanita yang sedang menunggu proses persalinan anak pertama tampak dari adanya kesediaan untuk menerima berbagai

(6)

195 masukan dari orangtua agar persalinan dapat

berjalan dengan baik.

Tembong (2006: 57) bahwa ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah bersedia dan mampu mempercayai dan mewujudkan potensi-potensi dirinya secara mandiri serta berani menghadapi risiko akibat keputusan-keputusan sendiri dengan penuh tanggung jawab. Kepercayaan diri pada wanita menjelang kelahiran anak pertama diharapkan dapat membuatnya terhindar dari kecemasan karena adanya perasaan takut akan adanya berbagai kemungkinan buruk yang dapat menimpa ketika proses kelahiran berlangsung. Kepercayaan diri pada wanita menjelang kelahiran anak pertama akan menumbuhkan keyakinan dalam diri serta sikap optimis yang dapat digunakan dalam mengelola setiap sumber kecemasan yang ada. Kenyataannya, wanita yang sedang hamil dan sedang menunggu kelahiran anak pertamanya masih saja mengalami kecemasan.

Kecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama

Kecemasan dapat berasal dari rasa takut, suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berdaya dalam dunia penuh ancaman (Alwisol, 2006: 161). Lebih lanjut Alwisol (2006: 161) menyatakan bahwa kecemasan dasar dibarengi permusuhan dasar, berasal dari perasaan marah, suatu predisposisi untuk mencurigai

orang lain. Gunarsa dan Gunarsa (2003: 83) menyatakan bahwa kecemasan adalah ketakutan yang tidak jelas dan diperoleh dari pengalaman emosional yang menimbulkan frustrasi.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan yang berasal dari rasa takut, suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berdaya dalam dunia penuh ancaman.

Gejala kecemasan menurut Sundari (2005: 51) menyatakan individu yang mengalami kecemasan ditandai dengan gejala-gejala, sebagai berikut:

a. Gejala fisik

Jari-jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada terasa sesak. b. Gejala mental

Ditandai dengan adanya ketakutan, merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, serta ingin lari dari kenyataan.

Gejala-gejala kecemasan menurut Durand dan Barlow (2006: 168), antara lain:

a. Kegelisahan atau perasaan tegang b. Menjadi mudah lelah

(7)

196 c. Sulit berkonsentrasi

d. Iritabilitas e. Ketegangan otot f. Gangguan tidur

Berdasarkan uraian tersebut diketahui gejala-gejala individu yang mengalami kecemasan, antara lain gejala fisik yang meliputi jantung berdebar, sakit kepala, nafsu makan berkurang, mengalami gangguan tidur, kelelahan dan berkeringat dingin serta gejala psikis yang meliputi munculnya perasaan takut, tidak tenang, tidak tentram, bingung, sulit berkonsentrasi dan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan.

Kepercayaan Diri

Perry (2005: 3) menyatakan bahwa kepercayaan diri berarti merasa positif tentang apa yang bisa dilakukan dan tidak mengkhawatirkan apa yang tidak bisa dilakukan, tapi memiliki kemauan untuk belajar. Kepercayaan diri memperlancar hubungan antara diri individu, kemampuan-kemampuan, seperti bakat, keahlian, dan potensi dan cara individu memanfaatkannya. Widyarini (2009: 100-102) menyatakan bahwa kepercayaan diri yang berlebihan (over confidence) membuat individu kebablasan, membangun berlebihan menjadi terlalu gembira atau terlalu optimis, dan menganggap diri tak terkalahkan. Lebih lanjut Ghufron dan Risnawita (2010: 35) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah sikap mental

seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga individu mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya untuk membuat suatu keputusan sendiri dan untuk melakukan pilihannya sendiri.

Individu yang memiliki kepercayaan diri menurut Perry (2005: 3) menunjukkan ciri-ciri, sebagai berikut:

a. Lantang, berani dan terbuka.

b. Mampu menangani berbagai masalah, baik pribadi maupun pekerjaan tanpa banyak bicara tapi pasti.

Menurut Tembong (2006: 57) ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri, antara lain:

a. Bersedia dan mampu mempercayai dan mewujudkan potensi-potensi dirinya secara mandiri.

b. Berani menghadapi risiko akibat keputusan-keputusan sendiri dengan penuh tanggung jawab.

Lauster (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010: 35-36) menyatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(8)

197 a. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Individu mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

b. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tntang diri dan kemampuannya.

c. Objektif

Individu memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

METODE PENELITIAN

Batasan populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang usia kehamilannya memasuki masa kandungan pada trimester III di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang, karena masa ini telah mendekati masa

persalinan dimana terdapat ketakutan terhadap proses persalinan anak.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu incidental sampling. Penelitian ini menggunakan skala yaitu Skala Kecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama dan Skala Kepercayaan Diri.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hubungan kepercayaan diri sebagai variabel bebas dengan kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama sebagai variabel tergantung, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang diutarakan oleh Durand dan Barlow (2006: 165) bahwa kecemasan dipengaruhi oleh kerentanan psikologis merupakan kecenderungan yang mengarah kurang rasa percaya diri, self-esteem yang rendah, dan ketidakmampuan mengatasi masalah. Perspektif kognitif menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan

(9)

198 adalah kurangnya kepercayaan diri atau

kurang realistik dan rasionalnya individu memandang dirinya.

Individu yang kepercayaan dirinya kurang akan mendorong berpikir dan bertindak dengan apa adanya, sehingga hasilnya juga akan kecil. Hal ini membuat efek terhadap kepercayaan individu kurang. Besar kecilnya keberhasilan individu sangat ditentukan oleh besar kecilnya kepercayaan diri individu terhadap apa yang dipikirkan dan dilakukan (Wiyono, 2004: 124). Kepercayaan diri pada wanita menjelang kelahiran anak pertama diharapkan dapat membuatnya terhindar dari kecemasan karena adanya perasaan takut akan adanya berbagai kemungkinan buruk yang dapat menimpa ketika proses kelahiran berlangsung.

Kepercayaan diri tidak begitu saja melekat pada individu. Kepercayaan diri bukan merupakan bawaan lahir atau keturunan, melainkan suatu proses belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungan (Surya, 2007: 2). Kepercayaan diri membawa kekuatan dalam mengatur langkah individu Proses menunggu persalinan pada wanita yang mengandung anak pertama kemungkinan dapat menjadi merupakan sumber stressor tersendiri apabila wanita mengalami perasaan takut dan terancam dalam menghadapinya. Kepercayaan diri yang dimiliki wanita yang

sedang menunggu proses persalinan anak pertama dapat menghindarkannya dari kecemasan.

Kepercayaan diri yang tinggi dalam penelitian belum dapat menurunkan kecemasan pada wanita hamil anak pertama trimester III. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan karena terdapat faktor lain yang lebih dominan dalam memengaruhi kecemasan pada wanita hamil. Hal tersebut terlihat dari sumbangan efektif variabel kepercayaan diri terhadap kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama hanya 25,7%. Sisanya sebesar 74,3% dari variabel lain seperti faktor frustrasi, konflik, ancaman, kontribusi biologis, kontribusi psikologis, serta internal locus of control.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah penggunaan skala kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama hanya menggunakan gejala-gejala dari kecemasan secara umum, sehingga dikhawatirkan kurang dapat mengungkap kondisi yang sesungguhnya dari subjek penelitian. Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah pada Skala Kepercayaan Diri yang tidak berdistribusi normal. Hal ini kemungkinan dikarenakan item-item dalam skala yang memiliki social desirability.

(10)

199 PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah kecemasan wanita menjelang kelahiran anak pertama, dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Uqsari, Y. 2005. Percaya Diri Pasti! Jakarta: Gema Insani.

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Atkinson, R. L., Atkinson, R, C dan Smith, E, Bem, D, J. 1999. Pengantar Psikologi. Jilid Dua. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara.

Ayahbunda. 2010. Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan. http://www.ibudankeluarga.com. (Senin, 20 Februari 2012).

Durand, V. M. dan Barlow, D. H. 2006. Psikologi Abnormal. Alih Bahasa: Linggawati Haryanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ghufron, M. N., dan Risnawita, R. S. 2010. Teori-teori Psikologi. Jakarta: PT. Gramedia.

Gunarsa, S. D. 2002. Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunarsa, S. D., dan Gunarsa, S. D. 2003. Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia.

Kusmiyati. 2008. Kecemasan Menjelang Kelahiran. www.google.com. (15 Mei 2011).

Lukaningsih, Z. L., dan Siti, B. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Perry, M. 2005. Confidence Boosters: Pendongkrak Kepercayaan Diri. Alih Bahasa: Aditya Suharmoko. Jakarta: Erlangga.

Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.

Surya, H. 2007. Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: PT. Gramedia.

Tembong, G. P. 2006. Smart Parenting. Jakarta: PT. Gramedia.

Widyarini, N. M. 2009. Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Wiramihardja, S. A. 2011. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: Alfabeta.

Wiyono, S. 2004. Manajemen Potensi Diri. Jakarta: Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

METAPHOR AND IMAGE BUILDING IN EMILY DICKINSON’S “I LIKE TO SEE IT LAP THE MILES” TO EXPRESS A PRIVATE EXPERIENCE : A COGNITIVE STUDY.. AN

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rakhmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir yang berjudul “ ASUHAN

Maka interpretasinya adalah, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel faktor individu, dan faktor teknologi secara simultan/bersama berpengaruh signifikan terhadap

Pandangan positif tentang MP3EI yang baik ini didukung oleh persepsi mereka yang cukup baik tentang mereka yang cukup baik tentang kesiapan kelembagaan KP3EI dalam menangani

 Oleh  sebab  itu,  pen\ng  untuk   mengembangkan  program  perlindungan  sosial  yang  disasarkan  kepada  kelompok  atau  wilayah  yang   paling

Dari cont oh di at as, diperoleh bahw a Nilai Akhir Akredit asi sam a dengan 85 ( Tabel 4, kolom 6, baris t er akhir) dan seluruh Nilai Kom ponen Akr edit asi Skala Rat usan pada

Berdasarkan tabel dan diagram diatas, terlihat bahwa 6 orang ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 67% atau 4 orang

Kolom 1 : Diisi dengan nomor urut. Kolom 3 : Diisi dengan Tanggal Pengeluaran SPP/Bukti Pengeluaran lainnya. Kolom 5 : Diisi dengan jumlah rupiah Pengeluaran