• Tidak ada hasil yang ditemukan

ni. BAHAN DAN METODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ni. BAHAN DAN METODE"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ni. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Saung dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Riau, Jl. Bina Widya, Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober-Desember 2011.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian diambil disekitar areal kelapa sawit, di Unit Pelayanan Teknik Kebun Percobaan Fakuhas Pertanian Universitas Riau yang terdiri dari cacing tanah jenis endogsesis yaitu Pontoscolex corethrurus, Dystrudept, bahan organik seperti tandan kosong kelapa sawit yang telah melapuk selama (7 bulan), Calopogonium caeruleum, dan rumput israel (Asystasia gangetica).

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, ember ukuran 26 liter, sekop kecil, parang, ayakan tanah ukuran 0,5 cm, timbangan, dan terpal. 3.3. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan bahan organik. Masing-masing percobaan diulang sebanyak 4 kali. Sehingga diperoleh 28 unit percobaan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah: BOO = Tanpa bahan organik (Kontrol)

BOl = 50 g bahan organik tandan kosong kelapa sawit/ember (10 ton/ha) B02 = 100 g bahan organik tandan kosong kelapa sawit/ember (20 ton/ha) B03 = 50 g bahan organik Calopogonium caeruleum/emher (10 ton/ha) B04 = 100 g bahan organik Calopogonium caeruleum/emher (20 ton/ha)

B05 = 50 g bahan organik rumput yang berada di sekitar areal kelapa sawit/ember (10 ton/ha)

B06 = 100 g bahan organik rumput yang berada di sekitar areal kelapa sawit/ember (20 ton/ha) (Lampiran 5)

(2)

11 Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dengan model linear sebagai berikut:

Yij = n + Bi + eij Dimana:

Yij = Nilai pengamatan hasil perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

\i = Nilai Tengah

Bi = Pengaruh perlakuan ke-i

Sij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j Jika hasil ANOVA menunjukkan F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.

3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Cacing Tanah

Cacing tanah yang digunakan dalam percobaan ini adalah jenis endogaesis yaitu Pontoscolex corethrurus yang merupakan isolasi secara manual (handstoring) dari sekitar areal kelapa sawit yang ditumbuhi rerumputan di Unit Pelayanan Teknik Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Cacing tanah yang memiliki klitelum (Lampiran 2 dan 3) yang merupakan penciri penting dari Pontoscolex corethrurus dipisahkan dari cacing yang lain. Pengambilan cacing tanah dilakukan dengan menancapkan cangkul pada kedalaman 0-20 cm ke dalam tanah. Selanjutnya cacing tanah, dimasukkan ke dalam wadah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sebelum digunakan dalam percobaan cacing tanah yang didapat dari areal kelapa sawit dipindahkan ke dalam kotak kayu berukuran 40x20x16 cm, tujuannya untuk tahap penyesuaian dan perkembangbiakan, kemudian cacing ini diberi pakan berupa cincangan bahan organik Calopogonium caeruleum, dan rumput israel (Asystasia gangetica) yang terlebih dahulu direbus. caeruleum, dan rumput) yang terlebih dahulu dicincang kemudian direbus. Untuk menghindari hilangnya cacing dari ember maka ember ditutup dengan triplek.

(3)

12 3.4.2. Persiapan Bahan Organik

Bahan organik yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit yang telah melapuk selama (7 bulan), Calopogonium caeruleum, dan rumput israel {Asystasia gangetica) yang diambil dari areal kelapa sawit di Unit Pelayanan Teknis Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, selanjutnya bahan organik Calopogonium caeruleum, dan rumput israel (Asystasia gangetica) tersebut dicincang dan dijemur dibawah terik sinar matahari. Sedangkan untuk bahan organik tandan kosong kelapa sawit tidak dilakukan penjemuran hanya saja dicincang. Hal ini dikamakan bahan organik tersebut didaptkan dalam kondisi kering dan sudah lapuk.

3.4.3. Persiapan Tanah

Tanah yang digunakan adalah top soil Dystrudepts, yang diambil dari kedalaman 0-20 cm dari areal kelapa sawit di Unit Pelayanan Teknis Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Tanah yang telah diambil selanjutnya di bawa ke Laboratorium untuk dikeringanginkan, setelah kering angin tanah diayak dan ditimbang seberat 10 kg/ember. Tanah diinkubasi selama 1 minggu menggunakan kapur dolomit dengan dosis 6,92 ton (34,60 g/ember). Selanjutnya diberi label pada masing-masing pot sesuai perlakuan dan pot disusun rapi sesuai dengan bagan percobaan. Media diletakkan di tempat yang terlindungi dari sinar matahari langsung dan dipertahankan kelembabannya 40-60% dan temperatur 15-25%, tujuannya agar sesuai dengan syarat tumbuh cacing tanah. 3.4.4. Penebaran Bibit Cacing Tanah

Penebaran bibit cacing dilakukan di permukaan media, cacing di masukkan sebanyak 5 ekor/ember untuk masing-masing unit percobaan. Kemudian bibir ember dipasang plastik ukuran 60x100 cm, tujuannya untuk menghindari cacing agar tidak keluar dari dalam ember. Cacing Pontoscolex corethrurus yang dipilih untuk percobaan adalah cacing tanah yang belum dewasa, belum membentuk klitelum diantara prostomium dan anterior (Lampiran 2) dengan berat hampir sama (0,3-0,80 g).

(4)

13 3.4.5. Pemberian Perlakuan

Bahan organik diberikan 1 hari setelah penebaran bibit cacing tanah. Dengan cara ditebar merata dipermukaan media dan dicampur dengan sedikit media (tanah). Tujuannya memudahkan cacing tanah dalam pengambilan bahan organik, karena cacing tanah jenis endogaesis ini memakan bahan organik dengan cara menariknya kelapisan bawah. Pemberian bahan organik diberikan secara bertahap sebanyak 50 g dan 100 g dalam rentang waktu 3 bulan untuk masing-masing unti percobaan.

3.4.6. Pemeliharaan

Adapun kegiatan pemeliharaan cacing tanah meliputi penyiraman, dan pengendalian hama dan penyakit.

a. Penyiraman

Untuk menjaga kondisi agar selalu sesuai bagi pertumbuhan, dan perkembangbiakan cacing tanah maka dilakukan penyiraman untuk menjaga kelembaban media. Penyiraman dilakukan dengan cara disemprot di permukaan media. Penentuan kelembaban dilakukan dengan pendekatan dengan cara menimbang ember pada saat awal dan setiap 2 hari sekali, dengan asumsi bahwa selisih berat merupakan jumlah air yang hilang dan harus ditambahkan sehingga beratnya menjadi seperti berat awal. Sehingga kelembaban untuk masing-masing unit percobaan sama.

b. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dari beberapa hama yang suka menyerang cacing tanah, adalah semut merah. Pada mulanya, hama ini hanya mengincar pakan cacing yag banyak mengandung karbohidrat dan lemak yang dibutuhkan untuk penggemukan cacing tanah. Namun akhimya semut tersebut juga menyerang cacing tanah. Untuk pencegahan, digunakan kapur ajaib dengan cara diolesi di sekeliling bagian bawah iuar ember.

3.4.7. Panen

Panen dilakukan pada tahap akhir pengamatan dengan cara memperhitungkan umur cacing dengan ciri-ciri telah muncul klitelum atau cincin yang terletak diantara anterior dan prostomium, dihitung mulai saat pertama cacing diletakkan pada media. Hal ini didasarkan karena pemilihan

(5)

14 cacing tidak berasal dari tetasan telur, oleh karena itu umur dianggap sama saat memulai percobaan. Proses pemanenan dilakukan dengan menggunakan tangan, dengan cara mengambil sedikit demi sedikit tanah mulai dari permukaan atas menuju ke bagian bawah, lalu tebarkan di atas terpal.

3.5. Pengamatan

3.5.1. Jumlah Cacing Dewasa

Pengamatan cacing dewasa ini dilakukan setelah cacing berumur 3 bulan, dengan ciri-ciri telah muncul klitelum atau cincin yang terletak diantara anterior dan prostomium, selanjutnya dihitung berdasarkan media percobaan. 3.5.2. Jumlah Anakan Cacing Tanah

Pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan pembongkaran cacing dewasa. Anakan yang telah didapat dihitung berdasarkan media percobaan. 3.5.3. Jumlah Kokon

Pengamatan kokon dilakukan bersamaan dengan pemanenan cacing dewasa dan anakan cacing tanah.

3.5.4. Berat Total Cacing Tanah

Berat total cacing tanah diperoleh dari setiap unit percobaan. Dengan cara menimbang jumlah cacing dewasa dan jumlah cacing yang belum dewasa. 3.5.5. Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan pada tahap awal dan diakhir penelitian. Tanah yang dianalisis adalah sifat kimia yang terdiri dari C-organik menggunakan metode Walkloy and Black, KTK menggunakan metode ekstrak NH4OAC, pH (H2O dan KCL) dengan metode elektromaknetik menggunakan pH meter, dan N menggunakan metode Kejeldhal.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengelola usaha Soto Neon Pak Ni, Ibu Sri Reswanti pernah melakukan eksperimen berupa mencoba mengganti kecap yang digunakan dalam pembuatan soto dan aneka sate

rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah

Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam mengelola dana desa dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya atau potensi dari masyarakat itu sendiri,

Diagram MEWMV Fase Dua dengan

Hasil penelitian menunjukkan (1) ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan dari retailing mix yang terdiri produk, harga, lokasi, promosi, fasilitas

Peningkatan produksi ikan dari kegiatan penangkapan dalam jangka panjang dapat terjadi apabila ada keputusan yang kuat (hard decisions) yang meliputi mengurangi

Dari hasil penelitian yang saya lakukan dibagian Enrobing coklat, maka saya menentukan pokok permasalahan yaitu, “ MENANGGULANGI KELEBIHAN PEMAKAIAN COKLAT PADA

Penelitian tentang pengaruh bermain kreatif tangram terhadap kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak usia dini ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif