• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV STUDI KASUS. 3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Min:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV STUDI KASUS. 3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Min:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut:

Min: 1 [ _ _ ] m h h P GRID EF GRID = ×

1 _ _ m h h H B EF BOILER = +

×

Tujuan dari fungsi objektif di atas adalah untuk meminimumkan total emisi LC atau konsumsi energi primer sistem konvensional. Emisi termasuk proses dari ekstraksi sumber daya, produksi dan operasi.

Kendala-kendala pada pemodelan ini adalah:

1. Pada saat h, energi listrik per satuan kWh yang dipasok oleh jaringan listrik harus memiliki jumlah paling sedikit sama dengan permintaan listrik, termasuk permintaan listrik untuk menggerakkan electric chiller.

_ h h _ h

P GRID ≥ +P P EC

2. Pada saat h, energi panas per satuan kWh yang dipasok oleh sebuah gas boiler harus memiliki jumlah paling sedikit sama dengan permintaan panas untuk ruangan dan menggerakkan absorption chiller.

_ h h _ h

H BH +H AC

3. Pada saat h, energi dingin per satuan kWh dapat dipasok oleh absorption chiller atau electric chiller.

_ h _ h h

C AC +C EC =C

4. Pada saat h, kelebihan energi listrik per satuan kWh dihasilkan menurut persamaan di bawah.

_ h _ h [ h _ h]

P EXCESS =P GRIDP +P EC 5. Pada saat h, kelebihan energi panas per

satuan kWh dihasilkan menurut persamaan di bawah.

_ h _ h [ h _ h]

H EXCESS =H BH +H AC 6. Pada saat h, energi dingin per satuan kWh

yang diperoleh dari absorption chiller setara dengan energi panas yang dibutuhkan dan coefficient of performance (COP) dari suatu absorption chiller.

_

h

_

h COP

C AC

=

H AC

×

AC

7. Pada saat h, energi dingin per satuan kWh yang diperoleh dari electric chiller adalah setara dengan energi listrik yang dibutuhkan dan coefficient of performance (COP) dari suatu electric chiller.

_ h _ h COP

C EC =P EC ×EC

IV STUDI KASUS

Data-data di dalam karya ilmiah ini dikutip

dari penelitian Osman & Ries (2006). Data yang dikutip antara lain data kebutuhan energi suatu bangunan per 24 jam dan karakteristik dari alat-alat yang digunakan dalam sistem kogenerasi dan konvensional. Data yang diperoleh diproses menggunakan LINGO 8.0 untuk mencari solusi permasalahannya. Pada penelitian ini, untuk meringkas proses running LINGO 8.0, periode waktu yang digunakan adalah h=5 (bukan 24 jam). Contoh kasus diambil pada suatu bangunan komersial di Amerika Serikat yang memiliki luas 100,000 kaki. Pada kasus ini akan diambil contoh penggunaan energi pada bangunan tersebut setiap harinya pada bulan Agustus. Kebutuhan penggunaan energi panas pada bangunan ini antara lain untuk air panas, sedangkan kebutuhan energi listrik digunakan untuk bermacam-macam perlengkapan listrik dan penerangan. Permintaan energi dingin bisa ditambahkan ke permintaan energi panas apabila digunakan suatu absorption chiller

atau bisa ditambahkan ke permintaan energi listrik apabila digunakan suatu electric chiller. Model optimisasi sistem kogenerasi mempertimbangkan penggunaan 5 unit MT (microturbine), electric grid, sebuah gas boiler, dan suatu absorption chiller atau electric chiller. Setiap unit MT dapat beroperasi pada 4 tingkat part-load: 25%, 50%, 75% dan 100%. Lalu hasil model optimisasi sistem kogenerasi akan dibandingkan nilai fungsi objektif dan strategi pengoperasian alatnya dengan sistem konvensional yang mempertimbangkan penggunaan jaringan listrik sebagai sumber energi listriknya dan gas boiler sebagai sumber energi panasnya. Energi dingin dapat dipenuhi dengan penggunaan absorption chiller atau electric chiller.

Karakteristik kinerja atau efisiensi dari unit MT dapat dilihat pada Tabel 2. Efisiensi dari microturbine akan digunakan untuk mendapatkan PH_RATIOup yaitu dengan cara membagi efisiensi energi listrik dengan efisiensi energi panas yang dihasilkan suatu

(2)

microturbine. Efisiensi dari penggunaan jaringan listrik rata-rata adalah 32%, koefisien kinerja (COP) dari AC 1.05 dan koefisien kinerja dari EC adalah 4.6. Faktor emisi dari sistem energi yang diperoleh dari model LCA diberikan pada Tabel 3. Data-data mengenai Ch, Ph, Hh, CMINuph, CMAXuph, dan PH_RATIOup diberikan pada tabel-tabel selanjutnya (Tabel 4, 5, 6, 7, 8, dan 9). Pada penelitian ini, data CMINuph dan CMAXuph

diasumsikan terbagi dalam empat selang berdasarkan tingkat part-load-nya.

Pada contoh kasus kali ini akan dioptimumkan 3 jenis model. Model yang pertama bertujuan meminimumkan LC primary energi consumption (PEC) dengan satuan kWh. Model kedua bertujuan meminimumkan LC TOPP dengan satuan kg of ozone precursor potential. Model ketiga bertujuan meminimumkan LC GWP dengan satuan kg of carbon dioxide equivalent.

Tabel 2 Efisiensi microturbine pada setiap tingkat part-load

Efisiensi Listrik Efisiensi Panas

(%) (%)

Part-load 100% 75% 50% 25% 100% 75% 50% 25% MT 28 24.2 20.0 13.1 52 56.4 56.7 58.0

Tabel 3 Faktor emisi sistem energi kogenerasi dan konvensional Sistem Electric

Grid

Gas Boiler Part-load

100% 75% 50% 25% PEC [energi yang digunakan kWh/kWh] 3.09 1.18 3.99 4.32 5.22 7.97 TOPP [kg TOPP ekuiv/kWh] 0.0035 0.00021 0.00083 0.00081 0.0064 0.0038 GWP [kg CO2 Equiv/kWh] 0.787 0.254 0.749 0.795 1.067 1.479

Tabel 4 Kebutuhan energi dingin per kWh pada waktu h (Ch)

h

1 2 3 4 5

C 200 430 700 500 270

Tabel 5 Kebutuhan energi listrik per kWh pada waktu h (Ph)

h

1 2 3 4 5

(3)

Tabel 6 Kebutuhan energi panas per kWh pada waktu h (Hh)

h

1 2 3 4 5

H 200 450 700 400 250

Tabel 7 Kapasitas minimum unit kogenerasi per kWh pada waktu h (CMINuph)

Part-load Unit h 1 2 3 4 5 25% 1 0 0 0 0 0 50% 1 15.001 15.001 16.001 16.001 15.001 75% 1 30.001 30.001 32.001 31.001 30.001 100% 1 45.001 45.001 46.001 47.001 45.001 25% 2 0 0 0 0 0 50% 2 14.001 15.001 16.001 17.001 15.001 75% 2 29.001 30.001 31.001 32.001 30.001 100% 2 44.001 45.001 46.001 46.001 45.001 25% 3 0 0 0 0 0 50% 3 13.001 14.001 15.001 14.001 13.001 75% 3 28.001 29.001 30.001 31.001 29.001 100% 3 46.001 47.001 48.001 49.001 47.001 25% 4 0 0 0 0 0 50% 4 14.001 15.001 16.001 15.001 14.001 75% 4 31.001 32.001 33.001 34.001 32.001 100% 4 44.001 45.001 46.001 47.001 45.001 25% 5 0 0 0 0 0 50% 5 15.001 16.001 17.001 17.001 16.001 75% 5 30.001 32.001 33.001 31.001 30.001 100% 5 45.001 46.001 47.001 49.001 48.001

Tabel 8 Kapasitas maksimum unit kogenerasi per kWh pada waktu h (CMAXuph)

Part-Load Unit h 1 2 3 4 5 25% 1 15 15 16 16 15 50% 1 30 30 32 31 30 75% 1 45 45 46 47 45 100% 1 60 60 60 60 60 25% 2 14 15 16 17 15 50% 2 29 30 31 32 30 75% 2 44 45 46 46 45 100% 2 60 60 60 60 60 25% 3 13 14 15 14 13 50% 3 28 29 30 31 29 75% 3 46 47 48 49 47

(4)

Part-Load Unit h 1 2 3 4 5 100% 3 60 60 60 60 60 25% 4 14 15 16 15 14 50% 4 31 32 33 34 32 75% 4 44 45 46 47 45 100% 4 60 60 60 60 60 25% 5 15 16 17 17 16 50% 5 30 32 33 31 30 75% 5 45 46 47 49 48 100% 5 60 60 60 60 60

Tabel 9 Efisiensi listrik terhadap panas unit kogenerasi pada suatu tingkat part-load

Unit Part-load

25% 50% 75% 100%

1-5 0.226 0.353 0.429 0.538

4.1 Masalah Optimisasi Sistem Kogenerasi untuk Indikator PEC, GWP, dan TOPP

Masalah optimisasi sistem kogenerasi dibagi menjadi 3 jenis menurut jenis indikator dampak lingkungannya, yaitu PEC, GWP, dan TOPP. Perbedaan masalah optimisasi pada ketiga jenis model optimisasi terdapat pada faktor emisinya. Untuk memformulasikan masalah MILP, peubah-peubah COGENuph, P_GRIDh, EF_COGENup dan H_Bh didefinisikan pada setiap periode waktu h=1,2,...,5, unit u=1,2,...,5 dan tingkat part-load p=1,2,3,4 dengan tingkat part-part-load 1=25%, 2=50%, 3=75% dan 4=100%. Masalah tersebut dapat diformulasikan dalam MILP sebagai berikut:

Min: 5 1 [ _ h _ ] h P G RID EF G RID = ×

5 5 4 1 1 1 _ uph up h u p COGEN EF COGEN = = = +

∑ ∑ ∑

× 5 1 _ h _ h H B EF BOILER = +

× dengan kendala:

1. Pada saat h, energi listrik per satuan kWh yang dipasok oleh jaringan listrik atau sistem kogenerasi yang bekerja pada tingkat part-load tertentu harus memiliki jumlah paling sedikit sama dengan permintaan listrik, termasuk permintaan listrik untuk menggerakkan electric chiller. Untuk u = 1,2,3,4,5, p = 1,2,3,4, dan h = 1,2,3,4,5: 5 4 1 1 _ h _ uph h _ h u p P GRID P COGEN P P EC = = +

∑∑

≥ +

Banyaknya kendala pertama adalah 5. 2. Pada saat h, energi panas yang dipasok

oleh sebuah gas boiler atau sistem kogenerasi yang bekerja pada tingkat part-load tertentu harus memiliki jumlah yang lebih besar atau sama dengan permintaan panas untuk ruangan dan permintaan panas untuk menggerakkan absorption chiller. Untuk u = 1,2,3,4,5, p = 1,2,3,4, dan h = 1,2,3,4,5: 5 4 1 1 _ h _ uph h _ h u p H B H COGEN H H AC = = +

∑∑

≥ +

Banyaknya kendala kedua adalah 5. 3. Pada saat h, energi dingin dapat dipasok

oleh absorption chiller atau electric chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h _ h h

C A C + C E C = C Banyaknya kendala ketiga adalah 5. 4. Pada saat h, kelebihan energi listrik yang

dihasilkan memenuhi persamaan di bawah. Untuk u = 1,2,3,4,5, p = 1,2,3,4, dan h = 1,2,3,4,5: _ h P E X C E S S = 5 4 1 1 [ _ h _ u p h] u p P G R I D P C O G E N = = +

∑ ∑

[Ph P E C_ h] − +

(5)

5. Pada saat h, kelebihan energi panas dihasilkan menurut persamaan di bawah. Untuk u = 1,2,3,4,5, p = 1,2,3,4, dan h = 1,2,3,4,5: _ h H E X C E SS = 5 4 1 1 [ _ h _ u p h] u p H B H C O G E N = = +

∑ ∑

[Hh H_A Ch] − +

Banyaknya kendala kelima adalah 5. 6. Pada saat h, energi listrik yang dihasilkan

dari suatu unit kogenerasi yang bekerja pada tingkat part-load tertentu adalah sama dengan produk energi panas dan rasio energi listrik terhadap panas yang

dihasilkan unit tersebut. Untuk u = 1,2,3,4,5, p = 1,2,3,4, dan h = 1,2,3,4,5: _ u p h P C O G E N = _ u p h _ u p H C O G E N × P H R A T I O

Banyaknya kendala keenam adalah 100. 7. Pada saat h, energi listrik yang diperoleh

dari suatu unit kogenerasi yang bekerja pada tingkat part-load tertentu berjumlah paling sedikit sama dengan kapasitas minimum dan paling besar sama dengan kapasitas maksimum unit tersebut. Untuk u = 1,2,3,4,5, p = 1,2,3,4, dan h = 1,2,3,4,5:

_ u p h u p h u p h

P C O G E NC M IN ×C O G E N

P C O G E N_ u p hC M A Xu p h×C O G E Nu p h

Banyaknya kendala ketujuh adalah 100. 8. Pada saat h, energi dingin yang diperoleh

dari absorption chiller setara dengan energi panas yang dibutuhkan dan coefficient of performance (COP) dari

suatu absorption chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h _ h C O P

C A C = H A C × A C

Banyaknya kendala kedelapan adalah 5. 9. Pada saat h, energi dingin yang diperoleh

dari electric chiller adalah setara dengan energi listrik yang dibutuhkan dan coefficient of performance (COP) dari suatu electric chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h _ h C O P

C E C = P E C × E C

Banyaknya kendala kesembilan adalah 5. 10.Pada setiap h, setiap unit hanya bisa

menggunakan 1 tingkat part-load. Untuk setiap h = 1,2,3,4,5, untuk u = 1,2,3,4,5 dan p = 1,2,3,4: 5 4 1 1 1 uph u p COGEN = = ≤

∑∑

Banyaknya kendala kesepuluh adalah 25.

4.2 Masalah Optimisasi Sistem

Konvensional untuk Indikator PEC, GWP dan TOPP

Masalah optimisasi sistem konvensional di bagi menjadi 3 jenis menurut jenis indikator dampak lingkungannya, yaitu PEC, GWP, dan TOPP. Perbedaan masalah optimisasi pada ketiga jenis model optimisasi terdapat pada faktor emisinya. Untuk memformulasikan masalah MILP, peubah-peubah P_GRIDh dan H_Bh didefinisikan pada setiap periode waktu h=1,2,...,5, unit u=1,2,...,5, dan tingkat part-load p=1,2,3,4 dengan tingkat part-part-load 1=25%, 2=50%, 3=75% dan 4=100%. Masalah tersebut dapat diformulasikan dalam MILP sebagai berikut:

Min: 5 1 [ _ h _ ] h P GRID EF GRID = ×

5 1 _ h _ h H B EF BOILER = +

× dengan kendala:

1. Pada saat h, energi listrik per satuan kWh yang dipasok oleh jaringan listrik harus memiliki jumlah paling sedikit sama dengan permintaan listrik, termasuk permintaan listrik untuk menggerakkan electric chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h h _ h

P GRIDP +P EC

Banyaknya kendala pertama adalah 5. 2. Pada saat h, energi panas per satuan kWh

yang dipasok oleh sebuah gas boiler harus memiliki jumlah paling sedikit sama dengan permintaan panas untuk ruangan dan permintaan panas untuk menggerakkan absorption chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h h _ h

H BH +H AC

Banyaknya kendala kedua adalah 5. 3. Pada saat h, energi dingin per satuan kWh

dapat dipasok oleh absorption chiller atau electric chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h _ h h

C A C +C E C =C

Banyaknya kendala ketiga adalah 5. 4. Pada saat h, kelebihan energi listrik per

satuan kWh dihasilkan menurut persamaan di bawah. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h

P E X C E S S = P GRID_ h−[Ph+P EC_ h] Banyaknya kendala keempat adalah 5. 5. Pada saat h, kelebihan energi panas per

satuan kWh dihasilkan menurut persamaan di bawah. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h _ h [ h _ h]

H E X C E S S = H BH +H A C

(6)

6. Pada saat h, energi dingin per satuan kWh yang diperoleh dari absorption chiller setara dengan energi panas yang dibutuhkan dan coefficient of performance (COP) dari suatu absorption chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ _

h h COP

C AC =H AC ×AC

Banyaknya kendala keenam adalah 5. 7. Pada saat h, energi dingin per satuan kWh

yang diperoleh dari electric chiller adalah setara dengan energi listrik yang dibutuhkan dan coefficient of performance (COP) dari suatu electric chiller. Untuk h = 1,2,3,4,5:

_ h _ h COP

C EC = P EC ×EC

Banyaknya kendala ketujuh adalah 5. 4.3 Solusi

Pada uraian tersebut, terlihat bahwa banyak sekali persamaan maupun pertidaksamaan yang harus diselesaikan. Masalah ini sulit diselesaikan dengan metode branch and bound secara manual. Masalah tersebut selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan LINGO 8.0.

Total model optimisasi yang dibuat ada 6 macam, yaitu: model optimisasi sistem kogenerasi PEC, sistem kogenerasi GWP, sistem kogenerasi TOPP, sistem konvensional

PEC, sistem konvensional GWP dan sistem konvensional TOPP.

4.3.1 Sistem Kogenerasi PEC

Nilai fungsi objektif yang didapat untuk sistem kogenerasi adalah 1879.672 kWh (lihat pada Lampiran 2a). Solusi dari proses running LINGO pada model optimisasi ini didapat pada iterasi ke 17216, sedangkan nilai fungsi objektif yang didapat untuk sistem energi konvensional adalah 8405.652 kWh (lihat pada Lampiran 2b). Solusi dari proses running LINGO pada model optimisasi ini didapat pada iterasi total ke 17.

Pada sistem kogenerasi kelima unit microturbine bekerja pada tingkat part-load 100% di setiap h. Kebutuhan energi listrik dan panas dapat dipenuhi sebagian besar oleh microturbine dan dilengkapi oleh electric grid dan gas boiler, sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan energi pendingin didominasi oleh electric chiller. Keterangan lebih lanjut mengenai strategi pengoperasian sistem berdasarkan kebutuhan energi listrik, panas dan energi pendingin dapat dilihat pada Gambar 7, 8, 9 dan Tabel 10.

Tabel 10 Strategi pengoperasian alat pada sistem kogenerasi berdasarkan indikator PEC

Alat yang digunakan h

1 2 3 4 5 Electric grid

Gas boiler

Absorption chiller

Electric chiller

COGEN11

COGEN12

COGEN13

COGEN14

COGEN21

COGEN22

COGEN23

COGEN24 COGEN31

COGEN32

COGEN33

COGEN34

(7)

Alat yang digunakan h 1 2 3 4 5 COGEN41

COGEN42

COGEN43

COGEN44 COGEN51

COGEN52

COGEN53

COGEN54

Gambar 7 Produksi energi listrik untuk meminimumkan PEC.

Gambar 8 Produksi energi panas untuk meminimumkan PEC.

0 100 200 300 400 500 600 700 1 2 3 4 5 k W h h P_COGEN P_GRID P_EC P

Total kebutuhan energi listrik 0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 k Wh h H_COGEN H_B H_AC H

Total kebutuhan energi panas

(8)

Gambar 9 Produksi energi dingin untuk meminimumkan PEC. 4.3.2 Sistem kogenerasi GWP

Nilai fungsi objektif yang didapat adalah 197.4880 kg CO2 equivalent (lihat pada Lampiran 3a). Solusi dari proses running LINGO pada model optimisasi ini didapat pada iterasi total ke 1596, sedangkan nilai fungsi objektif sistem konvensional yang didapat adalah 2047.783 kg CO2 equivalent (lihat pada Lampiran 3b). Solusi dari proses running LINGO pada model optimisasi ini didapat pada iterasi total ke 17. Pada sistem kogenerasi, kelima unit microturbine bekerja pada tingkat part-load 100% di setiap jamnya. Kebutuhan energi listrik dan panas dapat dipenuhi sebagian besar oleh microturbine dan dilengkapi oleh electric grid dan gas boiler; sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan energi pendingin didominasi oleh absorption chiller. Keterangan mengenai strategi pengoperasian sistem berdasarkan kebutuhan energi listrik, panas dan energi pendingin dapat dilihat pada Gambar 10, 11, 12 dan Tabel 11.

4.3.3 Sistem kogenerasi TOPP

Nilai fungsi objektif yang didapat adalah 1.124515 kg TOPP equivalent (lihat pada Lampiran 4a). Solusi dari proses running LINGO pada model optimisasi ini didapat pada iterasi total ke 13706, sedangkan nilai fungsi objektif untuk sistem konvensional yang didapat adalah 6.090000 kg TOPP equivalent (lihat pada Lampiran 4b). Solusi dari proses running LINGO pada model optimisasi ini didapat pada iterasi total ke 20. Pada sistem kogenerasi, kelima unit microturbine bekerja pada tingkat part-load 100% dan 75% di setiap jamnya. Kebutuhan energi listrik dan panas dapat dipenuhi sebagian besar oleh microturbine dan dilengkapi oleh electric grid dan gas boiler, sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan energi pendingin didominasi oleh absorption chiller. Keterangan mengenai strategi pengoperasian sistem berdasarkan kebutuhan energi listrik, panas dan energi pendingin dapat dilihat pada Gambar 13, 14, 15 dan Tabel 12.

Tabel 11 Strategi pengoperasian alat pada sistem kogenerasi berdasarkan indikator GWP

Alat yang digunakan h

1 2 3 4 5 Electric grid Gas boiler Absorption chiller Electric chiller

COGEN11

COGEN12

COGEN13

COGEN14

0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 k Wh h C_EC C_AC C

(9)

Alat yang digunakan h 1 2 3 4 5 COGEN21

COGEN22

COGEN23

COGEN24

COGEN31

COGEN32

COGEN33

COGEN34

COGEN41

COGEN42

COGEN43

COGEN44 COGEN51

COGEN52

COGEN53

COGEN54

Gambar 10 Produksi energi listrik untuk meminimumkan GWP. 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1 2 3 4 5 k Wh h P_COGEN P_GRID P_EC P

Total kebutuhan energi listrik

(10)

Gambar 11 Produksi energi panas untuk meminimumkan GWP.

Gambar 12 Produksi energi dingin untuk meminimumkan GWP. Tabel 12 Strategi pengoperasian alat pada sistem kogenerasi berdasarkan indikator TOPP

Alat yang digunakan h

1 2 3 4 5 Electric grid

Gas boiler

Absorption chiller

Electric chiller

COGEN11

COGEN12

COGEN13

COGEN14

COGEN21

COGEN22

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1 2 3 4 5 k Wh h H_COGEN H_B H_AC H

Total kebutuhan energi panas 0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 k Wh h C_EC C_AC C

(11)

Alat yang digunakan h 1 2 3 4 5 COGEN23

COGEN24

COGEN31

COGEN32

COGEN33

COGEN34

COGEN41

COGEN42

COGEN43

COGEN44

COGEN51

COGEN52

COGEN53

COGEN54

60 60 60 60

Gambar 13 Produksi energi listrik untuk meminimumkan TOPP 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1 2 3 4 5 k Wh h P_COGEN P_GRID P_EC P

Total kebutuhan energi listrik

(12)

Gambar 14 Produksi energi panas untuk meminimumkan TOPP.

Gambar 15 Produksi energi dingin untuk meminimumkan TOPP.

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Optimisasi sistem energi yang berdasarkan life cycle assessment (LCA) merupakan hal yang perlu dilakukan agar minimalisasi penggunaan energi dan emisi yang berdampak negatif pada lingkungan dapat terwujud pada suatu sistem energi. Dalam penulisan ini diperlihatkan bahwa permasalahan optimisasi sistem energi yang berdasar LCA dapat dipandang sebagai permasalahan Mixed Integer Linear Programming (MILP).

Penyelesaian masalah ini diperoleh dengan software LINGO 8.0 dengan menggunakan metode branch and bound..

Dari ketiga hasil fungsi objektif dari contoh-contoh kasus, dapat dilihat bahwa total emisi LC untuk sistem kogenerasi lebih kecil dibandingkan dengan sistem konvensional. Hasil model optimisasi juga menunjukkan strategi pengoperasian sistem kogenerasi yang dapat meminimalisasi emisi LC.

Keuntungan dari penyelesaian model optimisasi ini antara lain:

- Hasil optimisasi model dapat memilih pemilihan sistem energi untuk suatu bangunan. 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1 2 3 4 5 k Wh h H_COGEN H_B H_AC H

Total kebutuhan energi panas 0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 k Wh h C_EC C_AC C

Gambar

Tabel 6 Kebutuhan energi panas per kWh pada waktu h (H h )
Gambar 7  Produksi energi listrik untuk meminimumkan PEC.
Gambar 9  Produksi energi dingin untuk meminimumkan PEC.  4.3.2 Sistem kogenerasi GWP
Gambar 10  Produksi energi listrik untuk meminimumkan GWP. 05010015020025030035040045050012345kWhh P_COGENP_GRIDP_ECP
+4

Referensi

Dokumen terkait

Guru memberi penjelasan singkat tentang konsep Mendeskripsikan kehidupan pada masa Praaksara di Indonesia dengan menggunakan model Olah Pikir Sejoli (OPS). Siswa

Hasil pengukuran terhadap sikap responden dengan TB paru diwilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru, didapatkan hasil bahwa pasien umumnya memiliki sikap yang

Hubungan Manajemen Waktu dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi D IV Bidan Pendidik Semester III di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2016. Hasil uji statistik

Ang awiting pangritwal ay tinatawag na sagaue mga awiting para sa namatay na ninuno ay dumago, awitin sa burol ay tinatawag na angoy, tagulaylay o mga awiting panggera ang

Tutkimusaineisto käsittää 25 Alkoholipolitiikka- ja Yhteiskuntapolitiikka-lehtien vuosina 1970– 2012 ilmestynyttä pääkirjoitusta (ks. Alkoholipolitiikka-lehti perustettiin

Sistem jaringan drainase direncanakan menggunakan sistem saluran terbuka (riol) yang belum memisahkan antara limpasan air hujan (run off) dan limbah rumah

Karya dari pengrajin tangan di pantai Selatbaru tidak tersedia di tempat tersebut.Dari tabel 4.7 diatas bisa dilihat bahwa untuk kategori Kerajinan, dengan alternatif

sesungguhnya jarang terjadi kecuali perusahaan mengalami ke pailitan. Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun