• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Usahatani Padi

Menurut Soekartawi (2002:1), ilmu usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran.

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan continue untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007:158). Ditinjau dari segi pembangunan hal terpenting mengenai usahatani adalah dalam usahatani hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun dalam susunannya, untuk memanfaatkan periode usahatani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien.

2.2 Definisi Kesejahteraan

Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

(2)

mengembangkan diri, sehingga dapatmelaksanakan fungsi sosialnya.Dari Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup.

Menurut Daniel (2002), hal yang paling penting dari kesejahteraaan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.

2.3 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Menurut Boediono (2004) setiap proses produksi mempunyai landasanteknis yang dalam landasan teori tersebut disebut fungsi produksi. Fungsi produksiadalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkatoutput dari tingkat penggunaan input-input.Setiap produsen dalam teori

(3)

dianggap mempunyai suatu fungsi produksi untuk perusahaan. Secara matematik bentuk dari fungsi produksi adalah sebagai berikut :

𝑄𝑄 = 𝑓𝑓 (X1, X2, X3,X4, … , X𝑛𝑛)

dimana :

Q : tingkat produksi (output) X1, X2, X3, X4… , X𝑛𝑛 : berbagai input yang digunakan.

Salah satu bentuk model nonlinier adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi produksi Cobb Douglas yaitu suatu fungsi yang melibatkan dua atau lebih variabel, yaitu variabel yang satu disebut variabel terikat (variabel yang dijelaskan, yaitu Y), dan variabel yang lain disebut variabel bebas (variabel yang menjelaskan, yaitu X). Fungsi Cobb Douglas diperkenalkan oleh Cobb C. W dan Douglas P.H. Pada tahun 1928 melalui artikel yang berjudul A theory of Production di majalahIlmiah American Economic Review 18 (Suplement) halaman 139 sampel 165 (Soekartawi, 2002). Secara sederhana formulasi fungsi produksi

Cobb Douglas adalah sebagai berikut:

Q = f(Kα Lβ) (2.27)

Keterangan :

Q : Output

𝐿𝐿 : Tenaga kerja (labour)

𝐾𝐾 : Modal (capital)

α (alpha) dan β (beta) : Parameter-parameter positif lainnya yang ditentukan oleh data

(4)

Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi Produksi Cobb Douglas, yaitu :

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol atau suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite);

2. Tidak ada perbedaan teknologi pada pengamatan; 3. Tiap-tiap variabel X adalah persaingan sempurna;

4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan (Soekartawi, 2002).

2.3.1 Elastisitas Produksi

Elastisitas produksi adalah konsep untuk mengukur tingkat perubahan darioutput akibat dari penggunaan input. Salah satu asumsi dasar dalam teori ekonomi produksi adalah setiap produsen berusaha memaksimumkan keuntungan. Analisiselastisitas ini sangat penting untuk menjelaskan input mana yang lebih elastic dibandingkan dengan input lainnya. Disamping itu juga dapat diketahui intensitas faktor produksinya, apakah bersifat padat tenaga kerja ataukah padat modal. Apabila nilai elastisitas modal lebih besar daripada nilai elastisitas tenaga kerja, maka proses produksi lebih bersifat padat modal, dan begitu juga sebaliknya.

2.3.2. Return to Scale

Return to Scale perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatuusaha yang akan diteliti mengikuti kaidah increasing, constant, atau

(5)

(1970) di dalamSoekartawi (2002) menerangkan bahwa produksi optimal dapat dicapai apabila ada pengorganisasian penggunaan input sebaik mungkin. Menurut Soekartawi (1990) ada 3 alternatif dari kondisi Return to Scale, yaitu :

1. decreasing return to scale, bila 𝛽𝛽1 + 𝛽𝛽2 < 1

Dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan factor produksi melebihi proporsi penambahan produksi. Misalnya, bila penggunaan faktor produksi ditambah 25%, maka produksi akan ditambah sebesar 15%.

2. constant return to scale, bila 𝛽𝛽1 + 𝛽𝛽2 = 1

Dalam keadaan ini, penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. Misalnya, bila faktor produksi ditambah 25%, maka produksi akan bertambah 25% juga.

3. increasing return to scale, bila 𝛽𝛽1 + 𝛽𝛽2 > 1

Ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Misalnya, bila faktor produksi ditambah 10%, maka produksinya akan bertambah sebesar 20%.

2.3.3 Estimasi Fungsi Produksi Cobb Douglas

Untuk mengestimasi fungsi produksi Cobb Douglas ada beberapa metode. Salah satu diantaranya adalah dengan cara melinierkan fungsi produksi

CobbDouglas dengan transformasi logaritma seperti yang dilakukan oleh Human (2010). Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan (2.27), maka

(6)

persamaan (2.27) diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan (2.27) adalah :

ln𝑄𝑄 = ln 𝐴𝐴 + 𝑎𝑎 ln 𝑋𝑋1 +𝑏𝑏 ln 𝑋𝑋2 + 𝑐𝑐 ln 𝑋𝑋3 + d ln 𝑋𝑋4 𝑄𝑄∗ = 𝐴𝐴∗ + 𝑎𝑎𝑋𝑋1*+𝑏𝑏𝑋𝑋2*+ 𝑐𝑐𝑋𝑋3*+ 𝑑𝑑𝑋𝑋4* (2.28) dimana : 𝑄𝑄∗ = ln 𝑄𝑄 𝑋𝑋∗ = ln X 𝐴𝐴∗= ln A

Dengan melakukan regresi pada persamaan (2.28), maka secara mudah akan diperoleh nilai konstanta A dan elastisitas input produksinya.

Metode yang kedua adalah dengan menggunakan bantuan suatu algoritma untuk mendekati fungsi produksi Cobb Douglas melalui fungsi linier.. Konsep yang mendasari teknik ini adalah uraian deret Taylor yang digunakan untuk menyatakan persamaannonlinier dalam bentuk hampiran linier. Metode inilah yang dibahas dalam skripsi ini.

2.4 Faktor-Faktor Produksi

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan teknologi.

(7)

2.4.1 Tanah / Luas Lahan

Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena tanah merupakan tempat dimana usaha tani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah memiliki sifat tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat sehingga sifatnya langka (Mubyarto, 2002:89). Menurut Hernanto (1991) dalam (Djamali Abdoel:2000), bahwa terdapat empat golonganpetani berdasarkan luas lahan yang diusahakan yaitu :

1. Golongan petani sangat luas (lebih dari 25 rante) 2. Golongan petani luas (19 – 25 rante)

3. Golongan petani sedang (10 - 18 rante)

4. Golongan petani sempit (kurang dari 10 rante)

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan rante. Di pedesaan, petani masih menggunakan ukuran tradisional, misalnya patok dan jengkal (Rahim 2007: 36).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas tanah sawah yang ditanami padi pada satu kali musim panen dengan satuan rante.

(8)

2.4.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam usaha tani. Penggunaan tenaga kerja akan intensif apabila tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang optimal dalam proses produksi. Jasa tenaga kerja yang dipakai dibayar dengan upah. Dalam usahatani sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri, yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak-anak petani. Anak-anak yang sudah berumur 12 tahun misalnya sudah dapat dijadikan tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Mereka dapat membantu mengatur pengairan, mengangkut bibit atau pupuk ke sawah atau membantu penggarapan sawah. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Memang usahatani dapat sekali-sekali membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam tahapan penggarapan tanah baik dalam bentuk tenaga langsung. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri umumnya tidak terlalu diperhitungkan dan sulit diukur dalam penggunaannya atau bisa disebut juga tenaga yang tidak pernah dinilai dengan uang.

Dalam usahatani kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan meliputi hampir seluruh proses produksi berlangsung, kegiatan ini meliputi beberapa jenis tahapan pekerjaan, antara lain yaitu :

a. Persiapan tanaman,

b. Pengadaan sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, obat hama/penyakit yang digunakan sebelum tanam),

(9)

d. Pemeliharaan yang terdiri dari penyiangan, pemupukan, pengobatan, pengaturan air dan pemeliharaan bangunan air,

e. Panen dan pengangkutan hasil, f. Penjualan. (Hernanto, 2003:71-72).

Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) atau hari kerja orang (HKO). Menurut Soekartawi (2002 : 26), dalam analisis ketenagakerjaan diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut hari kerja setara pria (HKSP).

Tenaga kerja yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja yang dipakai untuk proses produksi dan curahan kerja (alokasi waktu yang dipergunakan oleh tenaga kerja tersebut) dihitung per Hari Orang Kerja (HOK) petani.

2.4.3 Modal Kerja

Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang diluar tanah adalah ternak, cangkul, alat-alat pertanian, pupuk, bibit, pestisida, hasil panen yang belum dijual tanaman yang masih ada di sawah. Dalam pengertian yang demikian tanah bisa dimasukkan dalam modal (Mubyarto, 2002:106).

Dengan modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat. Oleh karena itu, modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu

(10)

Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling padi (Rice Milling Unit/RMU) untuk memproses padi menjadi beras.

2.4.3.1 Bibit atau Benih

Menurut Suparyono (2003:20) bibit yang bermutu adalah bibit yang telah dinyatakan sebagai bibit yang berkualitas tinggi dengan jenis tanaman unggul. Bibit yang berkualitas tinggi memiliki daya tumbuh lebih dari 90% dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau sering disebut sebagai bibit unggul.

2. Memiliki kemurnian, artinya terbebas dari kotoran bibit jenis lain, bebasdari hama dan penyakit.

Adapun sifat-sifat yang dimiliki bibit unggul pada umumnya adalah: 1. Daya hasil tinggi

2. Tahan terhadap gangguan serangga dan penyakit 3. Tahan roboh atau tumbang

4. Umur yang pendek

(11)

Bibit atau benih merupakan salah satu faktor produksi yang habis dalam satu kali pakai proses produksi. Oleh karena itu petani harus berhati-hati dalam setiap memilih benih sehingga diperoleh benih yang baik dan bermutu yang dapat menunjang produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

2.4.3.2 Pupuk

Pupuk adalah zat atau bahan makanan yang diberikan kepada tanaman dengan maksud agar zat tersebut dapat diserap oleh tanaman. Pupuk merupakan zat yang berisi satu atau lebih nutrisi yang digunakan untuk mengembalikan unsur-unsur yang habis terhisap tanaman dari tanah. Dalam pemberian pupuk harus dengan dosis yang tepat serta waktu yang tepat pula agar keseimbangan zat mineral dapat dipertahankan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian.

2.4.3.3 Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Dalam pemakaian pestisida harus memperhatikan dosis maupun ukurannya. Pestisida pada hakikatnya merupakan racun apabila pemakaiannya terlalu banyak akan bersifat merugikan. Petani di Indonesia menggunakan pestisida untuk membantu program intensifikasi dalam rangka mengatasi masalah hama dan penyakit menyerang tanaman pertanian. Pestisida dapat secara cepat menurunkan populasi hama yang menyerang tanaman sehingga penurunan hasil pertanian dapat dikurangi (Suparyono, 2003:25).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini modal yang dimaksud adalah besaran nominal (uang) yang dipakai

(12)

untuk proses produksi yaitu mencakup biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku,biaya tenaga kerja yang meliputi proses mulai dari pengolahan tanah, penyebaran benih, penanaman, pemupukan, pemeliharaan atau penyemprotan dan pemanenan.Sedangkan untuk biaya bahan baku adalah pembelian bibit, pupuk dan pestisida/obat hama.

2.4.4 Teknologi

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian.Demikian pula “Revolusi Hijau” mulai tahun 1969/1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding bibit-bibit yang dikenal sebelumnya.

Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan produktivitas yang tinggi.

Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian kadang-kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama dan sering dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik

(13)

dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.

Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun inovasi.

2.5 Penelitian Terdahulu

Rajanami Yun Sukatami (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah di Kec. Sei Bingai Kab. Langkat”, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap produksi usaha tani. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data cross section yang diperoleh dari lokasi penelitian. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana dengan sampel yang diambil sebanyak 5 % dari total populasi (167 sampel) dan model yang digunakan adalah model logarima dari fungsi Produksi Cobb Douglas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani sedangkan pestisida tidak berpengaruh signifikan.

Penelitian lainnya yang dilakukan Christofel D. Nababan (2009) tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di

(14)

Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo”, Variabel yang digunakan dalam model adalah Biaya Pupuk, Jumlah Tenaga Kerja, dan Luas Lahan. Data yang digunakan adalah data primer dalam satu kali musim panen di bulan April 2008 – Agustus 2008 .Metode yang digunakan adalah OLS, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa, Independen variabel dapat menjelaskan dependen variable, sebagian variabel yaitu Jumlah Tenaga Kerja, dan Luas Lahan berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Petani Jagung, sebagian lagi yaitu Biaya Pupuk pengaruhnya tidak nyata terhadap Pendapatan Petani Jagung.

Muhammad Hafidh (2009) yang penelitiannya bejudul “Pengaruh Tenaga Kerja, Modal, dan Luas Lahan terhadap Produksi Usaha Tani Padi (Studi kasus di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal)”, variabel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja (TK), modal (M), luas lahan (LL) dan produksi usahatani padi sawah (PUP). Metode pengumpulan data yang digunakan interview guide dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis Deskriptif Presentase dan Model Regresi Linier Berganda. Hasil penelitiannya Dari hasil analisis model regresi linier berganda terhadap model empiris diperoleh bahwa nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas pada pertanian padi sawah di Kecamatan Rowosari yaitu variabel tenaga kerja (TK), modal (M) dan luas lahan (LL) berpengaruh positif terhadap produksi usahatani padi sawah (PUP). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara bersama-sama tenaga kerja, modal, dan luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.

(15)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis Judul

Penelitian

Ukur dan Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Rajanami Yun Sukatami (2009) Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah di Kec. Sei Bingai Kab. Langkat Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana dengan sampel yang diambil sebanyak 5 % dari total populasi (167 sampel) dan model yang digunakan adalah model logarima dari fungsi Produksi Cobb Douglas Hasil peneltian berpengaruh signifikan terhadap produksi usaha tani sedangkan pestisida

tidak berpengaruh signifikan. Salah satu kecamatan di kabupaten langkat yang memiliki potensi besar dalam sektor tanaman pangan adalah kecamatan sei bingai yang tersebar hampir semua desa yang terdapat pada wilayah kecamatan tersebut. 2 Christofel D. Nababan (2009) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Data yang digunakan adalah data primer dalam satu kali musim panen di bulan April 2008 – Agustus 2008 .Metode yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa, independen variabel dapat menjelaskan dependen variabel, sebagian variabel yaitu jumlah tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan

(16)

No. Penulis Judul Penelitian

Ukur dan Alat

Analisis Hasil Penelitian

Karo digunakan

adalah OLS

petani jagung, sebagian lagi yaitu biaya pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan petani jagung. 3 Muhammad Hafid (2009) Pengaruh Tenaga Kerja, Modal, dan Luas Lahan terhadap Produksi Usaha Tani Padi (Studi kasus di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal) Metode pengumpulan data yang digunakan interview guide dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis Deskriptif Presentase dan Model Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja (TK), modal (M) dan luas lahan (LL) berpengaruh positif terhadap produksi usahatani padi sawah (PUP). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara bersama-sama tenaga kerja, modal, dan luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal

(17)

2.6 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan

Tanah/Luas Lahan (X1) Kesejahteraan Petani (Y) Tenaga Kerja (X2) Modal Kerja (X3) Teknologi (X4)

(18)

tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam persoalaan. Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusun dalam kalimat pernyataan.

Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif tanah/luas lahan terhadap kesejahteraan petani padi.

2. Terdapat pengaruh positif tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani padi. 3. Terdapat pengaruh positif modal kerja terhadap kesejahteraan petani padi. 4. Terdapat pengaruh positif teknologi terhadap kesejahteraan petani padi.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu  No  Penulis  Judul
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

SMK Negeri 3 Kota Kediri juga sekolah yang banyak menorehkan. prestasi di bidang akademik

Tiga panah, Kaban Jahe Pekerjaan : Seniman dan Tokoh adat.. Umur : 62

Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal.. memfasilitasi peserta didik dalam berlangsungnya proses

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Recognising the importance of establishing the same link with Northeast Asia and the important role that East Asian countries play in the region, the heads of state and government

Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu rangkaian rencana kegiatan yang mampu menghantarkan langkah menuju tujuan yang akan dicapai, sehingga strategi dapat

Hal ini disebabkan jika NPF meningkat maka telah terjadi peningkatan pada total pembiayaan bermasalah dengan persentase lebih besar dari pada persentase peningkatan total

Dengan adanya potensi permintaan yang berbeda, - beda dari tiap ~ tiap customer ini, betapapun tinggi kemaapuan se orang sales spesialis menjual barang, tetapi jika customer