Nurjanah, 2013
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA
(PTK di Kelas V SDN Sukanegara 1 Kecamatan Pontang Kabupaten Serang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
NURJANAH
0903754
JURUSAN PENDIDIIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Nurjanah, 2013
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA
(PTK di Kelas V SDN Sukanegara 1 Kecamatan Pontang Kabupaten Serang)
Oleh NURJANAH
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nurjanah2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Nurjanah, 2013
ABSTRAK
NURJANAH, “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dengan Mnggunakan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (PTK Di Kelas V SDN Sukanegara 1 Kecamatan Pontang Kabupaten Serang)”.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah yang dihadapi dilapangan yakni masih banyak siswa kelas V di SDN Sukanegara 1 Kecamatan Pontang Kabupaten Serang yang terdiri dari 26 orang siswa 12 laki-laki dan 14 perempuan belum terampil dalam berbicara dan keterampilan berbicaranya masih kurang dari KKM yaitu 6,00. Hal ini memerlukan tindakan dan upaya untuk mengatasinya, maka dari itu diadakan Penelitian Tindakan Kelas.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana aktivitas belajar dalam keterampilan berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama pada siswa kelas V SDN Sukanegara 1, dan bagaimana keterampilan berbcara siswa kelas V SDN Sukanegara 1 dengan menggunakan metode sosiodrama. Tujuan penelitian ini adalah membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama pada siswa kelas V SDNSukanegara 1 dn meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana PTK ini terdiri dari beberapa siklus diantaranya siklus tindakan ini meliputi prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Instrument dalam penelitian ini yaitu observasi dan tes. Pemerolehan hasil setelah diadakan observasi dan tes dalam pelaksanaan kegiatan PTK ini, yaitu: prasiklus mencapai nilai rata-rata 42, siklus I 49,8, siklus II 60,9 dan siklus III 77,8.
v
DAFTAR TABEL. ………...viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Definisi Operasional ... 5
BAB II MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA A. Kajian Teori ... 7
1. Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar ... 7
2. Metode Sosiodrama Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia . ... 20
B. Kajian Hasil Penelitian ... 27
vi
D. Hipotesis. ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30
B. Model Penelitian ... 31
C. Subjek Dan Lokasi Penelitian ... 35
D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 39
F. Pengolahan Data... 49
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Prasiklus ... 54
2. Siklus I ... 69
3. Siklus II ... 84
4. Siklus III ... 98
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114
D. Jawaban Hipotesis ... 115
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 116
B. Rekomendasi ... 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru
(Sagala, 2012:61). Pada hakikatnya belajar bahasa bertujuan agar siswa
mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai sarana untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam kehidupan
manusia, tentu tidak pernah terlepas dari bahasa yang ia gunakan, bahkan
sejak manusia belum bisa mengeluarkan bunyi dengan jelas dan dapat
dimengerti dengan orang lain.
Haris dalam Tarigan (2008:1) mengungkapkan bahwa pada
pembelajaran bahasa Terdapat empat komponen diantaranya menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat komponen tersebut diatas saling
berkaitan satu dengan yang lainnya dan saling berurutan. Manusia ketika
belum dewasa mendengar orang disekitarnya berbicara dengan bahasanya,
kemudian lambat laun manusia itu dapat mengerti dan bisa mengucapkan apa
yang pernah didengarnya, dengan kemampuannya berbicara untuk
menyampaikan maksud yang ingin ia sampaikan, lalu seiring berkembangnya
pengetahuan dan kemampuan berpikir, manusia dapat mempelajari
Dari keempat keterampilan berbahasa yang telah diungkapkan tersebut
diatas, maka keterampilan keterampilan yang akan digunakan penelitian ini
adalah keterampilan berbicara pada anak SD. Berbicara merupakan cara
manusia berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya untuk
mengekspresikan, menyampaikan maksud dan informasi kepada orang lain
secara lisan. Pembelajaran berbicara memegang peranan penting disamping
keterampilan-keterampilan lain dalam bahasa. Untuk itu guru perlu merancang
pembelajaran sedemikian rupa agar dapat menciptakan pembelajaran yang
lebih efektif. Untuk mencapai keberhasilan itu tentu tidaklah mudah,
diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari guru untuk dapat membuat
kegiatan belajar mengajar menjadi menarik dan tidak membosankan, dalam
hal ini kreatifitas dan kecerdasan memilih metode akan sangat menentukan
keberhasilan dalam mengajar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka keterampilan berbicara di
kelas V SDN Sukanegara 1 Kecamatan Pontang didapati adanya kesulitan,
terutama dalam hal keterampilan berbicara siswa. Dalam berbicara siswa
dikelas masih terlihat gugup dan tidak terstruktur jika diajak berkomunikasi,
dan kurang dalam penggunaan kosakata. Hal itu mengakibatkan siswa terlihat
malas untuk mengerjakan sesuatu jika terdapat hal-hal yang belum dipahami.
Begitu pula guru dalam menyampaikan materi kurang melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, maka sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan
3
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu kiranya suatu pembaharuan
pada proses pembelajaran dikelas, yaitu dengan menggunakan metode
sosiodrama. Dengan maksud agar siswa dalam pembelajaran lebih aktif sesuai
dengan peranannya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Sagala (2012:213) mengungkapkan bahwa metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi, metode sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisaikan suatu situasi social yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
ingin membantu permasalahan yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan
keterampilan berbicara melalu penelitian tindakan kelas yang dibuat dalam
bentuk skripsi dan berjudul : Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dengan
Menggunakan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
(PTK di SDN Sukanegara 1 Kecamatan Pontang Kabupaten Serang)
B. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian secara umum dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas belajar dalam keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode sosiodrama pada siswa kelas V SDN
Sukanagara 1?
2. Bagaimana keterampilan berbicara siswa kelas V SDN
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Ingin meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran berbicara
dengan menggunakan metode sosiodrama pada siswa kelas V SDN
Sukanegara 1.
2. Ingin meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN
Sukanegara 1 dengan menggunakan metode sosiodrama.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru
a. Memahami metode yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia melalui
metode mengajar tersebut.
1. Manfaat bagi siswa
a. Memudahkan siswa dalam mengurangi kesulitan pada
kemampuan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
b. Meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan
berbicara.
c. Untuk memotivasi siswa agar belajar lebih baik lagi.
5
a. Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam penerapan
metode pembeajaran sosiodrama.
b. Mengetahui permasalahan secara langsung, dan
c. Menambah wawasan terhadap dunia pendidikan
3. Manfaat bagi sekolah
Ingin meningkatkan kualitas sekolah dengan menawarkan suatu
metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan judul dalam
penelitian ini, peneliti membuat definisi operasional sebagai berikut:
1. Keterampilan berbicara
Menurut Tarigan (2008:16) berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan
atau perasaan.
2. Metode sosiodrama
Menurut Sagala (2012:213) metode sosiodrama berarti cara
menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau
mempertontonkan tingkah laku dalam hubungan social. Jadi,
metode sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam
mendramatisaikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu
problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Arikunto (2010:135) mengemukakkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru atau
disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praksis mengajar.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan atas dasar
kesadaran dari pihak yang ingin memperbaiki proses belajar mengajar dikelas
yang bermasalah agar masalah itu dapat teratasi sehingga kegiatan belajar
mengajarpun menjadi lebih efektif.
Menurut Ditjen PMPTK (2010:7) tujuan utama PTK adalah untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi didalam kelas sekaligus
mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui
tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan
kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dikelas. Secara lebih rinci tujuan
PTK antara lain:
a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan
dan pembelajaran disekolah.
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam
mengatasi masalah pembelajaran didalam dan diluar kelas.
c. Meningkatkan sifat professional pendidik dan tenaga
kependidikan.
d. Menumbuh-kembangkan budaya akademik dilingkungan
sekolah sehingga tercipta sikap proaktif didalam melakukan
sikap perbaikan pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Penjelasan tersebut diatas dapat dilihat di:
http://007indien.blogspot.com/2012/04/tujuan-penelitian-tindakan-kelas.html
Alasan peneliti memilih metode penelitian ini adalah karena Penelitian
Tindakan Kelas sudah terbukti berhasil digunakan oleh para peneliti terdahulu.
Arikunto (2010:132-133) mengemukakkan bahwa:
“Saat ini Penelitian Tindakan Kelas sangat dianjurkan untuk
dilaksanakan disemua jenjang dan jenis sekolah. Keunggulan dalam peneliitian ini adalah karena guru diikutsertakan dalam enelitian sebagai subjek yang melakukan tindakan, yang diamati, sekaligus yang diminta untuk merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan tindakan, tentu lama kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri mereka suatu kebiasaan untuk mengevaluasi diri”
Metode Penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki
32
Pontang Kabupaten Serang. diharapkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada
keterampilan berbicara dapat meningkat, serta meningkatkan professionalisme
guru .
Untuk menunjang penggunaan penelitian tindakan kelas ini, maka
langkah selanjutnya adalah memilh suatu model yang tepat yang akan
digunakan dalam proses penelitian. Ada beberpa model yang dapat diterapkan
dalam penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi peneliti menggunakan model
yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart.
B. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Penelitian Tindakan Kelas. Banyak ahli menekuni Penelitian Tindakan,
diantaranya adalah Kurt Lewin, Kemmis, Henry, Mc. Taggart, John Elliot, dan
Hopkins. Namun, peneliti hanya menggunakan model penelitian dalam
penelitian ini adalah model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Taggart. Penelitian Tindakan pertama kali diperkenalkan
oleh Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen, diantaranya perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat komponen itu kemudian
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Model PTK ini terdiri dari tiga
siklus diantaranya siklus I, siklus II, dan siklus III, untuk lebih jelasnya dapat
Bagan 3.1
Alur PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto
2010:137) Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
SIKLUS III
Pengamatan
34
Berdasarkan gambar tersebut diatas, maka dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Tahap ini berisi rencana tindakan apa yang akan dilakukan dalam
tindakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan
sikap sebagai solusi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi dari rancangan yang telah
dibuat. Tentang hal yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan dalam proses
pembelajaran yang diselenggarakan.
3. Observasi
Tahap ini merupakan pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati atas pengaruh
dari tindakan yang dilakukan terhadap siswa. Kegiatan observasi ini
dilaksanakan ketika tindakan berlangsung.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengkajian terhadap hasil yang
didapat serta mempertimbangkan peengaruh tindakan dari berbagai
kriteria. Berdasarkan refleksi ini, peneliti dapat melakukan perubahan dan
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah
siswa sebanyak 26 orang, yang terdiri dari 12 laki –laki dan 14 perempuan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah kelas V Sekolah
Dasar Negeri Sukanegara 1 Kecamatan Pontang Kabupaten Serang. Alas
an peneliti melakukan penelitian ini adalah karena:
a. SD tersebut dekat dengan rumah peneliti,
b. Adanya kedekatan dengan kepala sekolah sehingga mudah untuk
perizinannya
D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
1. Pra Siklus
Pada tahap prasiklus, peneliti belum melakukan tindakan,
melainkan hanyaobservasi dan refleksi sebagai langkah awal dalam
penelitian tindakan kelas, rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Observasi Awal
Pada tahap ini peneliti malakukan pengamatan untuk
36
mengajar siswa dikelas, yang diamati adalah keterampilan
berbicara siswa kelas dan juga keadaan kelas ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
b. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengkaji dan menganalisis masalah
yang terjadi, dan ternyata didapati data sebagai berikut:
1) Siswa masih terlihat gugup dalam berbicara
2) Berbicara tidak berstruktur
3) Kurang dalam penggunaan kosakata
4) Terlihat malas untuk mengerjakan sesuatu jika terdapat
hal-hal yang belum dipahami
Peneliti bersama-sama guru mengadakan refleksi dan
berdiskusi untuk merencanakan tindakan selanjutnya yaitu
dengan menerapkan metode sosiodrama serta melanjutkan
penelitian pada siklus I.
2. Siklus I
a. Rencana
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini
merupakan tindak lanjut dari hasil observasi pra siklus.Peneliti
bersama-sama dengan guru menyusun rencana sebagai bahan
dalam pelaksanaan tindaka. Untuk itu, peneliti bersama-sama
1) Membuat RPP
2) Menyiapkan media sebagai alat bantu
3) Mempersiapkan langkah yang akan digunakan pada waktu
tindakan
4) Membuat kisi-kisi tes keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode sosiodrama
5) Mebuat pedoman observasi
6) Membantu guru dalam menyediakan sarana dan prasarana
yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
b. Tindakan
Setelah melakukan perencanaan, selanjutnya pada tahap ini
adalah implementasi dari rencana yang telah dibuat sebelumnya,
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Peneliti sebagai model (guru) dikelas untuk mengajar sesuai
dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya
2) Menjelaskan materi pelajaran yang akan dibahas
3) Melatih keterampilan berbicara siswa dengan kegiatan
berdialog atau memainkan drama dengan perannya
masing-masing.
38
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini guru sebagai observer sesuai
dengan pedoman yang dibuat sebelumnya untuk mengamati proses
belajar menngajar dikelas, adapun sasaran yang diobservasi adalah
sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran berbicara siswa menggunakan metode
sosiodrama
2) Aktivitas belajar siswa ketika proses pembelajaran berlangsung
3) Aktivitas kegiatan belajar mengajar guru dengan metode
sosiodrama
Dari hasil observasi ini akan diperoleh data-data baru untuk
selanjutnya dikaji kembali oleh peneliti dan guru.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi balikan dengan
membicarakan hasil kegiatan belajar mengajar pada siklus I.
Apabila hasil belajar siswa pada siklus I ini ditemukan adanya
kekurangan atau kendala, maka guru dan peneliti perlu
mempersiapkan rencana tindakan untuk memperbaiki sekaligus
meningkatkan hasil belajar siswa yang dilanjutkan pada siiklus
E. Instrumen Penelitian
Dalam kegiatan penelitian ini, instrument yang akan digunakan adalah
observasi , tes, dan wawancara mengenai kegiatan pembelajaran.
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan (pengambilan data), meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra. (Arikunto, 2010:199). Observasi ini dilakukan untuk
mengetahui tentang aktivitas siswa, aktivitas guru dan keadaan kelas
selama kegiatan pembelajaran berbicara menggunakan metode
sosiodrama di kelas V SDN Sukanegara 1.
Tabel 3.1
Pedoman Observasi Aktivitas KBM Dengan Menggunakan
Metode Sosiodrama
No Aspek yang dinilai Skala nilai Nilai Kualitas
1 2 3 4
1 Kemampuan membuka
pelajaran
2 Kemampuan mengolah pembelajaran
40
4 Kemampuan menutup pembelajaran
Petunjuk penilaian:
- Pemberian skor masing-masing komponen dilakukan dengan pemberian tanda
(√) pada kolom skala nilai Catatan:
- Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
- Nilai 3 jika tiga deskriptor tampak
- Nilai 2 jika dua deskriptor tampak
- Nilai 1 jika dua deskriptor tampak
Keterangan penilaian dari tiap deskriptor:
1. Kemampuan membuka pembelajaran
- Mampu menarik perhatian siswa
- Memotivasi siswa
- Melakukan apersepsi yang berkaitan dengan sosiodrama
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kemampuan mengolah pembelajaran
- Mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan baik
- Menerapkan metode sosiodrama dengan baik sesuai dengan
langkah-langkah yang telah dibuat
- Melatih keterampilan berbicara
3. Kemampuan mengadakan evaluasi
- Mengadakan evaluasi dengan menggunakan pedoman observasi terhadap
proses
- Melakukan penilaian dengan instrumen tes dengan format yang disediakan
- Melakukan tanya jawab tentang pemahaman siswa
- Melakukan Tanya jawab meluruskan kesalah pahaman
4. Kemampuan menutup pembelajaran
- Memberikan motivasi
- Memberikan penguatan
- Merefleksikan kegiatan belajar
- Memberikan kesimpulan
Adapun kriteria penilaian sebagai berikut:
Na = Nilai yang diperoleh X 100
Nilai Maksimum
Keterangan :
Na = nilai akhir
42
Skor nilai 1-10
Kategori Nilai:
Skor niilai 90-100 = (baik sekali)
Skor nilai 70-89 = (baik)
Skor nilai 60-69 = (cukup)
Skor nilai ‹60 = (kurang)
Pedoman Observasi Aktivitas KBM
Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Sosiodrama
No. Nama Siswa
Aspek yang diamati
Skala Nilai Nilai Kualitas
1 2 3 4
1. Lafal
2. Intonasi
3. Gaya dan
4. Penjiwaan
Jumlah
Rata-rata
Penilaian untuk setiap aspek mengacu pada deskriptor yang telah
ditentukan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Nilai 4 jika terdapat empat deskriptor yang tampak
b) Nilai 3 jika terdapat tiga deskriptor yang tampak
c) Nilai 2 jika terdapat dua deskriptor yang tampak
d) Nilai 1 jika terdapat satu deskriptor yang tampak
Keterangan Deskriptor:
Lafal
- Nilai 4 jika pelafalan fonem jelas, dan suara nyaring
- Nilai 3 jika pelafalan fonem jelas, dan suara kurang nyaring
- Nilai 2 jika pelafalan fonem kurang jelas dan suara kurang nyaring
- Nilai 1 jika pelafalan fonem kurang jelas dan suara hampir tidak
terdengar
Intonasi
- Nilai 4 jika intonasi jelas, tinggi rendah suara dan tekanan nada
beraturan
- Nilai 3 jika intonasi jelas, tinggi rendah suara dan tekanan nada
44
- Nilai 2 jika intonasi jelas, tapi tinggi rendah suara dan tekanan nada
tidak beraturan
- Nilai 1 jika intonasi intonasi kurang jelas, tinggi rendah suara dan
tekanan nada tidak beraturan
Gerak dan Mimik
- Nilai 4 jika gerak yang luwes dan mimik yang tepat
- Nilai 3 jika gerak kurang luwes dan mimik sudah tepat
- Nilai 2 jika gerak kurang luwes dan mimik kurang tepat
- Nilai 1 jika Tidak melakukan gerak apapun dan mimik kurang tepat
Penjiwaan
- Nilai 4 jika dapat menjiwai dan menguasai perannya dengan baik
dari awal hingga akhir
- Nilai 3 jika hampir dapat menjiwai perannya dengan baik
- Nilai 2 jika kurang dapat menguasai perannya dengan baik
- Nilai 1 jika tidak dapat menguasai perannya dengan baik
Adapun kriteria penilaian sebagai berikut:
Na = Nilai yang diperoleh siswa X 100
Nilai maksimum
Jumlah siswa
Keterangan :
Na = nilai akhir
Nilai maksimum = 100
Skor nilai 1-10
Kategori Nilai:
Skor niilai 90-100 = (baik sekali)
Skor nilai 70-89 = (baik)
Skor nilai 60-69 = (cukup)
Skor nilai ‹60 = (kurang) Ket:
Nilai A = Sangat baik
Nilai B = Baik
Nilai C = Cukup
Nilai D = Kurang
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
46
Mengenai bentuk tes yang digunakan adalah tes lisan, yakni tes
kemampuan mengemukakkan pendapat mengenai masalah yang terjadi
dalam sosiodrama.
Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian, yaitu :
- Bentuk tes : tes lisan mengenai kegiatan berbicara dalam
memerankann drama
- Aspek yang dinilai adalah dari aspek kebahasaan dan non
kebahasaan
Tabel 3.3
Daftar Tes Keterampilan Berbicara
Menggunakan Metode Sosidrama
Penilaian keterampilan berbicara menurut Nurgiyantoro (2011:290)
Penilaian untuk setiap aspek mengacu pada deskriptor yang telah
ditentukan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Nilai 4 jika terdapat empat deskriptor yang tampak
b) Nilai 3 jika terdapat tiga deskriptor yang tampak No Nama
Kebahasaan Non Kebahasaan
Lafal Kosa
kata Struktur Materi
c) Nilai 2 jika terdapat dua deskriptor yang tampak
d) Nilai 1 jika terdapat satu deskriptor yang tampak
Keterangan Deskriptor:
Aspek Kebahasaan:
Lafal
- Nilai 4 jika pelafalan fonem jelas, dan suara nyaring
- Nilai 3 jika pelafalan fonem jelas, dan suara kurang nyaring
- Nilai 2 jika pelafalan fonem kurang jelas dan suara kurang nyaring
- Nilai 1 jika pelafalan fonem kurang jelas dan suara hampir tidak
terdengar
Kosakata
- Nilai 4 jika penggunaan kata tepat, relevan dengan isi teks
- Nilai 3 jika penggunaan kata tepat, tetapi tidak relevan dengan isi teks
- Nilai 2 jika penggunaan kata kadang-kadang tepat, dan tidak relevan
dengan isi teks
- Nilai 1 jika penggunaan kata tidak tepat, dan tidak relevan dengan isi teks
Struktur
- Nilai 4 jika tidak terjadi kesalahan struktur dari awal hingga akhir
- Nilai 3 jika hampir tidak terjadi kesalahan struktur
- Nilai 2 jika kadang-kadang terjadi kesalahan struktur
48
Materi
- Nilai 4 jika sudah menguasai materi dengan sangat baik
- Nilai 3 jika sudah menguasai materi dengan baik
- Nilai 2 jika cukup menguasai materi
- Nilai 1 jika kurang menguasai materi
Kelancaran
- Nilai 4 jika berbicara lancar dari awaal hingga akhir dengan jeda yang
tepat
- Nilai 3 jika berbicara lancar, tetapi jeda kurang tepat
- Nilai 2 jika berbicara tersendat dan jeda kurang tepat
- Nilai 1 jika berbicara sering tersendat dan jeda tidak tepat
Gaya
- Nilai 4 jika gerak yang wajar, tepat dan luwes
- Nilai 3 jika gerak yang wajar, tepat, kurang luwes
- Nilai 2 jika gerak yang wajar, kurang tepat dan kurang luwes
- Nilai 1 jika gerak yang kurang wajar, kurang tepat dan kurang luwes
Adapun kriteria penilaiannya sebagai berikut:
Na = nilai yang diperoleh siswa X 100
Rata – rata = jumlah seluruh nilai siswa
Jumlah siswa
Keterangan :
Na = nilai akhir
Nilai maksimum = 100
Skor nilai 1-100
Kategori Nilai:
Skor niilai 90-100 = (baik sekali)
Skor nilai 70-89 = (baik)
Skor nilai 60-69 = (cukup)
Skor nilai ‹60 = (kurang)
F. Pengolahan Data
Semua data yang telah terkumpul kemudian diolah melalui
beberapa tahap diantaranya deskripsi data, analisis data interpretasi
kemudian menyimpulkan proses yang telah dirancang. Penjelasan dari
proses pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Deskripsi Data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang berkaitan
50
kelengkapan data yang diperlukan serta hasil yang diperoleh dengan
menggunakan instrument, tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai hasil yang diperoleh untuk selanjutnya dianalisis.
2. Analisis Data
Secara garis besar, kegiatan analisis data pada penelitian ini meliputi 3
langkah, yaitu:
a.Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain:
1) Mengecek kelengkapan data
2) Mengecek alat pengumpul data
3) Memeriksa sarana yang mendukung dalam analisis data
b.Tabulasi
Kegiatan dalam lngkah pentabulasian ini adalah memberikan skor
pada instrumen
c.Memutuskan nilai akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1) Memeriksa hasil yang diperoleh melalui penggunaan instrumen
2) Memberikan nilai pada tiap instrumen
3) Menentukan nilai akhir dari tiap instrumen pada tiap siklus
3. Interpretasi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan tes kemudian ditafsirkan oleh
teori dan hasil yang didapat. Interpretasi nilai dikategorikan dengan ukuran
berdasarkan kriteria yang ditetapkan yaitu:
Skor nilai 90-100 = (baik sekali)
Skor nilai 70-89 = (baik)
Skor nilai 60-69 = (cukup)
Skor nilai ‹60 = (kurang)
4. Kesimpulan
sesudah data dideskripsikan, dianalisis kemudin diinterpretasi, kemudian
disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian
116
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan
metode sosiodrama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN
Sukanegara 1 Kecamatan Pontang Kabupaten Serang ini ternyata didapati
aktivitas belajar dalam keterampilan berbicara dengan menggunakan metode
sosiodrama meningkat, serta keterampilan berbicara siswa kelas V SDN
Sukanegara 1 dengan menggunakan metode sosiodrama meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan hasil yang dicapai dari siklus I sampai dengan
siklus III yakni: siklus I nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 49,8, siklus II nilai
rata-rata yang diperoleh yaitu 60,9, dan siklus III yaitu 77,8. Dari hasil
peneliian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akan berhasil jika guru
dapat mengolah pembelajaran dari perencanaan, proses, hingga evaluasi.
Keterampilan berbicara siswa juga akan meningkat jika guru meltih
keterampilan berbicara dengan intensif menggunakan metode sosiodrama pada
pembelajaran bermain peran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
B. Rekomendasi
Rekomendasi yang digunakan pada akhir hasil penelitian adalah sebagai
berikut, kepada:
Kepada guru SD, khususnya guru di SDN Sukanegara 1
Kecamatan Pontang Kabupaten Serang, agar menggunakan metode
sosiodrama sebagai salah satu alternatif ketika mengajarkan keterampilan
berbicara khususnya ketika mengajarkan materi percakapan atau bermain
peran.
2. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah selaku pemegang otoritas kebijakan dan pemimpin
disekolah hendaknya mendukung secara moril maupun materil guna
meningkatkan mutu pendidikan disekolah khususnya pada pembelajaran
Bahasa Indonesia. Selain itu turut mengembangkan penelitian ini menjadi
lebih baik.
3. Pengawas TK/SD
Kepada pengawas TK/SD hendaknya ikut memberikan dukungan
dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Karena keterampilan
ini sangat penting dimiliki guna meningkatkan aktivitas belajar siswa
bukan hanya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tapi juga pada mata
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Harun, A. C, dkk. 2010. Roleplay Dalam Pembelajaran Speaking di Kelas 3
SD.Bandung : UPI PRESS.
Mahrijanto, B. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit Terang
Muhammad. 2011., Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Nurgiyantoro, B.1995. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta: BPFE
N. K. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahayu, N. 2010. Penggunaan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara. Serang: Tidak Diterbitkan
Sagala, S.2010. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sugiarti, D. 2009. Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Serang: Tidak Diterbitkan
Tarigan, H.G. 2008.Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa . Bandung :
Angkasa
Tarigan. Djago. 1997. . Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta : Depdikbud.
Tim Grasindo. 2003. Lancar Berbahasa Indonesia 5B. Jakarta : Grasindo.
http://007indien.blogspot.com/2012/04/tujuan-penelitian-tindakan-kelas.html. jum’at,03