• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali - Test Repository"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI GURU PAI DALAM MENANGGULANGI

KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 1 KLEGO KAB.

BOYOLALI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NINDY PUTRI ZUNIANA

NIM 11112198

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Motto

ىًدُهب ُْههبَ ْرِبَب ْرِهِبَرِب وابُنبمآبٌةبي ترفب َُِّْ َرإ

ۚ

بهقبح لهرِب ُْهبأببب َببك يبلبعبُّصُقب َبُن حبَ

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar,

Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada

Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”

(QS Al Kahfi (18) :13)

Persembahan

Penulis persembahkan karya ini kepada orang-orang terdekat yang penulis kasihi dan sayangi:

1. Kedua orangtua Bapak Suyono dan Ibu Supartinah, adik Nanda dan Nadine, dan seluruh keluarga besar.

2. Sahabatku Ratih, Silvi, Imania, Intan, keluarga besar KOPMA Fatawa, seluruh keluarga PAI F dan PAI 2012 IAIN Salatiga.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamadulillah skripsi yang berjudul “Strategi Guru Pendidikan

Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab.

Boyolali” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad SAW.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku pembimbing akademik yang mendampingi penulis selama menimba ilmu di IAIN Salatiga.

6. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal, Aamiin.

Salatiga, 14 September 2016 Penulis

(8)

viii ABSTRAK

Putri Zuniana, Nindy (111-12-198). 2016. Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata Kunci: Strategi, Guru Pendidikan Agama Islam, Kenakalan Remaja

SMA N 1 Klego Kab. Boyolali merupakan salah satu sekolah yang tidak luput dari tindak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yang teridentifikasi sebagai kenakalan remaja. Mulai dari pelanggaran yang tergolong ringan hingga pelanggaran yang mengarah pada perbuatan kriminal. Hal inilah yang melatar belakangi penelitian dalam skripsi ini. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) Realitas Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali. b) strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali. c) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi, interview,dan dokumentasi. data yang diperoleh di lapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk dapat ditarik kesimpulan.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 8

2. Kehadiran Peneliti ... 9

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam ... 16

(10)

x

C. Strategi Menanggulangi Kenakalan Remaja ... 41

D. Faktor Pendukung dan Faktor PenghambatMenanggulangi Kenakalan Remaja ... 49

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

B. Temuan Penelitian ... 67

BAB IV PEMBAHASAN A. Realitas Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego ... 78

B. Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego ... 85

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 98

B. SARAN ... 99

C. PENUTUP ... 99

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Guru dan Karyawan Tabel 2 Daftar Jumlah Siswa

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Penulis 2. Surat Tugas Pembimbing 3. Surat Ijin Penelitian

4. Surat Pernyataan Telah Meneliti 5. Lembar Konsultasi

6. Laporan SKK 7. Pedoman Penelitian 8. Hasil Wawancara

(13)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Seorang remaja sudah tidak lagi dikatakan sebagai kanak-kanak namun juga belum cukup matang bila dikatakan sebagai dewasa. Masa remaja masa dimana seorang remaja sedang mencari pola hidup yang sesuai untuk dirinya sendiri dan sering melalui metode coba-coba. Daricoba-coba tersebut remaja sering melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar. Kesalahan-kesalahan itulah yang sering disebut dengan kenakalan remaja.

(14)

2

Kenakalan remaja pada umumnya terjadi pada usia sekolah SMP dan SMA. Banyak pengaruh positif maupun negatif yang dapat diterima oleh remaja ketika berada pada lingkungan sekolah. Tergantung nanti pergaulan seperti apa yang akan dipilih oleh remaja. Bentuk kenakalan yang dilakukan di sekolah antara lain: tidak patuh pada guru, membolos, tidak mau belajar, suka berkelahi, kurang sopan, cara berpakaian yang tidak sesuai dengan tata tertib, mencoret-coret fasilitas sekolah (tembok, meja, dan lain sebagainya), merokok dan lain-lain. Selain itu bentuk kenakalan yang lebih serius yaitu narkoba, seks bebas dan dapat berujung pada tindakan kriminal seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan dan lain-lain.Kenakalan remaja tersebut bisa jadi sebagai tindak kejahatan dan harus segera ditanggulangi agar tindakan tersebut tidak berlanjut hingga dewasa nanti dan dapat membahayakan dirinya sendiri bahkan orang lain.

Bonger dalam buku Ninik Widiyanti (1987: 115) mengemukakan:

“kejahatan anak-anak dan pemuda sudah merupakan bagian yang besar dalam kejahatan, lagi pula kebanyakan penjahat yang sudah dewasa umumnya sudah sejak kecil.Siapa menyelidiki sebab-sebab kejahatan anak dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak yang dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak-anak yang kemudian akan berpengaruh baik pula terhadap pencegahan

kejahatan orang dewasa”

(15)

3

dari pelanggaran tata tertib hingga kenakalan yang bersifat kriminal pun pernah terjadi di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

Tanggungjawab terhadap kenakalan remaja terletak pada keluarga, sekolah dan masyarakat, terutama bagi para pendidik di keluarga (orangtua), di sekolah (guru) dan di masyarakat (tokoh masyarakat). Maka dari itu untuk pencegahan dan penanggulangannya juga perlu ada keikutsertaan (peran serta) dari pihak-pihak tersebut. Sehingga diharapkan dapat menekan kemungkinan terjadinya kenakalan remaja.

Salah satu agen yang berperan penting dalam pembentukan karakter remaja adalah sekolah, dimana sekolah merupakan salah satu tempat sosialisasi remaja dan remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah. Di lingkungan sekolah guru memiliki peran penting atas perilaku siswa.Karena guru ikut serta dalam membentuk karakter anak selain itu guru ikut serta mengarahkan tingkah laku anak agar tetap pada jalan kebaikan. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada penyampaian materi pelajaran di kelas, maka peluang perilaku negatif siswa semakin besar karena siswa akan merasa jenuh dan akan melakukan hal-hal untuk melampiaskan rasa jenuh mereka.

(16)

4

tidak melakukan hal-hal negatif yang menyimpang dari ajaran Islam. Karena dengan agama anak dapat membentengi dirinya dari pengaruh buruk lingkungan sekitar. Hal ini menjadi peluang bagi guru pendidikan agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal-hal negatif tersebut.

Masing-masing pihak sekolah mempunyai strategi tersendiri dalam menyikapi problematika remaja. Sehingga hasilnya pun berbeda-beda, ada yang berhasil sehingga hampir tidak ada siswa yang nakal dalam suatu sekolah namun ada juga sekolah yang terdapat banyak siswa nakal, dan strategi guru adalah salah satu faktor yang penting untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan.

Masalah kenakalan remaja tidak bisa dikatakan sebagai masalah yang ringan. Masalah kenakalan remaja ini seyogyanya mendapat perhatian serius agar dapat mengarahkan remaja kea arah yang lebih positif yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.

Dengan memperhatikan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis ingin mengetahui strategi guru pendidikan agama islam dalam menanggulangi kenakalan remaja dengan melakukan penelitian secara

sistematis dengan judul “STRATEGI GURU PAI DALAM

MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 1

(17)

5

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka perlu kiranya masalah yang luas ini difokuskan agar dalam pelaksanaan penelitian nanti, masalah atau segala sesuatu yang perlu dan ingin diketahui menjadi jelas. Adapun latar belakang masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana realitas kenakalan remaja siswa SMA N 1 Klego Kab. Boyolali?

2. Bagaimana strategi guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja SMA N 1 Klego Kab. Boyolali?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi menanggulangi kenakalan remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai daam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan realitas kenakalan remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

2. Untuk mendeskripsikan strategi guru PAI dalam menanggulangi kenalakan remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

(18)

6

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pendidikan Islam pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan. Serta temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada munculnya teori tentang strategi menanggulangi kenakalan remaja.

2. Secara Praktis

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui strategi yang tepat dalam menanggulangi kenakalan remaja.

b. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini adalah untuk menjadi acuan bagi guru untuk lebih dapat mengembangkan pendidikan agama Islam guna menanggulangi kenakalan remaja.

E. Penegasan Istilah

(19)

7

penelitian STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 1 KLEGO KAB. BOYOLALI. Istilah-istilah tersebut meliputi:

1. Strategi Guru PAI

Strategi ialah rencana cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (http://kbbi.web.id/oleh Ebta Setiawan diakses pada 24 April 2016). Menurut undang-undang No. 14 Tahun 2005 pasal 1 butir 1 tentang guru dan dosen, yang disebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Undang-undang Guru dan Dosen, 2006:2). Strategi guru PAI merupakan rangkaian kegiatan terencana yang dilakukan guru PAI bersama siswa guna mencapai suatu tujuan pendidikan.

2. Kenakalan Remaja

(20)

8

Remaja yaitu mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin (http://kbbi.web.id/oleh Ebta Setiawan diakses pada 24 April 2016).Dapat juga dikatakan remaja adalah generasi muda yang berusia antara 13-21 tahun. Bahwa sebelum umur 13 tahun masih termasuk anak. Anak (belum akil baligh) bagi laki-laki dan perempuan kurang dari umur tersebut. Sedangkan umur 21 tahun menjelang remaja untuk menjadi dewasa (Widjaja, 1985:13). Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dan dialami, dalam bidang fisik-biologis, yaitu menstruasi pertama bagi kaum wanita dan keluarnya sperma dalam

mimpi basah pertama kaum pria

(http://achmadasyahrullah.blogspot.co.id/2013/03/remaja-menurut-pandangan-islam.html oleh Achmada Syahrullah).

Kenakalan remaja merupakan semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum yang dilakukan oleh remaja dan dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang sekitarnya.

F. Metode Penelitian

Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(21)

9

penelitian yang bertujuan studi mengenai suatu kegiatan dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai kegiatan tersebut. Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci dan akurat mengenai realitas kenakalan remaja, strategi guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan remaja, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi tersebut.

Sedangkan jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2008:60). 2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas peran peneliti sebagai instrumen aktif dalam rangka mengumpulkan data-data yang ada di lapangan.

3. Lokasi Penelitian

(22)

10 4. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang strategi menanggulangi kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Klego yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam, kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan strategi tersebut, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, guru bimbingan konseling dan wakil kepala sekolahurusan kesiswaan.

b. Data Sekunder

(23)

11

identitas sekolah, sejarah sekolah, data guru, karyawan dan siswa, data sarana prasarana, dan tata tertib sekolah.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data, yaitu: a. Observasi

Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 1997:133). Metode ini digunakan peneliti dengan mengamati langsung lapangan untuk mengetahui realitas kenakalan remaja, strategi guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Klego Kab. Boyolali, serta faktor pendukung dan penghambatnya.

b. Interview

(24)

12 c. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 1997:135).Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang realitas kenakalan remaja, strategi guru PAI dalam menanggulanginya dan faktor pendukung dan penghambat strategi. Data tersebut berupa identitas sekolah, sejarah perkembangan sekolah, data guru, karyawan dan siswa, data sarana prasarana, dan tata tertib sekolah.

6. Analisis Data

(25)

13 7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Dalam uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check (Sugiyono, 2010:366).

Untuk menetapkan keabsahan data digunakan teknik pemeriksaan sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan.

b. Triangulasi yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data itu teknik ini ada dua yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

8. Tahap-tahap Penelitian a. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

(26)

14

Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

c. Tahap analisis data

Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikan data yang sudah diperoleh.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan dihadirkan untuk mempermudah pemahaman dalam mencerna masalah yang akan dibahas, maka diperlukan format penulisan kerangka skripsi agar memperoleh gambaran komprehensif dalam penelitian. Secara garis besarnya, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Pada bagian awal meliputi: halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

(27)

15

Bab II memaparkan tentang konsep guru PAI, kenakalan remaja, strategi menanggulangi kenakalan remaja, dan faktor pendukung dan penghambat menanggulangi kenakalan remaja.

Bab III berisi tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran untuk lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

Bab IV berupa analisis mengenai realitas kenakalan remaja, strategi guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah yang menjadi tempat penelitian serta menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan menghambatnya.

Bab V meliputi: kesimpulan, saran dan penutup.

3. Bagian Akhir

(28)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian

Guru dalam khasanah jawa yaitu di gugu lan ditiru yang kemudian disingkat menjadi guru, artinya guru merupakan teladan bagi muridnya. Sedangkan dalam istilah lain, guru juga disebut sebagai pendidik.

Pengertian guru yang diberikan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

a. Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-undang Guru dan Dosen, 2006:2).

b. Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. (Ahmad Tafsir, 2008:74) c. Menurut Ramayulis dalam (Gunawan, 2014:164), hakikat pendidik

(29)

17

Dengan begitu, guru pendidikan agama Islam adalah seorang pendidik yang mengajarkan tentang ajaran agama Islam dan membimbing peserta didik agar dapat mengamalkan ajaran agama Islam sehingga terjadi keseimbangan antara kebutuhan di dunia dan di akhirat.

2. Syarat Untuk Menjadi Guru

Berikut adalah syarat-syarat untuk menjadi guru yang dikemukakan oleh Daradjat (2011:40):

a. Takwa kepada Allah sebagai syarat menjadi guru

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah saw menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan baik kepada murid-muridnya sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

b. Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru

(30)

18

Gurupun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

c. Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru

Kesahatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak

akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “Mens sana in corpore

sano, yang artinya dalam tubuh sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepetah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja, adalah jelas guru yang sakit sakit kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak-anak.

d. Berkelakuan baik sebagai syarat menjadi guru

(31)

19

pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik, yang dimaksud dengan akhlak baik dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Muhammad SAW. Di antara akhlak guru tersebut adalah:

1) Mencintai jabatannya sebagai guru

Dalam keadaan bagaimanapun seorang guru harus berusaha mencintai pekerjaannya. Dan pada umumnya kecintaan terhadap pekerjaan guru akan bertambah besar apabila dihayati benar-benar keindahan dan kemuliaan tugas itu.

2) Bersikap adil terhadap semua muridnya

Anak-anak tajam pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil. Oleh karena itu guru harus memperlakukan sekalian anak dengan cara yang sama.

3) Berlaku sabar dan tenang

(32)

20 4) Guru harus berwibawa

Guru yang sesaat ketika ia memasuki dan menghadap dengan tenang kepada murid-murid yang lagi ribut, segera kelas menjadi tenang, padahal ia tidak kekerasan. Ia mampu menguasai anak-anak seluruhnya. Inilah guru yang berwibawa. 5) Guru harus gembira

Guru yang gembira memiliki sifat humor, suka tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa kepada anak-anak. Sebab apabila pelajaran diselingi oleh humor, gelak dan tertawa, niscaya jam pelajaran terasa pendek saja. Guru yang gembira biasanya tidak lekas kecewa. Ia mengerti, bahwa anak-anak tidak bodoh, tetapi belum tahu. Dengan gembira ia mencoba menerangkan pelajaran sampai anak itu memahaminya.

6) Guru harus bersifat manusiawi

(33)

21

7) Bekerja sama dengan guru-guru lain

Pertalian dan kerja sama yang erat antara guru-guru lebih berharga daripada gedung yang molek dan alat-alat yang cukup sebab apabila guru-guru saling bertentangan, anak-anak akan bingung dan tidak tahu apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang. Oleh karena itu kerja sama antara guru-guru itu sangat penting.

8) Bekerja sama dengan masyarakat

Guru harus mempunyai pandangan luas. Ia harus bergaul dengan segala golongan manusia dan secara aktif berperan serta dalam masyarakat supaya sekolah tidak terpencil. Sekolah hanya dapat berdiri di tengah-tengah masyarakat, apabila guru rajin bergaul, suka mengunjungi orang tua murid-murid, memasuki perkumpulan-perkumpulan dan turut serta dalam kejadian-kejadian yang penting dalam lingkungannya, maka masyarakat akan rela memberi sumbangan-sumbangan kepada sekolah berupa gedung, alat-alat, hadiah-hadiah jika diperlukan oleh sekolah.

3. Tugas Guru

(34)

22













Dan dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada Para

Malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar.” (Departemen Agama RI, 2004:6)

Menurut Ag. Soejono dalam Ahmad Tafsir (2001:78) merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut:

a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan sebagainya.

b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.

d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.

(35)

23

Selanjutnya, Said Hawa (Gunawan, 2014:170) memberikan penjelasan lebih rinci tentang tugas seorang guru atau pendidik sebagai berikut:

1) Guru harus belas kasih kepada para murid dan memperlakukannya sebagai anak (sendiri).

2) Mengingatkan murid bahwa tujuan mencari ilmu adalah taqarrub kepada Allah ta’ala, bukan untuk meraih kekuasaan, kedudukan, dan persaingan.

3) Mencegah murid dari akhlak yang tercela (al-sayyiah).

4) Guru yang menekuni sebagian ilmu hendaknya tidak mencela ilmu yang tidak ditekuninya.

5) Membatasi materi pelajaran sesuai dengan kemampuan pemahaman anak didik.

6) Bagi murid yang kemampuannya terbatas sebaiknya disampaikan hal-hal yang jelas dan cocok dengannya.

7) Hendaknya guru melaksanakan ilmu, yakni perbuatannya tidak mendustakan atau bertentangan dengan perkataannya.

4. Peranan Guru

(36)

24

motivator;pendidik sebagai administrator dan pendidik sebagai konselor. Berikut penjelasannya:

a. Sebagai komunikator. Maksudnya pendidik itu berfungsi mengajarkan ilmu dan keterampilan kepada peserta didik.

b. Sebagai fasilitator. Maksudnya pendidik itu berfungsi sebagai pelancar proses belajar.

c. Sebagai motivator. Maksudnya pendidik itu berperan untuk menimbulkan minat dan semangat belajar peserta didik yang terus menerus.

d. Sebagi administrator. Maksudnya pendidik itu berfungsi melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif, misalnya melaksanakan administrasi kelas.

(37)

25

Dalam buku Gunawan (2014:164) pendidik memiliki peran yang sangat penting, selain sebagai pengajar ia juga menjadi bapak rohani (spiritual father) yang memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada anak didiknya.Sebagai pembimbing guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sebab proses belajar pelajar berkaitan erat dengan berbagai masalah di luar kelas yang sifatnya non-akademis. (Depag RI, 2002:2)

Dalam pelaksanaan bimbingan, pribadi muslim memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar, yaitu beriman kepada Allah SWT.

2) Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat. 3) Memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi

dan Rasulnya.

4) Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.

5) Memiliki prinsip masa depan , yaitu beriman kepada hari kemudian.

(38)

26

Jika pembimbing memiliki prinsip tersebut (rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan tentu akan mengarahkan ke arah kebenaran. Selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan:

a) Memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”.

b) Memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus

simbol kehidupan yaitu “Shalat Lima Waktu”

c) Memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan

disimbolkan dengan “Puasa” (Fenti, 2012:191).

B. Kenakalan Remaja

1. Pengertian Remaja

(39)

27

sempurnapula. Pada akhir dari perkembangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis yang menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memancarkan air mani), atau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sel telur dari indung telurnya yang disebut menstruasi atau haid (Sartono & Agung, 1999:53).

Dalam bahasa Indonesia, masa ini sering disebut pubertas atau remaja. Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja, antara lain: puberteit, dan adolescentia.Puberteit adalah antara 12 dan 16 tahun. Pengertian pubertas meliputi perubahan-perubahan fisik dan psikis, seperti halnya pelepasan diri dari ikatan emosional dengan orangtua dan pembentukan rencana hidup dan sistem nilai sendiri.Adolescentia adalah masa sesudah pubertas, yaitu masa antara 17 dan 22 tahun. Pada masa ini lebih diutamakan perubahan dalam hubungan dengan lingkungan hidup yang lebih luas, yaitu masyarakat di mana ia hidup (Gunarsa, 2012:4).

Batasan menurut WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

(40)

28

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sartono & Agung, 1999:53).

2. Ciri-ciri Umum Masa Remaja

Seorang remaja berada pada batas peralihan antara kehidupan anak dan dewasa. Sekalipun tubuhnya kelihatan sudah “dewasa”, tetapi bila diperlukan bertindak seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Menurut Gunarsa (2012:67), pengalaman remaja mengenal alam dewasa masih belum banyak sehingga hal-hal berikut ini sering terlihat pada diri mereka:

a. Kegelisahan. Keadaan tidak tenang menguasai diri remaja karena mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi.

b. Petentangan. Pada umumnya, timbul perselisihan serta pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dan orangtua. Selanjutnya, pertentangan ini menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orangtua. Namun, keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan untuk memperoleh rasa aman di rumah.

c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya. d. Keinginan mencoba sering pula diarahkan pada diri sendiri

maupun orang lain.

(41)

29 f. Mengkhayal dan berfantasi. g. Aktivitas berkelompok.

3. Masalah yang Dihadapi Remaja

Menurut Gunarsa (2012:86) ada beberapa masalah yang dihadapi remaja yaitu: a)pertumbuhan jasmani cepat;b)pertumbuhan emosi;c)pertumbuhan mental;d)pertumbuhan pribadi dan sosial;e)krisis identitas;f) kenakalan remaja. Berikut pemaparannya: a. Pertumbuhan jasmani cepat

Biasanya pertumbuhan jasmani cepat terjadi antara umur 13-16 tahun, yang dikenal dengan remaja pertama (early adolescence). Dalam usia ini remaja mengalami berbagai kesukaran karena perubahan jasmani yang sangat menyolok dan tidak berjalan seimbang. Remaja waktu itu mengalami ketidakserasian diri dan berkurang keharmonisan gerak, sehingga kadang-kadang mereka sedih, kesal dan lesu.

Pertumbuhan jasmani mencakup pula pertumbuhan organ dan kelenjar seks, sehingga mereka merasakan pula dorongan-dorongan seksuil yang belum pernah mereka kenal sebelum itu yang membawa akibat kepada pergaulan.

b. Pertumbuhan emosi

(42)

30

dilaluinya, di samping kekurangan pengertian orang tua dan masyarakat sekitar akan kesukaran yang dialami oleh remaja waktu itu. Bahkan kadang-kadang perlakuan yang mereka terima dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat menambah goncangnya emosi yang sedang tidak stabil itu.

c. Pertumbuhan mental

Menurut Alfred Binet (Gunarsa, 2012:86) seorang Psikolog Perancis yang terkenal dengan mental testnya bahwa kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak baru sempurna pada umur 12 tahun. Sedangkan kesanggupan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta yang ada kira-kira mulai pada umur 14 tahun. Karena itu, tampak pada usia 14 tahun ke atas, remaja seringkali menolak hal-hal yang kurang masuk akalnya, dan kadangkala menyebabkan mereka menolak apa yang dulu diterimanya. Dari sini timbulah pula persoalan dengan orang tua atau orang dewasa lainnya yang merasa seolah-olah remaja menjadi suka membantah atau mengkritik mereka.

d. Pertumbuhan pribadi dan sosial

(43)

31

telah seperti orang dewasa jasmaninya, baik yang laki-laki maupun perempuan.

e. Krisis Identitas

(44)

32 f. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu tindak pelanggaran yang dilakukan oleh usia remaja. Akan tetapi, dari sosial dan penghargaan serta kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat biasanya belum sempurna terutama dalam masyarakat yang maju. Dalam banyak bidang, merea belum diajak sehingga mereka masih memerlukan perjuangan untuk itu. Dalam perjuangan itu, kadang-kadang remaja tidak sabar, sehingga bertindak keras atau kasar dan kadang-kadang melanggar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya disinilah timbulnya kelainan-kelainan kelakuan yang biasa disebut nakal (Zakiyah, 1976:11).

4. Pengertian kenakalan remaja

Kenakalan remaja disebut juga dengan istilah juvenile delinquency. Juvenile berasal dari kata Latin “juvenilis” artinya anak-anak, anak muda, sifat-sifat khas remaja.Delinquent berasal

dari kata Latin “delinquere”, artinya terabaikan, mengabaikan,

yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, dan lain-lain (Laning, tt:5).

Anglo Saxon dalam Vina Dwi Laning (tt :8):

(45)

33

b. Juvenile deliquency adalah offenders (pelaku pelanggaran)

yang terdiri atas “anak” (berumur di bawah 21 tahun =

pubertas), yang termasuk yurisdiksi pengadilan anak (juvenile court).

Menurut Sudarsono (1995:11) kenakalan remaja ialah perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama.

Menurut Simandjuntak dalam (Sudarsono, 1995:11) , juvenile delinquency (kenakalan remaja) berarti perbuatan dan tingkah laku perkosaan terhadap norma hukum pidana dan pelanggaran-pelanggaran terhadap kesusilaan yang dilakukan oleh anak (para juvenile delinquents).

5. Bentuk-bentuk kenakalan remaja

Membahas masalah bentuk-bentuk kenakalan remaja para ahli memberikan contoh yang bermacam-macam. Menurut Gunarsa (2012:19) kenakalan remaja dapat digolongkan dalam dua kelompok yang besar, yang berkaitan dengan norma hukum, yaitu sebagai berikut:

(46)

34

1) Berbohong, memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan.

2) Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

3) Kabur, meninggalkan rumah tanpa seizin orangtua atau menentang keinginan orangtua.

4) Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.

5) Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga mudah terdorong untuk menggunakannya. Misalnya pisau, pistol, pisau silet, dan sebagainya.

6) Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat dalam perkara kriminal.

7) Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan, sehingga mudah timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (amoral dan asosial).

8) Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan melontarkan bahasa yang tidak sopan dan tidak senonoh, seolah-olah menggambarkan kurang perhatian dan pendidikan dari orang dewasa.

(47)

35

10)Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, baik karena kesulitan ekonomis maupun tujuan hidupnya.

11)Berpakaian tidak pantas dan menenggak minuman keras atau menggunakaan narkoba sehingga merusak dirinya maupun orang lain.

Adapun jenis kenakalan yang bisa ditangani langsung oleh orang-orang yang berkepentingan atau pihak yang bersangkutan adalah sebagai berikut.

a) Mencontek sebagai perwujudan ketidakjujuran dan membolos ditangani oleh pihak sekolah.

b) Kabur dari rumah dan bergaul dengan orang yang tidak disetujui oleh orangtua akan ditanggulangi oleh orangtua sendiri.

b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan melalui hukum dan acap kali bisa disebut dengan istilah kejahatan. Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan berat atau ringannya pelanggaran kejahatan tersebut, misalnya:

1) Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang menggunakan uang;

2) Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan, seperti pencopetan, perampasan, dan penjambretan;

(48)

36 4) Penipuan dan pemalsuan;

5) Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film porno, pemekosaan;

6) Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi;

7) Tindakan antisosial, seperti perbuatan merugikan milik orang lain;

8) Percobaan pembunuhan;

9) Menyebabkan kematian orang, turut tersangkut dalam pembunuhan;

10)Pembunuhan;

11)Pengguguran kandungan;

12)Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.

Dalam buku Sarlito (1997:200) Jensen membagi kenakalan remaja menjadi 4 jenis yaitu:

a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

(49)

37

mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini.

d) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya. Pada usia mereka, perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci. Akan tetapi kalau kelak remaja ini dewasa, pelanggaran status ini dapat dilakukannya terhadap atasannya di kantor atau petugas hukum di dalam masyarakat. Karena itulah pelanggaran status ini oleh Jensen digolongkan juga sebagai kenakalan dan bukan sekedar perilaku menyimpang.

Dalam buku Hasan Basri (2004:12), Wright membagi jenis-jenis kenakalan remaja dalam beberapa keadaan:

(50)

38

pertama, mencuri sendirian, dan kedua, melakukan tindakan secara agresif secara tiba-tiba tanpa alasan karena dikuasai oleh khayalan dan fantasinya sendiri. (2) Unsocialized delinquent, suatu sikap yang suka

melawan kekuasaan seseorang, rasa bermusuhan dan pendendam. Hukuman dan pujian tidak berguna bagi mereka. Mereka tidak pernah merasa bersalah dan tidak pula menyesali perbuatan yang telah dilakukannya. Sering melemparkan kesalahan dan tanggung jawab kepada orang lain. Untuk mendapatkan keseganan dan ketakutan atau pengakuan orang lain sering pula melakukan tindakan-tindakan yang penuh keberanian, kehebatan dan di luar dugaan.

(3) Pseudo social delinquent, remaja atau pemuda yang mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap kelompok

atau “gang” sehingga sikapnya tampak patuh, setia dan

(51)

39

diletakkan atau ditugaskan oleh kelompoknya. Padahal kelompoknya adalah kelompok yang tidak dapat diterima dengan baik oleh masyarakatnya karena tindakan dan kegiatannya yang sering meresahkan masyarakat.

6. Faktor-faktor yang melatar belakangi kenakalan remaja

Merebaknya kenakalan remaja seolah-olah mampu meningkatkan angka kriminalitas yang terjadi. Tidak mengherankan banyak ahli sosial mulai melakukan penelitian dan pembelajaran mengenai kenakalan remaja sebagai upaya pencegahan. Hasilnya didapat beberapa teori mengenai penyebab terjadinya juvenile delinquency. Beberapa teori tersebut dalam buku Vina Dwi Laning (tt:43) sebagai berikut:

a. Teori Biologis

Umumnya tindakan kenakalan remaja muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang. Namun, tidak menutup kemungkinan faktor biologis mempengaruhi remaja untuk melakukan kenakalan remaja. Hal ini akan dijelaskan melalui tiga hal, sebagai berikut:

(52)

40

2) Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal) sehingga membuahkan tingkah laku delikuen. 3) Melalui pewarisan kelemahan jasmaniah atau kondisi badan

memicu anak remaja melakukan kenakalan remaja. b. Teori Psigenis

Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delikuen anak-anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaanya. Antara lain faktor inteligensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, dan emosi yang kontroversial.

c. Teori Sosiogenis

Menurut teori ini kenakalan remaja murni disebabkan oleh faktor sosiologis. Misalnya, disebabkan oleh pengaruh lingkungan remaja yang nakal, tekanan dari kelompok, dan kondisi masyarakat.

d. Teori Subkultur Delikunsi

Menurut teori ini kenakalan yang dilakukan remaja disebabkan oleh dua hal berikut ini:

(53)

41

2) Meningkatnya jumlah kriminalitas mengakibatkan kerugian dan kerusakan secara keseluruhan terutama terdapat di negara-negara industri maju yang disebabkan meluasnya kejahatan anak-anak remaja.

Menurut teori subkultur, sumber juvenile deliquency ialah sifat-sifat sesuatu struktur sosial dengan pola hubungan yang khas dari lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Adapun sifat-sifat masyarakat tersebut, antara lain:

a) Mempunyai populasi yang padat,

b) Status sosial ekonomi penghuninya rendah,

c) Kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk, serta d) Banyak disorganisasi keluarga dan sosial tingkat tinggi.

C. Strategi Menanggulangi Kenakalan Remaja

Menurut seorang kriminolog yang bernama Soedjono Dirdjosisworo, S.H. (Laning, tt:60) upaya yang dapat mencegah kenakalan adalah dengan cara moralitas dan abolisionistis. Cara moralitas adalah menitik beratkan pada pembinaan moral dan membina mental anak remaja. Sedangkan cara ablisionistis adalah mengurangi, menghilangkan sebab-sebab yang mendorong anak remaja melakukan perbuatan-perbuatan nakal.

(54)

42 1. Tindakan Preventif

Menurut Gunarsa (2012:139) tindakan preventif merupakan segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. a. Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum:

1) Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.

2) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja sehingga kita bisa mendeteksi kesulitan-kesulitan mana yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan.

3) Usaha pembinaan remaja:

a) Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

b) Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti, dan etika.

c) Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.

d) Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.

(55)

43

Pendidikan mental di rumah tentu saja merupakan tanggung jawab orangtua dan anggota keluarga lainnya yang sudah dewasa. Di sekolah, pendidikan mental ini khususnya dilakukan oleh guru, guru pembimbing, atau psikolog sekolah bersama para pendidik lainnya. Juga terlihat sarana pendidikan lainnya yang mengambil peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat.

Usaha para pendidik harus diarahkan terhadap si remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus, dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah laku remaja di rumah dan sekolah.

Sebagai langkah selanjutnya, “pemberian bimbingan terhadap

para remaja dengan tujuan menambah pengertian para remaja mengenai:

1) Pengenalan diri sendiri, yaitu menilai diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain;

2) Penyesuaian diri, yaitu mengenal dan menerima tuntutan serta menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut;

3) Orientasi diri, mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral, dan etik.

(56)

44

a) Pendekatan langsung, yakni bimbingan diberikan secara pribadi kepada remaja itu sendiri. Melalui percakapan yang mengungkapkan kesulitan si remaja dan membantunya mengatasinya.

b) Pendekatan melalui kelompok di mana ia merupakan anggota kelompok, melalui cara:

(1) Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat;

(2) Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan sosial yang baik;

(3) Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan kepada para remaja untuk mengemukakan pandangan dan pendapat serta memberikan pengarahan yang positif;

(4) Melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok untuk memupuk solidaritas dan persekutuan dengan pembimbing.

2. Tindakan represif

(57)

45

a. Di rumah dan dalam lingkungan keluarga, remaja harus menaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Selain peraturan, tentu perlu adanya hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata cara keluarga harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama, sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.

(58)

46 3. Tindakan kuratif dan rehabilitasi

Ini merupakan tindakan memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut. Hal ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku remaja pelanggar dengan memberikan pendidikan lagi baginya. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, yaitu sesuatu yang mana sering ditangani oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini (Gunarsa, 2012:144).

Berikut ini tindakan kuratif bagi usaha penyembuhan anak nakal (laning vina dwi: 64):

a. Menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang berupa pribadi, keluarga, sosial ekonomis, dan kultural.

b. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua angkat atau asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.

c. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik atau tengah lingkungan sosial yang baik.

(59)

47

e. Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar, dan melakukan rekreasi sehat dengan berdisiplin.

f. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan vokasional untuk mempersiapkan anak remaja nakal itu bagi pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat.

g. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan pembangunan.

h. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. Memberikan pengobatan medis dan terapi psikologis bagi mereka yang menderita gangguan kejiwaan.

(60)

48

(61)

49

Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini, perlu ditekankan bahwa setiap usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi, dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berkepribadian kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai anggota masyarakat, bangsa, dan tanah air.

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Menanggulangi

Kenakalan Remaja

Berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi menanggulangi kenakalan remaja, menurut Daradjat (1976:135) adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor pertumbuhan

(62)

50

gejolak perasaannya itu. Kadang-kadang ia mencela dirinya sendiri, bahkan mungkin serasa ingin mati. Kadang-kadang ia sedih, muram dan mengurung diri. Tapi lain kali ia gembira, melonjak dan menunjukkan dirinya.

2. Faktor lingkungan

Lembaga pendidikan dan pembinaan yang sangat penting bagi generasi muda adalah empat yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan lembaga keagamaan.

a. Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam pembinaan generasi muda.Diantara faktor terpenting dalam lingkungan keluarga yang sangat diperlukan untuk pembinaan anak-anaknya adalah pengertian orangtua akan kebutuhan-kebutuhan kejiwaan anak yang pokok antara lain rasa kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa bebas dan rasa sukses. Dengan pengertian tersebut orangtua memperlakukan anak-anaknya, serta berusaha menciptakan suasana dan lingkungan yang memungkinkan terjaminnya pemenuhan keperluan-keperluan pokok anak.

(63)

51

orangtuan akan dengan bijaksana dapat menghadapi dan membantu anak-anaknya yang sedang mengalami kegoncangan usia remaja.

b. Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal, yang secara teratur dan terencana melakukan pembinaan terhadap generasi muda. Fungsi sekolah tidak hanya memberikan pengajaran dan pendidikan secara formal yang mempengaruhi pembinaan generasi muda, akan tetapi sekolah dengan semua tenaga dan alat pengajaran merupakan unsur pembina bagi generasi muda. Artinya, bahwa guru buat muridnya, tidak hanya merupakan pengajar yang memberikan ilmu dan keterampilan baginya, akan tetapi guru adalah contoh dan tauladan dalam pembinaan anak didik. Sikap guru, kepribadiannya, agamanya, caranya bergaul sesama guru, dengan keluarganya dan masyarakat, cara berpakaian dan keseluruhan penampilannya adalah unsur-unsur penting dalam pembinaan anak didik.Demikian pula halnya dengan peraturan dan ketentuan serta segala faktor dan unsur yang ada di sekolah ikut mmpengaruhi pembinaan anak didik.

(64)

52

sikap jiwa kemasyarakatannya sangat tinggi yang berarti cara menghadapi mereka perlu dengan pengertian dan keramah tamahan. Mereka memerlukan orang yang memahaminya dan membantunya untuk mendapatkan keseimbangan jiwa. Mereka mau menerima nasihat dan bimbingan serta mau patuh akan tetapi mereka jangan dianggap remeh, dicela dan diperintah secara kasar dan keras.

c. Masyarakat

Pada usia remaja pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar daripada pengaruh lingkungan keluarga sebabnya adalah karena remaja sedang mengembangkan kepribadiannya, yang sangat memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat pada umumnya. Terutama remaja yang antara (17-21 tahun) atau lebiih sangat memperhatikan masyarakat, maka persoalan masyarakat atau nasib orang banyak seringkali menjadi pusat perhatian mereka, dan mereka berjuang untuk membela yang lemah dan menderita. Karena mereka pada umur ini, dapat dikatakan idealis, ingin yang sempurna, baik dan sebagainya.

d. Lingkungan keagamaan

(65)

53

tenangan dalam keluarga. Apabila remaja tidak meyakini suatu agama, atau tidak mendapatkan pendidikan dan pengalaman keagamaan sejak kecil, maka pada waktu remaja ia akan bingung menghadapi kesukaran pribadinya. Mereka yang kosong dari pengalaman keagamaan akan mudah terseret kepada kegiatan-kegiatan kebatinan yang menyimpang akiat pengaruh teman-temannya yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.

e. Adat

(66)

54 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Berdasarkan hasil observasi selama penelitian berlangsung di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali, maka penulis dapat memberikan hasil investigasi yang berupa data tentang gambaran secara umum diantaranya mengenai profil sekolah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam paparan data berikut:

1. Identitas Sekolah

a. Nama Sekolah : SMAN 1 KLEGO

b. Jenjang : SMA

c. Status : Negeri d. Akreditasi : Akreditasi A

e. NPSN : 20308615

f. NSS : 301030915053

g. Nomor Telepon : 08122684276

h. Email : smanklego.boyolali@gmail.com i. Alamat : Jl. Raya Klego-Simo Km. 04 j. Kelurahan : Jaten

(67)

55 o. Tahun Berdiri : 1996

p. Lintang : -7.38031108889375 q. Bujur : 110.69223135709763 r. Ketinggian : 316

s. Waktu Belajar : Sekolah Pagi

2. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah

Berdasarkan surat dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali tertanggal 21 Juni 1996 tentang Surat Perintah Kepala Sekolah No : 2710 / I03.09 / cf.1996 dengan merujuk surat dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah No : 761 / I03 / U / 1996 tanggal 5 Juni 1996 perihal : Penerimaan Siswa Baru pada UGB SMP dan UGB SMU tahun pelajaran 1996 / 1997, memberikan tugas kepada :

Nama : Drs. Sutris al Sutrisno

NIP : 130196275

Pangkat / gol : Penata TK I / III d

Jabatan : Kepala SMU Negeri 1 Simo Boyolali

(68)

56

Dengan merujuk pada surat dari Kakanwil Depdikbud Prop Jateng maka mulai 5 Juni 1996, UGB SMA Negeri mulai menerima siswa baru tahun pelajaran 1996 / 1997 dengan menerima siswa kelas 1 sebanyak 3 kelas (rombel) dengan jumlah siswa 120 anak. Mengingat gedung UGB SMU Negeri 1 Klego belum jadi maka proses KBM masih meminjam tempat di SD Negeri Jaten, dengan waktu KBM dari jam 13.30 WIB sampai jam 17.00 WIB.

Untuk kali pertama dalam penerimaan siswa baru, UGB SMU Negeri 1 Klego melakukan langkah penjaringan siswa baru melalui selebaran dan promosi dari pemerintah Desa Jaten yang dipimpin Bapak Syamsudin.Disamping itu mendapat dukungan dari pemerintah Kecamatan Klego di bawah pimpinan Bapak Camat Klego yaitu Bapak Hadi Suyitno (jabatan terakhir pensiun sebagai kepala BKD Kabupaten Boyolali). UGB SMU Negeri 1 Klego terletak di desa Jaten, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali dengan jarak 3 km dari kota kecamatan dan 25 km dari kota kabupaten. Dengan usaha penjaringan siswa tersebut akhirnya siswa tahun pertama terjaring siswa dari luar kecamatan Klego antara lain dari Nogosari, Banyudono, Sambi, Wonosegoro, Karanggede, Simo, Andong dan tentunya dari Klego sendiri.

(69)

57

pada tanggal 15 Juli 1996, dengan tenaga pengajar dari SMU Negeri 1 Simo Boyolali dan beberapa guru GTT serta dibantu tenaga administrasi Ibu Darsini dan penjaga sekolah Bapak Paryono.

Dalam kepemimpinan bapak Drs. S. Sutrisno dibantu Wakasek antara lain: wakasek Kurikulum yaitu Drs. Ismu Yunanto yang sekaligus mengampu mapel Biologi, wakasek Sarpra yaitu Drs. Toto Narsono yang sekaligus mengampu mapel matematika, wakasek Kesiswaan yaitu Drs. Sutarno disamping mengampu mapel sejarah, wakasek Humas yaitu Drs. Fajar Muslim sekaligus mengampu fisika.

Sebagai ymt Kepala Sekolah, Drs. S. Sutrisno mengampu sampai dua periode karena setelah serah terima kepada Drs. Joko Sudarmaji sebagai kepala sekolah definitif , tidak sampai 2 tahun menjabat bapak Drs. Joko Sudarmaji wafat sehingga Drs. S. Sutrisno mengampu UGB SMU Negeri 1 Klego untuk kedua kalinya sampai serah terima kepada Drs. Hardiman. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Klego sejak berdiri sampai sekarang (2015) antara lain :

1. Drs. S. Sutrisno ymt

(70)

58 4. Drs. Hardiman

5. Drs. Bino ( alm ) 6. Drs. Arju Rahmanto 7. Suwarno, S.Pd., M.H

8. Drs. Wahyu Purnomojati, M.Pd 9. Maryanto, S.Pd., M.Pd

10.Bambang Prihantoro, S.Pd

Wakasek SMA Negeri 1 Klego sejak berdiri sampai sekarang (2015) antara lain :

1. Wakasek Kurikulum : a. Drs. Ismu Yunanto b. Suyadi, S.Pd

c. Kukuh Haryanto, S.Pd d. Drs. Wakimin

e. Suyadi, S.Pd 2. Wakasek Sarpra :

a. Drs. Toto Narsono b. Drs. Slamet Wibowo c. Wiyono, BA

(71)

59 3. Wakasek Kesiswaan :

a. Drs. Sutarno

b. Abu Soleh Ikhsanudin, S.Pd c. Jumadi, S.Pd., M.Pd

d. Drs. Toni Suratno e. Sukono, S.Pd 4. Wakasek Humas :

a. Drs. Fajar Muslim b. Drs. Umar

c. Mulyono, S.Pd, M.Pd d. Surasno, S.Pd

e. Drs. Wakimin

Awal berdiri SMA Negeri 1 Klego mengalami beberapa kendala / hambatan / tantangan antara lain :

1) Kepala sekolah dan tenaga pengajar belum definitif karena masih diampu dari guru-guru dari SMA Negeri 1 Simo dan masih kekurangan tenaga pengajar.

(72)

60

Walaupun usia lembaga pendidikan ini tergolong relatif muda namun sudah menunjukkan satu sekolah yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain. Hal ini terbukti bahwa pada tahun 2004 terakreditasi A (Baik) dan tahun 2010 terakreditasi A (Amat Baik), selanjutnya dipercaya oleh pemerintah sebagai suatu “Rintisan Sekolah

Kategori Mandiri” dan menjadi piloting project sekolah yang

melaksanakan kurikulum 2013.

3. Letak Geografis

SMA N 1 Klego Kab. Boyolali yang berada di Jl. Raya Klego-Simo Km. 04 merupakan lokasi pendidikan yang sangat strategis karena mengingat daya jangkau yang relatif mudah, di pinggir jalan raya.

4. Visi dan Misi

a. Visi

“Unggul dalam prestasi, berwawasan global, dan tetap berpijak

pada budaya bangsa sendiri”

b. Misi

1) Meningkatkan prestasi akademik melalui pembelajaran dengan pendekatan scientifik, untuk menumbuhkan kompetensi 4C peserta didik yaitu Creative, Critical Thingking, Communication, dan Cooperative.

(73)

61

kegiatan lomba, baik di tingkat kabupaten, provinsi, nasional, maupun tingkat internasional.

3) Menumbuhkan kemauan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan berorientasi pada peluang kerja.

4) Mendorong pendidik dan tenaga kependidikan yang tangguh, inovatif, berprestasi dan profesional.

5) Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang praktis, relevan, mutakhir, dan berakses global.

6) Mewujudkan pengelolaan pendidikan yang berbasis manajemen sekolah.

7) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar, adil, akuntabel, dan terjangkau.

8) Membina siswa agar menjunjung tinggi budaya bangsa yang berkarakter religius, disiplin, jujur, kreatif, cerdas, terampil, sehat, mandiri, dan berbudi luhur.

c. Tujuan

1) Meningkatkan prestasi akademik melalui pembelajaran dengan pendekatan scientifik, untuk menumbuhkan kompetensi 4C peserta didik yaitu Creative, Critical Thingking, Communication, dan Cooperative.

(74)

62

kegiatan lomba, baik ditingkat kabupaten, provinsi, nasional, maupun tingkat internasional.

3) Menumbuhkan kemauan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan berorientasi pada peluang kerja.

4) Mendorong pendidik dan tenaga kependidikan yang tangguh, inovatif, berprestasi dan profesional.

5) Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang praktis, relevan, mutakhir, dan berakses global.

6) Mewujudkan pengelolaan pendidikan yang berbasis manajemen sekolah.

7) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar, adil, akuntabel, dan terjangkau.

8) Membina siswa agar menjunjung tinggi budaya bangsa yang berkarakter religius, disiplin, jujur, kreatif, cerdas, terampil, sehat, mandiri, dan berbudi luhur.

5. Keadaan guru, karyawan dan siswa

(75)

63 Tabel 1 :Daftar guru dan karyawan

No Nama Jabatan

1. Bambang Prihantoro Kepala Sekolah

Guru Biologi

2. Agunadi Puji Hartono Guru Kimia

3. Joko Sutomo, S.Pd Guru Penjasorkes

4. Arif Winarto, S.Pd Guru Bahasa Inggris

5. Sukono, S.Pd Guru Kimia

6. Ma’aripun, S.Ag Guru PAI&BP

7. Drs. Wakimin Guru Matematika

8. Mulyono, S.Pd, M.Pd Guru Bahasa

Indonesia

9. Anang Endrato, S.Pd Guru Fisika

10. Slamet, S.Pd Guru Biologi

11. Suyadi, S.Pd Guru Fisika

12. Kukuh Haryanto, S.Pd Guru Sejarah

13. Dra. Tiwi Wahyuni Guru PPKn

14. Kenthut Wijarwanto, S.Pd Guru Biologi 15. Edy Siswanto, S.Pd Guru Geografi 16. Nurhidayati, S.Pd Guru Bahasa Inggris

17. Anisa Sugianti, SE Guru Ekonomi

(76)

64

19. Sri Setyo Sumiwi, S.Pd Guru Matematika

20. Nanik Yuliatun, S.Pd Guru Bahasa

Indonesia

21. Imanawati, S.Pd Guru Sosiologi

22. Kristiyati Indiyati, SE Guru Ekonomi 23. Wahyuni Budi Hastuti, S.Pd Guru Sejarah 24. Dwi Hadi Wibowo, S.Pd Guru BK 25. Wahyu Fajar Nur Setyo, S.Pd Guru TIK

26. Agus Triyono, S.Sn Guru Seni Budaya 27. Dwi Endah Rahayu, S.Pd Guru Bahasa Jawa 28. Paulus Hari Prabowo Guru PAK&BP

29. Dhani Ernawati, S.Sn Guru Prakarya dan Kewirausahaan 30. Devia Elva Natalia, S.Pd Guru Sastra-Inggris 31. Pratiwi Wahyu N, S.Pd Guru PPKn

32. Fajar Zunianto, S.Pd Guru Penjasorkes

33. Winahyu Tejo Kusumo, S.Pd Guru Sejarah

34. Fatmawati, S.Pd Guru BK

35. Drs. Umar Guru PAI&BP

36. Erin Tri Cahyaningrum, S.Pd Guru Matematika 37. Wahyu Sri Lestari, S.Pd Guru Matematika

(77)

65

39. S Andri Setyoko Karyawan

40. Dika Prasetya Karyawan

41. Fitri Fidyawati, S.Kom Karyawan

42. Paryono Karyawan

43. Rokhim Karyawan

44. Samijan Satpam

Jumlah siswa SMA N 1 Klego Kab. Boyolali pada tahun ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 2 : Jumlah siswa

No Kelas L P Jumlah

1. X IPA 1 7 20 27

2. X IPA 2 5 23 28

3. X IPA 3 5 22 27

4. X IPA 4 6 20 26

5. X IPS 1 15 17 32

6. X IPS 2 16 16 32

7. X IPS 3 16 16 32

8. XI IPA 1 11 23 34

9. XI IPA 2 13 19 32

10. XI IPA 3 11 23 34

(78)

66

12. XI IPS 2 10 23 33

13. XI IPS 3 9 25 34

14. XII IPA 1 8 18 26

15. XII IPA 2 9 19 28

16. XII IPA 3 10 18 28

17. XII IPS 1 10 16 26

18. XII IPS 2 14 12 26

19. XII IPS 3 11 15 26

Jumlah 565

6. Keadaan Sarana dan Prasarana

Keadaan sarana dan prasarana penunjang pelaksana pendidikan yang berada di SMA N 1 Klego terdiri dari ruang kelas dan ruang aktivitas lainnya.

Tabel 3 :Sarana dan Prasarana

No Nama Barang Jumlah

1. Daya Listrik Ada

2. Air 5 Sumur

3. Ruang Kepala Sekolah 1

4. Ruang Tata Usaha 1

5. Ruang guru 1

6. Ruang OSIS 1

Gambar

Tabel 1 :Daftar guru dan karyawan
Tabel 2 : Jumlah siswa
Tabel 3 :Sarana dan Prasarana

Referensi

Dokumen terkait

 Menjembatani kebutuhan seluruh unit kerja Bank terkait dengan konsultasi maupun pemberian opini DPS atas produk dan/atau aktivitas perbankan lain yang dilakukan.  Membantu dan

dengan adanya asarr hasil melabolisme nrikroba rcmgga mulul Salah salu usha pencegahan karics adalah dcngan Ineningkatkan proses remineralisilsi untLrk nrcngimbangi

Secara umum dalam penelitian ini telah ditunjukan mengenai hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel tak bebas dimana variabel tak bebas disini berbentuk proporsi,

perihal materi dan tujuan yang akan dipelajari serta acara pembelajaran yang akan dipelajari dalam menulis teks puisia.

Berdasarkan hasil analisis pada kelompok eksperimen maka dapat disimpulkan ada penurunan tingkat stres secara signifikan, dimana pada saat sebelum pelatihan

Konservasi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral sebagai salah satu instansi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan konservasi bahan galian, dan sesuai dengan

PT Bank Muamalat Indonesia memiliki bidang usaha yang hampir sama dengan bidang usaha Bank umum pada umumnya yaitu menghimpun dana dari masyarakat melalui sarana

Kebijakan yang perlu dilakukan dalam melakukan proteksi sektor pertanian adalah: (a) tetap memperjuangkan agar negara maju menghapus berbagai bentuk subsidi sehingga petani