• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Teori 1. Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu merupakan semua penemuan dan ciptaan manusia, baik material maupun nonmaterial, yang ditemukan, diciptakan, diperkembangkan, dan diwariskan dalam kehidupan bersama. Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Koentjaraningrat, 1984).

Koentjaraningrat membagi kebudayaan atas 7 unsur: (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi, dan (7) kesenian. Kesemua unsur kebudayaan tersebut mewujud ke dalam bentuk sistem budaya adat-istiadat (kompleks budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan). (Koentjaraningrat, 1983) Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Kebudayaan

(2)

8 dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan. adanya kait mengait diantara unsur-unsur itulah sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah sebagai sistem. Artinya, kebudayaan merupakan kesatuan organis dari rangkaian gejala, wujud dan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lain. (Tri Widiarto. 2009:10)

Kebudayaan memiliki nilai, yaitu merupakan salah satu unsur dari sistem budaya yang dimiliki satu kesatuan sosial, seperti keluarga, klen, atau marga, dan suku bangsa. Sistem budaya itu sendiri merupakan seperangkat nilai yang dianggap baik, seperti kepercayaan, gagasan, adat, tradisi, aturan, norma dan hukum. Semua unsur ini saling berhubungan sebagai suatu sistem. (Tri Widiarto. 2003:16)

Banyak berbagai definisi tentang kebudayaan yang telah di paparkan oleh para ahli. Dari berbagai definisi dapat diperoleh kesimpulan mengenai pengertian kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal yang dapat kita pelajari tentang definisi kebudayaan. Bagaimana cara pandang kita terhadap

(3)

9 kebudayaan, serta bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang faktanya telah mempengaruhi kebudayaan lain.

2. Tradisi

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. (wikipedia.org. diunduh : 16 Januari 2013).

Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya informasi ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara atau model “tindakan” yang sudah ada merupakan pilihan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan persoalan. Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain. Dengan informasi semua itu akan jelas bagi pewaris.

Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan tradisi

(4)

10 hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Jika tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir pada saat itu juga. Setiap suatu tindakan atau perbuatan menjadi tradisi biasanya jika

telah teruji tingkat efektivitas dan efisiensinya. Tentu saja telah teruji oleh berbagai kalangan dan waktu. Efektivitas dan efisiensinya selalu mengikuti perjalanan perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam menyelesaikan persoalan kalau tingkat efektivitasnya dan efisiensinya rendah akan segera ditinggalkan pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadi sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi akan cocok jika sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang mewarisinya. Peranan tradisi terutama sangat nampak pada masyarakat pedesaan

walaupun kehidupan tradisi terdapat pula pada masyarakat kota. masyarakat desa dapat didentifikasikan sebagai masyarakat agraris, maka sifat masyarakat seperti itu cenderung tidak berani berspekulasi dengan alternatif yang baru. Tingkah laku masyarakat selalu pada pola-pola tradisi yang telah lalu (Bastomi, 1986 : 14)

Tradisi juga selalu dibangun dengan cara simbolik pada masa sekarang, dan bukannya sesuatu yang diturunkan dari masa ke masa. Definisi tradisi dalam kebudayaan selalu berkaitan antara masa sekarang dan ditemukan dimasa lalu yang dibayangkan secara simbolik dan terus menerus direka ulang.

(5)

11 Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir istilah tradisional. Tradisional merupakan sikap mental dalam memberikan respon terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat berdasarkan tradisi. Didalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada tradisi. Tradisi selalu di kontrol oleh nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain tradisional adalah setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi.

Seseorang akan merasa yakin bahwa suatu tindakannya adalah betul dan baik, bila dia bertindak atau mengambil keputusan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Sebaliknya, dia akan merasakan bahwa tindakannya salah atau keliru atau tidak akan dihargai oleh masyarakat jika ia berbuat diluar tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman (kebiasaan)nya dia akan tahu persis mana tindakan yang menguntungkan dan mana yang tidak. Di mana saja masyarakatnya tindakan cerdas atau kecerdikan seseorang bertitik tolak pada tradisi masyarakatnya.

Dari uraian tersebut akan dapat dipahami bahwa sikap tradisional adalah bagian terpenting dalam sitem tranformasi nilai-nilai kebudayaan. Artinya jika ada perubahan di dalam masyarakat, namun anggota masyarakat tidak serta merta meninggalkan tradisinya. Tradisi tetap berfungsi sebagai alat kontrol sosial. Kita harus menyadari bahwa warga masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara

(6)

12 dinamis. Artinya proses mentransfer atau pewarisan kebudayaan merupakan interaksi langsung (berupa pendidikan) dari generasi tua kepada generasi muda berdasarkan nilai dan norma yang berlaku.

3. Upacara Adat Tradisional

Upacara pada dasarnya merupakan bentuk perilaku masyarakat yang menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya. Masyarakat menjelaskan tentang masa lalunya melalui upacara. Melalui upacara, kita dapat melacak tentang asal usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda, kejadian alam, dan lain-lain. (Wikipedia.org. di unduh 15 Mei 2013)

Upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama, perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting.

Adat adalah peraturan hidup sehari-hari. Ketentuan yang mengatur tingkah anggota masyarakat dalam segala aspek kehidupan manusia. Upacara adat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah upacara adat yang bersifat tradisional. Mengenai pengertian upacara adat yang bersifat tradisional para ahli berpendapat sebagai berikut :

“Upacara tradisonal adalah serangkaian perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat yang mengalir dalam kelompok masyarakat. Di dalam pelaksanaan upacara tradisional ini, semua perbuatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan dari adat sebelumnya yang telah dianut masyarakat setempat.”

(7)

13 “Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya.”

(Purwadi, 2005:1)

Manusia adalah makhluk budaya yang mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan manusia terhadap dunianya, lingkungan serta masyarkatnya, seperangkat nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa upacara tradisional merupakan bagian dari kebudayaan. Sedangkan kebudayaan itu tidak lepas dari manusia karena manusia adalah mahluk berbudaya.

Dalam pelaksanaannya upacara adat tradisional termasuk dalam golongan adat yang tidak mempunyai akibat hukum, hanya saja apabila tidak dilakukan oleh mayarakat maka timbul rasa kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang menimpa dirinya.

4. Kematian

Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk

(8)

14 hidup mengalami pembusukan. Istilah lain yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.

Kematian melenyapkan segala kemampuan manusia. Kematian adalah sesuatu yang belum dimengerti manusia, suatu pengalaman yang tidak dapat terjejaki. Manusia merasa tidak aman dan tidak berdaya bila menghadapi kematian, musuh yang begitu menakutkan, musuh yang tidak memandang usia kekayaan maupun kedudukan. (Gladys Hunt : 1987)

Kematian adalah pengalaman yang tidak bisa disangkal dalam kehidupan manusia. Semua orang pastinya menyadari hal ini, kematian tidak pernah tebang pilih akan siapa yang akan dijemputnya. Dengan kata lain, kematian adalah sebuah keniscayaan. Siapa kita, darimanapun kita berasal, pada waktunya akan berhadapan dengannya. Tidak ada orang yang bisa menghalanginya.

Penyebab-penyebab kematian :

a. Seiring penuaan usia makhluk hidup, tubuh mereka akan perlahan-lahan mulai berhenti bekerja.

b. Jika tubuh tidak mampu melawan penyakit, atau tidak diobati.

c. Kecelakaan seperti tenggelam, tertabrak, terjatuh dari ketinggian, dan lain-lain.

d. Lingkungan dengan suhu yang sangat dingin atau yang terlalu panas.

e. Pendarahan yang diakibatkan luka yang parah.

(9)

15

g. Diserang dan dimakan (pembunuhan).

h. Infeksi dari gigitan hewan berbisa maupun hewan yang terinfeksi

virus berbahaya.

i. Kematian disaat tidak terbangun dari tidur.

j. Kematian sebelum lahir, karena perawatan janin yang tidak benar. (wikipedia.org. diunduh : 13 Februari 2013)

Kematian menurut ilmu kedokteran, berarti berhentinya secara total kinerja organ-organ tubuh pada semua mahluk hidup. Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau deth yang berarti keadaan mati atau kematian. Berdasarkan ketentuan medis seorang manusia dianggap telah mati jika jantungnya sudah tidak berfungsi lagi sebagai pengedar darah ke seluruh tubuh, otaknya mulai membusuk dalam waktu seperempat jam karena tidak memperoleh darah, dan seluruh badan tidak dapat digerakan lagi dalam keadaan dingin.

Setiap manusia mengakhiri hidupnya di dunia ini dengan kematiannya. Kematian dengan segala misterinya merupakan pengalaman manusia yang hidup. Kematian merupakan bagian dari lingkungan biologis hidup manusia. Karenanya realitas kematian merupakan saat yang tidak bisa ditawar atau dihindari oleh manusia yang hidup.

B. Upacara Kematian

Upacara kematian atau penguburan adalah suatu cara untuk mengurus tubuh orang yang sudah meninggal. Sepatutnya bahwa pada kematian tubuh harus

(10)

16 diperlakukan dengan baik dan hormat memantulkan nilai kemanusiaan. Upacara-upacara penguburan mencerminkan struktur nilai dari orang-orang yang melaksanakan upacara-upacara kematian tersebut.

Setiap upacara menyatukan sutu pandangan terhadap manusia, suatu sikap terhadap kematian dan harapan akan masa datang. Meskipun bentuk dari upacara-upacara kematian tersebut bisa beraneka ragam intisarinya kerap sama. Sikap kitalah, lebih dari sekedar upacara yang kita ikuti, yang menyatakan pandangan kita tentang manusia.

Upacara kematian bukan hanya diadakan untuk kepentingan orang yang mati, melainkan juga untuk orang-orang yang hidup. Dengan menghormati orang yang mati, kita menyatakan kepada orang-orang yang mengasihinya dan ditinggalkan bahwa kita menghargainya dan menaruh perhatian kepada mereka yang masih hidup.

C. Tewah

Upacara Tewah merupakan suatu upacara kematian tradisional yang artinya prosesi mengantar arwah atau jenazah nenek, kakek, ayah, ibu, adik, kakak dan sebagainya di dalam perjalanannya ke alam akhirat. Tewah dilaksanakan sebagai ungkapan balas budi kepada orang yang meninggal tersebut. Ungkapan tersebut berupa harapan agar orang yang meninggal tersebut dimudahkan jalannya menuju sorga atau tempatnya yang abadi. Esensi yang lain, yaitu sebagai simbolis hubungan diri orang Lamandau dengan para leluhur, dengan sesama, maupun dengan Sang Pencipta.

(11)

17 Menurut kepercayaan Kaharingan arwah orang mati yang belum melaksanakan upacara Tewah tidak dapat sampai memasuki tempat peristrahatan terakhirnya (sorga). Dengan demikian bagi anggota kerluarga yang hidup apabila belum melaksanakan upacara Tewah untuk arwah keluarga yang telah meninggal dunia, berarti mereka masih mempunyai beban. (Depdikbud. 1985:46)

Apabila dalam suatu desa ada rencana untuk melaksanakan Tewah, maka mereka akan membentuk suatu panitia dan memilih diantara mereka yang dipandang mampu sebagai ketua. Setelah ketua dipilih maka kemudian ditetapkan rencana-rencana untuk memulai upacara Tewah tersebut.

Keberadaan upacara Tewah harus dilihat dari masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Sebab sebagian kebudayaan daerah ada yang menjadi unggulan di masa lalu, namun di masa kini menjadi musnah. Prosesi upacara Tewah biasanya dilakukan tepat ketika orang tersebut meninggal dan ada pula yang menunggu waktu hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Hal ini dilakukan berdasarkan kemampuan biaya atau dana untuk melaksanakan upacara Tewah ini. Upacara Tewah termasuk upacara tradisional yang membutuhkan dana yang sangat tinggi dalam pelaksanaanya.

D. Upacara Tradisional

Salah satu tradisi di masyarakat Lamandau adalah upacara-upacara adat yang dikemas secara tradisional yang disebut juga upacara tradisional. Upacara tradisional merupakan salah satu perwujudan peninggalan kebudayaan.

(12)

18 Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukunganya dengan jalan mempelajarinya.

Upacara tradisional merupakan suatu kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan, yang mendukung aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh warga masyarakat. Upacara-upacara tradisional merupakan perwujudan dari proses sosialisasi dalam masyarakat tradisional sebagai kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat pendukungnya dan dapat menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kehidupan lain, seperti: gotong royong, solidaritas, kekeluargaan ketaqwaan dan keagamaan.

Dalam komunitas masyarakat terjadi suatu proses komunikasi secara timbale balik , komunikasi dengan Tuhan, Dewa, dan Penguasa gaib dinampakkan dalam bentuk simbol-simbol yang menyertai upacara-upacara sesaji. Demikian halnya komunikasi sesame warga yang dinampakkan melalui simbol-simbol yang mengandung pesan-pesan agama, nilai-nilai etis serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Selain pengertian yang dikemukakan di atas, upacara tradisional sebagai suatu kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan, yang mengandung aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh warga masyarakat. Disamping itu terdapat pula pengertian lain yang mengenal upacara tradisional, yaitu kegiatan yang dilakukan secara tertib, memiliki pola, tumbuh serta menyebar melalui tindakan manusia terhadap peristiwa alam. (Depdikbud, 1984:16)

(13)

19 E. Tujuan Upacara Tradisional

Pelaksanaan upacara tradisional dilakukan sebagai wujud penghormatan atas budaya warisan nenek moyang yang turun temurun harus dilestarikan, karena tanpa adanya usaha pelestarian dari masyarakat maka budaya warisan nenek moyang yang beruoa upacara tradisional itu akan punah dan tinggal cerita. Sangat disayangkan apa bila hal itu terjadi mengingat dijaman sekarang negeri ini menglami krisis moral yang sebenarnya dapat kita cegah dengan pelestarian upacara tradisional, karena pelaksanaan upacara tradisional dapat memupuk rasa persaudaraan dan menumbuhkan nilai-nilai luhur penting bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Tujuan umum dari pelaksanaan upacara adat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat yang berbudi luhur. Secara khusus upacara tradisional dilakukan sebagai wujud penghormatan dan penghargaan kepada yang gaib. Menurut Koetjaraningrat (1967) rasa cinta, hormat, dan bakti adalah pendorong bagi manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib.

Upacara tradisional dimaksudkan untuk mencapai kehidupan yang tenteram dan sejahtera, diberi kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, upacara tradisional juga dimaksudkan untuk menghindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, dijauhkan dari malapetaka yang dikhawatirkan akan menimpa masyarakat apabila tidak dilaksanakan.

Penyelenggaraan upacara tradisional ditujukan sebagi media untuk memperlancar komunikasi antar warga agar terjalin rasa persatuan dan kesatuan,

(14)

20 dalam upacara itu juga terkandung nilai-nilai luhur yang sebenarnya ditujukan untuk menuntun masyarakat agar menjadi pribadi yang beradab dan berbudaya sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang baik untuk mewujudkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Menurut Koentjaraningrat (1967), beberapa perbuatan yang berkenaan dengan saat berlangsungnya upacara ini seringkali menjadi spontanitas bagi orang –orang yang melakukannya, meraka menganggap bahwa perbuatan atau kegiatan tersebut sudah menjadi kebiasaan dan memang perlu untuk dilakukan, kegiatan tersebut diantaranya adalah :

1. Bersesaji

Bersesaji adalah perbuatan-perbuatan untuk menyajikan makanan, benda-benda, dan sebagainya yang ditujukan kepada dewa-dewa, roh-roh nenek moyang, atau mahluk halus. Hal ini dianggap menjadi suatu perbuatan kebiasaan, dan dianggap seolah-olah suatu aktivitas yang secara otomatis akan menghasilkan apa yang dimaksud.

2. Berkorban

Berkorban merupakan pembunuhan binatang melalui upacara. Kadang maksud dari pembunuhan binatang itu disajikan dan dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi dalam kegiatannya warga masyarakat atau peserta upacara tersebutlah yang memakan binatang yang dikorbankan itu, bukan para dewa. 3. Berdoa

Berdoa adalah unsur yang banyak terdapat dalam berbagai upacara tradisional, biasanya diiringi dengangerak-gerak dan sikap-sikap tubuh yang pada dasarnya

(15)

21 merupakan sikap dan gerak menghormati serta merendahkan diri terhadap para leluhur, para dewata, ataupun terhadap Tuhan.

4. Makan bersama

Makan bersama merupakan suatu unsur yang amat penting dan selalu dilaksanakan dalam banyak upacara.

5. Menari dan bernanyi

Menari merupakan unsur penting dalam banyak upacara keagamaan. Jalan pikiran yang ada dibelakang perbuatan ini rupanya memaksa alam bergerak. 6. Berprosesi

Berprosesi atau berpawai juga merupakan suatu perbuatan yang amat umum dalam banyak religi di dunia. Pada prosesi sering dibawa benda-benda keramat seperti patung dewa-dewa, lambang-lambang, totem, benda-benda sakti dan sebagainya dengan maksud supaya kesaktian yang memancar dari benda-benda itu bisa member pengaruh kepada keadaan sekitar tempat tinggal manusia, dan terutama pada tempat-tempat yang dilalui pawai itu. Upacara ini sering juga maempunyai maksud yang pada dasarnya sama tetapi dilakukan dengan cara yang lain yaitu mengusir makhluk halus, hantu, dan segala kekuatan yang menyebabkan penyakit serta bencana dari skitar tempat tinggal manusia.

7. Berpuasa

Berpuasa sebagai suatu perbuatan keagamaan yang ada dalam hampir semua agama dan kepercayaan diseluruh dunia, tidak membutuhkan suatu uraian panjang lebar. Dasar pikiran yang ada di belakang perbuatan ini bisa macam-macam, misalnya membersihkan diri atau menguatkan batin penderitaan.

(16)

22 Berpuasa dalam berbagai religi dilakukan untuk waktu satu bulan atau lebih secara berulang dengan masa antara yang agak lama misalnya satu tahun atau masa antara singkat misalnya satu kali dlam seminggu, atau berupa penghindaran atau pantangan tetap terhadap beberapa macam makanan tertentu.

8. Intoxikasi (meracuni)

Terdiri dari perbuatn-perbuatan untuk memabukan atau menghilangkan kesadaran diri para pelaku upacara. Dengan demikian maka pelaku upacara sering melihat bayangan atau khayalan.

9. Bertapa

Bertapa ada dalam agama-agama dan religi-religi yang mempunyai konsepsi bahwa rohani itu penting dari jasmani. Dengan demikian ada pendirian bahwa hasrat-nafsu jasmani dari manusi itu bisa ditekan, maka jiwa akan menjadi lebih bersih dan suci. Sebenarnya jalan pikiran ini sering merupakan suatu latar belakang dari berpuasa, sehingga berpuasa itu dapat disebut suatu bentuk lunak dari bertapa.

10.Bersemedi

Bersemedi adalah macam perbuatan serba religi yang bertujuan memusatkan perhatian si pelaku kepada maksudnya atau kepada hal-hal suci.

Rangkaian kegiatan upacara tradisional merupakan unsur pokok di dalam melaksanakan upacara tradisional. Oleh karena itu, pada saat upacara tradisional

(17)

23 dilangsungkan akan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang telah disebutkan.

Namun tidak semua kegiatan secara terperinci dilakukan pada saat pelaksaan upacara tradisional. Ada yang terdiri dari dari semua kegiatan yang telah disebutkan diatas tetapi ada pula yang hanya melakukam beberapa dari kegiatan tersebut karena disesuaikan dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan upacara tradisional tersebut.

F. Komponen-Komponen Upacara Tradisional

Ada empat komponen yang ada dalam upacara tradisional menurut Koentjaraningrat (1992 : 141-12) yaitu :

1. Tempat upacara

Sesuatu yang keramat biasanya berada di tempat yang khusus dan tidak boleh didatangi orang yang berkepentingan, malahan mereka yang berkepentingan tidak boleh sembarangan ditempat upacara. Mereka harus hati-hati dan memperhatikan berbagai macam larangan dan pantangan. Kuburan biasanya merupakan tempat keramat yang bisa digunakan sebagai sarana orang bisa dengan mudah berhubungan dengan roh-roh nenek moyang yang sudah meninggal, lading atau sawah juga sering digunakan sebagai tempat upacara yang berhubungan dengan bercocok tanam.

2. Saat-saat upacara

Saat-saat upacara biasanya dirasa sebagai saat yang genting gawat dan yang penuh bahaya gaib, karena berhubungan langsung dengan dunia

(18)

24 gaib. Jadi dapat berakibatk kemasukan roh. Dalam kehidupan manusia juga terdapat saat-saat genting misalnya waktu hamil, kelahiran, kematian, perkawinan dan lain sebagainya.

Ada pula waktu-waktu genting yang timbul karena bahaya misalnya wabah penyakit menular, bencana alam, atau waktu-waktu ada perperangan. Segala bahaya iitu sering dianggap oleh orang berpangkal pada suatu peristiwa dalam dunia gaib. Saat-saat upacara tersebut dalam ilmu antropologi disebut upacara-upacara waktu kritis atau upacara-upacara untuk melalui waktu kritis (Koentjaraningrat dalam skripsi Tunas Nyana Surya : 2010).

3. Benda-benda upacara

Benda-benda upacara merupakan alat-alat yang dipakai dalam menjalankan upacara tradisional. Alat-alat itu bisa berupa alat-alat seperti wadah atau tempat sajian, sendok, pisau dan lainnya. Bendera dan senjata juga sering digunakan untuk sajian. Alat-alat upacara lazimnya digunakan adalah patung-patung yang berfungsi sebagai lambang dewa atau roh nenek moyang yang menjadi tujuan upacara.

4. Peserta Upacara

Pemimpin upacara dalam berbagai religi dan suatu bangsa di dunia biasanya dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pendeta, dukun, dan syaman. Pendeta adalah orang yang karena suatu pendidikan yang lama menjadi ahli dalam hal melakukan pekerjaan sebagai pemuka upacara keagamaan. Syaman adalah sebuah istilah yang juga sering dipakai untuk

(19)

25 menamakan dukun, tetapi istilah tersebut dipakai untuk golongan dukun yang memimpin upacra khusus. (Purwadi: 2007). Dalam masyarakat lamandau atau dayak pada umumnya peserta upacara tradisi biasanya warga sekitar yang di pimpin oleh kepala desa setempat dan dibantu oleh Demang atau Domang yang seorang pemuka adat setempat.

G. Solidaritas

Solidaritas dapat diartikan kesatuan kepentingan, simpati, dan lain-lain. Sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama. Solidaritas bisa didefinisikan: perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.

Solidaritas adalah integrasi, tingkat dan jenis integrasi, ditunjukkan oleh masyarakat atau kelompok dengan orang dan tetangga mereka Hal ini mengacu pada hubungan dalam masyarakat . hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat satu sama lain. Istilah ini umumnya digunakan dalam sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Solidaritas adalah kesepakatan bersama dan dukungan: kepentingan dan tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan tindakan kolektif untuk sesuatu hal.

Apa yang membentuk dasar dari solidaritas bervariasi antara masyarakat. Dalam masyarakat sederhana mungkin terutama berbasis di sekitar nilai-nilai kekerabatan dan berbagi. Dalam masyarakat yang lebih kompleks terdapat berbagai teori mengenai apa yang memberikan kontribusi rasa solidaritas sosial.

(20)

26 H. Penelitian yang Relevan

Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan bahasan dalam penelitian ini : Skripsi Tunas Nyana Surya, dalam penelitian yang berjudul Upacara Nyadran Kali dan Maknanya dalam Membina Kerukunan Masyarakat di Desa Bumi Harjo Kelurahan Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah tentang makna dan hubunganya terhadap kerukunan masyarakat setempat.

Dari penelitian tersebut nampak bahwa ada relevansinya dengan tema penelitian yang akan penulis angkat yaitu : Upacara Tewah dan Maknanya dalam Membina Rasa Solidaritas Masyarakat di Desa Cuhai Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah.

Perbedaan penelitian adalah terdapat pada lokasi penelitian. Lokasi penelitian skripsi Tunas Nyana Surya adalah berada di pulau Jawa, sedangkan lokasi penelitian yang diteliti peneliti berada di pulau Kalimantan.

Referensi

Dokumen terkait

significanlty different at 5 % level of LSD). Hasil analisa statistik terhadap produksi bunga per ha ada perbedaan yang nyata. Rakitan teknologi budidaya madya menghasilkan

Sesuai dengan permasalahan- permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu yang akan dicari solusinya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

Bertitik tolak dari pemikiran bahwa data dan informasi mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan khususnya pembangunan di Kecamatan

Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya

Tahap mengumpulkan data yang perlu dilaksanakan, yaitu membuat rencana atau scenario dalam penelitian, menentukan latar atau tempat untuk melakukan penelitian,

Penelitian tersebut menunjukan bahwa analisis efektivitas pada ADD terlihat beragam di Kabupaten Deli Serdang, jika dilihat dari analisis lebih lanjut, hal

Parfum Laundry Gunungsitoli Selatan Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik.. BERIKUT INI JENIS PRODUK

[r]