• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

SEMINAR HASIL

PENELITIAN/PENGKAJIAN

BPTP KARANGPLOSO

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KARANGPLOSO

(2)

PENGKAJIAN BUDIDAYA BUNGA MAWAR EKOREGION DATARAN TINGGI (Assessment Of Rose Culture On High Land Ecoregion)

T. Purbiati, Wahyunindyawati, Suhariyono, O.Endarto dan H. Mulyanto

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso ABSTRAK.

Teknologi budidaya mawar bunga potong belum sepenuhnya dikenal dan diterapkan oleh petani bunga, sehingga pada waktu tertentu seperti hari-hari besar, valentine day’s atau pesta perkawinan, produksinya belum dapat memenuhi target permintaan. Pengkajian ini bertujuan untuk memperoleh rakitan teknologi budidaya mawar bunga potong yang optimal pada ekoregion dataran tinggi dan dengan memasukkan penggunaan pupuk organik, pupuk organik bokasi maupun anorganik yang seimbang pada teknologi budidaya tanaman mawar rekomendasi maupun cara petani. Pengkajian terdiri dari 2 kegiatan yaitu: 1) Rakitan teknologi budidaya tanman mawar umur 4 tahun di lahan petani sebagai perlakuannya adalah : Rakitan teknologi anjuran, rakitan teknologi madya, rakitan teknologi cara petani; 2) penelitian pendukung tentang pemupukan mawar dengan perlakuan sebagai berikut: A) pupuk kandang 15 ton/ha + Urea 50 kg/ha + SP-36 160 kg/ha, B) bokasi 7,5 ton/ha + SP-36 160 kg/ha, C) ZA 50 kg/ha + NPK 50 kg/ha. Pengkajian dilaksanakan di Pujon dan Batu sedangkan Super Imposed di IPPTP Punten Batu. Hasil pengkajian adalah: Rakitan teknologi budidaya madya yang menggunakan pupuk dasar bokasi 15 t/ha +SP-36 325 kg/ha dapat meningkatkan produksi tanaman mawar bunga potong sebesar 80,1% dibanding rakitan teknologi cara petani dan meningkat 59,7% dibanding rakitan teknologi anjuran. Petani lebih menerima rakitan teknologi budidaya madya yang menggunakan pupuk dasar bokasi. Panen bunga dilakukan periode 1 minggu 2 kali dan stadia panen dengan kuntum bunga mekar 2 petal. Selama pengkajian penyakit yang banyak dijumpai di lahan petani adalah sejenis kanker batang. Keragaan tanaman yang terdiri dari tinggi tanaman dan lebar tajuk di tingkat petani tidak ada perbedaan. Analisis ekonomi menunjukkan B/C Ratio tertinggi pada rakitan teknologi madya yaitu 1,96. Hasil Super Imposed adalah: penggunaan pupuk dasar bokasi 7,5 ton/ha + SP-36 160 kg/ha selama pengamatan 3 bulan dapat meningkatkan produksi bunga 17,54% dibanding pupuk dasar kandang 15 ton/ha + Urea 50 kg/ha +SP-36 160 kg/ha dan meningkat 16,5% dibanding ZA 50 kg/ha + NPK 50 kg/ha. Tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, panjang tangkai bunga, diameter bunga, jumlah petal bunga dan lama kesegaran bunga tidak terdapat perbedaan. Analisis usahatani umur 7 bulan dari okulasi masih belum menguntungkan.

Kata kunci: Mawar, budidaya,pemupukan, produksi, analisis ekonomi. ABSTRACT

So far growers of Rose for cutting flowers have not known and applied technology of Rose culture properly caused the demands expectially during the Wedding month, Chrismas or Valentine day”s have not been fulfiled. The goal of this assessment were to find technology of Rose culture for cutting flower in high and dry ecoregion in Batu and Pujon by inducing manure, organic matter of bokasi by using EM 4 and an organic fertilizer for recommended technology or existing/grower technology. It consist of two main activities. The fisrt was Assessment of culture technology for productive Rose in grower area with for treatments of: recommended technology, medium level technology and growers technology. B/C ratio highest on the medium level technology for 1,96. The second activities was super imposed trial for Rose fertilizatin conducted in IPPTP Punten with different dozes those are :A) 15 t/ha manure + 50 kg/ha Urea +160 kg/ha SP-36, B) 7.5 t/ha of bokasi +160 kg/ha of SP-36, C) 50 kg/ha of ZA + 50 kg/ha of NPK (15-15-15). The medium level technology of 15 t/ha of bokasi + 325 kg/ha of Sp-36 increased cutting flower of Rose production of 80,1% higher than those produced by applying grower technology, while the production of using recommended technology increased 59.7%. The plant performance by using three levels of technologypackage were not different but growers preferred to choose the medium level technology introduced. For super imposed trial

(3)

by using 7.5 t/ha of bokasi + 160 kg/ha of SP-36 increased 17,56% of Rose cutting flower production than by using 15 t/ha manure +50 kg/ha of Urea + 160 kg/ha of SP- 36 and 16.5% higher than those using 50 kg/ha of ZA + 50 kg/ha of NPK (15-15-15). High of plant, number of twig leaves and petal and flower fresh long were same inter tretment. The economical analysis of seven months Rose growth shown not profitable get.

Key words: Rose, assessment, fertlization, production, economical analysis.

PENDAHULUAN

Peluang ekspor bunga potong sangat cerah dan sasaran ekspor adalah negara-negara di benua Eropa dan Amerika. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik pada tahun 1984 Indonesia mengekspor 791.640 kg senilai US $ 1.135.576 dan pada tahun 1988 meningkat menjadi 1.703.185 kg senilai US $ 1.370.901 (Anonim, 1991). Pada tahun 1999 total nilai ekspor bunga dan tanaman hias Indonesia mencapai US $ 10.343.105 atau meningkat tajam sebesar US $ 9.158.820, bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar US $ 1.184.285 (Anonim, 2000) dan negara yang gencar meminta bunga dan tanaman hias tersebut adalah Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat.

Permintaan secara Nasional untuk komoditas bunga setiap tahunnya meningkat, dan lebih meningkat pada saat menjelang hari-hari besar Nasional, Idul Fitri, Natal, Tahun Baru, Vlentine, pesta perkawinan dan peristiwa penting lainnya (Soetopo, 1989 dan Hasyim, 1989).

Bunga mawar berdasarkan kegunaannya dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu mawar tabur, bunga hias (bunga potong) dan mawar pot/taman, sedangkan berdasarkan pembungaannya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu Summer Rose yang berbunga di bulan Mei, Juni dan July dan mawar yang berbunga selama hidupnya. Mawar untuk bunga potong digolongkan type yang berbunga selama hidupnya (Kartapraja, 1995).

Menurut Effendie K. (1994 ) mawar sebagai bunga potong mempunyai nilai yang cukup tinggi dan dalam kegiatan perdagangan bunga potong memberikan peringkat pertama yang terjual setiap harinya. Jika saat Valentine day”s permintaan sangat tinggi dan harga tiap tangkai hingga mencapai Rp 5000,- (Anonim, 2000).

Bunga mawar potong umumnya ditanam di spesifik lokasi ekoregion dataran tinggi. Sentra produksi bunga mawar di Indonesia tersebar di propinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Luas panen bunga mawar di Jawa Timur menduduki urutan yang paling luas diantara propinsi-propinsi yang lain, sehingga produksi bunga mawar asal Jawa Timur dapat memenuhi kebutuhan propinsi lain misalkan untuk daerah Bali.

Permasalahan yang ada adalah produksinya masih belum dapat memenuhi target permintaan. Hal tersebut penyebabnya adalah pemanfaatan sumberdaya yang belum optimal, lahan yang miskin hara akibat eksploitasi unsur hara oleh varietas unggul sehingga perlu masukan teknologi pemupukan yang seimbang dan ekoregion dataran tinggi mudah tererosi dan teknologi yang tersedia belum sepenuhnya diadopsi oleh petani.

Beberapa teknologi hasil rekomendasi Balithi telah banyak didokumentasikan dan kesemuanya adalah untuk peningkatan produksi dan perbaikan kualitas bunga sesuai dengan permintaan konsumen. Sebagai contoh adalah: penanaman mawar dengan jarak tanam 15 cm x 40 cm menghasilkan jumlah bunga yang banyak dan tangkai bunga yang panjang (Wuryaningsih dkk., 1994). Usaha peningkatan produksi bunga dengan pemberian zat pengatur tumbuh juga memberikan effek yang positif yaitu pemberian triakontanol dengan konsentrasi 150 ppm dan diberikan dengan interval 10 hari mulai umur 3 minggu sesudah tanam (Wuryaningsih dan Kusuma., 1977). Pengendalian penyakit pada tanaman mawar lebih effektif menggunakan benomil karena tanaman lebih subur terutama terhadap penyakit embun tepung (Djatnika dan Nuryani., 1993). Pemupukan dengan pupuk kandang yang diberikan dengan kisaran dosis 28-32 ton./ha (Sanjaya dkk., 1994), pemberian pupuk N 180 kg/ha yang diberikan empat kali selang 2 minggu menghasilkan produksi bunga paling banyak (Wuryaningsih, 1995).

Sebagai pengganti pupuk organik alternatif dapat digunakan bokasi. Bokasi sebagai pupuk organik pemakaiannya cukup efektif dan memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil

(4)

produksi maupun pertumbuhan tanaman misalkan pada tanaman kentang, bawang merah, sayuran dan mangga (Untung, 1995; Hardianto dkk.., 1998; Yuntamah, 1998; Purbiati dkk., 1999).

Pengkajian ini bertujuan untuk memperoleh rakitan teknologi budidaya bunga mawar pada ekoregion dataran tinggi dan optimasi hasil dengan masukan teknologi penggunaan pupuk organik, pupuk organik alternatif, NPK yang seimbang dan pengendalian hama penyakit yang tepat.

Luaran yang ingin dicapai dari pengkajian adalah rakitan usahatani bunga mawar dengan teknologi budidaya yang dapat diadopsi oleh petani sehingga memberikan dampak terhadap peningkatan produksi.

BAHAN DAN METODE Bahan pengkajian

• Tanaman mawar berumur 4 tahun milik petani dan tanaman mawar mulai okulasi (umur 0 tahun).

• Varietas yang digunakan lokal Batu, jenis bunga potong dan berwarna merah tua dan muda. • Luas tanaman yang berumur 4 tahun sebesar 3000 m2 yang terdiri dari 5 pemilik petani mawar.

Setiap petani menggunakan luasan 600 m2 untuk 3 perlakuan. Tanaman untuk penelitian Super Impose luasannya adalah 200 m2 di IPPTP Punten.

• Pada pengkajian ini saprodi yang digunakan adalah pupuk kandang, bokasi, pupuk Urea, SP-36, NPK, obat-obatan pestisida dan fungisida.

Lokasi pengkajian : Pujon dan Batu Jawa Timur. Musim : Penghujan dan kemarau

Agroekologi : And. 2.2.3.1., ekoregion lahan sawah dataran tinggi. Pelaksanaan pengkajian:

Pengkajian terdiri dari 2 yaitu: 1) Pengkajian sistem usaha tani tanaman mawar umur 4 tahun di lahan petani dan 2) melakukan penelitian Super Impose dengan menanam mawar mulai batang bawah , okulasi sampai produksi yang dilaksanakan di IPPTP Punten.

Metode pengkajian:

1) Penelitian pada tanaman mawar bunga potong umur 4 tahun di lahan petani.

Rancangan percobaan acak kelompok terdiri dari 3 perlakuan dan ulangan 5 kali, sebagai ulangan adalah petani, macam perlakuan (Tabel 1).

A. Rakitan teknologi anjuran B. Rakitan teknologi madya C. Rakitan teknologi petani.

(5)

Tabel 1. Perlakuan rakitan teknologi budidaya tanaman mawar bunga potong umur 4 Tahun.

Uraian Rakitan teknologi anjuran

Rakitan teknologi madya

Rakitan teknologi petani

Varietas yang digunakan Lokal Batu Bunga potong warna merah tua dan muda

Lokal Batu Bunga potong warna merah tua dan muda

Lokal Batu

Bunga potong warna merah tua dan muda

Umur tanaman Jarak tanam 4 tahun 40 x 20 cm 4 tahun 40 x 20 cm 4 tahun 40 x 20 cm Pengolahan tanah Pembumbunan tanah disekitar tanaman Waktu Dilakukan Dicangkul sepanjang baris tanaman Bersamaan dengan mupuk Dilakukan Dicangkul sepanjang baris tanaman Bersamaan dengan mupuk Dilakukan

Dicangkul sepanjang baris tanaman

Bersamaan dengan mupuk Penyiangan dan sanitasi

kebun

Dilakukan Dilakukan Dilakukan

Pengairan Cara Dilakukan Dilep Dilakukan Dilep Dilakukan Dilep Pemupukan Dasar Dosis Waktu Buatan

Jenis dan dosis Waktu aplikasi Dilakukan Pupuk kandang 30 t/ha Musim kemarau Urea 100 kg/ha SP-36 325 kg/ha Menjelang hari-hari besar, misalkan perkawinan, falentine, hari natal, idul fitri, tahun baru Dilakukan Bokasi 15 t/ha Musim kemarau SP-36 325 kg/ha Menjelang hari-hari besar, misalkan perkawinan, falentine, hari natal, idul fitri, tahun baru

Dilakukan Pupuk kandang Tidak tentu Menurut selera petani Urea 100 kg/ha NPK 100 kg/ha Beragam

Menjelang hari-hari besar, misalkan perkawinan, falentine, hari natal, idul fitri, tahun baru Pengendalian hama Penyakit Kimiawi Macam obat Takaran obat Aplikasi obat Dilakukan Anfil, Buldog Sesuai dosis anjuran Saat terjadi serangan

Dilakukan

Anfil, Buldog Sesuai dosis anjuran Saat terjadi serangan

Dilakukan

Bervariasi, tergantung daya beli petani

Sesuai dosis anjuran Saat terjadi serangan Panen bunga

Waktu 1 minggu 2 kali 1 minggu 2 kali 1 minggu 2 kali

2) Penelitian Super Impose:

• Tanaman mawar bunga potong umur 0 tahun (dimulai dari okulasi) Pelaksanaan percobaan adalah sebagai berikut:

• Pengolahan tanah dan sanitasi lahan percobaan.

• Pembuatan bedengan, tinggi 15- 25 cm dan panjangnya 2,5 m sedangkan lebarnya 0,8 m.

• Setiap bedengan ditanami tanaman mawar dengan populasi 20 tanaman dan ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm.

• Tanaman yang ditanam jenis batang bawah mawar pagar dan ditanam pada bulan Mei 1999.

• Okulasi dilakukan pada bulan July 1999 dengan mengambil mata tempel bunga potong warna merah tua.

(6)

• Perlakuan pemupukan , pupuk kandang dan bokasi sebagai pupuk dasar diberikan pada saat awal tanam, sedangkan pupuk buatan diberikan setelah mata okulasi mulai bertunas dan diberikan selang 2 minggu sebanyak 4 kali.

• Pengairan dan penyiangan dilakukan seoptimal mungkin.

• Setelah okulasi jadi dan tumbuh tunas maka dilakukan pemangkasan dengan menyisakan tunas sepanjang 10 cm dan dilakukan untuk semua populasi tanaman percobaan..

Rancangan percobaan acak kelompok dan terdiri dari 3 perlakuan, ulangan 6 kali. Macam perlakuan adalah:

1) Pupuk kandang 15 t/ha, 50 kg/ha Urea, 160 kg.ha SP-36 2) Bokasi 7,5 t/ha, 160 kg/ha SP-36

3) 50 kg/ha ZA, 50 kg/ha NPK Pengamatan data:

Tanaman mawar bunga potong umur 4 tahun di lahan petani.

• Pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman (diukur mulai pangkal batang di atas permukaan tanah sampai titik tumbuh batang paling ujung, setiap perlakuan/ulangan adalah 5 tanaman) dan lebar tajuk ( diukur tajuk terluar tanaman, setiap perlakuan/ulangan adalah 5 tanaman). Pengamatan dilakukan bulan November 1999. • Produksi bunga, dihitung selama 3 bulan mulai bulan November 1999 s/d Februari 2000. • Kriteria panen

• Serangan hama penyakit selama pengkajian. • Respon petani.

• Analisis in put – out put

Super Impose : Pengkajian tanaman mawar bunga potong umur kurang dari 1 tahun. • Pertumbuhan vegetatif meliputi: tinggi tanaman (diukur mulai batang di atas permukaan

tanah sampai tunas pucuk tertinggi, setiap perlakuan/ulangan 5 tanaman), jumlah cabang (dihitung cabang yang tumbuh pada satu tunas okulasi, setiap perlakuan/ulangan adalah 5 tanaman) dan jumlah daun ( dihitung daun yang tumbuh dari tunas batang atas, setiap perlakuan/ulangan adalah 5 tanaman). Pengamatan dilakukan bulan November 1999. • Produksi bunga diamati: jumlah bunga yang dipanen , mulai dari awal produksi yaitu

bulan November 1999 s/d Februari 2000.

• Komponen pertumbuhan bunga yang meliputi: panjang tangkai bunga, diameter bunga, jumlah petal bunga dan lama kesegaran bunga. Cara pengamatan dengan mengambil 5 tangkai bunga untuk setiap perlakuan/ulangan. Panjang tangkai diukur mulai dari pangkal tunas sampai dibawah kelopak bunga. Diameter bunga diukur panjang petal terluar yang mekar, jumlah petal bunga dihitung jumlah petal bunga seluruhnya setiap kumtum sedangkan lama kesegaran bunga dengan cara meremdam tangkai bunga kedalam botol yang berisi air bersih.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Pengkajian tanaman mawar bunga potong umur 4 tahun dilahan petani. a) Pertumbuhan vegetatif

Pertumbuhan vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman dan lebar tajuk. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penerapan tiga rakitan teknologi yang diuji tidak mempengaruhi tinggi tanaman, sementara itu teknologi anjuran memberikan lebar tajuk yang lebih rendah dibanding cara petani (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh rakitan teknologi budidaya tanaman mawar bunga potong terhadap tinggi tanaman dan lebar tajuk

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Lebar tajuk (cm)

Rakitan teknologi budidaya anjuran 153,92 a 43,81 b

Rakitan teknologi budidaya madya 147,28 a 53,32 ab

Rakitan teknologi budidaya cara petani 155,28 a 59,04 a

Keterangan: Angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT( Means followed by the same letters within the same column are not

significanlty different at 5 % level of LSD).

Dari hasil analisa statistik terhadap pertumbuhan vegetatif yaitu, lebar tajuk ada perbedaan yang nyata sedangkan tinggi tanaman tidak ada beda nyata. Pada perlakuan rakitan teknologi cara petani, lebar tajuk tanaman keragaannya lebih lebar dan ada beda dibandingkan rakitan teknologi budidaya anjuran sedangkan dengan rakitan teknologi madya tidak ada beda. Pada rakitan teknologi budidaya cara petani ternyata petani sudah mampu memberi tambahan nutrisi yang berupa pupuk kandang maupun buatan untuk tanaman mawarnya, tetapi dosis pemberiannya masih bervariasi tergantung selera masing-masing petani. Dari hasil pengkajian yang terdiri dari 5 petani, pemberian pupuk kandang tidak diukur takarannya, rata-rata petani memberikan yang lebih banyak. Berdasarkan perlakuan petani tersebut kemungkinan akibat pupuk kandang yang melebihi dosis anjuran maka vigoritas tanaman terutama lebar tajuknya menjadi lebih baik dibandingkan rakitan teknologi budidaya anjuran.

b) Produksi bunga

Produksi bunga diamati selama 3 bulan setelah perlakuan. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa penerapan teknologi madya justru mampu meningkatkan produksi bunga dibanding penerapan teknologi anjuran ataupun cara petani (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh rakitan teknologi budidaya tanaman mawar bunga potong terhadap produksi bunga//ha

Perlakuan Produksi bunga /ha (tangkai)

Rakitan teknologi budidaya anjuran 130.257 b

Rakitan teknologi budidaya madya 208.017 a

Rakitan teknologi budidaya cara petani 115.524 b

Keterangan: Angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT( Means followed by the same letters within the same column are not

significanlty different at 5 % level of LSD).

Hasil analisa statistik terhadap produksi bunga per ha ada perbedaan yang nyata. Rakitan teknologi budidaya madya menghasilkan produksi bunga per ha paling tinggi dan berbeda nyata dengan rakitan teknologi budidaya anjuran maupun cara petani. Rakitan teknologi budidaya anjuran dan rakitan teknologi budidaya cara petani tidak ada beda terhadap produksi bunga per ha nya.

Rakitan teknologi budidaya madya, memasukkan perlakuan pemupukan yang berbeda dengan rakitan teknologi budidaya anjuran maupun cara petani. Pemupukan yang berbeda

(8)

adalah penggunaan pupuk organik maupun buatan. Rakitan teknologi budidaya madya sebagai pupuk dasar menggunakan bokasi sedangkan pupuk buatan hanya menggunakan SP-36.

Produksi bunga pada rakitan teknologi budidaya madya lebih tinggi dari pada rakitan teknologi budidaya anjuran maupun cara petani, hal itu karena menggunakan pupuk dasar bokasi, sedangkan teknologi anjuran dan cara petani menggunakan pupuk dasar kandang. Beberapa penelitian yang menggunakan pupuk dasar bokasi terbukti dapat meningkatkan hasil. Menurut Hardianto dkk., 1998, penggunaan bokasi ditambah EM dalam bentuk kombinasi pemberian melalui tanah dan disemprot langsung ke tanaman dapat meningkatkan produksi umbi kentang sebesar 35% dan bawang putih 26%. Pemberian bokasi 3,2 ton/ha pada tanaman bawang merah memberikan hasil yang lebih tinggi (10,56 ton/ha) dibanding tanpa bokasi (9,28 ton/ha) (Yuntamah, 1998).

c) Panen

Petani melakukan panen dengan cara memotong kumtum bunga bersama dengan tangkainya, setiap satu tangkai satu kuntum bunga. Bunga yang dipanen pada umumnya memiliki tangkai yang panjang. Waktu panen dilakukan setiap minggu 2 kali panen. Umur panen dari mulai panen bunga pertama sampai panen lagi adalah membutuhkan umur 1-1,5 bulan. Jika pengelolaan tanaman kurang baik maka akan diperoleh kuntum bunga yang tidak normal dan tangkai bunga yang pendek. Berdasarkan informasi dari pedagang bunga Kayon Surabaya bahwa konsumen selalu menghendaki kuntum bunga yang bagus dan tangkai bunga panjang, dengan tangkai bunga panjang maka memudahkan cara merangkainya.

Menurut Wuryaningsih dkk., 1994 berdasarkan informasi dari Dirjen Bina Produksi Hortikultura tahun 1991, bahwa standar bunga potong mawar dikelaskan menurut panjang tangkainya yaitu tangkai bunga potong mawar dengan panjang lebih 50 cm termasuk kelas 1 dan 2, sedangkan standar kelas 3 dan 4 jika panjang tangkainya lebih dari 30 cm.

Stadia panen untuk bunga potong mawar adalah jika kuntum bunga tersebut telah mekar 2 petal. Cara memotongnya dengan memakai gunting pangkas, kemudian daun-daunnya dibuang untuk selanjutnya bunga dikumpulkan menjadi satu dan tangkai bunga direndam didalam ember yang berisi air bersih.

d) Serangan hama penyakit

Pada saat pengkajian, hama dan penyakit yang dominan menyerang tanaman mawar di lahan petani adalah penyakit sejenis kanker. Penyakit ini ditandai adanya pembengkakan pada bagian tanaman yaitu di batang. Bagian tanaman yang paling peka adalah disekitar pangkal batang. Batang tanaman tersebut tumbuh berbenjol-benjol yang mengakibatkan batang diatas benjolan tersebut lama kelamaan mengering dan tanaman mati. Pemberantasan secara kimiawi telah dilakukan tetapi masih belum berhasil, sehingga diambil alternatif untuk mengendalikan secara kultur teknis caranya dengan membuang bagian tanaman yang sakit. Jika bagian tanaman yang terserang pada pangkal batang bawahnya maka dilakukan dengan memangkas seluruh tanaman, kemudian batang bawah diokulasi lagi dengan mata tempel yang baru. Tetapi jika bagian batang bawahnya yang diserang maka tanaman dibongkar dan diganti dengan tanaman baru yang dimulai dari batang bawah sampai diokulasi lagi.

e) Respon petani

Dengan adanya perbedaan produksi bunga, petani lebih menerima Rakitan teknologi budidaya mayda, dengan menggunakan pupuk dasar bokasi.

f) Analisis in put – out put

Dari analisis in put – out put terlihat bahwa marginal B/C ratio rakitan teknologi anjuran adalah sebesar 1,39 sedangkan rakitan teknologi madya sebesar 1,96 (Tabel 4).

(9)

Tabel 4. Analisis usahatani tanaman mawar bunga potong umur 4 tahun per ha.

Uraian

Rakitan teknologi anjuran

Rakitan teknologi madya Rakitan teknologi petani

Fisik Rp. Fisik Rp. Fisik Rp.

I. Biaya Produksi Biaya tetap

Sewa lahan - 1.500.000 - 1.500.000 - 1.500.000

Penyusutan - 187.500 - 187.500 - 187.500

Biaya tidak tetap 1. Pupuk (kg) Kandang 30.000 3.000.000 - - 35.000 3.500.000 Urea 100 80.000 - - 100 80.000 SP - 36 325 390.000 235 390.000 - Bokasi - - 15.000 4.875.000 - NPK - - - - 100 230.000 2. Pestisida (kg/l) 25 2.250.000 25 2.250.000 25 2.250.000 3. Tenaga Kerja (HKSP/HOK) Menyiang 31,25 312.500 25 250.000 31,25 312.500 Pengairan 16 160.000 16 160.000 16 160.000 Pemupukan 18,75 187.500 18,75 187.500 18,75 187.500 Penyemprotan 112,5 112.500 112,5 112.500 125 125.000 Panen 150 150.000 150 150.000 150 150.000

Total biaya produksi 8.330.000 12.312.500 7.184.000

II. Produksi 130.257 14.111.000 208.017 22.530.000 115.524 12.515.000

III. Pendapatan 5.781.000 10.217.500 5.331.000

Gross B/C ratio 1,69 1,83 1,74

Net B/C ratio 0,69 0,83 0,43

Marginal B/C ratio 1,39 1,96

Pada usahatani mawar umur 4 tahun, dengan sistem teknologi anjuran , madya dan petani masing diperoleh nilai Gross B/C ratio sebesar 1,69; 1,83 dan 1,74 dan Net B/C masing-masing adalah 0,69; 0,83 dan 0,43. Artinya pada sistem teknologi anjuran, madya dan petani pada usahatani mawar untuk setiap Rp1,- biaya yang dikeluarkan rata-rata mampu memberikan penerimaan masing-masing sebesar Rp 1,69; Rp 1,83 dan Rp 1,74.

Jika dilihat dari hasil gross B/C ratio dan net B/C ratio yang tertinggi dicapai pada teknologi madya yang berarti paling efisien.

Penerapan teknologi sistem anjuran, madya pada usahatani mawar mempunyai pengaruh cukup nyata terhadap penerimaan petani. Untuk setiap Rp 1,- tambahan biaya yang dikeluarkan pada teknologi anjuran dan madya terhadap teknologi petani mampu memberikan tambahan penerimaan Rp 1,39 dan Rp 1,69 (marginal B/C = 1,39 dan 1,69).

Dari analisis finansial, secara umum usahatani mawar baik dengan teknologi anjuran, madya dan petani layak untuk diteruskan. Usahatani mawar pada teknologi madya mempunyai tingkat kelayakan yang lebih tinggi dari teknologi anjuran dan petani.

Penelitian Super impose:

Dilakukan pada tanaman yang dimulai dari tanam batang bawah kemudian diokulasi sampai menghasilkan produksi. Hasil pengamatannya meliputi: pertumbuhan vegetatif yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun (Tabel 5), produksi bunga/20 populasi tanaman (Tabel 6), sedangkan hasil pengamatan komponen pertumbuhan bunga yang meliputi panjang tangkai bunga, diameter bunga, jumlah petal bunga dan lama kesegaran bunga pada Tabel 7.

a) Pertumbuhan vegetatif

Tabel 5. Pengaruh pemupukan pada tanaman mawar bunga potong umur kurang 1 tahun terhadap pertumbuhan vegetatif.

(10)

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

Jumlah cabang Jumlah daun

Pupuk kandang 15 t/ha Urea 50 kg/ha SP-36 160 kg/ha

49,3 6,37 55,8

Bokhasi 7,5 t/ha SP-36 160 kg/ha 50,97 5,8 60,17 ZA 50 kg/haNPK 50 kg/ha 48,77 5,43 57,53

BNT 0.05 Tn tn tn

Keragaan tanaman yaitu pertumbuhan vegetatif yang meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun. Hasil analisis statistik terhadap pertumbuhan vegeatif tidak ada beda nyata. Tanaman mawar bunga potong pada umur kurang satu tahun pada perlakuan yang diberi pupuk dasar kandang atau bokasi atau yang tidak diberi pupuk dasar, tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daunnya relatif menunjukkan hasil yang sama. Hal tersebut perlakuan yang tanpa pupuk dasar kebutuhan nutrisi sudah terpenuhi dari pupuk buatan majemuk yang telah mengandung unsur N, P dan K.

Produksi bunga

Tabel 6. Pengaruh pemupukan pada tanaman mawar bunga potong umur kurang 1 tahun terhadap produksi bunga.

Perlakuan Produksi bunga/20 populasi

tanaman (tangkai) Pupuk kandang 15 t/ha Urea 50 kg/haSP-36 160 kg/ha 89,5 b

Bokhasi 7,5 t/ha SP-36 160 kg/ha 105,2 a

ZA 50 kg/ha NPK 50 kg/ha 90,3 b

Keterangan: Angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT( Means followed by the same letters within the same column are not

significanlty different at 5 % level of LSD).

Hasil analisis statistik terhadap produksi bunga, tanaman mawar bunga potong ada perbedaan yang nyata. Tanaman yang diberi pupuk dasar bokasi menghasilkan produksi bunga yang paling tinggi (105 tangkai/20 populasi tanaman/3 bulan) dibanding perlakuan yang lain. Tanaman yang diberi pupuk dasar kandang + Urea + SP-36 tidak berbeda nyata dengan yang diberi pupuk ZA + NPK.

Pada rakitan teknologi budidaya madya di lahan petani yang menggunakan tanaman mawar produksi yang telah berumur 4 tahun pemakaian pupuk dasar bokasi memberikan efek yang positif terhadap produksi bunga tanaman mawar bunga potong dan hasilnya paling tinggi. Pemberian bokasi sebagai pupuk dasar dan dikombinasi dengan pupuk buatan SP-36 pada tanaman mawar bunga potong umur kurang satu tahun juga menghasilkan produksi bunga yang paling tinggi.

c) Komponen pertumbuhan bunga

Hasil pengamatan komponen pertumbuhan bunga yang meliputi : panjang tangkai bunga, diameter bunga, jumlah petal bunga dan lama kesegaran bunga disajikan pada tabel 7 Tabel 7. Pengaruh pemupukan pada tanaman mawar bunga potong umur kurang 1

tahun terhadap komponen pertumbuhan bunga.

Perlakuan Panjang tangkai bunga (cm) Diameter bunga (cm) Jumlah petal bunga Lama kesegaran bunga (hari)

(11)

Pupuk kandang 15 t/ha Urea 50 kg/ha SP-36 160 kg/ha 37,6 8,03 32,57 6,82 Bokasi 7,5 t/ha SP-36 160 kg/ha 42,87 7,82 34,03 6,77 ZA 50 kg/ha NPK 50 kg/ha 40,11 7,84 31,3 6,83 BNT 0.05 tn tn tn tn

Hasil analisis statistik terhadap komponen pertumbuhan bunga (panjang tangkai bunga, diameter bunga, jumlah petal bunga dan lama kesegaran bunga) tidak ada beda nyata. Tanaman yang diperlakukan dengan menggunakan pupuk dasar kandang, bokasi dan tanpa pupuk dasar komponen pertumbuhan bunganya relatif sama tetapi yang menggunakan pupuk dasar bokasi cenderung memiliki tangkai bunga yang lebih panjang dan jumlah petal bunga yang lebih banyak dan diameter bunganya lebih pendek. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang bunga potong bahwa konsumen bunga mawar potong menghendaki panjang tangkai yang lebih panjang dan kumtum bunga yang bagus. Jumlah petal yang lebih banyak dan diameter bunga yang tidak terlalu lebar akan memberikan kumtum bunga yang ideal.

Analisis in put – out put

Dari analisis in put – out put terlihat bahwa B/C ratio pada perlakuan pupuk kandang 15 t/ha + urea 50 kg/ha + SP-36 160 kg/ha sebesar 0,57, perlakuan bokasi 7,5 t/ha + SP-36 160 kg/ha sebesar 0,75 dan perlakuan ZA 50 kg/ha + NPK 50 kg/ha sebesar 0,68 (Tabel 8).

(12)

Tabel 8. Analisis usahatani tanaman mawar bunga potong per ha umur 7 bulan setelah okulasi

URAIAN

MACAM PERLAKUAN

A B C

fisik (Rp.000,-) Fisik (Rp.000,-) fisik (Rp.000,-)

A. BIAYA SAPRODI 1. Bibit (pot/Rp.) 100 25.000 100 25.000 50 25.000 2. Pupuk (Kg/Rp) a). Kandang 15.000 1.500 - - - - b). Urea 50 52,50 - - - - c). SP-36 160 288 14 288 - - d). Bokasi - - 7.500 2.812,50 - - e). NPK - - - - 50 115 f). ZA - - - - 50 52,50 3. Pestisida (Kg/l/Rp) 3 180 50 180 3 180 TOTAL BIAYA 26.840,50 28.100,50 25.347,50

B. BIAYA TEN. KERJA (HOK)

a). Pengolahan tanah 30 240 14 240 30 240

b). Tanam 16 128 14 128 16 1288

c). Penyiraman 10 80 14 80 10 80

d). Penyiangan 48 384 14 400 46 368

e). Penyemprotan 50 400 14 400 50 400

f). Pemupukan 36,5 292 14 288 32,5 260

g). Bumbun & pasang ajir 3,.5 28 3,5 28 3,5 28

h). Pemangkasan 13 104 50 112 10 80

i). Panen 14 192 50 224 24 192

TOTAL BIAYA 14 1.848 237,5 1.900 222 1.776

C. TOTAL BIAYA PROD 28.688,50 30.000,50 27.123,50

D. PRODUKSI (tangkai/Rp.)

44.800 52.600 45.600

E. PEN. BERSIH 16.111,50 22.599,50 18.476,50

F. B/C RATIO 0,57 0,75 0,68

Keterangan: A: pupuk kandang 15 t/ha + Urea 50 Kg/ha + Sp-36 160 Kg/ha B: Bokasi 7,5 t/ha + SP-36 160 Kg/ha

C: ZA 50 Kg/ha + NPK 50 Kg/ha HOK: Hari orang kerja

Analisis usahatani masing-masing perlakuan pada tabel 6., biaya saprodi yang terbesar dari masing-masing perlakuan adalah bibit yaitu sebesar 80% dari biaya saprodi, sedangkan biaya terkecil adalah penggunaan pestisida dan pupuk.

Berdasarkan hasil produksi mawar bunga potong yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan masih belum menguntungkan, karena umur tanaman masih 7 bulan setelah okulasi, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis B/C ratio. Dari hasil analisis B/C ratio maka pada perlakuan Bokasi 7,5 t/ha + SP-36 160 Kg/ha nilai B/C ratio paling tinggi dibanding perlakuan yang lain yaitu 0,75.

(13)

KESIMPULAN

• Rakitan teknologi budidaya madya dengan menggunakan pupuk dasar bokasi dosis 1,5 ton/ha dan pupuk buatan SP-36 dosis 325 kg/ha meningkatkan produksi mawar bunga potong sebesar 80,06% dibanding rakitan teknologi budidaya cara petani dan meningkat 59,70% dibanding rakitan teknologi budidaya anjuran. Teknologi yang paling menguntungkan adalah rakitan teknologi madya dengan B/C ratio 1,96.

• Tinggi tanaman dan lebar tajuk tidak berbeda nyata antara rakitan teknologi budidaya anjuran, madya dan cara petani.

• Penyakit yang dominan adalah sejenis kanker batang.

• Periode panen, 1 minggu 2 kali panen dan stadia panen dengan kuntum bunga mekar 2 petal. • Petani lebih menerima Rakitan teknologi budidaya madya dengan menggunakan pupuk

dasar bokasi. Super Imposed:

• Penggunaan pupuk dasar bokasi 7,5 ton/ha dan SP-36 160 kg/ha (diberikan 4 kali selang 2 minggu) pada tanaman mawar bunga potong mulai tanam sampai produksi (selama 3 bulan) meningkatkan produksi bunga sebesar 17,54% dibanding menggunakan pupuk dasar kandang (15 ton/ha) + Urea 50 kg/ha + SP-36 160 kg/ha dan meningkat 16,5% dibanding menggunakan ZA 50kg/ha + NPK 50 kg/ha.

• Keragaan tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun) dan komponen pertumbuhan bunga ( panjang tangkai bunga, diameter bunga, jumlah petal bunga dan lama kesegaran bunga) tidak ada beda nyata.

• Analisis usahatani tanaman mawar bunga potong umur 7 bulan dari okulasi masih belum menguntungkan. B/C ratio tertinggi pada perlakuan penggunaan pupuk bokasi 7,5 t/ha + SP-36 160 Kg/ha yaitu 0,75.

SARAN

Saat aplikasi pupuk disarankan menjelang permintaan bunga meningkat terutama saat Valentine, pesta perkawinan dan peristiwa penting lainnya. Untuk pengkajian selanjutnya diupayakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kwalitas bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1991. Pamor bunga mawar tidak pernah pudar , dalam buku kumpulan kliping Mawar. Pusat Informasi Pertanian Trubus. P: 29-30

Anonim, 2000. Setangkai mawar kini harganya Rp 5000,-. Radar Malang Jawa Pos. halaman 1. Anonim, 2000. Kebijaksanaan peningkatan ekspor bunga dan tanaman hias. Makalah workshop Florikulture 4, 18-19 Mei 2000. Ditjen Perdagangan luar negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan.11p.

Djadnika dan Wakiah Nuryani, 1993. Pengendalian penyakit embun tepung pada mawar dengan fungisida dan minyak bawang putih. Bul.Penel. Tan. Hias. 1(1): 93-98.

Effendie K., 1994. Tataniaga dan perilaku konsumen bunga potong. Bul. Penel. Tan. Hias. 2(2): 1-17.

Hardianto R., H.Sembiring, H.Suseno, Moch.Soleh, S.R.Soemarsono dan Siswanto, 1998. Pengkajian penggunaan mikroorganisme effektif pada sistem Usahatani konservasi berbasis Hortikultura di lahan kering vulkanik.Prosiding Seminar hasil penelitian /pengkajian BPTP – Karangploso. Roemiyanto, Komarudin M., P.Santoso, Mutia ED, H.Sembiring (Ed): 351-363.

Hasyim, S.I. 1989. Floriculture Indonesia. Floriculture Cultivation and Bussiness. Cibubur, Jakarta. 56 p.

(14)

Jakarta. 59 p.

Purbiati T., Yuniarti, AR. Effendie dan Samad. 1999. Kajian teknik pengelolaan mangga klon Arumanis 143 di Cukurgondang. Lap. Hasil penelitian & pengkajian BPTP – Karangploso. Belum dipublikasi. 11 p.

Sutopo L., 1989. Potensi tanaman hias di Jawa Timur. Prosiding Seminar Tanaman Hias. Balithor Lembang. Cipanas, 28 Agustus 1989. p: 239-240.

Sanjaya L., Samijan dan T.Sutarter, 1994. Pengaruh kapur dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi bunga mawar. Bul.Penel. Tan. Hias 2 (1): 73-82.

Untung K., 1995. Membangun sistem produksi Hortikultura berwawasan lingkungan. Makalah dalam seminar Nasional Hortikultura, 20 September 1995. Jakarta.

Wuryaningsih S., T.Sutarter dan A. Supriyadi. 1994. Kerapatan tanaman dan pemupukan N pada bunga mawar. Bul.Penel. Tan.Hias. 2 (1): 91-101.

---, 1995. Pengaruh jarak tanam dan dosis pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi bunga mawar kultivar Cherry Brandy. J.Hort. 5(2): 100-106.

--- dan S.Kusumo, 1997. Pemberian Triakontanol untuk perbaikan hasil dan kualitas bunga mawar. J.Hort. 7(2): 673-677.

Yuntamah K., 1998. Respon pemberian dosis bokasi dan konsentrasi larutan 4 mikroorganisme yang efektif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Skripsi jurusan Budidaya tanaman FP. Univ. Muhammadiyah Malang. 38 p.

DISKUSI

1. Suroto (BIPP Mojokerto)

Apakah tidak mungkin usatani budidaya mawar di arahkan di dataran rendah, sebab arah pembangunan di kota mengarah ketanaman hortikultura/tanaman hias.

Ir. Titiek Purbiati (BPTP Karangploso)

Untuk mawar bunga potong hanya dapat di lakukan di dataran tinggi karena proses pembungaannya membutukan suhu 15 C bisajuga di tanamn di dataran rendah tetapi kualitasnya rendah dan juga karena preferensi konsumen menginginkan tangkai panjang dan diameter kuntum tertentu, sedang untuk yang di tanam di dataran rendah biasanya untuk bunga tabur.

2. Ir. M. Tohir, MS. (Kanwil Deptan Jatim)

Bagaimana untuk mendapatkan tangkai bunga mawar yang panjang dan juga mempertahankan kesegaran sehingga dapat di simpan lama

Ir. Titiek Purbiati (BPTP Karangploso)

Untuk mendapatkan tangkai mawar yang panjang, bisa dipakai hormon tumbuh, sedangkan untuk mempertahankan kesegaran mawar yang telah di potong didinginkan selama 4 menit kemudian dicelupkan ke dalam campuran sukrosa 2%

Gambar

Tabel 1.  Perlakuan rakitan teknologi budidaya tanaman mawar bunga potong umur 4  Tahun
Tabel 2.  Pengaruh rakitan teknologi budidaya tanaman mawar bunga potong terhadap  tinggi  tanaman dan lebar tajuk
Tabel 4. Analisis usahatani tanaman mawar bunga potong umur 4 tahun per ha.
Tabel 6.  Pengaruh  pemupukan  pada  tanaman  mawar  bunga  potong  umur  kurang  1  tahun terhadap  produksi bunga
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman Sebagai Penyaji Seminar / Lokakarya / Diskusi Tingkat Nasional Mengenai Wawasan Manjemen Pemerintahan Umum dan Daerah. Pokok-Pokok pikiran strategis politik

Cash flow (aliran kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri

Penolakan untuk berubah, dari lembaga sekolah dan guru merupakan hal yang masih wajar mengingat kompetensi berbasis komputer masih rendah melek teknologi, dengan

Seorang wanita cenderung akan mempunyai resiko yang semakin lebih besar ketika melahirkan, bahkan tidak jarang menimbulkan kematian pada ibu atau bayi yang

Pada fungsi ini, sistem akan menghasilkan rekomendasi koleksi-koleksi wallpaper yang belum pernah diunduh oleh pengguna, berdasarkan koleksi-koleski wallpaper yang telah

Dengan menggunakan analogi terhadap pembahasan tentang metode Euler dan metode Leap-Frog pada bab yang lalu, maka kita dapat menyimpulkan bahwa ketelitian untuk metode ini

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui seberapa besar minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Adiwerna, (2)

Dengan model rancangan arsitektur enterprise yang digunakan dalam makalah ini sepenuhnya mengadopsi pada penerapan TOGAF ADM sebagai salah satu metode yang bisa digunakan