• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Daerah No. 09 Tahun 2004 Tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peraturan Daerah No. 09 Tahun 2004 Tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Disebarluaskan oleh :

Baglan Hukum

S6td~

:Kola

lubukUnggau

Dicetak Oleh :

PERCT. MAWAR (0733-323202)

~.Desaln &LayOut

,..'Rancang Rancak Studio Desain j (0133) 3244081081367490940

Peraturan Daerah

No. 09 Tahun 2004

Tentang

Retribusi

Par

k

ir

(2)

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

Nomor 09 Tahun 2004

Seri C

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 09 TAHUN 2004

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang - undang

nomor 7 tahun 2001 tentang

Pembentukan Kota Lubuklinggau, maka

Pemerintah Kota Lubuklinggau

berwenang dan berkewajiban mengurus

rumah tangganya sendiri untuk

meningkatkan daya guna dan hasHguna

(3)

rangka pelayanan terhadap masyarakat dalam Kota Lubuklinggau;

Daerah ( Lembaran Negara Republik

In-donesia tahun 1997 nomor 41,

Tambahan Lembaran Negara nomor

3685 ) sebagaimana telah diubah

dengan Undang - undang nomor 34

tahun 2000 tentang Perubahan atas

Undang - undang nomor 18 tahun 1997

tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah ( Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2000 nomor 246,

Tambahan Lembaran Negara nomor

4048 );

b. bahwa untuk menyelenggarakan

otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggung j awab diperlukan

pembiayaan pemerintahan dan

pembangunan daerah yang berasal dari

Pendapatan Asli Daerah, khususnya

yang bersumber dari Retribusi Daerah antara lain adalah Retribusi Parkir di tepi jalan umum dalam wilayah Kota Lubuklinggau;

c. bahwa untuk melaksanakan

sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Parkir di tepi jalan umum.

4. Undang - undang nomor 22 tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah (

Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 1999 nomor 60, Tambahan

Lembaran Negara nomor 3839 );

1. Undang - undang nomor 8 tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana

( Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 1981 nomor 76, Tambahan

Lembaran Negara nomor 3209 );

5. Undang - undang nomor 25 tahun 1999

ten tang Perimbangan Keuangan antara

Pusat dan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 1999 nomor 72, TambahanLembaran Negaranomor 3848);

2. Undang - undang nomor 14 tahun 1992

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 1992 nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara nomor 3408 );

6. Undang - undang nomor 7 tahun 2001

tentang Pembentukan Kota

Lubuklinggau ( Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2001 nomor 87, Tambahan Lembaran Negara nomor 4114 );

3. Undang-undang nomor 18 tahun 1997

tentang Pajak Daerah dan Retribusi

7. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun

1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang

(4)

(Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 1983 nomor 36, Tambahan

Lembaran Negara nomor 3258);

Otonomi Daerah nomor 22 tahun 2001 tentang Bentuk Produk-Produk Hukum Daerah;

8. Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun

1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan ( Lembaran Negara Republik

In-donesia tahun 1993 nomor 61,

Tambahan Lembaran Negara nomor

3529 );

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 7 tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam Penegakan Peraturan Daerah.

9. Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun

2001 tentang Retribusi Daerah (

Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2001 nomor 119, Tambahan

Lembaran Negara nomor 4139 );

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor

23 tahun 1980 tentang Pedoman

Pengelolaan Perparkiran di Daerah; PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN

UMUM. 11. Keputusan Menteri Perhubungan nomor

KM 66 tahun 1993 tentang Fasilitas

Parkir untuk Umum;

12. Keputusan Menteri Perhubungan nomor 4 tahun 1996 tentang Tata Cara Parkir Kendaraan Bermotor di Jalan;

BAB 1

KETENTUAN UMUM

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 21 tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Muatan

Produk - produk Hukum Daerah; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota

(5)

3. Kepala Daerah adalah Walikota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut Walikota.

Peraturan Perundang - undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan Peraturan Perundang - undangan daerah yang berlaku.

11. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRDadalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.

5. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, Bentuk Usaha tetap serta Bentuk Usaha lainnya.

12. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan Peraturan perundang - undangan Retribusi Daerah.

6. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pad a kendaraan itu termasuk kendaraan gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan dengan kendaraan bermotor.

13. Penyidik Tindak pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

7. Parkir adalah tempat yang berada di tepi jalan umum tertentu dan telah ditetapkan oleh Walikota sebagai

tempat parkir kendaraan bermotor. BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI 8. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau bad an usaha.

9. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditetapkan oleh Walikota.

Dengan nama Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir di tepi jalan umum.

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat

(6)

(2) Jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota.

mengendalikan permintaan dan penggunaan jasa

pelayanan dalam rangka memperlancar lalu lintas jalan dengan tetap memperhatikan biaya penyelenggaraan pelayanan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi biaya pengadaan marka, biaya pengadaan rambu - rambu, biaya operasional, pemeliharaan, administrasi dan biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian.

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan tempat parkir di tepi jalan umum.

BAB VI

STUKTUR DAN BESARNYATARIF Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum digolongkan sebagai

Retribusi Jasa Umum

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan tingkat kepadatan parkir di tepi jalan umum.

(2) Tingkat kepadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diukur berdasarkan jumlah rata - rata kendaraan yang parkir dibandingkan dengan kapasitas tempat parkir di tepi jalan umum.

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi penggunaan tempat parkir.

(3) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai

berikut : BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYATARIF

(1) Prinsip dan sasaran dalam penempatan struktur dan

(7)

.

..

..

.

..

.

..

.

..

..

.

..

..

..

~

.

..

~

.

..

~

.

..

~ ~ ~

.

..

.

..

..

~

..

~ ~

..

..

rll rll rll rll rll rll rll rll rll

Cl.. Cl.. Cl.. Cl.. Cl.. Cl.. Cl.. Cl.. Cl..

"'iil "'iil .~

"'iil "'iil "'iil "'iil "'iil "'iil "'iil

..::t:. ..::t:. ..::t:. ..::t:. ..::t:. ..::t:. ..::t:. ..::t:. ..::t:. (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) VI VI VI VI VI VI VI VI VI ...•... ...•... ...•... ...•... ...•... ...•... ...•... ...•... ...•... , , , , , , , , , o~ o~ o~ o~ o~ o~ o~ o~ o~ 0 0 Ln 0 0 0 0 0 0 Ln 0 N 00 U; M 0 0 Ln

.•

..

.•... .•... .•... N 'C ~ 0::ci. 0::ci. 0::ci. 0::ci. 0::ci. 0::ci. 0::ci. 0::ci. 0::ci. .~ Q; ·C ·C .~ (1) (1) (1) VI .(1)~ .~(1) C VI VI rll C C -0 rll rll

cci -0 cci -0 cci

Cl.. >- Cl.. >- Cl.. > -~ c ~ c ~ C ..::t:. C ..::t:. C C •... U ~ ~ ..::t:.

0 u u .•... 0::: 0::: 0::: 0

..

..

..

E VI~ rll VI~ rll VI~ rll

VI VI VI •... :J (1) :J (1) :J (1) 11l CO CO CO CO CO CO CO ·C .•... ·C .•... ·C .•... r:: ~ rll rll rll lG ~ ...: ~ ~ ~ ~ lG C ...: ...: •...

e:.

c 0

e:.

0

e:

.

c 0 lG (1) rll .•... rll .•... rll .•... "C -0 0 (1) -0 ~ (1) -0 ~ (1) :E (1) (1) r:: --, ..::t:. --, ..::t:. --, ..::t:. ~ C~ :J rll :J rll :J

F

-0 c~F -0 c~

F

-0rll III rll (1) rll (1) rll (1)

'c

-0 VI Cl.. "0 VI~ Cl.. "0 VI~ Cl.. (]) :J (1) (1) :J (1) (1) :J (1) 11l VI CO \I) \I) CO \I) \I) CO \I)

..,

, , , , , , , ,

.

•... ~•...

-lG 0 -c lG .•... lG "C lG a. 11l ~ .•... ..c ~ rll onC

'

on

OIl -0 rll C C -0 on i= & (1) c \I) i= BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN

Retribusi yang terhutang dipungut di Wilayah Daerah tempat pelayanan penyediaan parkir diberikan .

BAB VIII

SAAT RETRIBUSI TERHUTANG

Saat Retribusi terhutang adalah pad a saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan .

BABIX

TATA CARA PEMUNGUTAN

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(8)

(1)

..

.. (2)

12

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI teguran I peringatan I surat lain yang sejenis, Wajib

Retribusi harus melunasi retribusinya yang terhutang.

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada

waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% ( dua persen ) setiap bulan dari retribusi yang terhutang dan atau kurang dibayar

dan ditagih dengan menggunakan SKRD.

(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN

PEMBEBASAN RETRIBUSI

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN (1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan

dan pembebasan retribusi.

(1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi

sekaligus dimuka.

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan dengan

memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Walikota.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan

retribusi ditetapkan oleh Walikota.

BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN

BAB XIV KETENTUAN PIDANA

Pengeluaran surat teguran Iperingatan I surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 ( tujuh ) hari sejakjatuh tempo pembayaran.

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya

sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana

kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan dan atau denda paling banyak4 (empat) kali jumlah retribusi terhutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah

(9)

pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pad a huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

1. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk

kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang

retribusi daerah menu rut hukum yang dapat

dipertanggungj awabkan. BAB XV

PENYIDIKAN

(1) Pejabat Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang - undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan

mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang

pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

d. Memeriksa buku - buku, catatan - catatan dan dokumen - dokumen lain berkenaan dengan tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah;

e. Melakukan penggeledahan, untuk mendapatkan bahan

bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen .

dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka

pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

g. Menyuruh berhenti dan Iatau melarang seseorang

meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan dan

menyampaikan hasH penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang - undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini ketentuan yang telah ada sebagai dasar pemungutan retribusi dan pangkalan parkir kendaraan bermotor dalam Daerah yang berlaku sebelum Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Hal - hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

(10)

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau.

Diundangkan di Lubuklinggau Pada tanggal 19 Juni 2004

H. UBAIDILLAH IDRUS, SH

PEMBINA TK. I NIP. 440012311

Ditetapkan di Lubuklinggau.

pada tanggal 17 Juni 2004

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

Referensi

Dokumen terkait

Analisis terhadap temuan di lapangan memperlihatkan variasi kondisi tenurial yakni: (a) Kabupaten Merangin khususnya dan Provinsi Jambi secara umum relatif memiliki banyak konflik

SILaK sebagai inovasi birokrasi pada kantor BPKAD Kabupaten Lombok Tengah merupakan inovasi yang masuk dalam tiga kategori bentuk inovasi dari Kastelle dan

Tujuan penelitian adalah untuk membuat Model Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Pondok Pesantren berbasis SAK ETAP agar memudahkan Pondok

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Dewi dkk (2013) adalah penggunaan metode geolistrik 3D konfigurasi dipole-dipole di Balangan dengan hasil bijih besi

Pemeliharaan rutin dilaksanakan setiap hari oleh petugas pemeliharaan sesuai dengan fungsi/tugas masing-masing sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yakni dilaksanakan

Pada masa sekarang ini sedang gencar-gencarnya pembinaan agar guru menjadi tenaga yang professional, pemerintah melalui undang- undangnya menetapkan undang-undang

Tidak salah kiranya, kalau kemudian jenis wakaf produktif baik yang dalam bentuk wakaf uang, wakaf saham dan wakaf sementara harus dihubungkan dengan landasan hukum

Dalam Ketentuan hukum di Indonesia, pengaturan mengenai kejahatan terhadap prostitusi secara online secara khusus diatur dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11