• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

“PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA

DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015”

Fatma Abd Manaf1, Andi ayumar1, Suradi Efendi1 1

School od Health Science (STIK) Makassar, Indonesia

Lanjut usia permasalahan yang menarik adalah kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sering menyebabkan kecemasan pada lansia. Data dari Puskesmas Kaluku Bodoa pada tahun 2012 sebanyak 541 lansia, tahun 2013 sebanyak 525 lansia dan tahun 2014 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 733 lansia.

Tujuan Umum penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia.

Jenis penelitian yang digunakan adalah pra experimental dengan

menggunakan rancangan one-group pre-post test design . penelitian dilakukan

pada 30 Maret sampai 30 April 2015 .Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berkunjung ke Puskesmas Kaluku Bodoa. Metode sampel yang digunakan

adalah Purposive Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 53 orang.

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan uji

wilcoxon menunjukkan bahwa responden sebelum dilakukan senam lansia yang normal 1 orang (1,9%), cemas ringan 47 orang (88,7%), cemas sedang 5 orang (9,4%). Setelah dilakukan senam lansia yang normal 53 orang (100%) .

Dihasilkan nilai p value = 0,000 (α=0,05), dimana nilai p value < nilai α

Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia. Saran sebaiknya pada pihak institusi senam lansia dimasukkan sebagai mata ajar tambahan dan pada pihak puskesmas dianjurkan melakukan senam lansia secara teratur.

Kata Kunci : Senam Lansia, Tingkat Kecemasan

Daftar Pustaka : 19 (2007-2015) PENDAHULUAN

Menua disebut lanjut usia lanjut usia menurut undang-undang RI no.13 tahun 1993 dan WHO disebut sebagai penduduk lanjut usia (adalah mereka yang berusia ≥ 60 tahun (Nugroho, 2008).

Manusia yang muda menjadi tua merupakan proses penuaan secara alamiah yang tidak bisa kita hindari dan merupakan hukum alam. Akibat dari proses ini menimbulkan beberapa perubahan, meliputi perubahan fisik, mental, spiritual, psikososial adaptasi terhadap stres mulai menurun. Pada

(2)

lanjut usia permasalahan yang menarik adalah kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sering menyebabkan kecemasan pada lansia (Azizah, 2011).

Kecemasan adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Kecemasan yang berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Kecemasan pada lansia adalah sebagai kondisi yang tidak seimbang, adanya tekanan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang biasanya tercipta ketika lansia tersebut melihat ketidaksepadanan antara keadaan dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang erat kaitannya dengan respon terhadap ancaman dan bahaya yang dihadapi para lansia (Hawari Dadang, 2006)

Pada tahun 2013 diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta usia rata-rata 60 tahun dan diperkiraka pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1.000 orang perhari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu menjadi ledakan penduduk lanjut usia (lansia) (Padila, 2013).

Berdasarkan data WHO tahun 2011, jumlah penduduk di kawasan Asia mencapai sebanyak 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia populasi lansia di Jepang dan Korea Selatan telah melampaui batas populasi lansia di Negara Eropa dan Amerika Serikat. Asia tenggara lansia berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat 3 kali lipat di tahun 2050, singapura mempunyai penduduk lansia terbanyak (WHO, 2012).

Indonesia adalah termasuk negara yang memiliki era penduduk berstruktur lanjut usia karena jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 ±19 juta. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah lansia sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%), semenatara pada tahun 2011 jumlah lansia 20 juta jiwa (9,15%) dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) (Depkes, 2012).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 jumlah total lansia di Sulawesi Selatan adalah 721.353 jiwa (9,19%). Urutan pertama adalah kabupaten Bone dengan jumlah lansia 79.902 jiwa, urutan kedua adalah Makassar dengan jumlah lansia 79.581 jiwa dan urutan ketiga adalah Tana Toraja dengan jumlah lansia 58.347 jiwa.

Berdasarkan data dari Puskesmas Kaluku Bodoa pada tahun 2012 sebanyak 541 lansia, pada tahun 2013 sebanyak 525 lansia dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 733 lansia.

Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dan harus dilaksanakan secara berulang-ulang agar dapat memelihara kesehatan lansia, menghasilkan kualitas dan kesehatan hidup yang lebih baik dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan, kesenangan dan minatnya. Salah satu bentuk olahraga yang sesuai dengan lansia adalah senam lansia, senam lansia memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan rasa

(3)

gembira dan semangat serta beban yang rendah. Senam lansia ini dirancang secara khusus untuk melatih bagian-bagian tubuh. Senam lansia dilakukan dengan senang hati untuk memperoleh hasil latihan yang lebih baik yaitu kebugaran tubuh dan kebugaran mental, seperti lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak dan pikiran tetap segar. senam lansia sering dilakukan secara berkelompok sehingga memberikan perasaan nyaman dan aman bersama sesame lansia dalam menjalani aktifitas hidup ( Widianti dan Proverawati, 2010).

Penelitian yang dilakukan Sari (2010), senam lansia mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia dimana sebelum dilakukan senam lansia 19 orang yang mengalami kecemasan ringan atau 63,3% setelah dilakukan senam lansia 19 orang tidak mengalami kecemasan. METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah pra experimental dengan

dengan menggunakan rancangan one-group pre-post test design yaitu

sebelum uji coba dilakukan pada sebuah kelompok tanpa kelompok kontrol, dilakukan lebih dulu penilaian. Selanjutnya, dilakukan uji coba kelompok dan setelah itu uji coba kelompok tersebut dinilai kembali.

Desain dapat digambarkan sebagai berikut :

O1 X O2

Keterangan :

X : intervensi senam lansia

O1 : Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

O2 : Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

Penelitian ini akan di laksanakan di Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Maret sampai 30 April 2015. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua lansia yang berkunjung ke Puskesmas Kaluku Bodoa yang berjumlah 61 orang. teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian). Jumlah sampel sebanyak 52,92 dibulatkan menjadi 53 sampel. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari yang dikehendaki oleh peneliti, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria yaitu :

Kriteria inklusi :

a. Klien yang dapat mengikuti senam lansia

b. Klien kooperatif dalam interaksi

c. Klien yang bersedia menjadi responden

Kriteria eklusi :

a. Klien yang ada komplikasi / tidak dapat senam lansia

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kaluku Bodoa selama 30 hari mulai tanggal 30 Maret sampai 30 April 2015 dan didapatkan 53 lansia yang dijadikan sampel. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia. Sebelum dilakukan senam lansia terlebih dahulu dibagikan kuesioner dan setelah dilakukan senam senam lansia sebanyak 5 kali kemudian dibagikan kuesioner kembali. Senam lansia dilakukan pada pagi hari sebanyak 5 kali dan sebelum dilakukan senam lansia terlebih dahulu dijelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat senam tersebut.

Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan kemudian data diolah, maka berikut ini peneliti akan menyajikan analisa data univariat terhadap setiap variabel dengan menghasilkan tabel distribusi frekuensi dan persentasi serta analisa bivariat untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik dengan

Uji Wilcoxon dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling.

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia n %

45-59 tahun 3 5,7

60-74 tahun 38 71,7

75-90 tahun 12 22,6

Jumlah 53 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan responden berdasarkan usia 45- 59 tahun sebanyak 3 orang (5,7%), 60-75 tahun sebanyak 38 orang (71,7%), dan 75-90 tahun sebanyak 12 orang (22,6%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-Laki 12 22,6

Perempuan 41 77,4

Jumlah 53 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (22,6%) dan perempuan sebanyak 41 orang (77,4%)

(5)

2. Analisa Univariat

a. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pre Test Senam Lansia

Pre Test n %

Normal 1 1,9

Cemas Ringan 47 88,7

Cemas Sedang 5 9,4

Jumlah 53 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan tingkat kecemasan pada

lansia pre test dilakukan senam lansia yaitu responden yang normal

sebanyak 1 orang (1,9%) , cemas ringan sebanyak 47orang (88,7%), cemas sedang sebanyak 5 (9,4%)

b. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Post Test Senam Lansia

Post Test n %

Normal 53 100,0

Jumlah 53 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan tingkat kecemasan pada

lansia Post Test dilakukan senam lansia yaitu responden normal

sebanyak 53 orang (100%)

3. Analisis Bivariat

Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015

Tingkat Kecemasan

Senam Lansia Uji Statistik

(nilai ρ)

Nilai α

Pre Test Post Test

n % n % 0,000 0,05 Normal 1 1,9 53 100,0 Cemas ringan 47 88,7 0 0,0 Cemas Sedang 5 9,4 0 0,0 Jumlah 53 100 53 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa responden Pre Test

dilakukan senam lansia memiliki tingkat kecemasan yang normal sebanyak 1 orang (1,9%), cemas ringan sebanyak 47 orang (88,7%), cemas sedang sebanyak 5 orang (9,4%) dan post test dilakukan senam lansia terjadi penurunan tingkat kecemasan yaitu normal sebanyak 53 orang (100%).

Dari data tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan senam lansia, di mana sebelum dilakukan

(6)

senam lansia mayoritas responden cemas ringan dan setelah dilakukan senam lansia semua responden normal.

Dari uji wilcoxon didapatkan nilai p value = 0,000 (α = 0,05).

Dengan demikian nilai p < nilai α , maka dapat disimpulkan ada Pengaruh

pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar.

B. Pembahasan

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) (2008) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas.

Senam Lansia terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pemanasan, tahap inti dan tahap pendinginan

Penelitian yang dilakukan Sari (2010), senam lansia mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia dimana sebelum dilakukan senam lansia 19 orang yang mengalami kecemasan ringan atau 63,3% setelah dilakukan senam lansia 19 orang tidak mengalami kecemasan.

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan

menggunakan uji wilcoxon menunjukkan bahwa responden Pre Test senam

lansia yang memiliki tingkat kecemasan normal 1 orang (1,9%), cemas ringan 47 orang (88,7%), cemas sedang 5 orang (9,4%). Hal ini disebabkan karena pada masa lansia terjadi perubahan-perubahan fisik, maupun sosial dan psikologis yang dialaminya dan keselerasan antara tuntunan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, ini sangat mempengaruhi kecemasan pada lansia.

Menurut Maryam (2008) melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan. Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

Setelah dilakukan senam lansia didapatkan penurunan tingkat

kecemasan dimana dapat di lihat pada tabel 5 pada distribusi post test yang

menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 53 orang (100%) semua mengalami tingkat kecemasan normal, di mana sebelum dilakukan senam lansia yang mengalami cemas ringan sebanyak 47 orang (88,7%) dan cemas sedang sebanyak 5 orang (9,4%).

Dari uji wilcoxon di dapatkan nilai p value = 0,000 (α = 0,05).

(7)

pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar.

Simpulan

1. Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan senam lansia yaitu yang

memiliki cemas normal yaitu 1 responden, cemas ringan 47 responden dan cemas sedang 5 responden.

2. Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan senam lansia yaitu cemas

normal 53 orang.

3. Ada pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tingkat

kecemasan lansia yaitu dimana di dapatkan nilai p value = 0,000 (α = 0,05).

Saran

1. Diharapkan kepada institusi agar lebih memperhatikan literatur atau

referensi terbaru tentang senam lansia dan memasukkan senam lansia sebagai salah satu mata ajar tambahan.

2. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Kaluku Bodoa agar dapat

memasukkan senam lansia sebagai salah satu kegiatan rutin.

3. Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan menggunakan

metode – metode yang baru dan menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian dapat lebih objektif.

DAFTAR PUSTAKA

Aspuah Siti. 2013. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.

Nuha Medika : Yogyakarta

Azizah Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu :

Yogyakarta

Dahlan M.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Salemba Medika :

Jakarta.

Depkes.2012. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI

Hidayat A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Salemba Medika : Jakarta

Ibrahim Ayub Sani. (2011). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Dua As-As :

Jakarta

Keliat B, dkk. 2012. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. EGC : Jakarta

Maryam. 2008. Mengenal usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika:

(8)

Menpora. 2008. Senam Lanjut Usia. Kementrian Pendidikan dan Olahraga : Jakarta

Murwani Arita dan Wiwin Priyantari. 2010. Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan

Keperawatan Home Care Dan Komunitas. Fitramaya : Yogyakarta

Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. EGC : Jakarta

Once. 2011. Latihan Fisik Untuk Kesegaran Jasmani Lansia, (online),

(http://www.dronce.com/archive/1312/latihan-fisik-untuk-menjaga-kebugaran-jasmani-pada-lansia/ diakses tanggal 14 Februari 2015).

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta

Pawenrusi Esse P,dkk. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 11. Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Makassar : Makassar

Sari. 2010. Pengaruh Pelaksanaan Senam Lansia Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Pada Lansia Di RW 11 Kelurahan Muja Muju Yogyakarta.

(online), http://lib.ui.ac.id./file?file=digital/137651.pdf, Di akses 25

Februari 2015

Suliswati. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Nuha Medika :

Yogyakarta

Widianti Anggriyanan T dan Atikah Proverawati. 2010. Senam Kesehatan. Nuha

Medika : Yogyakarta

Ismawati Cahyo,dkk. 2010. Posyandu dan Desa Siaga Panduan Untuk Bidan dan

Referensi

Dokumen terkait

Ancaman terhadap kedaulatan negara mulanya banyak yang bersifat konvensional (fisik), namun berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik yang berasal

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan dari kegiatan – kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak dan berjalan.berpindah. Pada usia 3 tahun

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam yang di dalamnya sebagai tempat pa ra santri untak mempelajari, memahami,

Dari grafik hubungan limpasan permukaan dengan hujan yang terjadi, maka bila dibandingkan dengan grafik CN-SCS maka didapatkan nilai CN pada DAS Lesti dari tahun

Ketika menghadapi konflik dengan orang lain, saya selalu berusaha untuk mencari pihak-pihak terkait untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut... Orang-orang

Kesalahan pengambilan bahan, antara lain bahan tidak mengenai sambungan skuamokolumner, sediaan terlalu tipis atau terlalu tebal, banyak mengandung darah, kotor, waktu

Menurut Sugiyono (2017 hlm 168) menyatakan bahwa “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data (mengukur) itu valid. Valid berarti

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan secara simultan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (Working Capital Turnover) dan