• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 144 MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK

(Studi Pengembangan di SMK PGRI Batang)

Ulul Azam BK FKIP UNISRI

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain: (1) Menghasilkan model layanan bimbingan kelompok teknik simulasi bertingkat untuk meningkatkan kecakapan interpersonal siswa SMK; (2) Mengetahui efektivitas model layanan bimbingan kelompok teknik simulasi bertingkat untuk meningkatkan kecakapan interpersonal siswa SMK PGRI Batang. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R & D). Model layanan bimbingan kelompok teknik simulasi bertingkat untuk meningkatkan kecakapan interpersonal siswa SMK terdiri dari: (1) rasional; (2) tujuan; (3) asumsi dasar; (4) target intervensi dan sasaran layanan; (5) konselor; (6) anggota kelompok; (7) materi, perlakuan, dan teknik; (8) tahapan pelaksanaan; (9) sarana pendukung; (10) evaluasi dan indikator keberhasilan. Hasil uji coba lapangan menunjukan kecakapan interpersonal siswa mengalami peningkatan. Rata-rata skor evaluasi awal 126,3 dan skor evaluasi akhir 193,6. Ini berarti model layanan yang dikembangkan efektif dalam meningkatkan kecakapan interpersonal siswa SMK. Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling disarankan untuk melaksanakan model pengembangan ini secara kontinyu.

Kata kunci: model layanan imbingan kelompok teknik simulasi bertingkat, kecakapan interpersonal, siswa SMK

ABSTRACT

The objectives of this study are: (1) to create a group guidance service model using multilevel simulation technique to improve interpersonal skills of vocational students; (2) to determine the effectiveness of group guidance service model using multilevel simulation technique to improve interpersonal skills of students at SMK PGRI Batang. This study is a research and development (R & D). The group guidance service model using multilevel simulation technique to improve interpersonal skills of vocational students consists of: (1) rational; (2) purposes; (3) basic assumptions; (4) targets of intervention and service; (5) counselor; (6) members of the group; (7) materials, treatments, and techniques; (8) stages of implementation; (9) facilities; (10) evaluations and indicators of success. The results of the field experiment show that the interpersonal skills of students have increased. The average scores of early and final evaluation are 126.3 and 193.6 in sequence. These scores mean that the group guidance service model developed in this study is effective to improve interpersonal skills of vocational students. Therefore, guidance and counseling teachers are encouraged to implement this model continuously.

Keywords: group guidance service model using multilevel simulation technique, interpersonal skills, vocational students

(2)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 145 PENDAHULUAN

Kecakapan interpersonal

diartikan sebagai kemampuan dan

keterampilan seseorang dalam

menciptakan relasi, membangun

relasi, dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling

menguntungkan (T. Safaria,

2005:23). Buhrmester (dalam

Rustam, 2011:45) menyatakan

bahwa kecakapan interpersonal

adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif, memulai ataupun mempertahankan suatu hubungan yang positif dalam interaksi sosial. Karakteristik pribadi yang demikian

sangat dibutuhkan untuk

menciptakan suasana yang harmonis, sikap empati dan penuh perhatian.

Kecakapan interpersonal

merupakan kompetensi yang penting untuk dimiliki oleh semua individu, tidak terkecuali siswa yang sedang menempuh pendidikan. Kecakapan interpersonal menjadi penting karena pada dasarnya manusia tidak bisa menyendiri. Banyak kegiatan dalam hidup individu yang terkait dengan orang lain. Individu yang gagal

mengembangkan kecakapan

interpersonalnya akan mengalami banyak hambatan dalam dunia sosial sehingga mereka mudah tersisihkan dari lingkungan masyarakat.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK PGRI Batang menunjukan bahwa tingkat kecakapan interpersonal siswa masih rendah, ditandai dengan: (1) siswa bersikap acuh terhadap sebayanya yang sedang mengalami kesulitan; (2) siswa bersikap kasar terhadap sebayanya baik secara fisik maupun verbal; (3) siswa bersikap reaktif saat diberi bimbingan oleh guru; (4) siswa tidak memberikan perhatian saat guru menerangkan di depan kelas; (5) tanggung jawab siswa terhadap tugas rendah; (6) siswa

kurang perhitungan dalam

mengambil suatu tindakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling, ada

beberapa siswa yang sering

melakukan teror lewat pesan singkat, tidak hanya kepada sesama siswa tetapi juga kepada dewan guru.

Rendahnya tingkat kecakapan

interpersonal siswa perlu mendapat solusi secara cepat agar tidak

(3)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 146 menimbulkan dampak negatif yang

lebih luas (seperti perkelahian masal diantara siswa/tawuran, siswa tidak naik kelas, dan lain sebagainya).

Bimbingan dan konseling yang merupakan bagian integral dari sistem pendidikan dengan berbagai jenis layanannya memiliki peran

sentral untuk meningkatkan

kecakapan interpersonal pada diri siswa. Layanan yang tepat diberikan

untuk meningkatkan kecakapan

interpersonal siswa adalah layanan

bimbingan kelompok. Layanan

bimbingan kelompok merupakan

layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan setiap anggota kelompok secara bersama-sama dan

melalui dinamika kelompok

terdorong untuk berpikir logis, aktif bertanya, memberikan tanggapan,

mengemukakan pendapat yang

rasional, dan lebih bijaksana dalam bertindak dan bertutur kata. Suasana saling berbagi dalam bimbingan kelompok memberikan pengalaman

yang bisa membantu individu

menemukan cara baru dalam

pemecahan masalah. Dalam

implementasi di sekolah, fungsi

tersebut menjadi tidak jelas

pencapaiannya karena intervensi yang diberikan tidak sistematis dan

tidak memfokuskan pada

peningkatan kompetensi siswa

(termasuk di dalamnya kecakapan

interpersonal) melainkan pada

masalah-masalah faktual yang

dialami oleh siswa.

Berkaitan dengan penjelasan di

atas, maka dibutuhkan suatu

pengembangan dalam layanan

bimbingan kelompok, baik dari segi konten maupun cara pelaksanaannya.

Teknik yang tepat

diimplementasikan dalam

mengembangkan layanan bimbingan

kelompok sebagai upaya

meningkatkan kecakapan

interpersonal siswa adalah simulasi bertingkat.

Tatiek Romlah (2006:118)

menyatakan jika teknik simulasi dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama membantu individu untuk

mempelajari

pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan

aturan-aturan sosial. Suasana

kelompok, yaitu antar hubungan dari semua pihak yang terlibat dalam kelompok dapat merupakan wahana

(4)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 147

dimana masing-masing anggota

kelompok itu (secara perorangan)

dapat memanfaatkan semua

informasi, tanggapan, dan berbagai

reaksi dari anggota kelompok

lainnya untuk kepentingan dirinya

yang bersangkut paut dengan

pengembangan dirinya. Syaiful

Sagala (2012:221) menambahkan melalui simulasi berupa pemberian tugas dan eksperimen individu diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses. Dengan seperti ini maka sikap berpikir ilmiah dan kerjasama yang

merupakan komponen dari

kecakapan interpersonal akan

berkembang secara optimal. Apabila

semua tujuan tersebut dapat

terinternalisasi dengan baik, secara tidak langsung siswa sudah dibekali dengan kemampuan untuk hidup “harmonis” di dalam masyarakat.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain: (1)

menghasilkan model layanan

bimbingan kelompok teknik simulasi

bertingkat untuk meningkatkan

kecakapan interpersonal siswa SMK; (2) mengetahui efektivitas model layanan bimbingan kelompok teknik

simulasi bertingkat untuk

meningkatkan kecakapan

interpersonal siswa SMK PGRI Batang.

METODE

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah tersusunnya rumusan model teknik simulasi bertingkat untuk

meningkatkan kecakapan

interpersonal siswa SMK. Kerangka model disusun berdasarkan kajian teoritis, empiris, dan kondisi objektif

pelaksanaan layanan bimbingan

kelompok dan karakteristik

perkembangan siswa SMK (remaja). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode dan desain penelitian pengembangan (research and development) yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan langkah-langkah dari Borg & Gall.

Menurut Borg & Gall (dalam

Sugiyono, 2010:409),

langkah-langkah yang seyogianya ditempuh

dalam penelitian pengembangan

(5)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 148

perencanaan, (3) pengembangan

model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi model akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi.

Namun dalam penelitian ini

kesepuluh tahapan tersebut

dimodifikasi menjadi 6 tahapan,

disesuaikan dengan kebutuhan

penelitian. Keenam tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) persiapan pengembangan model; (2) merancang model hipotetik; (3) uji kelayakan model berupa validasi ahli dan praktisi; (4) perbaikan model hipotetik; (5) uji lapangan model hipotetik; (6) hasil akhir produk.

Subjek penelitian adalah

mahasiswa semester VI yang

berjumlah 10. Menurut Nandang Rusmana (2009:14) jumlah ideal anggota kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah tidak lebih dari 10 orang. Peneliti memilih

10 mahasiswa sebagai anggota

kelompok secara heterogen tingkat resiliensinya (tinggi, sedang, kurang, dan rendah). Prayitno (2012:159) menegaskan jika anggota kelompok yang heterogen akan menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan.

Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data kualitatif dan data kuantitatif. Berikut ini adalah tabel dari instrumen penelitian:

Instrumen Jenis Data

Subjek Tujuan Analisis

Pedoman wawancara Kualitatif Guru BK di SMK PGRI Batang Mengetahui kondisi objektif pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMK PGRI Batang Deskriptif kualitatif Pedoman observasi

Kualitatif Konselor dan anggota kelompok 1.Mengetahui kondisi objektif pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMK PGRI Batang 2.Mengetahui Deskriptif kualitatif

(6)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 149 pelaksanaan model layanan bimbingan kelompok teknik simulasi bertingkat Lembar validasi

Kualitatif Pakar dan praktisi/guru bimbingan dan

konseling.

Uji kelayakan model hipotetik Deskriptif kualitatif Skala kecakapan interpersonal Kuantitatif 1. Siswa kelas XI jurusan PM. 2. Siswa yang menjadi anggota kelompok. 1. Untuk memilih anggota kelompok secara heterogen 2. Untuk mengetahui tingkat kecakapan interpersonal siswa, sebelum dan sesudah diberi layanan bimbingan kelompok teknik simulasi bertingkat Deskriptif kuantitatif

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kecakapan Interpersonal Siswa sebelum Pelaksanaan

Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Simulasi Bertingkat

No. Anggota Kelompok Skor Pretest Kriteria

1 Responden 1 108 Kurang 2 Responden 2 155 Sedang 3 Responden 3 96 Rendah 4 Responden 4 158 Sedang 5 Responden 5 140 Kurang 6 Responden 6 180 Sedang 7 Responden 7 88 Rendah 8 Responden 8 136 Kurang 9 Responden 9 77 Rendah 10 Responden 10 125 Kurang Rata-rata 126,3 Kurang

(7)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 150 Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat tingkat kecakapan

interpersonal siswa yang menjadi subjek penelitian memiliki kriteria yang bervariasi, yaitu 3 siswa berada

pada kategori rendah, 4 siswa berada pada kategori kurang, dan 3 siswa berada pada kategori sedang. Artinya

bahwa kelompok ini bersifat

heterogen. Proses Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan Indikator Sasaran Perlakuan BKp 1 Kesadaran diri dan

pemahaman situasi sosial

1. Permainan: Kayu jatuh.

2. Kegiatan inti: Presentasi mandiri. BKp 2 Etika sosial dan

keterampilan pemecahan masalah

1.Permainan: Memindahkan gelas. 2.Kegiatan inti: Praktik pelayanan

prima

BKp 3 Sikap empati 1.Permainan: Pengorbanan diri

2.Kegiatan inti: Life modeling

BKp 4 Sikap prososial 1.Permainan: Kapal pecah.

2.Kegiatan inti: bermain teamwork membuat menara.

BKp 5 Komunikasi efektif 1. Permainan: Out of the box.

2. Kegiatan inti: Praktis menawarkan produk

BKp 6 Mendengarkan efektif 1. Permainan: Out of the box.

2. Kegiatan inti: Praktik menata produk.

Tingkat Kecakapan Interpersonal Siswa sebelum Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Simulasi Bertingkat

No. Nama Siswa Skor Pretest Kriteria

1 Responden 1 219 Tinggi

2 Responden 2 225 Tinggi

3 Responden 3 198 Tinggi

(8)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 151 5 Responden 5 199 Tinggi 6 Responden 6 220 Tinggi 7 Responden 7 170 Sedang 8 Responden 8 218 Tinggi 9 Responden 9 189 Sedang 10 Responden 10 210 Tinggi Rata-rata 193,6 Tinggi

Data di atas menunjukan bahwa semua siswa yang menjadi anggota kelompok mengalami peningkatan skor kecakapan interpersonal. Secara

rata-rata skor kecakapan

interpersonal yang diperoleh adalah 193,6 (masuk dalam kategori tinggi). Dari ke-10 siswa yang menjadi anggota kelompok, 2 masuk kategori sedang dan 8 tinggi.

Hasil Uji Efektivitas Layanan: Peningkatan Kecakapan Interpersonal Siswa No AK Eval. Awal X1 Eval. Akhir X2 Selisih (X2-X1) Jenjang Tanda Jenjang + - 1 Res. 1 108 219 111 9 9 0 2 Res. 2 155 225 70 4 4 0 3 Res. 3 96 198 102 8 8 0 4 Res. 4 158 215 43 2 2 0 5 Res. 5 140 199 59 3 3 0 6 Res. 6 180 220 40 1 1 0 7 Res. 7 88 170 82 5,5 5,5 0 8 Res. 8 136 218 82 5,5 5,5 0 9 Res. 9 77 189 112 10 10 0 10 Res. 10 125 210 85 7 7 0 Jumlah 55 0

Berdasarkan analisis proses pelaksanaan layanan serta hasil yang dicapai oleh anggota kelompok

membuktikan bahwa layanan

bimbingan kelompok teknik simulasi

bertingkat efektif dalam

meningkatkan kecakapan

(9)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 152 Batang. Indikasi keberhasilan proses

pelaksanaan layanan dapat dilihat dari peran yang dilaksanakan oleh konselor dan anggota kelompok pada

setiap tahapan, baik tahap

pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran dimana pada setiap tahapan tersebut konselor dan

anggota kelompok telah

mengoptimalkan kecakapan

hidupnya. Sedangkan efektivitas layanan dibuktikan dari hasil skala

kecakapan interpersonal yang

menunjukan adanya peningkatan

hasil evaluasi awal dan evaluasi akhir pada skor total kecakapan

interpersonal. Peningkatan

kecakapan interpersonal siswa adalah sebesar 67,3 poin. Selain itu dari hasil uji statistik Wilcoxon juga menunjukan jumlah jenjang terkecil = 0 < dari T tabel = 8, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

Faktor-faktor yang mendukung peningkatan kecakapan interpersonal

siswa setelah diberi layanan

bimbingan kelompok teknik simulasi bertingkat antara lain:

1. Konselor sebagai motivator

mampu mengoptimalkan nilai-nilai positifnya, tidak hanya pada

diri sendiri tapi juga pada anggota kelompok dalam setiap tahapan

layanan bimbingan kelompok

teknik simulasi beringkat.

2. Materi yang menjadi topik

bahasan, yakni tentang nilai-nilai dari kecakapan interpersonal sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa pada umumnya dan anggota kelompok pada khususnya.

3. Konselor sebagai perencana

kegiatan mampu memberikan

perlakuan yang tepat sesuai

dengan topik bahasan dan

karakteristik siswa yang menjadi anggota kelompok, yakni usia remaja. Perlakuan yang diberikan

tersebut dapat menstimulus

anggota kelompok untuk

mengoptimalkan kecakapan

hidupnya sehingga mereka secara aktif menunjukan peranannya

dalam menciptakan dinamika

kelompok.

4. Konselor mampu memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang ada di SMK PGRI Batang

untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan kegiatan

(10)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 153 pertokoan, menggunakan toko

sekolah sebagai tempat praktik).

5. Anggota kelompok mau dan

mampu bersikap terbuka serta

aktif, tidak hanya saat

pelaksanaan layanan, akan tetapi di luar kegiatan tersebut mereka juga menyempatkan waktu untuk belajar lebih dalam mengenai topik bahasan.

6. Pembentukan kelompok secara heterogen mampu menumbuhkan dinamika kelompok dengan baik sehingga secara otomatis mampu menstimulus anggota kelompok yang awalnya pasif untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan kelompok.

KESIMPULAN

1. Model layanan bimbingan

kelompok teknik simulasi

bertingkat untuk meningkatkan kecakapan interpersonal siswa SMK terdiri dari: (1) rasional; (2) tujuan; (3) asumsi dasar; (4) target intervensi dan sasaran layanan; (5) konselor; (6) anggota kelompok; (7) materi, perlakuan, dan teknik; (8) tahapan pelaksanaan; (9) sarana

pendukung; (10) evaluasi dan indikator keberhasilan.

2. Tingkat kecakapan interpersonal siswa setelah diberi layanan

bimbingan kelompok teknik

simulasi bertingkat adalah: 2 siswa masuk kategori sedang dan 8 siswa masuk kategori tinggi dengan skor rata-rata adalah 193,6 (masuk kategori tinggi).

SARAN

1. Guru bimbingan dan konseling

tidak mengesampingkan

masalah kecakapan

interpersonal siswa, tetapi

sebaliknya harus serius

menanganinya, karena tinggi-rendahnya tingkat kecakapan

interpersonal siswa akan

berdampak pada kualitas siswa saat melaksanakan PRAKERIN. 2. Sehubungan dengan pentingnya

masalah kecakapan

interpersonal, penanganannya dengan menggunakan layanan

bimbingan kelompok teknik

simulasi bertingkat dapat

diprogramkan secara periodik terutama terhadap siswa yang

(11)

EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 154

skala kecakapan

interpersonalnya masuk pada kategori kurang dan rendah.

3. Dalam menerapkan layanan

bimbingan kelompok teknik

simulasi bertingkat, guru

bimbingan dan konseling harus bisa memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan pada substansi model yang dikembangkan. 4. Guru bimbingan dan konseling

perlu menjalin kerjasama yang

baik dengan guru mata

pelajaran, guru bidang

kesiswaan, dan ketua program studi agar mendapat dukungan untuk melaksanakan layanan

bimbingan kelompok teknik

simulasi bertingkat.

DAFTAR PUSTAKA

Nandang Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program Pendidikan Profesi Konselor

Jurusan Bimbingan dan

Konseling FIP UNP.

Rustam. 2011. Program Bimbingan dan Konseling Multikultur

untuk Meningkatkan

Kecerdasan Sosial Siswa SMP Kuburaya Pontianak. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta. Syaiful Sagala. 2012. Konsep dan

Makna Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. T. Safaria. 2005. Interpersonal Intelegence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books. Tatiek Romlah. 2006. Bimbingan

Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan. Linier Dua Variabel (SPLDV) pada Siswa Kelas VIII SMPN 2

Research about the food habits and feeding habits of white snapper fish ( Lates calcarifer Block) in Terusan Dalam (inside canal) waters, East coast of South

Jadi arti pokok yang terkandung dalam pengertian diatas adalah bahwa proses kependidikan itu mengandung “pengarahan” ke arah tujuan tertentu. Selanjutnya bahwa

Banyak ditemukannya kategori alasan ini di rentang usia lebih dari 64 tahun ini dikarenakan saat ini kegiatan bertani kopi robusta sudah dijadikan sebagai hobi untuk

Untuk acicular particle, analisis citra menunjukkan ukuran partikel jauh lebih besar dibandingkan dengan laser difraksi karena laser difraksi menghitung lebih rendah

Dari hasil identifikasi dan valuasi ekonomi hutan mangrove yang telah dimanfaatkan di Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat, diperoleh 3 jenis Jasa ekosistem

(1) Pegawai di lingkungan STKIP Siliwangi Bandung adalah seseorang yang telah memenuhi syarat- syarat yang ditentukan dalam peraturan yang berlaku dan diangkat