• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI POTENSI KOMPETISI ANTARA PASAR TRADISIONAL DENGAN TOKO MODERN PASCA PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 112 TAHUN 2007 DI MADURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI POTENSI KOMPETISI ANTARA PASAR TRADISIONAL DENGAN TOKO MODERN PASCA PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 112 TAHUN 2007 DI MADURA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI POTENSI KOMPETISI ANTARA PASAR TRADISIONAL DENGAN

TOKO MODERN PASCA PERATURAN PRESIDEN (PERPRES)

NOMOR 112 TAHUN 2007 DI MADURA

Uswat un Hasanah dan Indien Winarwati

Fakult as Hukum Universit as Trunoj oyo E-mail: al_uswa@yahoo. co. id

Abst r act

The pr esence of Regul at ion t he Pr esi dent No. 112 of 2007 i s expect ed t o r eal i ze t he pr esence of a moder n st or e t hat can compet e i n a heal t hy and f ai r wi t h t r adi t ional mar ket s. Al t hough i t has been ment ioned t hat t he est abl i shment of moder n st or es have t o pay at t ent ion spat i al pl an di st r i ct , does not det r act f r om t he f act zoni ng viol at i ons on t he est abl i shment of a moder n st or e. The st udy was based on i ndept h i nt er vi ews wit h i nf or mant s, t r adit i onal mar ket s, moder n st or e mer chant s, of f i cial s

i n t he r egion Bangkal an, Sampang, Pamekasan, Sumenep. The r esul t s of t hi s st udy can be concl uded t hat t he compet i t i on bet ween t he t r adi t ional mar ket wi t h moder n st or es af t er t he enact ment of Regul at i on t he Pr esi dent i al No. 112 of 2007 i ncr easingl y st r i ngent , as evi denced by t he i ncr easi ng pr ol i f er at ion of moder n st or es, especi al l y t he mi ni -sal e syst ems and t ypes of mer chandi se simi l ar t o t he t r adit ional mar ket s. The f act or s t hat became t he dr i vi ng and i nhi bi t i ng compet it ion i s no r egul at i on and management mat t er s. Ef f or t s ar e bei ng made i n over comi ng t he const r ai nt s of compet it i on t hr ough i mpr oved physi cal i nf r ast r uct ur e, but have not t ouched on t he pr of essional i sm of t he management of t r adit ional mar ket s.

Key wor ds : compet it i on, t r adi t ional mar ket , moder n st or e af t er t he enact ment Regul at i on t he Pr esi dent No. 112 of 2007

Abst rak

Kelahiran Perpres 112 Tahun 2007 diharapkan dapat mewuj udkan kehadiran t oko modern yang dapat bersaing secara sehat dan adil dengan pasar t radisional. Meski t elah disebut kan pendirian t oko modern harus memperhat ikan Rencana Tat a Ruang Wilayah (RTRW) Kabupat en, t idak mengurangi f akt a t erj adinya pelanggaran zonasi pendirian t oko modern. Penelit ian ini didasarkan pada wa-wancara mendalam dengan inf orman, pedagang pasar t radisional, pedagang t oko modern, pej abat t erkait di wilayah Kabupat en Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep. Hasil penelit ian menyim-pulkan kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern pasca Perpres No. 112 Tahun 2007 semakin ket at , dengan meningkat nya j umlah t oko modern minimarket yang sist em penj ualan dan j enis barang dagangannya sama dengan pasar t radisional. Fakt or yang menj adi pendorong dan peng-hambat kompet isi adalah t iadanya legislasi daerah dan aspek manaj emen. Upaya yang t elah dilaku-kan dalam mengat asi kendala kompet isi melalui peningkat an sarana dan prasarana f isik, namun be-lum menyent uh pada sisi prof esionalit as pengelolaan pasar t radisional.

Kat a kunci: kompet isi, pasar t radisional, t oko modern Pasca Perpres No. 112 Tahun 2007

Pendahuluan

Menj amurnya pasar modern dengan ke-anekaragaman produk-produk yang dit awarkan dan kenyamanan dalam berbelanj a membawa implikasi bagi eksist ensi pasar t radisional yang

Penel i t i an i ni dil aksanakan at as biaya DIPA Dikt i DP2M 2011 Dirj en Dikt i Kemendiknas dengan nomor kont r ak: 198. o/ H46. 2/ PL/ 2011 t anggal 30 Mei 2011

(2)

gilirannya akan lebih memarj inalkan dan akhir-nya berpot ensi memat ikan pasar t radisional.

Kebij akan liberalisasi pasar perdagangan eceran (rit el) di Indonesia sej ak dit andat anga-ninya Let t er of Int ent (LoI) ant ara pemerint ah Indonesia dengan Dana Monet er Int ernasional (IMF) t ahun 1998, yang salah sat u hasil LoI ada-lah memberikan kebebasan kepada invest -t or asing masuk ke indust ri rit el. Hal ini kemudian dit indaklanj ut i dengan dikeluarkan-nya Keppres No. 99/ 1998 dan SK Ment eri Invest asi No. 29/ SK/ 1998. Liberalisasi selanj ut nya semakin men-dapat t empat dengan dikeluarkannya UU Pena-naman Modal No. 25 Tahun 2007 dan UU Per-seroan Terbat as No. 40 Tahun 2007 yang lebih memberikan asing unt uk dapat membuka usaha rit el di seluruh Indonesia. Hal ini berImplikasi bahwa kompet isi semakin kompleks, t idak ha-nya kompet isi ant ara perit el Indonesia dengan perit el asing, t et api j uga ant ara perit el Indo-nesia yait u ant ara perit el modern dengan peri-t el peri-t radisional. Penempaperi-t an pedagang riperi-t el mo-dern dengan pedagang t radisional t idaklah t e-pat , karena yang menj adi persoalan adalah pe-rit el modern ada dan mengambil bagian dari kehidupan pasar t radisional, sasaran pembeli pasar t radisional j uga dibidik oleh pasar rit el modern.1 Perit el t radisional di Indonesia saat ini t elah berj umlah 12, 6 j ut a pedagang pasar t radisional yang t erdiri dari pedagang kecil dan lemah modal2. St rukt ur pasar rit el saat ini t e-t ap dikuasai oleh mereka yang mempunyai kemampuan modal dan j aringan dist ribusi yang luas, apalagi dengan dibukanya kesempat an ba-gi perit el asing unt uk berinvest asi di Indonesia.

Konsideran Undang-undang No. 5 Tahun 1999 t ent ang Larangan Prakt ik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanj ut nya di-sebut UU Ant i Monopoli) menghendaki adanya kesempat an yang sama bagi set iap warga ne-gara unt uk berpart isipasi di dalam proses pro-duksi dan pemasaran barang dan at au j asa,

1

Dedie S. Mart adi sast ra, “ Persaingan Usaha Rit el Mo-dern dan Dampaknya Terhadap Per dagangan Ri t el Tradisional ” , Jur nal Per sai ngan Usaha, Vol . 4, Tahun 2010, Jakart a: KPPU, hl m. 76.

2 Al i Jusmono, “ Per saingan Usaha Pasar Rit el Di

In-donesia: Siapa Yang menang” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol . 27 No. 1, Tahun 2008, Jakart a: Fakul t as Hukum Unika At ma Jaya, hl m. 4

dalam iklim usaha yang sehat , ef ekt if , dan ef i-sien, sehingga dapat mendorong pert umbuhan ekonomi dan bekerj anya ekonomi pasar yang waj ar. Persoalannya di dalam kompet isi pasar rit el, kedudukan part isipan berlapis-lapis, mu-lai dari pelaku usaha besar, menengah, kecil, bahkan mikro. St rat if ikasi pelaku usaha yang sepert i ini t ent unya membut uhkan perlindung-an hukum yperlindung-ang proporsional dengperlindung-an kedudu-kannya. Oleh karena it u, ket ent uan mengenai zonasi bagi pelaku usaha sepert i hypermarket , supermarket , minimarket , dan pengecer kecil menj adi urgen.

Perat uran Presiden No 112 Tahun 2007 t ent ang Penat aan dan Pembinaan Pasar Tra-disional, Pusat Perbelanj aan dan Toko Modern (selanj ut nya disebut Perpres No. 112 Tahun 2007) merupakan at uran main bagi pelaku usa-ha di bidang perdagangan ant ara pedagang t disional dengan t oko modern agar pasar t ra-disional dapat bersaing dengan pasar modern melalui pengat uran zonasi t ent ang lokasi pen-dirian pusat perbelanj aan diwaj ibkan mengacu pada Rencana Tat a Ruang Wilayah (RTRW) Ka-bupat en. Berkait an it u, pent ing dilakukan pe-nelit ian t ent ang pot ensi kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern pasca dit erbit -kannya Perpres t ersebut .

Permasalahan

Berdasarkan lat ar belakang t ersebut , pe-nulis t ert arik unt uk membahas beberapa hal.

Per t ama, mengenai kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern pasca Pera-t uran Presiden (Perpres) No. 112 Tahun 2007 di Madura; kedua, mengenai f akt or yang menj adi pendo-rong dan penghambat kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern; dan

ket i ga, mengenai upaya yang dilakukan dalam mengat asi kendala kompet isi ant ara pasar t ra-disional dengan t oko modern di Madura.

Met ode Penelitian

(3)

Madu-ra, dengan pert imbangan bahwa dengan adanya pembangunan j embat an Suramadu, memuncul-kan pot ensi bagi Madura sebagai wilayah alt er-nat if bagi invest or di bidang perdagangan khu-susnya ret ail. Selain it u, penelit ian t ent ang po-t ensi kompepo-t isi di Madura sepanj ang penge-t ahuan penelipenge-t i belum pernah dilakukan sehing-ga orisinalit as penelit ian menj adi bahan per-t imbangan.

Inf orman dipilih berdasarkan inf ormasi dari inf orman t erdahulu. Inf orman dipilih de-ngan menggunakan model snowbal l sampl i ng

yait u menemukan inf orman dari ket erangan-ket erangan yang diberikan oleh inf orman se-belumnya. Inf ormasi t ent ang kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern pasca Perpres No. 112 Tahun 2007 diperoleh melalui observasi at au pengamat an t erlibat (par t i ci pan obser ver ) dan wawancara mendalam (i n-dept i nt er view) dengan pengelola pasar t radisional, t oko modern dan pej abat t erkait sebagai inf or-man, sert a st udi dokumen at as regulasi dan le-gislasi daerah yang berkait an dengan pasar t ra-disional dan t oko modern. Dat a yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan t iga j alur ke-giat an yakni mereduksi dat a, menguj i dat a, dan menarik kesimpulan.

Pembahasan

Kompetisi ant ara Pasar Tradisional dengan Toko Modern Pasca Perat uran Presiden (Per-pres) No. 112 Tahun 2007 di Madura

Berdasarkan dat a yang diperoleh, sej ak pembangunan j embat an Suramadu Agust us Ta-hun 2003 sampai peresmiannya 10 Juni 2009, t erj adi peningkat an j umlah t oko modern di Ma-dura. Dat a di Disperindag Kabupat en se Madu-ra, menunj ukan bahwa Indomaret menempat i posisi pert ama dalam ekspansi pendirian selu-ruh t oko modern di Madura sebanyak 35 gerai (46, 67%), yang diikut i oleh Alf amart 16 gerai (21, 33%) dan Sidogiri 2 gerai (2, 33%), sisanya merupakan minimarket dan supermarket lokal. Hal ini merupakan cerminan posisi Indomaret di t ingkat Indonesia, karena Indomaret dan Alf a-mart t ermasuk 10 rit el int i menguasai 83, 8%

omset rit el modern Indonesia3. Keadaan t erse-but memungkinkan unt uk t erj adinya perkemba-ngan dan peningkat an j umlah t oko modern di Madura pada masa mendat ang.

Berdasarkan pengamat an, t idak sedikit pendirian t oko modern t ersebut berdekat an de-ngan pasar t radisional khususnya di Bangkalan. Para pedagang yang lokasinya berdekat an de-ngan t oko modern merasakan dampak adanya pendirian t oko modern. Terut ama pedagang yang menj ual barang yang pasokannya berasal dari indust ri/ pabrikan, merasakan adanya pe-nurunan pengunj ung dan omset nya menurun, sedangkan pedagang yang hanya menj ual ba-rang ment ah at au produk pert anian at au indus-t ri desa cenderung indus-t idak separah seperindus-t i peda-gang sebelumnya. Penelit ian Awan Sant oso di Yogyakart a menunj ukkan penurunan omset penj ualan yang dialami pedagang pasar t radi-sional yang menj ual produk pabrikan sebesar 34%, yang menj ual produk pabrikan dan desa sebesar 18%, yang menj ual produk impor 3 %, yang menj ual produk desa sebesar 45%.4 Ada-pun hasil penelit ian AC Nielson, secara makro menyebut kan kehadiran pasar modern t elah mengancam eksist ensi pasar t radisional dengan meningkat nya pert umbuhan bagi pasar modern sebesar 31, 4%, sedangkan pasar t radisional t e-lah t umbuh secara negat if sebesar 8%.5 Ver-dasarkan j umlah, komposisi j umlah pasar t radi-sional di Madura lebih banyak yait u 106 pasar t erdiri dari pasar t radisional yang ada di kot a dan kecamat an, sedangkan t oko modern seba-nyak 75 gerai sepert i t erlihat pada t abel 1.

Terdapat f akt a menarik yang t erj adi di Kabupat en Sumenep, khususnya Pasar Bat upu-t ih yang “ maupu-t i suri” karena munculnya upu-t oko-t oko kelonoko-t ong di sekioko-t ar pemukiman masyara-kat yang t elah dapat menyuplai kebut uhan ma-syarakat . Berdasarkan pengamat an, diperoleh

3

Awan Sant osa & Put hut Indroyono, 11 Maret , Pedagang Pasar Tr adi si onal Ter ancam, t ersedi a di websi t e ht t p: / www. ekonomirakyat . org/ art ikel . php?j d=13 di akses 11 Nopember 2011

4 Ibi d.

5 Anoni m, “ Penel it ian Dampak Keberadaan Pasar Mo-dern

(4)

f akt a bahwa j arak ant ara rumah dengan pasar agak j auh sehingga masyarakat enggan ke pasar dan masyarakat lebih suka berbelanj a di t oko-t oko yang lebih dekaoko-t dengan oko-t empaoko-t oko-t inggal mereka dan yang menyediakan segala kebut uh-an hariuh-an mereka. Fenomena ini merupakuh-an

Hasil pengamat an t ersebut memberikan penj elasan bahwa pasar t radisional perlu men-dapat kan perlindungan. Perlindungan menj adi pent ing karena perlindungan dit uj ukan kepada pihak yang melekat kelemahan-kelemahan, ka-rena f akt or sosial, ekonomi, maupun polit ik. Perlindungan hukum dimaksudkan agar kelema-han t ersebut t idak dimanf aat kan at au dij adi-kan lahan eksploit asi pihak lain.

Pembangunan j embat an suramadu mem-bawa dampak berupa kelancaran t ransport asi, sehingga merangsang bagi invest or unt uk mena-namkan invest asi mereka, t idak t erkecuali pengelola t oko modern. Berdasarkan pengamat -an, t erj adi peningkat an j umlah t oko modern se-t elah adanya pembangunan Suramadu dan bah-kan bisa meningkat t erus pada t ahun menda-t ang. Hal ini didasari f akmenda-t a yang dimenda-t unj ukkan oleh t oko modern yang memberikan kenyama-nan dan perbaikan dalam memberikan pelaya-nannya kepada para pembeli. Beberapa perbe-daan yang dit ampilkan oleh t oko modern de-ngan pasar t radisional sebagaimana t abel veri-kut .

Tabel 2 : Perbandingan Pasar Tradisional

dan Toko Modern

No Pasar tradisional Toko modern

(5)

Toko modern yang ada, diklasif ikasi menj adi minimarket , supermarket , hyper mar ket, de-par t ment st or e, perkulakan, di mana pengkla-sif ikasian t ersebut didasarkan pada bat asan lu-as lant ai penj ualan yang digunakan6. Bat asan t ersebut secara t idak langsung menunj ukkan skala usaha masing-masing. Pasal 9 Permendag No. 53/ M-DAG/ PER/ 12/ 2008 (selanj ut nya dising-kat : Permendag No. 53 Tahun 2008) mengat ur mengenai bat asan luas lant ai penj ual t oko mo-dern sebagai berikut :

a. Minimarket , kurang dari 400 m2 (em-pat rat us met er persegi);

b. Supermarket , 400 m2 (empat rat us met er persegi) sampai dengan 5. 000 m2 (lima ribu met er persegi);

c. Hypermarket , lebih dari 5. 000 m2 (li-ma ribu met er persegi);

d. Depart ment st ore, lebih dari 400 m2 (empat rat us met er persegi); dan e. Perkulakan, lebih dari 5. 000 m2 (lima

ribu met er persegi)

Berdasarkan hasil pengamat an, dengan mendasarkan pada klasif ikasi t ersebut , di Ma-dura, t oko modern yang dominan ialah ber-j enis minimarket (Indomaret , Alf amart ) yait u sebanyak 70 gerai, sedangkan berj enis super-market sebanyak 5 gerai, adapun yang berj enis

hyper mar ket, dan depar t ment st or e belum ada. Inf orman pada dasarnya memberikan pen-j elasan. Banyaknya pendirian minimarket di Madura disebabkan prosedur pendiriannya mu-dah, sert a t idak dipersyarat kan adanya analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai-mana t oko modern lainnya.

Berdasarkan st udi dokumen, t erungkap bahwa kemudahan prosedur pendirian it u dif asilit asi oleh regulasi yang t ert uang dalam Permendagri No. 53 Tahun 2008 yang membe-rikan pengecualian persyarat an analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat bagi pendirian mi-nimarket , sebagaimana diat ur dalam Pasal 3. Permendagri No. 53 Tahun 2008 j uga membe-rikan bat asan j enis-j enis t oko modern yang da-pat dimasuki oleh penanam modal dalam

6 M. Udin Sil al ahi, “ Persaingan Di Indust ri Rit el Dit inj au

dar i Aspek Hukum Persaingan Usaha” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol . 27 No. 1, Tahun 2008, Jakar t a: Fakul t as Hukum Unika At ma Jaya, hl m. 7.

geri 100% yait u meliput i: per t ama, minimarket dengan luas lant ai penj ualan kurang dari 400 m2 (empat rat us met er persegi); kedua, Su-permarket dengan luas lant ai penj ualan kurang dari 1. 200 m2 (seribu dua rat us met er persegi); dan ket i gaDepar t ment St or e dengan luas lant ai penj ualan kurang dari 2. 000 m2 (dua ribu met er persegi). Dengan demikian, selebihnya pena-nam modal asing dapat mengikut i kompet isi baik dalam pendirian supermarket di at as 1. 200 m2, depar t ment st or e lebih dari 2000 m2,

hyper mar ket dan perkulakan. Kondisi ini, pada-hal apabila dianalisis lebih mendalam, sebenar-nya pengat uran t oko modern t idak cukup hasebenar-nya pada pembat asan luas lant ai saj a, t et api se-benarnya yang paling mendasar adalah barang at au komodit as apa saj a yang diperbolehkan unt uk dij ual di dalam supermarket maupun

hyper mar ket t ersebut . Hal ini pent ing, apabila sampai barang-barang pert anian yang segar j uga dij ual di supermarket , akibat nya karena skala ekonominya beda maka t ent u pasar t radi-sional akan menj adi korban dari kompet isi yang t idak seimbang t ersebut .

Faktor-fakt or yang Menj adi Pendorong dan Penghambat Kompetisi ant ara Pasar Tradisi-onal dengan Toko Modern

Berdasarkan st udi dokumen t erhadap Pa-sal 12 Perpres No. 112 Tahun 2007, Izin Usaha Toko Modern (IUTM) merupakan syarat unt uk mendirikan t oko modern (minimarket , super-market , depar t ment st or e, hyper mar ket dan perkulakan). IUTM t ersebut harus dilengkapi dengan st udi kelayakan t ermasuk analisis me-ngenai dampak lingkungan (AMDAL) t erut ama aspek sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku pedagang eceran set empat dan rencana Kemi-t raan dengan Usaha kecil (Pasal 13 Perpres No. 112 Tahun 2007). Namun, ket ent uan t ersebut diperlunak Permendagri, yang mengat ur bahwa unt uk pendirian minimarket , t idak diperlukan AMDAL sebagaimana yang diwaj ibkan bagi pen-dirian t oko modern lainnya (Pasal 3 Permendag No. 53 Tahun 2008).7 Pengecualian persyarat an

7 Bandingkan dengan Weda Kupit a dan Rahadi Wasi

(6)

Pur-AMDAL bagi pendirian minimarket merupakan salah sat u f akt or menj amurnya minimarket di Madura, sehingga kompet isi ant ara pasar t radi-sional dengan t oko modern semakin meningkat .

Perbedaan kedua perat uran perundangan

t ersebut dapat dij elaskan pada t abel berikut :

Tabel 3 : Perbedaan Persyarat an Pendirian

(2)Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat bent uk keberpihakan regulasi pada perit el ku-at daripada penerapan semangku-at keadilan sosi-al sebagaimana amanat UUD NRI 1945. AMDAL adalah analisis mengenai dampak lingkungan t erut ama aspek sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku pedagang eceran set empat . Tidak adanya persyarat an AMDAL dalam pendirian minimarket semakin memberi t empat pada pe-rit el-pepe-rit el kuat (Indomaret dan Alf amart ) un-t uk menguasai pasar riun-t el di Madura.

Pendirian t oko modern di Madura masih menerapkan model SIUP sebagai prosedur peri-zinan, karena pengaj uan permohonan ij in dila-kukan sebelum munculnya regulasi t ersebut . Hal yang membedakan penggunaan SIUP de-ngan IUTM adalah adanya persyarat an AMDAL Berdasarkan wawancara mendalam, diket ahui bahwa belum dit erapkannya IUTM disebabkan karena sampai saat ini belum ada cont oh rin-cian mat eri penyusunan analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat t ersebut .9 Bagi kant or cabang perusahaan at aupun kant or perwakilan perusahaan t idak memerlukan permohonan SI-UP lagi karena sudah ada SISI-UP kant or pusat nya

(7)

t ent ang Penerbit an Surat Ij in Usaha Perdagang-an (SIUP) (selPerdagang-anj ut nya disebut Permendagri No. 36 Tahun 2007) selengkapnya merumuskan se-bagai berikut :

(1) Kewaj iban memiliki SIUP sebagai

dimaksud Pasal 2 ayat (1) dikecua-likan t erhadap:

a. Kant or Cabang Perusahaan at au Kant or Perwakilan Perusahaan; b. Perusahaan Kecil perorangan yang

t idak berbent uk Badan Hukum at au Persekut uan yang diurus, di j alankan at au dikelola sendiri oleh pemiliknya at au anggot a keluarga kerabat t erdekat ;

c. Pedagang Keliling, Pedagang Aso-ngan, Pedagang Pinggir Jalan at au Pedagang Kaki Lima.

(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huf b dan huruf c dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki yang bersangkut an.

Berdasarkan st udi dokumen yang dilaku-kan, t erdapat perbedaan pengat uran ant ara Perpres No. 112 Tahun 2007 dengan Permen-dagri No. 53 Tahun 2008 khususnya t ent ang ket ent uan j arak pendirian minimarket . Perpres t elah mengat ur bahwa dalam pendirian t oko modern (minimarket , supermarket , depar t ment st or e, hyper mar ket) waj ib memperhat ikan j a-rak pendirian hypermarket dengan pasar t radi-sional yang ada sebelumnya (Pasal 4). Namun karena minimarket t elah dikecualikan oleh Per-mendag No. 53 Tahun 2008 t erkait dengan AM-DAl, berart i sekaligus j uga memberikan penge-cualian dalam art i minimarket dapat t idak memperhat ikan at au boleh mengabaikan keber-adaan pasar t radisional dan UMKM yang berada di wilayah bersangkut an. Tidak adanya penga-t uran pembapenga-t asan j arak anpenga-t ara minimarkepenga-t de-ngan pasar t radisional semakin mendesak pe-dagang pasar t radisional dan t oko t radisional khususnya dalam bent uk menurunnya omset penj ualan. Hal ini apabila dibiarkan t erus me-nerus t anpa ada pengat uran t ent u j angka pan-j ang akan dapat memarpan-j inalkan, bahkan mema-t ikan pasar mema-t radisional di wilayah mema-t ersebumema-t .

Berdasarkan wawancara mendalam de-ngan pej abat t erkait diket ahui t ernyat a t erda-pat perbedaan sikap pemerint ah kabuerda-pat en/

kot a di Madura dalam menghadapi pe-ningkat an minat pendirian t oko modern, ada yang t erbuka (Bangkalan dan Sumenep) dan ada yang t erbuka dengan syarat (Sampang dan Pamekasan). Sej ak pembangunan j embat an Suramadu, di Bangkal-an t erj adi peningkat Bangkal-an j umlah t oko Indomaret , semula 2 gerai t erj adi penambahan 12 gerai sehingga berj umlah 14 gerai, di mana Indoma-ret menyebar di 9 dari 18 kecamat an yait u Ka-mal 2 gerai, Bangkalan 5 gerai, Kwanyar, Ta-nah Merah, Klampis, Sepulu, Tanj ung Bumi, Arosbaya, dan Blega masing-masing 1 gerai. Di Sumenep, meskipun t erbuka, penambahan In-domaret t idak berbanding lurus dengan j umlah kecamat an disebabkan wilayah pemukiman penduduk di Sumenep bersif at memencar se-hingga kurang diminat i oleh Indomaret . penam-bahan 5 gerai di Sumenep yang menyebar di Kecamat an-kecamat an Kot a 2 gerai, Lent eng, Kalianget , dan Prenduan masing-masing 1 ge-rai. Wakil Bupat i (Wabup) Pamekasan meng-himbau agar pembukaan t oko modern hanya di kecamat an kot a, sehingga t erj adi penambahan 5 gerai Indomaret di Pamekasan, semuanya berada di kecamat an kot a. Hal ini dilakukan dalam rangka menj aga kelangsungan pasar dan t oko t radisional karena bagi masyarakat apabila t er-dapat selisih harga, mereka akan memilih yang lebih murah walaupun agak j auh. Pada saat Indomaret mengaj ukan permohonan pendaf t aran 2 gerai unt uk masingmasing kecamat -an, t idak dikabulkan karena adanya himbauan Wabup t ersebut .10 Pada t ahun 2011, di Sam-pang t erj adi penangguhan permohonan 6 TDP t oko modern dengan alasan sampai dikeluar-kannya legislasi daerah t ent ang penat aan t oko modern.11

Perbedaan sikap t ersebut j ika dit elusuri bermuara dari pemilihan paradigma

10

Hasil wawancara mendal am dengan Drs. R. Harr y Sucahyono, MM, Kasi Pendaf t ar an Per dagangan Dis-perindag Kab. Pamekasan, t anggal 19 Sept ember 2011. Adanya hi mbauan Wabup ini memuncul kan ekses, di Kecamat an Waru, Indomaret yang sudah menyew a (kont rak t anah) sel ama 10 t ahun dan sudah bero-perasi , saat mengaj ukan pendaf t aran dit ol ak, sehingga sampai saat i ni st at usnya t i dak j el as (beroper asi t anpa pendaf t ar an dan t erj adi pembiar an).

11 Hasil w awancar a mendal am dengan Khair ul Sal eh,

(8)

nan yang diyakini benar oleh para pengambil kebij akan. Bagi pihak yang meyakini paradig-ma pembangunan ekonomi lebih berorient asi pada perkembangan ekonomi cenderung men-dukung upaya pemberian keleluasaan bagi pen-dirian t oko modern karena menunj ang perkem-bangan ekonomi daerah yang pangkalnya dapat meningkat kan pendapat an asli daerah (PAD), sedangkan bagi pihak yang meyakini paradigma pembangunan ekonomi yang berorient asi pada ” keadilan sosial” , t ent unya perkembangan eko-nomi yang diharapkan adalah perkembangan dan kemaj uan dalam kont eks kesat uan ekonomi yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat In-donesia.

Tuj uan UU Ant i Monopoli adalah t ercip-t anya ef isiensi dalam berusaha, namun per-kembangan ekonomi yang ef isien adalah ef i-siensi yang berkeadilan bukan ef ii-siensi seba-gaimana pengert ian ef isiensi murni sepert i di-anut oleh negara-negara kapit alis12. Ef isiensi i-ni mengakibat kan pedagang dapat memenang-kan kompet isi dan dapat berkembang menj adi perusahaan-perusahaan besar, UUD 1945 sa-ngat konsist en dengan prinsip ef isiensi berkea-dilan,13 sehingga t ersingkirnya pasar t radisio-nal dan pelaku usahanya disebabkan adanya persaingan yang t idak seimbang adalah sangat t idak adil.14

Berdasarkan pengamat an, pada aspek manaj emen, yang meliput i wakt u layanan, ke-bersihan dan kenyamanan, merupakan f akt or yang mempengaruhi kompet isi. Secara umum, wakt u layanan pasar t radisional rat a-rat a sam-pai pukul 11. 00 WIB kecuali kecamat an Kot a maksimal pukul 16. 00 WIB. Pasar t radisional di Madura dikenal hari pasaran, yait u hari dit a-warkannya produk yang lengkap yait u hari-hari t ert ent u, 1 hari/ minggu sampai 3 hari/ minggu, sedangkan t oko modern, wakt u layanannya

12

l ihat Sut an Remy Sj ahdeini, “ Larangan Prakt ik Mo-nopol i dan Persai ngan Usaha Ti dak Sehat ” , Jur nal Hukum Bi sni s, Edi si 10, Tahun 2000, Jakart a: Fakul t as Hukum Unika At ma Jaya hl m. 6.

13 Jimat Joj i yon Suhar a, “ Urgensi Redef inisi Asas dan

Tuj uan UU No 5/ 1999 Sebagai Dasar Hukum dan Kebi j akan Per saingan Usaha Di Indonesi a” , Jur nal Per sai ngan Usaha, Edi si I, Tahun 2009, Jakart a: KPPU, hl m. 93.

14 Ibi d. , hl m. 102.

set iap hari dan lebih panj ang, di mana Layanan sampai pukul 22. 00 WIB. Harga yang dit awar-kan t oko modern relat if sama dengan pasar t ra-disional, namun demikian produk yang dit awar-kan lebih lengkap, sert a dit ambah kenyamanan dan kebersihan, sehingga semakin menempat -kan pasar t radisional pada posisi dan kondisi yang t idak seimbang. Dalam rangka mengant i-sipasi kompet isi t ersebut , seharusnya pendirian pasar t radisional, pusat perbelanj aan dan t oko modern mengacu pada RTRW Kabupat en/ Kot a dan Rencana Det ail Tat a Ruang Wilayah Kabu-pat en/ Kot a t ermasuk perat uran zonasinya (Pa-sal 2 ayat (1) Perpres 112 Tahun 2007). Namun, sampai akhir t ahun 2011, dari 4 (empat ) kabu-pat en di Madura, hanya Bangkalan yang sudah memiliki Perda RT RW, sudah ada ket ent uan t ent ang arahan zonasi kawasan perdagangan dan j asa yait u Perda No. 10 Tahun 2009 t ent ang Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en Bang-kalan Tahun 2009-2029 (selanj ut nya disebut Perda RTRW Bangkalan). Tersedianya Perda RT-RW t idak sert a mert a mengindikasikan penat a-an pasar t radisional da-an t oko modern lebih baik, karena ada f akt a t elah t erj adi pemindah-an (relokasi) pasar t radisional Ki Lemah Duwur, dulunya berlokasi di dalam kot a yang dekat pe-mukiman penduduk, namun sekarang dipindah-kan ke lokasi yang j auh dari pemukiman pen-duduk dan berdekat an, sert a bersebelahan de-ngan bangunan yang rencananya bernama “ Bangkalan Plasa” .

(9)

er-marj inalkan, sesuai dengan logika kompet isi yakni “zer o sum game” yang kuat akan t et ap bert ahan dan yang lemah akan menghilang.

Upaya yang Dilakukan dalam Rangka Meng-at asi Kendala Kompet isi

Pemerint ah Kabupat en (Pemkab) memi-liki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar sebagai pihak yang bert anggung j awab at as pembinaan dan pengelolaan pasar t radisional di wilayahnya. Berbagai upaya t elah dilakukan mulai dari renovasi bangunan maupun pening-kat an sarana dan prasarana. Namun, peran Pemkab sebagai pengelola pasar baru mempo-sisikan pasar t radisonal sebagai pot ensi sumber pendapat an asli daerah (PAD) dan belum me-nyert ainya dengan pengelolaan pasar yang pro-f essional.15

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar masing-masing kabupat en dalam rangka me-ningkat kan kompet isi dengan t oko modern, t elah melakukan peningkat an sarana dan pra-sarana pasar t radisional. Berdasarkan wawan-cara mendalam, diperoleh dat a bahwa di Pame-kasan, pada 2011 t elah dilakukan pavingisasi di Pasar Lent eng dan Pusat Pasar “ Shopping” . Pa-da 2012, direncanakan unt uk renovasi Pasar 17 Agust us Pamekasan, bahkan apabila permint aan pedagang unt uk berj ualan di Pasar Kolpaj ung semakin meningkat , rencana pembangunan pa-sar Kolpaj ung menj adi 2 lant ai saat mendat ang t idak dapat dihindari lagi.16 Peningkat an t erse-but sebagai f akt a bahwa pasar t radisional me-rupakan t empat penampungan t enaga kerj a yang t idak t erserap di sekt or lain. Pada t ahun 2011 di Sumenep mulai dilakukan pembangunan Pasar Anom 2 lant ai sekaligus sebagai upaya perbaikan akibat sebagian t erbakar t ahun 2007, kemudian pada t ahun 2012 direncanakan pem-benahan t erhadap 7 pasar t radisional yang da-nanya berasal dari Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah (APBD) dan Dana Alokasi

15 Anoni m, “ Anal isis Keberl anj ut an Pasar Tradi sional

Dal am Ikl i m Persaingan Usaha Yang Dinami s Di Kot a Bandung” , Sosi o Humani or a, Vol 10 No. 2, Jul i 2008, Bandung: Unpad.

16 Hasil wawancar a mendal am dengan Sudiono, Kabi d

Pendapat an Dispenda Pamekasan, t anggal 14 Okt ober 2011.

sus (DAK).17 Sement ara it u, pada t ahun 2011 di Sampang t elah dilakukan pembenahan 47 kios Pasar Omben dan pada t ahun 2012 direncana-kan pembenahan 11 pasar berupa pavingisasi j alan, pengerasan, perbaikan selokan, perbaik-an los, t oilet dperbaik-an lahperbaik-an parkir.18 Upaya relo-kasi dan renovasi pasar t radisional menj adi se-mi modern j uga t erj adi di pasar Ki Lemah Du-wur Bangkalan yang lokasinya bersebelahan de-ngan pusat perbelanj aan.

Tugas khusus Kement erian Perdagangan t erhadap pasar t radisional adalah pada kebij a-kan pembinaan dan pengawasan. Pembinaan berupa pencipt aan sist em manaj emen penge-lolaan pasar, pelat ihan t erhadap sumberdaya manusia (SDM), konsult asi, f asilit asi kerj asama, pembangunan dan perbaikan sarana maupun prasarana pasar, sedangkan pengawasan adalah pengawasan t erhadap pengelolaan usaha pasar t radisinal, pusat perbelanj aan dan t oko modern (Pasal 18 dan Pasal 19 Permendagri No. 53 Ta-hun 2008).

Ket ent uan Pasal 10 Permendagri No. 53 Tahun 2008 mengat ur bahwa bagi pelaku usa-ha yang akan melakukan kegiat an usaha di bidang pasar t radisional, pusat perbelanj aan dan t oko modern, diwaj ibkan memiliki: per t ama, IUP2T unt uk Pasar Tradisional; kedua, UPP unt uk Per-t okoan, Mall, Plasa dan PusaPer-t Perdagangan; ke-t i ga, IUTM unt uk Minimarket , Supermarket , De-par t ment St or e, Hyper mar ket dan Perkulakan.

Berdasarkan st udi dokumen, diket ahui bahwa pendirian minimarket selain harus me-miliki ij in, j uga harus memperhat ikan kepada-t an penduduk, perkembangan pemukiman baru, aksebilit as wilayah (arus lalu lint as), dukungan/ ket ersediaan inf rast rukt ur sert a memperhat i-kan keberadaan pasar t radisional dan warung/ t oko di wilayah sekit ar yang lebih kecil daripa-da minimarket t ersebut . Pendirian minimarket diut amakan unt uk diberikan kepada pelaku usa-ha yang domisilinya sesuai dengan lokasi mini-market dimaksud (Pasal 9 j o Pasal 10

17 Hasil waw ancara mendal am dengan Imam Sukandi ,

Kabid Pendapat an Dispenda Sumenep, t anggal 3 Okt ober 2011.

18 Hasil wawancar a mendal am dengan Dr s. Damanhuri ,

(10)

dagri No. 53 Tahun 2008). Lokasi pendirian pa-sar t radisional, pusat perbelanj aan dan t oko modern waj ib mengacu pada Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en/ Kot a dan Rencana Det ail Tat a Ruang wilayah Kabupat en/ Kot a t er-masuk perat uran zonasinya. Bagi Kabupat en/ Kot a yang belum memiliki Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en/ Kot a dan Rencana Det ail Tat a Ruang Wilayah Kabupat en/ Kot a t idak di-perbolehkan memberi izin lokasi unt uk pemba-ngunan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanj aan dan Toko Modern (Pasal 2 Permendagri No. 53 Tahun 2008).

Persoalannya sampai saat ini, 4 (empat ) kabupat en di Madura belum memiliki perat ur-an daerah yur-ang mengat ur t ent ur-ang penat aur-an dur-an perlindungan pasar t radisional. Perat uran yang ada hanya bersif at bagaimana pasar t radisional dikelola sebagai sumber PAD melalui peningkat -an penarik-an ret ribusi, sepert i Perda Kabupa-t en Bangkalan No. 19 Tahun 2008 Kabupa-t enKabupa-t ang Pena-t aan, Pengelolaan Pasar dan RePena-t ribusi Pasar Daerah, Perda Kabupat en Sampang No. 5 Tahun 2011 t ent ang Ret ribusi Jasa Umum, sement ara di Sumenep, Perda yang mengat ur t ent ang re-t ribusi pasar re-t erre-t uang dalam Perda re-t enre-t ang Ja-sa UJa-saha, di mana Ja-saat penelit ian berlangsung, Perda sedang dalam proses pengundangan da-lam lembaran daerah, sehingga belum dapat disebut kan nomor dan t ahunnya, di Pamekasan hal t ersebut j uga sedang dalam proses pemba-hasan. Bagi peda-gang pasar t radisional, berba-gai upaya renovasi maupun relokasi yang dila-kukan, pangkalnya adalah meningkat nya harga sewa kios dan los sehingga semakin memperkecil pendapat an mereka. Hal ini mengakibat -kan t idak sedikit kios-kios di pasar t radisional yang t elah direnovasi masih banyak yang kosong sepert i yang t erj adi di Pasar Srimangunan Sam-pang.

Belum adanya legislasi daerah t ent ang penat aan pasar t radisional dan t oko modern membawa implikasi pada belum dapat dit erap-kannya sekaligus dit egakerap-kannya ket ent uan Per-mendagri No. 53 Tahun 2008 khususnya t ent ang persyarat an AMDAL dalam pendirian t oko mo-dern. Belum adanya ket ent uan hukum yang me-ngat ur, t idak menghilangkan keyakinan bagi

pembina dan pengawas pasar t radisional pada “ hukum ekonomi” yang mengandung proposisi bahwa t erdapat hubungan t erbalik ant ara pena-waran dengan harga, dalam art i semakin ba-nyak penawaran semakin rendah harganya. Menj amurnya t oko modern di Madura diharap-kan t erj adi kompet isi, sehingga harga menj adi murah dan konsumen diunt ungkan. Menj amur-nya t oko modern memang mengunt ungkan kon-sumen, t et api t idak demikian halnya dengan kepent ingan pasar t radisional. Tidak adanya sinkronisasi Permendagri dengan Perpres khu-susnya t ent ang persyarat an AMDAL bagi pendiri-an minimarket , menunj ukkpendiri-an perbedapendiri-an peng-gunaan “ asas keseimbangan kepent ingan pelaku usaha dengan kepent ingan umum t ermasuk ke-pent ingan konsumen” sebagaimana diat ur da-lam ket ent uan Pasal 2 UU Ant i Monopoli seba-gai landasan pemilihan priorit as ant ara perkem-bangan ekonomi dengan perlindungan pasar t radisional. Menurut Suhara, asas keseimbangan dalam Pasal 2 UU Ant i Monopoli berbeda de-ngan f okus Pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945 yang menekankan keseimbangan pada kemaj uan dan kesat uan ekonomi nasional. Perbedaan ini sa-ngat signif ikan karena pengert ian keseimbang-an pelaku usaha dengkeseimbang-an kepent ingkeseimbang-an umum sangat kabur, sehingga menyebabkan banyak yang menaf sirkan asas at au prinsip dasar UU Ant i Monopoli dengan UU Ant it rust Amerika19.

Sebagian Pemkab melakukan upaya pem-bat asan pendirian t oko modern dalam rangka mendorong kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern, sebagaimana yang dila-kukan Pemkab Sampang dan Pamekasan, se-dangkan sebagian yang lain memberikan kele-luasaan pendirian t oko modern sebagaimana Pemkab Bangkalan dan Sumenep. Sikap pem-berian keleluasaan t ersebut t idak lain sebagai wuj ud penerapan asas ” kesempat an berusaha yang sama” dalam UU Ant i Monopoli sehingga pasar t radisional harus berhadapan dengan t oko modern. Persoalannya, ket ika pasar t radisional harus berkompet isi dengan t oko modern dengan posisi st at us, modal, manaj emen yang t idak se-imbang, apabila dibiarkan bersaing secara

(11)

bas t anpa campur t angan pemerint ah, maka dist orsi dan eksploit asi oleh pihak yang kuat t erhadap pihak yang lemah t idak dapat dihin-dari. Pasar t radisional dengan karakt erist ik lemah modal, lemah manaj emen pada akhirnya akan menanggung kekalahan dalam kompet isi.

Berdasarkan t eori keadilan John Rawls, set iap orang yang masuk ke dalam pasar de-ngan bakat dan kemampuan yang alamiah yang berbeda-beda, peluang sama yang dibiarkan pasar t idak akan mengunt ungkan semua peser-t a. Keadaan ipeser-t u akan menimbulkan dispeser-t ribusi yang t idak adil at as kebut uhan-kebut uhan hi-dup, j ust ru karena perbedaan bakat dan kon-disi-kondisi sosial yang kebet ulan t adi, apabila kondisi sosial yang kebet ulan t adi diperbaiki sehingga sama bagi semua orang, namun t idak berart i bahwa pasar bebas dengan sendirinya akan mendist ribusikan kekayaan ekonomi se-cara sama, j ust ru sebaliknya, t erlepas dari per-baikan kondisi sosial yang ada, pasar bebas akan melahirkan kepincangan-kepincangan ka-rena perbedaan bakat dan kemampuan ala-miah ant ara orang yang sat u dengan orang yang lainnya. Oleh karena it u, Rawls berpan-dangan bahwa pasar adalah j ust ru merupakan pranat a ekonomi yang t idak adil.20 Menurut Rawls, sis-t em sosial harus diasis-t ur sedemikian rupa, se-hingga dist ribusi yang dihasilkannya adil apapun yang t erj adi. Dalam rangka mewuj udkan t uj uan ini, proses sosial dan ekonomi perlu diat ur dalam lingkungan pranat a polit ik dan hukum yang sesuai. Tanpa pengat uran pranat a-pranat a lat ar belakang t ersebut secara t epat hasil pro-ses dist ribusi ini akan t idak adil. Adanya sit uasi ket idaksamaan mengakibat kan hukum (negara) harus memberikan keunt ungan dalam art i mem-berikan perlindungan kepada golongan masya-rakat yang paling kurang berunt ung (pasar t ra-disional), sehingga t erwuj ud keadilan secara sosial ekonomi dalam masyarakat .

Berdasarkan hal t ersebut , keberadaan t o-ko modern seharusnya memperhit ungkan rasio j umlah dengan st rukt ur penduduk sert a ket a-hanan dan pert umbuhan pasar t radisional. Hal

20 Sonny Ker af , 1996, Pasar Bebas, Keadi l an & Per an

Pemer i nt ah, Tel aah at as Et i ka Pol i t i k Ekonomi Adam Smi t h, Yogyakart a: Kani sius, hl m. 264.

ini dilakukan dalam rangka menj aga keseim-bangan kepent ingan, bukan hanya kepent ingan t oko modern dengan konsumen, t et api j uga ke-seimbangan kepent ingan dan kemaj uan dalam kesat uan ekonomi. Kehadiran legislasi daerah t ent ang penat aan t oko modern dan pasar t ra-disional menj adi sangat urgen, khususnya t er-kait dengan penet apan lokasi dan j umlah, pem-bat asan j am buka, pembagian produk yang di-j ual, dan pengat uran peridi-j inan t oko modern. Semuanya dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan dan kepast ian hukum bagi kompe-t isi pasar kompe-t radisional dengan kompe-t oko modern, karena Sat uan Polisi Pamong Praj a (Sat pol PP) hanya berwenang menegakkan Perda dan t idak berwenang menegakkan Perpres maupun Per-mendag.

Pada t at aran yang lebih t inggi, problema yang muncul dalam prakt ik hukum, sebenarnya t idak dapat dilepaskan dari kekaburan asas yang menj adi landasan pembent ukan UU Ant i Monopoli, sehingga sangat urgen unt uk me-nuangkan asas keadilan dan perlindungan dalam UU Ant i Monopoli. Terdapat pendapat bahwa asas at au prinsip adalah met a norma yang ber-art i bahwa asas t idak dirumuskan dalam un-dang-undang karena hakikat asas adalah met a norma, sehingga asas cukup dit uangkan dalam Penj elasan Umum. Namun, t ernyat a kedudukan Penj elasan Umum masih menimbulkan perde-bat an apakah merupakan norma at au bukan. Penulis berpandangan bahwa sudah saat nya asas keadilan dan asas perlindungan dit uangkan dalam UU Ant i Monopoli, sehingga dapat meng-akomodasi kepent ingan pasar t radisional sert a dapat menghindari perbedaan penaf siran dalam implement asinya. Penerapan asas keadilan dan asas perlindungan dalam UU Ant i Monopoli, dis-t orsi dan kesewenang-wenangan pasar dapadis-t di-hindari, sehingga t uj uan pembent ukan UU Ant i Monopoli dalam rangka mencipt akan kesej ah-t eraan masyarakaah-t dapaah-t dicapai.

Penut up Simpulan

(12)

mening-kat nya j umlah t oko modern minimarket yang sist em penj ualan dan j enis barang yang dij ual sama dengan pasar t radisional. Fakt or yang menj adi pendorong dan penghambat kompet isi adalah t iadanya legislasi daerah menyebabkan beragamnya sikap pemkab dalam menyikapi permohonan ij in pendirian t oko modern di samping aspek manaj emen (wakt u layanan dan f asilit as) pasar t radisional yang masih belum berorient asi pada manaj emen modern j uga t u-rut mempengaruhi t ingkat kompet isi. Upaya yang t elah dilakukan dalam mengat asi kendala kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern melalui peningkat an sarana dan pra-sarana f isik, namun belum menyent uh pada si-si prof esi-sionalit as pengelolaan pasar t radisi-sio- radisio-nal.

Saran

Berdasarkan analisis yang t elah dilaku-kan, penulis merekomendasikan agar segera di-buat Perda t ent ang penat aan dan pembinaan pasar t radisional dan t oko modern guna meng-at asi kendala kompet isi ant ara pasar t radisio-nal dan t oko modern di Madura. Selain it u, per-lu adanya sinkronisasi ant ara regulasi yang sat u dengan regulasi lainnya, sehingga dalam t at ar-an prakt is t idak mengalami hambat ar-an dalam pelaksanaa dan perlu peningkat an prof esionali-t as bagi pihak-pihak yang esionali-t erkaiesionali-t dalam penge-lolaan pasar t radisional t ermasuk pedagang-nya, sehingga mempunyai kemampuan unt uk berdaya saing dan pada masanya nant i mampu memenangkan persaingan/ kompet isi.

Daft ar Pust aka

Anonim. “ Analisis Keberlanj ut an Pasar Tradisio-nal dalam Iklim Persaingan Usaha yang Dinamis di Kot a Bandung” . Sosi o Huma-ni or a. Vol 10 No. 2. Juli 2008. Bandung: Unpad;

---. “ Penelit ian Dampak Keberadaan Pasar Modern (Supermarket dan Hypermarket ) t erhadap Usaha Rit el Koperasi/ Waserda dan Pasar Tradisional” . Jur nal Pengkaj i -an Koper asi d-an UKM. Vol. 1 No. 1. Ta-hun 2006. Jakart a: Deput i Bidang Peng-kaj ian Sumberdaya UKMK;

Jusmono, Ali. “ Persaingan Usaha Pasar Rit el di In-donesia: Siapa yang menang” . Jur nal Hukum Bi snis. Vol. 27 No. 1. Tahun 2008. Jakart a: Fakult as Hukum Unika At ma Jaya;

Keraf , Sonny. 1996. Pasar Bebas, Keadi l an & Per an Pemer i nt ah, Tel aah at as Et i ka Po-l i t i k Ekonomi Adam Smit h. Yogyakart a: Kanisius;

Kupit a, Weda dan Rahadi Wasi Bint oro. “ Imple-ment asi Kebij akan Zonasi Pasar Tradisio-nal dan Pasar Modern (St udi Di Kabupa-t en Purbalingga)” . Jur nal Di nami ka Hu-kum. Vol 12 No. 1, Januari 2012;

Mart adisast ra, Dedie S. “ Persaingan Usaha Rit el Modern dan Dampaknya Terhadap Perda-gangan Rit el Tradisional” . Jur nal Per -sai ngan Usaha. Vol. 4. Tahun 2010. Ja-kart a: KPPU;

Sant osa, Awan & Put hut Indroyono. 11 Maret .

Pedagang Pasar Tr adi sional Ter ancam.

t ersedia di websit e ht t p: / www. ekonomi-rakyat . org/ art ikel. php?j d=13. diakses 11 Nopember 2011;

Silalahi, M Udin. “Per saingan Di Indust r i Ri t el Di t inj au dar i Aspek Hukum Per sai ngan Usaha” . Jurnal Hukum Bisnis. Vol. 27 No. 1. Tahun 2008. Jakart a: Fakult as Hukum Unika At ma Jaya;

Sj ahdeini, Sut an Remy. “ Larangan Prakt ik Mo-nopoli dan Persaingan Usaha Tidak Se-hat ” . Jur nal Hukum Bi sni s. Edisi 10, Ta-hun 2000, Jakart a: Fakult as Hukum Unika At ma Jaya;

Gambar

Tabel 2 : Perbandingan
Tabel 3 : Perbedaan Persyaratan Pendirian

Referensi

Dokumen terkait

Maka Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Hak dan kewajiban PT.PLN(Persero) dengan masyarakat sebagai Konsumen, dalam Penggunaan Meter Listrik

Kesimpulan yang didapat adalah proses pemilihan lokasi perumahan oleh konsumen terdiri dari enam kriteria yaitu harga, lokasi, perijinan, desain rumah, dan kredibilitas

Senyawa merkuri yang biasa digunakan dalam krim pemutih adalah senyawa merkuri anorganik, yaitu jenis merkuri oksida (senyawa ini tidak larut dalam air dan

dalam menghasilkan buah tengkawang, mengambil data mengenai regenerasi alami pohon tengkawang berdasarkan tingkat pertumbuhannya, serta mencari informasi kepada pemilik

Pada gambar 6 menjelaskan bagaimana user dalam mendapatkan layanan BaDola. User memilih layanan BaDola lalu sistem menampilkan tampilan tempat BaDola dan tempat

Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, untuk meningkatkan daya kerja

[r]

PENDAHULUAN : Pembedahan katarak menginduksi astigmatisma merupakan komplikasi yang disebabkan oleh tipe, panjang, dan lokasi insisi, penggunaan jahitan, dan jarak insisi