• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sel-sel yang

membelah secara abnormal tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan sehat

lainnya. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 menunjukkan

bahwa penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah

penyakit kardiovaskuler (Depkes, 2012). Pada tahun 2014-2015 di Indonesia

terdapat peningkatan jumlah penderita penyakit kanker. Jenis kanker tertinggi di

Indonesia adalah kanker leher rahim dan kanker payudara (Depkes, 2017). Jumlah

penderita penyakit kanker cukup tinggi sehingga upaya pengobatan kanker dalam

bidang medis perlu diperhatikan.

Radioterapi merupakan salah satu cara pengobatan kanker atau tumor

menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel-sel kanker atau tumor tersebut

(Wurdiyanto and Budiantari, 2005). Berdasarkan metodenya radioterapi

dibedakan menjadi radioterapi eksternal (sumber radiasi berada di luar tubuh

pasien) dan radioterapi internal (sumber radiasi ditempatkan di dalam tubuh

pasien). Pesawat 60Co merupakan salah satu radioterapi eksternal dengan sinar

gamma (γ) sebagai radiasi pengionnya (Azam et al., 2006). Sumber radiasi 60Co

memancarkan γ dengan energi rata-rata 1,25 MeV. Dengan energi sebesar ini

jaringan sel kanker di bagian dalam tubuh dapat dimatikan (Chang et al., 2014).

Pesawat 60Co memberikan laju dosis serap 1-2 cGy/s di kedalaman organ (IAEA,

2006).

Radioterapi dikatakan efektif apabila dapat membunuh semua sel kanker

namun hanya menimbulkan efek samping yang minimal di jaringan sehat di

sekitar sel kanker. Penyinaran dengan teknik tertentu dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil terapi yang maksimal. Salah satu teknik penyinaran γ pada

(2)

penyinaran menggunakan filter wedge. Penggunaan filter wedge ini bertujuan agar

semua sel kanker mendapatkan dosis yang sama (Azam et al., 2006).

Filter wedge (untuk lebih singkatnya disebut wedge) berfungsi seperti

pengubah berkas sinar radiasi dengan tujuan mengoptimalkan distribusi dosis

serap (Kumar et al., 2011). Wedge digunakan untuk memodifikasi bentuk kurva

isodosis. Filter wedge terbuat dari bahan padat yang mempunyai daya serap

tinggi terhadap radiasi pengion. Bentuk wedge seperti sebuah prisma segitiga

siku-siku. Kurva isodosis merupakan kurva yang menghubungkan nilai dosis yang

sama sebagai fungsi kedalaman dan jarak melintang dari pusat berkas. Penyinaran

menggunakan wedge pada organ yang permukaannya datar menghasilkan kurva

isodosis dengan sudut kemiringan tertentu. Pada umumnya kanker atau tumor

yang letaknya di dalam tubuh memiliki kedalaman yang berbeda-beda dan

bentuknya tidak teratur. Wedge berguna untuk membentuk profil distribusi dosis

di kedalaman referensi sesuai yang diinginkan agar mencapai dosis yang optimal

pada sel kanker (Azam et al., 2006). Wedge biasanya digunakan pada kasus

kanker payudara, serviks, dan nasofaring.

Pada kasus tertentu, penyinaran γ dengan bantuan wedge mengakibatkan

organ di sekitar kanker akan mendapatkan dosis yang tidak berlebihan. Pemakaian

wedge dapat menurunkan dosis serap karena proses atenuasi sinar γ oleh bahan

wedge, sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai penurunan tersebut. Faktor

transmisi wedge (untuk sederhananya disebut faktor wedge) merupakan rasio

dosis serap penyinaran menggunakan wedge dan tanpa menggunakan wedge di

suatu titik di pusat berkas radiasi (Khan, 2003).

Sumber 60Co mengalami peluruhan yang mengakibatkan aktivitas 60Co

semakin kecil. Aktivitas 60Co sebanding dengan laju dosis. Laju dosis serap

biasanya dilakukan secara berkala melalui kegiatan kalibrasi. Nilai faktor wedge

dapat digunakan untuk memperkirakan laju dosis serap yang diterima pasien pada

saat penyinaran menggunakan bantuan wedge.

Pengukuran laju dosis serap γ biasanya dilakukan menggunakan phantom

(3)

penyusunnya menyerupai jaringan tubuh manusia. Virtual water phantom

merupakan salah satu jenis phantom yang mempunyai densitas 1,03 gr/cm3. Nilai

densitas phantom mendekati densitas air, karena sebagian besar tubuh manusia

terdiri dari air. Detektor ditempatkan dalam phantom pada posisi tertentu.

Perhitungan laju dosis serap dilakukan dengan menggunakan dua metode

yaitu metode pengukuran langsung dan metode simulasi. Pengukuran langsung laju dosis serap radiasi γ dilakukan di RSUD Dr. Moewardi bagian radioterapi. Simulasi perhitungan laju dosis serap dapat dilakukan menggunakanMonte Carlo

N-Partikel (MCNP), software komputer berbasis metode Monte Carlo. Software

MCNP digunakan untuk menyimulasikan perjalanan partikel neutron, elektron

dan foton dalam suatu material tiga dimensi (Shultis and Faw, 2011). Software

MCNP dapat menyimulasikan perjalanan partikel γ dari sumber 60Co sampai ke

detektor. Monte Carlo N-Particle eXtended Version (MCNPX) merupakan versi

resmi dari MCNP yang meliputi analisis berbagai tipe partikel radiasi dengan

jangkauan energi yang lebih luas (Arrozaqi, 2015).

Geometri pesawat 60Co, phantom dan wedge dalam simulasidibuat semirip

mungkin dengan geometri aslinya agar hasilnya mendekati nilai pengukuran yang

sebenarnya. Pesawat 60Co di RSUD Dr. Moewardi mempunyai sumber radioaktif

berbentuk disk dengan ukuran diameter 1 mm dan tinggi 1 mm. Ukuran sumber

relatif kecil jika dibandingkan dengan ukuran pesawat 60Co, sehingga dalam

simulasi komputasi sumber dapat diasumsikan berbentuk titik. Sumber berbentuk

titik ini bersifat isotropik, artinya memancarkan energi menyebar merata ke segala

arah. Metode Monte Carlo merupakan metode perhitungan secara statistik,

sehingga ketidakpastian bergantung pada pengulangan perhitungan. Besaran nps

merupakan jumlah pengulangan perhitungan dalam simulasi MCNPX. Nilai nps

pada simulasi ordenya sebesar 107 agar nilai ketidakpastiannya kecil, dan dengan

pertimbangan waktu running yang tidak terlalu lama.

Pengukuran laju dosis serap pada radioterapi mengacu pada Technical

Reports Series (TRS)-398 yang dikeluarkan oleh International Atomic Energy

(4)

serap dari berkas sinar-γ60Co antara lain pengukuran dilakukan pada kedalaman 5

cm, Source to Skin Distance (SSD) nilainya 80 cm dan luas lapangan sebesar

10 cm × 10 cm (IAEA, 2006).

Saat ini, pada unit teleterapi 60Co di RSUD Dr. Moewardi sudut isodosis

wedge yang tersedia hanya 15°, 30°, 45°, dan 60°. Sudut isodosis wedge (θ) ialah

sudut yang terbentuk antara kurva isodosis dengan garis normal pusat berkas sinar

pada kedalamaan tertentu. Kemiringan permukaan suatu organ tidak selalu sama

dengan sudut isodosis wedge tersebut, misalnya pada kanker serviks. Kemiringan

organ pada kanker serviks ada yang mendekati 20 , sehingga perlu dilakukan

simulasi untuk mendapatkan wedge sudut isodosis 20 .

Sebelum itu, dilakukan simulasi pengukuran laju dosis serap dan faktor

wedge pada wedge sudut isodosis 30° dan 60° menggunakan MCNPX. Sudut

isodosis wedge 30° dan 60° dipilih karena wedge yang tersedia di RSUD Dr.

Moewardi dengan bahan dan luas lapangan yang sama ialah wedge sudut isodosis

30° dan 60°. Faktor Wedge hasil simulasi dibandingkan dengan hasil pengukuran

langsung. Bila hasil simulasi mendekati hasil pengukuran langsung maka dapat

dilakukan simulasi untuk mendapatkan geometri wedge sudut isodosis 20 dan

dihitung faktor wedge-nya.

1.2 Batasan Masalah

Pada penelitian ini dibuat beberapa batasan masalah agar masalah yang

dibahas tidak meluas dan kedalaman analisisnya tetap terjaga, antara lain yaitu:

1. Memodelkan pesawat 60Co dalam input MCNPX sangatlah rumit, jika

demikian detail maka memerlukan kecermatan tinggi. Agar geometri

pesawat 60Co lebih sederhana tanpa mengurangi fungsi utamanya maka

dalam simulasi pesawat 60Co dimodelkan sumber, sealed, sheilding dari

timbal, dan kolimator.

2. Pesawat teleterapi 60Co disimulasikan pada saat kondisi on (sumber radiasi

berada di atas kolimator).

(5)

4. Nilai SSD, luas lapangan penyinaran, dan kedalaman referensi untuk

pengukuran faktor wedge mengikuti ketentuan TRS-398.

5. Tidak diukur nilai dosis di daerah penumbra (di titik yang dekat dengan tepi

lapangan penyinaran).

6. Sudut isodosis wedge yang digunakan untuk membandingkan faktor wedge

hasil simulasi dengan dengan hasil pengukuran langsung ialah sudut 30° dan

60° dari bahan yang sama yaitu dari Lead-Antimony Alloy.

7. Geometri wedge yang dicari melalui simulasi adalah geometri wedge yang

menghasilkan sudut isodosis 20°.

1.3 Perumusan Masalah

Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh pemakaian sudut isodosis wedge terhadap laju dosis

serap dari hasil pengukuran langsung ?

2. Bagaimana perbandingan besarnya faktor wedge dari hasil pengukuran

langsung dan hasil simulasi ?

3. Bagaimana bentuk geometri wedge 20° dan berapa faktor wedge sudut

isodosis 20° dari hasil simulasi ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini ialah

1. Menganalisis pengaruh pemakaian wedge sudut isodosis 30° dan 60°

terhadap laju dosis serap dari hasil pengukuran langsung.

2. Membandingkan besarnya fakor wedge dari hasil pengukuran langsung dan

perhitungan dengan simulasi.

3. Mencari geometri wedge sudut isodosis 20° dan mencari faktor wedge sudut

isodosis 20° dari hasil simulasi, serta melihat distribusi laju dosis

penggunaan wedge sudut isodosis 20° pada organ yang kemiringannya

(6)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh pemakaian sudut isodosis wedge yang berbeda

dengan bahan yang sama terhadap laju dosis serap.

2. Mengetahui geometri wedge yang menghasilkan sudut isodosis 20°

sehingga dapat digunakan sebagai acuan membuat wedge sudut isodosis 20°

yang asli dari bahan Lead-Antimony Alloy.

Referensi

Dokumen terkait

7.4.1 Laksana pelepasan, rujuk buku Panduan Ternakan Ikan Air Tawar (OPR/TPU/BP/TERNAKAN/Ikan Air Tawar) atau Modul AFS2001 Siri 6 – Penternakan Hidupan Akuatik dan rekodkan

Perbedaan muatan kurikulum di SMA dan MA, masalah-masalah yang dihadapi remaja pada jenjang sekolah menengah serta perbedaan hasil penelitian dari Rosemary (2008) yang menyebutkan

Berikut merupakan salah satu contoh pengujian yang dilakukan pada aplikasi ARMIPA yaitu pengujian ketepatan titik lokasi pada peta dan kamera dengan markerless

Komunikasi dan Informatika, yang mencakup audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara dan audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Komunikasi dan

dimana analisis mutu dilakukan pengujian dilaboratorium yang meliputi uji kuat tarik untuk material baja ringan benda uji dibuat menjadi spesimen berdasarkan standar ASTM

Pada Ruang Baca Pascasarjan perlu dilakukan pemebersihan debu baik pada koleksi yang sering dipakai pengguna maupun

Menurut teori hukum Perdata Internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan laju perubahan tata guna lahan yang cukup tinggi. Kondisi tersebut ditandai dengan laju deforestrasi baik disebabkan