• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

dianggap aman dan dapat merubah perilaku pasangan usia subur untuk ikut sebagai akseptor kontrasepsi mantap.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

Sejak dicanangkan dan digalakan secara nasional oleh presiden RI ke-2 Soeharto pada tahun 1970, hingga kini program Keluarga Berencana (KB) masih dipahami secara sempit oleh masyarakat sehingga tujuan akhir KB yaitu membentuk keluarga bahagia dan sejahtera belum benar-benar terwujud. Secara umum, masyarakat memahami KB sebagai program pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui perencanaan kelahiran dan jumlah anak. Dengan perkembangan waktu visi dan misi program Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi telah mengalami reposisi dari Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera menjadi keluarga berkualitas 2015. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah membuat paradigma baru dalam mengembangkan program KB. Paradigma ini menegaskan terintegrasinya program KB dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai dengan hasil International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, Mesir pada tahun 1994. Dalam ICPD 1994, secara tegas dinyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi adalah bagian dari hak-hak reproduksi yang paling pokok adalah hak individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang akan dilahirkan, serta memilih sendiri upaya mewujudkan hak-hak tersebut (Trianto, 2008).

Mewujudkan usaha Program Keluarga Berencana (KB) Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Kontribusi program KB

(2)

Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Safer (MPS). Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi yang utama adalah pelayanan KB, sebab setiap orang atau pasangan yang telah mendapat informasi dan pelayanan KB dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilannya dan jarak kehamilan serta jumlah anak (Saifuddin, 2000).

KB membantu pasangan untuk memilih apakah ingin mempunyai anak atau menentukan jumlah anak yang mereka inginkan. Pilihan itu tergantung pada pengaruh sosial, budaya dan psikologi yang rumit. Pilihan itu bisa merupakan kontrasepsi untuk pria dan wanita. pasangan harus mengetahui metode yang ada, agar keputusan bisa diambil dengan hati-hati. Tidak sulit memilih, jika keduanya mempunyai pengetahuan tentang bagaimana efisiennya metode yang terpilih untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (Saifuddin, 2000).

2.2 Akseptor KB

Akseptor KB (peserta keluarga berencana) adalah pasangan usia subur yang mana salah seorang menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program (Gunawan, 1997).

2.3 Keluarga Berencana 2.3.1 Pengertian

Keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan (Siswosudarmo dkk, 2007).

(3)

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2004).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern (metode efektif) (Wiknjosastro, 2000)

2.3.2 Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk, meningkatkan jumlah peserta KB atas kesadaran, sukarela dengan dasar pertimbangan moral dan agama dan berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan (Hartanto, 2004).

(4)

2.4 Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tertinggi. Kontrasepsi mantap merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, secure contraception dan nama lain adalah sterilisasi (sterilization), atau kontrasepsi operatif (surgical contraception). Dari sini dikenal istilah medis operatif wanita (MOW) untuk sterilisasi wanita dan medis operatif pria (MOP) untuk sterilisasi laki-laki (Siswosudarmo dkk, 2007).

Tindakan kontrasepsi mantap harus dilakukan dengan sukarela maka dikenal pula istilah voluntary sterilization (vs) atau voluntary surgical contraception disingkat VSC, dan pada wanita sterilisasi lazimnya dilakukan memotong dan mengambil sebagian saluran telur (tuba) sehingga dikenal istilah tubektomi. Prosedur sterilisasi tidak dengan memotong tuba tetapi cukup dengan mengikatnya (membuat buntu), dari sini lahir istilah tubal ligation atau tubal occlusion. Pendekatannya dapat dilakukan dengan pembedahan kecil yang dikenal dengan nama minilaparatomi atau disingkat minilap. Cara lain adalah dengan melakukan laparoskopi dan disebut sterilisasi laparoskopik (laproscopic sterilization) (Siswosudarmo, 2007).

Pada laki-laki sterilisasi dilakukan dengan memotong dan membuang sebagian vas deferens sehingga dikenal istilah vasektomi. Sekarang muncul istilah vasektomi tanpa pisau (non-scalpel vasectomy) yakni untuk vasektomi yang menggunakan klemp khusus yang ujungnya dibuat tajam.

(5)

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi adalah sebuah cara KB dengan melakukan pembedahan pada saluran benih, baik berupa pemotongan dan/atau pengambilan sebagian atau hanya dengan melakukan pengikatan saja (Siswosudarmo dkk, 2007).

2.5 Persyaratan Dalam Memperoleh Pelayanan Kontrasepsi Mantap

1. Sukarela artinya calon peserta KB tidak dipaksa atau ditekan untuk menjadi peserta kontrasepsi mantap, untuk menentapkan syarat sukarela ini perlu dilakukan pelayanan informasi konseling.

2. Bahagia artinya calon peserta KB terikat dalam perkawinan yang syah dan harmonis,telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang atau lebih dari 2 orang anak dengan umur anak terkecil 2 tahun, dan dengan mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya lebih dari 26 tahun, syarat bahagia ini dapat diketahui pada saat dilakukan pelayanan informasi dan konseling.

3. Kesehatan artinya tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan peserta KB tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap, syarat kesehatan ini dapat diketahui pada saat pemeriksaan prabedah.

Hasil dari tiga persyaratan di atas akan menentukan dapat atau tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan kontarsepsi mantap. (Depkes RI, 2006)

2.6 Keefektifan Kontrasepsi Mantap

Kontap merupakan cara KB yang paling efektif. Angka kegagalannya hanya 0,2 – 0,4 per 100 wanita pertahun, baik untuk kontap wanita maupun kontap untuk pria. Kegagalan ini pada umumnya karena kesalahan teknik operasi tetapi mungkin juga karena rekanalisasi. Kontap mempunyai beberapa ciri antara lain :

(6)

1. Sifatnya relatif permanen ,artinya untuk melakukan rekanalisasi memerlukan biaya dan waktu.

2. Perlu dilakukan konseling yang mantap, karena metode ini sifatnya permanen (Siswosudarmo dkk, 2007).

2.7 Kentungan dan Kerugian Kontrasepsi Mantap

2.7.1 Keuntungan yang utama adalah bahwa kontap merupakan suatu cara KB paling efektif dibanding seluruh cara yang tersedia. Keefektifannya tercapai begitu operasi selesai dikerjakan kontap merupakan cara KB jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan ulang artinya cukup sekali dikerjakan. Cara ini permanen, dapat dikatakan continuation rate-nya praktis 100%. Meskipun kontap dilakukan dengan cara operasi, ia merupakan cara yang paling aman, bebas dari efek samping asal semua prosedur dan persyaratan operasi terpenuhi. Dan kontap bersifat praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan ulang yang terjadwal, tidak menggangu hubungan seksual, tidak menurunkan libido. Sterilisasi merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya memerlukan istirahat beberapa jam sebelum ia bisa meninggalkan tempat pelayanan dan dapat dikerjakan di lapangan (field based) dengan memenfaatkan kamar operasi di puskesmas.

2.7.2 Kerugian kontap adalah sifatnya yang permanen, sehingga calon klien harus menyadari betul bahwa sekali dilakukan sterilisasi, ia hampir tidak mungkin hamil kembali. Penyesalan merupakan masalah besar yang sulit diatasi, oleh karena itu konselor harus benar-benar menekankan sifat permanennya. Cara ini hanya cocok untuk mereka yang tidak menginginkan anak lagi, bukan sebagai cara penjarangan anak. Dan pemberian konseling merupakan bagian yang sangat menentukan ada tidaknya penyesalan dikemudian hari. Kontap merupakan tindakan operasi,

(7)

sehingga syarat operasi harus terpenuhi terutama yang menyangkut pencegahan infeksi. Ia juga menuntut ketrampilan yang prima bagi operatornya, terutama sterilisasi laparoskopik bagi wanita (Hartanto, 2004).

2.8 Indikasi dan Kontraindikasi

Dengan sifatnya yang permanen, kontap hanya cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas indikasi sterilisasi dapat dibagi empat macam yakni indikasi medis, obstetrik, genetik dan indikasi kontrasepsi. Termasuk dalam kategori : Pertama Indikasi Medis adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (terutama derajat tiga dan empat), ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Sudah barang tentu tidak semua penyakit merupakan indikasi, tetapi hanya yang membahayakan keselamatan ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi. Kedua Indikasi Obstetris adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa. Termasuk dalam indikasi obstetrik anatara lain adalah multiparitas , dengan usia relatif lanjut (misal yang disebut grandemultigravida, yakni paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih), seksio sesarea dua kali atau lebih dan lain-lain. Ketiga Indikasi genetik adalah penyakit herditer yang membahayakan kesehatan dan keselamatan anak, seperti Huntington’s chorea, TaySachs disease, hernophilia, marfan’s syndrome, Wilson’s disease dan lain-lain. Keempat Indikasi kontrasepsi adalah indikasi adalah yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain yang membahayakan–keselamatan ibu seandainya ia hamil kembali. Dan di Indonesia dapat ditambahkan indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi

(8)

karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut. penelitian yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan bahwa 40% wanita yang dilakukan sterilisasi adalah alasan ekonomi (Depkes RI, 1997).

2.9 Efek samping dan/atau Komplikasi

Kontap merupakan cara KB yang paling aman, karena tidak bersifat hormonal, sehingga tidak memiliki efek samping sistemik. Kontap juga tidak menempatkan benda asing seperti AKDR (Kecuali cincin Falop yang relatif sangat kecil) sehingga risiko Penyakit Radang Panggul praktis tidak meningkat, dan komplikasi yang terjadi pada dasarnya dapat dibagi dua yakni komplikasi akibat anastesi dan tindakan operasi. (Siswosudarmo dkk, 2007).

2.10 Pelayanan Kontrasepsi Mantap

Pelayanan kontrasepsi terdiri dari 2 antara lain :

2.10.1 Kontrasepsi mantap pada wanita (tubektomi)

Adalah suatu cara KB dengan melakukan pembedahan dengan memotong dan mengambil saluran telur atau membuat buntu saluran dengan mengikatnya sehingga tidak terjadi pembuahan atau ovulasi, dan dapat dilakukan di rumah sakit pemerintah maupun swasta.

1. Cara Kontrasepsi Tubektomi

Dilaksanakan melalui tindakan operasi kecil melalui rongga perut atau vagina dengan cara mengikat dan memotong saluran telur (tuba) pada istri. Karena dengan demikian telur dari ovarium tidak dapat mencapai rongga rahim sehingga tidak terjadi pembuahan. Dan operasi ini hanya berlangsung sekitar 20-30 menit, pasien tak perlu

(9)

dirawat, hanya memerlukan pengawasan beberapa jam (sekitar 6 jam) setelah operasi dan pasien boleh pulang hari itu juga. Dengan tubektomi, hubungan suami istri tidak terganggu, fungsi haid, berlangsung seperti sediakala, dan kesehatan fisik, mental, maupun emosi tidak terganggu. Tubektomi dapat dilakukan pada pacsa persalinan, pacsa keguguran dan masa interval. Pada masa persalinan sebaiknya tindakan dilaksanakan dalam jangka waktu 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam setelah melahirkan.

2. Keunggulan Tubektomi

Keunggulan yang utama adalah bahwa tubektomi merupakan suatu cara KB yang paling efektif dibandingkan seluruh cara yang tersedia. Keefektifannya tercapai begitu operasi selesai dikerjakan dan merupakan cara KB jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan ulang, artinya cukup sekali dikerjakan.

3.Indikasi dan Kontraindikasi

Dengan sifatnya yang permanen, tubektomi hanya cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas indikasi sterilisasi dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:

a. Indikasi Medis adalah penyakit yang berat dan kronis seperti jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit kronis lainnya. Sudah barang tentu tidak semua penyakit tersebut merupakan indikasi tetapi hanya yang membahayakan keselamatan ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterlisasi.

b.Indikasi Obstetri adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukan kelainan apa-apa, termasuk dalam indikasi obstetrik antara lain : multiparitas (banyak anak) apalagi pada usia relatif lanjut .

(10)

c. Indikasi Genetik adalah penyakit herediter yang membahayakan kesehatan dan keselamatan bayi dan anak.

d.Indikasi Kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan/mengakhiri kesuburan, artinya pasangan tidak menginginkan kelahiran anak lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain yang membahayakan keselamatan ibu seandainya ia hamil kembali.

4.Efek Samping dan Komplikasi

Komplikasi sterilisasi wanita dapat dibagi dalam dua kategori, yakni komplikasi akibat anastesi dan komplikasi akibat tindakan operasi. Komplikasi akibat anastesi antara lain adalah perasaan mual sampai muntah, pusing, pneumonia aspirasi, alergi sampai shok anafilaksi (terutama terhadap lidocain) dan pada keadaan yang sangat dapat berakibat kematian. Efek samping dan komplikasi akibat tindakan operasi oleh WHO dibagi kedalam komplikasi minor dan komplikasi mayor. Komplikasi minor antara lain rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan dan infeksi luka dan tidak memerlukan rawat inap. Komplikasi adalah perdarahan banyak yang membutuhkan operasi lebih jauh. (Hartanto, 2004)

2.10.2Kontrasepsi mantap pada pria (vasektomi)

Adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di lapangan. (Siswosudarmo, 2007)

(11)

1. Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja.

2. Syarat-syarat menjadi akseptor KB vasektomi a. Sukarela, bahagia dan sehat

b. Menginformasikan berbagai metode yang dapat dipergunakan sehingga kaum pria dapat membantu meningkatkan program KB dan menurunkan angka kelahiran dan memperkecil penyebaran penyakit PMS

c. Memberikan konseling sebelum memilih alat kontrasepsi. 3. Indikasi Vasektomi

Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami/istri tindakan menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya (Hartanto, 2004).

4. Kontra Indikasi Vasektomi

Sebenarnya tidak ada kontra indikasi vasektomi, hanya apabila ada kelainan lokal yang dapat mengganggu).

5. Keuntungan Vasektomi

a. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja. b. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan

c. Hasil yang diperoleh hampir 100%

d. Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat

e. Jika pasangan suami isteri ingin mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung Vas Deferens dapat disambung kembali (Mochtar, 1998).

(12)

a. Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.

b. Masih merupakan tindakan “operasi” maka pria masih merasa takut.

c. Walaupun pada prinsipnya dapat disambungkan kembali, namun masih diperlukan banyak tenaga terlatih untuk melakukannya (Siswosudarmo dkk, 2007)

7. Komplikasi Vasektomi A. Komplikasi pasca bedah

a. Perdarahan b. Rasa Nyeri c. Infeksi

B. Komplikasi yang di ketahui setelah operasi : nafsu pria yang berlebihan tidak ada C. Komplikasi dalam jangka waktu yang lama : kemungkinan rekanalisasi

2.11 Kesehatan Reproduksi

Pada kurun waktu 20 tahun terakhir, ruang lingkup studi kesehatan reproduksi tidak sekedar masalah kesehatan ibu dan anak tetapi juga ada keterkaitan proses reproduksi dengan masalah sosial lain yang lebih luas, seperti kependudukan, keluarga berencana, status wanita dan penyakit menular seksual (Glasier dkk, 2005).

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, sesuai dengan defenisi yang tertera, karena kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati dan dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan pendekatan

(13)

siklus hidup, salah satu komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan adalah keluarga berencana. (Depkes RI, 2005)

2.12 Pengetahuan

2.12.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu manusia, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaimana besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007)

2.12.2 Sumber Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu mau pun kelompok. Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan diperlukan penyuluhan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara hidup sehat dan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam upaya memwujudkan derajat kesehatan optimal.

2.13 Tingkat Pengetahuan.

(14)

1. Tahu (know) artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap hal–hal yang spesifik dari seluruh materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap hal–hal yang speksifik dari seluruh materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima , kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi contoh atau menyimpulkan.

3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis) artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analysis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis) diartikan menunjukkan suatu kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

(15)

6. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.14 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Umur

Mawarni (2008) mengutip pernyataan Singgih (1998), makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Pada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

(16)

Suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. (Notoatmodjo 2007)

b. Informasi

Wiedhary (1996) dalam Mawarni (2008), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

c. Lingkungan

Adalah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama pada seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang.

d. Pengalaman

Adalah pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2007)

(17)

e. Sosial Budaya

Sosial budaya kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Dan sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan sesorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. (Hendra, 2008 dalam Mawarni, 2008).

2.15 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawacara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2007).

2.16 Sikap

2.16.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. (Notoatmodjo, 2007)

2.16.2 Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek,

(18)

kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting (Mawarni, 2008).

2.17.3 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa seperti halnya dengan pengatahuan, sikap ini juga memiliki beberapa tingkatan yaitu:

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatiakan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding) yang berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing) yang berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.17 Pemakaian (Tindakan)

Selain dari pengetahuan dan sikap ternyata pemakaian merupakan hal penting dalam perubahan perilaku seseorang. Tindakan adalah aturan yang dilakukan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan, Adanya hubungan erat sikap dan tindakan didukung oleh pengertian yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak. Tindakan akan tampak menjadi konsisten dengan sikap individu sama dengan

(19)

sikap keluarga dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya. Ada beberapa tingkatan dari tindakan yaitu persepsi, mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama, respon, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar atau sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua. Mekanisme apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Adaptasi suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour). Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup beberapa hal, tindakan sehubungan dengan penyakit, tindakan pemeriksaan dan peningkatan kesehatan, tindakan kesehatan lingkungan (Notoamodjo, 2007).

2.18 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kabupaten Langkat tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Pengetahuan Akseptor KB

(20)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap.

2.19 Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang tahun 2009

2. Ada hubungan sikap akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang.

Sikap Akseptor KB

Referensi

Dokumen terkait

5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat : Ya Tidak 6) Pada siapa keluarga biasa

glukosa yang lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh (Jefriadi, 2016) yaitu 23,94% dengan menggunakan enzim selulase,amilase, dan glukoamilase pada konsentrasi

Berdasarkan pada data tersebut dapat dilihat bahwa sediaan krim sunscreen ekstrak kulit buah nanas konsentrasi 20% masuk pada tingkat kemampuan tabir surya, akan

Di PT INTI khususnya pada Divisi Human Capital Management yang bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola seluruh sumber daya manusia, Atasan selalu

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Tentukan point (pergerakan/perubahan point) yang terjadi selama tick 1 sampai tick tertinggi yang kita tentukan, misal pointnya adalah 0.3 maka ini berarti jika pada tick ke 4 atau

Fokus permasalahan yang diintervensi adalah (i) belum adanya manajemen pengolahan informasi dari media sosial sebagai big data untuk pengambilan keputusan; (ii)

Metode pengukuran per blok dengan jumlah 13 blok, hal ini dikarenakan adanya perbedaan kedalaman sepanjang jalur survey yang kaitannya dengan pengaturan setting beam