• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN FAKTOR FISIKA DAN KIMIA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING SEBAGAI TANAH DASAR KOLAM DENGAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN FAKTOR FISIKA DAN KIMIA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING SEBAGAI TANAH DASAR KOLAM DENGAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING YANG BERBEDA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN FAKTOR FISIKA DAN KIMIA TANAH PODSOLIK

MERAH KUNING SEBAGAI TANAH DASAR KOLAM DENGAN

PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING YANG BERBEDA

Niken Ayu Pamukas1)

Diterima tanggal : 7 April 2006/Disetujui : 20 Mei 2006

ABSTRACT

This research was conducted in the water quality management laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Science, Riau University in June – September 2005. The experimental method with Completely Randomize Block Design of one factor with four treatments and three replications. Result of this research demonstrated that manure with dosage 1282.68 gr/m2 (P3) was the best to raise soil organic material content and soil Phosphor was available. Al-dd got any decrease from each tested dosage. Soil texture was not change but red yellow podsolic soil fraction during the result got to change particulary at dosage 1282,68 gr/m2 (P3) was best during research.

Key words : red yellow podsolic soil, physico-chemo and goat manure dosage

PENDAHULUAN

Hampir 71,43% wilayah Riau terdiri dari perairan laut maupun tawar. Wilayah perairan ini mempunyai potensi perikanan yang sangat besar, akan tetapi potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Produksi perikanan daerah Riau didominasi oleh usaha penangkapan sebesar 92,8%, sedangkan usaha budidaya yang dilakukan masih sangat rendah (Pemda Riau, 2003).

Masalah yang sering dihadapi petani budidaya di daerah ini adalah masalah kemasaman tanah dasar kolam. Nyakpa et al

(1988) menyatakan bahwa tanah masam menempati sebagian besar wilayah Indonesia. Terluas terdapat di Sumatera yaitu seluas 14.695 juta ha dan terbesar terdapat di daerah Riau yaitu seluas 3.744 juta ha.

Menurut Hakim et al (1986) tanah masam mempunyai sejumlah ion Al+3 dan H+ yang dapat dipertukarkan. Alumunium merupakan sumber kemasaman tanah karena Al+3 hidrolisis menghasilkan ion H+. Kemudian Lee (1971) dalam Nyakpa et al

(1988) menyatakan bahwa keberadaan Al+3 di tanah mengurangi serapan hara P, Ca, K, Mn, Fe, Cu dan Zn, sehingga tidak dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman.

Ada beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tanah masam yaitu; 1) pengapuran, 2) penambahan pupuk P yang banyak dan 3) khelat Al dengan penambahan pupuk organik (Maas dan Soebagyo, 2001). Pada penelitian ini digunakan dua cara yang berkelanjutan yaitu cara 1 dan 3.

Hardjowigeno (1984) melaporkan bahwa tanah yang miskin unsur hara sangat baik dipupuk dengan pupuk organik karena dapat meningkatkan daya menekan air dan kation-kation tanah. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik yang banyak terdapat di daerah pedesaan adalah kotoran kambing yang kurang diminati untuk memupuk dasar kolam. Untuk itu dirasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai dosis pupuk kotoran kambing yang terbaik untuk memupuk tanah dasar kolam yang bersifat masam dalam hal ini tanah podsolik merah kuning, serta pengaruhnya terhadap perubahan sifat fisika dan kimia tanah, sehingga nantinya dapat diaplikasikan ke kolam budidaya di Daerah Riau.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kotoran kambing yang terbaik untuk memperbaiki faktor fisika dan kimia tanah podsolik merah kuning. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat direkomendasikan kepada petani budidaya di daerah Riau dalam mengatasi masalah pengelolaan tanah dasar 1)Ketua Prodi D3 Budidaya Perikanan Fakultas

(2)

kolam yang bersifat masam dan pemanfaatan limbah hewan ternak secara maksimal.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni sampai September 2005 dLaboratorium Pengelolaan Kualitas Air dan Tanah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah;  1 ton tanah podsolik merah kuning, kapur CaCO3, pupuk kotoran kambing (2,93-0,22-0,69), soil dispersing reagen, akuades, kertas pH indikator, HCl, 1,5 N HF, Ammonium Molibdat, SnCl2, standar P, 1N KCl, 0,1 N NaOH, NaF, indikator pp dan EBT dan kertas saring whatman. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah; 12 buah wadah kayu berukuran 40 x 40 x 40 cm, timbangan analitik, pipa paralon  5 cm, tabung La Motte, rak tabung, cawan, oven, furnace, desikator, gelas ukur, gelas reaksi, tabung reaksi, erlenmeyer, pengaduk, statis, buret, pipet tetes, Spektrofotometer model 21 D dan vacuum pump.

Metode dan Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (Tang dan Karnila,2003) dengan 1 faktor, 4 taraf perlakuan dan 3 kelompok. Sebagai perlakuan yang akan dicobakan pada penelitian ini adalah dosis pupuk kotoran kambing yang berbeda, dimana dosis pupuk ditetapkan berdasarkan rumus yang dianjurkan oleh Boyd (1979) yaitu grade (kualitas) pupuk 20-20-5 (20% N, 20% P2O5, 5% K2O) dibutuhkan sebanyak 45 kg/ha.

Dosis pupuk ditetapkan berdasarkan kandungan unsur P pupuk kotoran kambing yang digunakan, kemudian dikonversikan kedalam rumus yang dianjurkan oleh Boyd (1979). Dengan demikian perlakuan pada penelitian ini adalah;

P0 = Tanpa pemberian pupuk (kontrol) P1 = Pemberian dosis pupuk kotoran

kambing 179,58 g/wadah (427,56

g/m2)

P2 = Pemberian dosis pupuk kotoran kambing 359,16 g/wadah (855,12 g/m2)

P3 = Pemberian dosis pupuk kotoran kambing 538,74 g/wadah (1282,68 g/m2)

Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah; kualitas tanah sebelum dan sesudah pemupukan yang meliputi; tekstur tanah, pH, kandungan bahan organik tanah, fosfor tanah tersedia dan Al-dd tanah.

Pada penelitian ini diasumsikan bahwa waktu pemupukan 1 kali 2 minggu dan faktor lingkungan yang tidak diukur dianggap tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian.

Dalam penelitian ini dilakukan 6 tahap kegiatan yaitu:

a) Persiapan Wadah dan tanah

Sebelum penelitian terlebih dahulu dilakukan persiapan wadah uji, yaitu wadah dibuat dari kayu sebanyak 12 buah dengan ukuran 70 x 60 x 40 cm3, dilapisi dengan plastik sebagai penampung tanah dan air selama penelitian. Wadah ini disusun di luar laboratorium dan dilakukan pengacakan perlakuan sebanyak 12 buah dengan cara pencabutan kertas

Berikutnya persiapan tanah, yaitu tanah yang diperoleh dikeringkan  1 minggu, tanah dibersihkan dari sampah yang tidak diperlukan seperti daun, plastik dan sampah lainnya, kemudian dimasukkan ke dalam wadah dengan ketebalan 20 cm dari dasar wadah.

b) Penentuan tekstur, pH dan kandungan bahan organik tanah, fosfor tanah tersedia serta Al-dd tanah.

Penentuan tekstur tanah dilakukan menurut metode yang dianjurkan Lamote Chemical (1985), pH tanah sesuai dengan prosedur yang dianjurkan oleh Boyd (1979, kandungan bahan organik tanah dilakukan prosedur menurut Pett (dalam Ledies, 2003), kandungan fosfor tanah tersedia sesuai dengan yang dilakukan oleh Prawirowardoyo (1987) dan penentuan Al-dd tanah sesuai dengan prosedur yang dianjurkan oleh Zulfatri, et al (2002). Pengukuran tekstur tanah dilakukan pada awal dan akhir penelitian, pH tanah setiap hari dan

(3)

kandungan bahan organik fosfor tanah tersedia serta Al-dd tanah 2 minggu sekali setelah pemupukan.

c) Pemberian kapur

Jenis kapur yang digunakan adalah kapur CaCO3 yang berfungsi untuk menurunkan konsentrasi Al-dd tanah serta meningkatkan pH dan hardness tanah, sehingga pupuk dapat bekerja lebih efektif. Pengapuran dilakukan sesuai dengan prosedur yang dianjurkan oleh Boyd (1979). Tahapan pemberian kapur adalah: 1) tentukan pH tanah dan pH lumpur (tanah + akuades), 2) lalu tentukan kebutuhan kapur berdasarkan tabel Boyd (1979). Dari perhitungan kebutuhan kapur yang dilakukan didapat dosis kapur yang diperlukan adalah; 255,48 gr/wadah (608,29 gr/m2). Pengapuran dilakukan dengan cara disebarkan dan diaduk ke dalam tanah yang telah dilumpurkan terlebih dahulu.

d) Pengukuran pH dan kesadahan

Pengukuran pH tanah sama dengan no. b, sedangkan untuk pengukuran kesadahan dilakukan dengan cara menurut prosedur yang dianjurkan oleh Boyd (1979).

e) Pemupukan dengan pupuk kotoran kambing

Dari hasil analisa di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UNRI kotoran kambing yang akan digunakan untuk pupuk mengandung: 2,93% N, 0,22 % P (P2O5) dan 0,69 % K (K2O). Dosis pupuk kotoran kambing pada perlakuan P1 diambil berdasarkan dosis optimal grade (kualitas pupuk) 20 – 20 – 5 dibutuhkan sebanyak 45 kg/ha menurut (Dobbins dan Boyd; Lichtkoppler dan Boyd; Sowles dan Boyd

(dalam Boyd, 1979). Dosis pupuk ditetapkan

berdasarkan kandungan unsur P (P2O5) pupuk kotoran kambing yang digunakan, kemudian dikonversikan kedalam rumus yang dianjurkan oleh Boyd (1979).

Pupuk kotoran kambing diperoleh dari Jl. Subrantas Kecamatan Tampan, terlebih dahulu dikeringkan dengan cara menjemur dengan cahaya matahari tidak langsung (di koridor yang beratap). Lalu dihaluskan dan disaring agar ukuran pupuk homogen dan sekaligus untuk memisahkan pupuk dari sampah-sampah yang tidak diinginkan.

Kemudian ditimbang sesuai dengan dosis perlakuan dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah dikapur. Pemupukan dilakukan 6 hari setelah pengapuran, karena diperkirakan kapur sudah bekerja secara optimal.

Pemupukan kedua dilakukan 2 minggu setelah pemupukan pertama. Karena wadah sudah berisi air maka prosedur pemupukan kedua berbeda dengan yang pertama yaitu pupuk yang telah disiapkan sesuai dengan dosis masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam wadah (ember/stoples). Kemudian tambahkan air, aduk air dan pupuk sampai homogen. Setelah homogen, pupuk yang sudah dicairkan tersebut dimasukkan ke masing-masing wadah sesuai dengan perlakuan.

5. Analisa Data

Data parameter tekstur tanah dan pH tanah dianalisa secara deskriptif, sedangkan parameter kimia tanah lainnya dianalisa secara regresi linier sederhana menggunakan program software Microsoft Excel 2000. Untuk data bahan organik tanah dan fosfor tanah tersedia dilakukan Uji Homogenitas untuk mengetahui apakah data homogen, bila data tidak homogen dilakukan transformasi. Untuk melihat pengaruh pupuk terhadap bahan organik tanah dan fosfor tanah tersedia dilakukan Analisa Variansi (ANAVA) Rancangan Acak Kelompok, apabila Fhitung > Ftabel ( 0,05 dan 0,01) berarti dosis pupuk yang diberikan memberikan pengaruh terhadap bahan organik tanah dan fosfor tanah tersedia. Selanjutnya apabila pemberian dosis pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap bahan organik tanah dan fosfor tanah tersedia maka dilakukan uji lanjut Rentang Newman-Keuls untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Sudjana, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tekstur Tanah

Dari hasil analisis terhadap sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini, tekstur tanah adalah pasir berlempung (sandy loam). Selama penelitian ( 2 bulan) tekstur tanah pada semua perlakuan tidak berubah, hanya pada akhir penelitian terjadi penurunan fraksi pasir sebesar 5,93 % pada P0, 11,88 % pada P1, 15,52 % pada P2 dan 25.58 % pada P3. Sedangkan pada fraksi lempung dan liat

(4)

terjadi peningkatan sebesar 10,59 % dan 40 % untuk P0, 19,68 % dan 86,60 % untuk P1,

19,68 % dan 140 % untuk P2 dan 43,95 % dan 180 % untuk P3 (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata persentase fraksi tanah dan jenis tanah pada awal dan akhir

Pengamatan Perlakuan Fraksi Tanah (%) Jenis Tekstur

tanah

Pasir Lempung Liat

Awal 73 22 5 Pasir berlempung Akhir P0 P1 P2 P3 68.67 64.33 61.67 54.33 24.33 26.33 26.33 31.67 7 9.33 12 14 Pasir berlempung Pasir berlempung Pasir berlempung Pasir berlempung

Dari Tabel 1 dapat dilihat peningkatan fraksi lempung dan liat disebabkan oleh penambah-an pupuk organik dimana peningkatan terbesar terjadi pada perlakuan P3 yaitu sebesar 43,95% dan 180%, kemudian diikuti oleh perlakuan P2 19,68% dan 140%, P1 19,68% dan 86,60% dan P0 10,59% dan 40%. Sutejo (2002) menyatakan bahwa penambahan pupuk kandang disamping dapat menambah unsur hara, juga

dapat mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik dan akhirnya mendorong kehidupan jasad renik.

2. Bahan Organik Tanah

Rata-rata hasil kandungan bahan organik tanah selama penelitian seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran kandungan bahan organik tanah (%) setiap 2 minggu pada semua perlakuan selama penelitian.

Minggu Kandungan Bahan Organik Tanah (%)

Ke- P0 P1 P2 P3 0 4.83 4.83 4.83 4.83 2 4.86 5.05 5.63 6.59 4 4.94 6.78 8.07 9.28 6 4.92 9.05 13.02 15.04 8 4.30 10.21 12.67 14.79

Dari Tabel 2 dapat dilihat peningkatan bahan organik terbesar terjadi pada perlakuan P3 yaitu sebesar 206,21%, hal ini disebabkan karena perlakuan ini menerima tambahan bahan organik terbesar dari pupuk yang diberikan. Sedangkan peningkatan bahan organik pada semua perlakuan terjadi karena pupuk yang dimasukkan ke dalam wadah perlakuan mulai mengalami proses pelapukan oleh organisme mikro dan makro tanah yang mengakibatkan bahan organik berangsur-angsur meningkat. Selain itu peningkatan bahan organik juga disebabkan oleh sumbangan dari pelapukan organisme yang mati dan sisa metabolisme organisme yang terdapat pada masing-masing wadah. Menurut Buckman dan Brady (1982) salah satu ciri pupuk kandang yang menonjol adalah sifat fermentasinya dan kegiatan

melapuknya yang baik. Sedangkan Hakim et al (1986)menyatakan bahwa sumber primer bahan organik adalah pelapukan jaringan tanaman dan sumber sekundernya adalah sisa metabolisme hewan.

Berdasarkan hasil uji ANAVA didapatkan bahwa dosis pupuk kotoran kambing yang diberikan berpengaruh nyata (p<0,05) dalam peningkatan kandunan bahan organik tanah. Dari hasil uji rentang Newman-Keuls menunjukkan bahwa perlakuan P3 berbeda nyata (p<0,05) dengan P0, sedangkan antara P1 dan P2 tidak berbeda dengan P0.

Untuk mengetahui hubungan kandungan bahan organik dengan dosis pupuk kotoran kambing dapat dilihat hubungan regresi liniernya pada Gambar 1.

(5)

y = 0.0098x + 5.0766 R2 = 0.3128 r = 0,5593 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 200 400 600 Dosis Pupuk (g/0,42 m2) Ka nd un ga n Ba ha n Or ga ni k Ta na h (% )

Gambar 1. Hubungan Kandungan Bahan Organik Tanah (%) dengan Dosis Pupuk Kotoran Kambing yang berbeda selama penelitian untuk semua perlakuan . Berdasarkan Gambar 1 terlihat

hubungan linier positif antar peningkatan kandungan bahan organik tanah dengan dosis pupuk kotoran kambing berbeda (r=0,5593), dengan persamaan y = 5,0766 + 0,0098 x dan R2 = 0,3128. Bila dilihat dari nilai R2, ternyata dosis pupuk kotoran kambing 31,28 % menentukan peningkatan kandungan bahan organik tanah, sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Nyakpa et al (1988) menyatakan bahwa bahan organik dapat dipertahankan dan ditingkatkan dengan pemupukan, adanya pembuangan sampah organik seperti daun-daun, sampah pertanian dan bahan yang dapat didekomposisi oleh hewan tanah.

3. Fosfor Tanah Tersedia

Rata-rata kandungan fosfor tanah tersedia selama penelitian berkisar antara 0,0174 – 0,0188 ppm (Tabel 3) .

Dari Tabel 3 dapat dilihat fluktuasi kandungan fosfor tanah tersedia pada wadah penelitian selain disebabkan oleh pemberian

pupuk yang berbeda pada setiap perlakuan juga disebabkan oleh terjadinya blooming plankton mulai minggu ke-2 pada P3 dan minggu ke-6 pada P1 dan P2, hal ini terlihat dari permukaan air yang berwarna hijau. Menurut Boyd (1992) penurunan Fosfor dapat terjadi karena dimanfaatkan oleh fitoplankton, dimana Fosfor merupakan salah satu nutrien utama untuk pertumbuhan fitoplankton.

Berdasarkan hasil Uji ANAVA diketahui bahwa dosis pupuk kotoran kambing ternyata memberi pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap peningkatan kandungan Fosfor tanah tersedia selama penelitian. Dari hasil Uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa P3 dan P2 berbeda nyata (p<0,05) dengan P0, sedangkan antara P1 tidak berbeda dengan P0.

Untuk melihat hubungan antara dosis pupuk kotoran kambing yang diberikan dengan kandungan fosfor tanah tersedia dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 3. Rata-rata hasil pengukuran fosfor tanah tersedia (ppm) pada semua perlakuan sela-ma penelitian.

Minggu Kandungan Fosfor Tanah Tersedia (ppm)

Ke- P0 P1 P2 P3 0 0,0174 0,0174 0,0174 0,0174 2 0,0174 0,0176 0,0179 0,0180 4 0,0174 0,0175 0,0182 0,0177 6 0,0181 0,0185 0,0188 0,0186 8 0,0176 0,0178 0,01781 0,0185

(6)

y = 0.0000009x + 0.01 761 00 R2 = 0.1 7771 49 r = 0,421 5 0,01 68 0,01 89 0 1 00 200 300 400 500 600

Dosis Pupuk Kotoran Kambing (g/0.42 m2)

Kan du ng an F os fo r T an ah T er se dia (pp m)

Gambar 2. Hubungan Kandungan Fosfor Tanah Tersedia (ppm) dengan Dosis Pupuk Kotoran Kambing yang berbeda selama penelitian untuk semua perlakuan. Gambar 2 menunjukkan hubungan

linier positif antara peningkatan kandungan fosfor tanah tersedia dengan dosis pupuk kotoran kambing berbeda (r = 0,4215), dengan persamaan y = 0,0176 + 0,0000009 x, dengan R2 = 0,1777. Bila dilihat dari nilai R2, ternyata dosis pupuk kotoran kambing hanya 17,77 % menentukan perubahan kandungan fosfor tanah tersedia, sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Faktor lain tersebut diduga oleh fitoplankton yang mati pada wadah menyebabkan sejumlah P

anorganik kembali ke dalam tanah. Selain itu pengapuran yang dilakukan sebelum pemupukan akan meningkatkan pH tanah sehingga Fosfor yang terikat denga unsur Al dn Fe akan terlepas menjadi Fosfor tersedia di dalam tanah.

4. Al-dd Tanah

Rata-rata kandungan Al-dd tanah selama penelitian berkisar antara 0,01 – 2,80 me Al/100g (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata kandungan Al-dd tanah (me Al/ 100g) pada semua perlakuan selama penelitian.

Minggu Kandungan Al-dd Tanah (me Al/100 g)

Ke- P0 P1 P2 P3 0 2,80 2,80 2,80 2,80 2 0,60 0,20 0,17 0,16 4 0,27 0,26 0,13 0,05 6 0,73 0,13 0,07 0,03 8 1,33 0,07 0,03 0,01

D

ari Tabel 4 dapat dilihat pada semua perlakuan terjadi penurunan kandungan dd tanah. Pada perlakuan P1 kandungan Al-dd tanah turun sebesar 97,50 %, P2 sebesar 98,93 % dan P3 sebesar 99.64 %. Penurunan kandungan Al-dd terbesar terjadi pada P3 bahkan pada ulangan 1 pada minggu ke-8 Al-dd tidak terukur (0 me Al/ 100 g), hal ini disebabkan penambahan dosis pupuk terbesar pada perlakuan ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Maas dan Soebagyo (2001) yang menyatakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

tanah masam dan menurunkan kandungan Al-dd tanah yaitu dengan cara pengapuran, penambahan pupuk P yang banyak dan khelat Al dengan penambahan pupuk organik

Pada penelitian ini dilakukan dua cara yang berkelanjutan, yaitu pengapuran dan khelat Al dengan penambahan pupuk organik sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal pada P3. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Karter (2004) yang melakukan pengapuran pada tanah podsolik merah kuning, hanya berhasil menurunkan Al-dd tanah sebesar 57 %, maka ke dua cara

(7)

y = -0.0009x + 1.021 R2 = 0.0308 r = 0,1755 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 0 100 200 300 400 500 600

Dosis Pupuk Kotoran Kambing (g/0.42 m2)

Kan du ng an A l-dd T an ah (me A l/1 00 g )

yang berkelanjutan ini ternyata memberikan hasil yang lebih baik.

Untuk melihat hubungan antara dosis pupuk kotoran kambing yang diberikan

dengan kandungan Al-dd tanah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Kandungan Al-dd Tanah (me Al/100 g) dengan Dosis Pupuk Kotoran Kambing yang berbeda selama penelitian untuk semua perlakuan

Gambar 3 menunjukkan hubungan linier positif antara penurunan kandungan Al-dd tanah dengan dosis pupuk kotoran kambing berbeda (r = 0,1755), dengan persamaan y = 1,021 - 0,0009 x, dengan R2 = 0,0308. Bila dilihat dari nilai R2, ternyata dosis pupuk kotoran kambing hanya 3,08 % menentukan perubahan kandungan Al-dd

tanah, sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Dari hasil uji tersebut jelas bahwa dosis pupuk yang diberikan dapat mempengaruhi penurunan Al-dd tanah.

5. pH Tanah

pH tanah selama penelitian secara keselu-ruhan berkisar dari 5 - 9 (Tabel 5).

Tabel 5. pH tanah pada semua perlakuan selama penelitian.

Minggu pH tanah Ke- P0 P1 P2 P3 1 5-7 5-7 5-7 5-7 2 6-7 6-7 7 7 3 6-7 6-7 7-8 7-8 4 6-8 7-8 7-8 7-8 5 6-8 7-8 7-8 7-9 6 6-8 7-8 7-8 8-9 7 6-9 7 8 8-9 8 6-7 7 7-8 8-9

Nilai pH berkisar 5-7 pada P0, 6-8 pada P1, 5-8 pada P2 dan 5-9 pada P3. Selama pe-nelitian terjadi peningkatan pH pada semua perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa, ternyata dosis pupuk kotoran kambing yang diberikan tidak menyebabkan penurunan pH dan pH berada pada kisaran yang baik untuk perkembangan mikroorganisme tanah. Menurut Nyakpa et al

(1988) kisaran pH tanah 6,5 –7 merupakan

kondisi terbaik untuk ketersediaan unsur hara, khususnya di daerah tropis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

D

ari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kotoran kambing dengan dosis berbeda dapat memperbaiki kualitas fisika dan kimia tanah.

(8)

Tekstur tanah selama penelitian tidak berubah yaitu pasir berlempung, tetapi terjadi perbaikan pada struktur tanahnya dengan penurunan fraksi pasir dan peningkatan fraksi lempung dan liatnya. Secara regresi menunjukkan korelasi positif antara dosis pupuk yang diberikan terhadap penurunan kandungan Al-dd tanah, peningkatan kandungan bahan organik tanah dan fosfor tanah ter-sedia. Sedangkan pH tanah berada dalam kisaran yang cukup baik untuk kehidupan organisme akuatik. Dosis pupuk kotoran kambing 1282,68 g/m2 (P3) memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan fraksi liat, fosfor tanah tersedia dan kandungan bahan organik tanah.

Saran

Dari hasil penelitian ini untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah podsolik merah kuning disarankan untuk melakukan pengapuran yang diikuti dengan penambahan pupuk kotoran kambing dengan dosis 1282,68 g/m2.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menghatur-kan terima kasih kepada; SP4 selaku penyan-dang dana, Bapak Dr. Ir. I Putu Sedana, MSc. untuk konsultasinya, Sdr. Subchan, Alimin, Idawaty, Mirna Fitrani dan Syafri Boy yang banyak membantu sehingga penelitian ini terlaksana dengan lancar serta berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu disini.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Agricultural Experi-ment Station. Auburn University. Auburn. 359 p.

., 1992. Bottom Soils, Sediment and Pond Aquaculture. Department of Fisheries and Allied Aquacultures at Auburn University. Chapman & Hall. Alabama. 340 pp.

Buckman, H. O dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 788 hal.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B. Hong dan H. Bailey., 1986.

Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. 488 hal. Hardjowigeno, S., 1984. Ilmu Tanah Umum.

Jurusan PLPT Perkebunan. Fakultas Politeknik Pertanian. IPB. Bogor. 97 hal.

Karter. 2004. Pengaruh Kapur Terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah Dasar Kolam Budidaya Perikanan Di Lokasi Perkebunan Sawit.

Lamotte Chemical., 1985. Lamotte Soil Handbook. Lamotte Chemical Products Company. Chestertown. Maryland.

Ledies, M., 2003. Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Desa Banglas Aceh. Kecamatan Dumai Barat. Kodya. Dumai Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI. 65 hal (tidak diterbitkan).

Maas, A. dan Soebagyo, 2001. Pengelolaan Lahan Basah dan Gambur yang Berwawasan. Bahan Diskusi untuk Fakultas Perikanan UNRI

disampaikan pada “Technical

Assistance Pengelolaan Kualitas Tanah Dasar Tambak/Kolam Pada Lahan Gambut dan Rawa”, tanggal 10-12 Oktober 2001. 9 hal.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. 258 hal.

Pemda Riau. 2003. Perikanan dan Perkebunan. www.riau.go.id.

Prawirowardoyo, S., 1987. Prosedur Analisa Kimia Tanah. 77 hal.

Sudjana., 1991. Desain dan Analisa Ekspe-imen. Edisi III. Tarsito. Bandung. 412 hal.

Sutejo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan ke-7. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hal.

Tang, U. dan R. Karnila. 2003. Perancangan Percobaan dan Aplikasi Analisa Data dengan Komputer. UNRI Press. Pekanbaru. 85 hal.

Zulfatri, Idwar, Rosmimi, Wardati, Anom. E, Gusmawartati dan Amrilla. 2002. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Jurusan Agronomi. Universitas Riau (tidak diterbitkan).

Gambar

Tabel 1. Rata-rata persentase fraksi  tanah dan jenis tanah pada awal dan akhir
Tabel  3.    Rata-rata  hasil  pengukuran  fosfor  tanah  tersedia  (ppm)  pada  semua    perlakuan  sela-ma penelitian
Gambar  2.  Hubungan  Kandungan  Fosfor  Tanah  Tersedia  (ppm)  dengan  Dosis  Pupuk  Kotoran Kambing yang berbeda selama penelitian untuk semua perlakuan
Gambar 3.  Hubungan Kandungan Al-dd Tanah (me Al/100 g) dengan Dosis Pupuk Kotoran  Kambing yang berbeda selama penelitian untuk semua perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa uraian di atas mengenai karakteristik kemampuan bahasa anak usia dini maka dapat disimpulkan, perkembangan bahasa anak disesuaikan dengan usia dimana

Jumlah laporan hasil pengawasan keinvestigasian (Laporan Hasil Audit Investigatif/LHAI + Laporan Hasil Pengawasan atas Current Issues + Laporan Hasil Pengawasan dalam

Masukan atau input dari sistem informasi barang yang masuk yang nantinya akan menghasilkan berupa laporan data barang masuk yang ada di gudang, langkah

Delik-delik tertentu (special delicten) di dalam KUHP.. memudahkan atau menolong kejahatan tersebut. Skedar si pelaku kejahatan mengharapkan bahwa barang yang telah

Pengaruh penggunaan media papan balik dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa autis kelas 1 di SLB Autis Laboraturium Universitas Negeri Malang dapat dilihat dari

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapanlesson study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) memberikan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara Petikan DIPA dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Awalnya masyarakat tersebut adalah pekerja Perum Perhutani, namun setelah Perum Perhutani habis masa kontraknya di Kabupaten Sumbawa, mereka tetap bertahan di