• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan manusia dapat memuaskan keinginan keinginannya. Salah satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan manusia dapat memuaskan keinginan keinginannya. Salah satu"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat menyebabkan manusia dapat memuaskan keinginan – keinginannya. Salah satu ilmu pengetahuan yang berkembang pesat adalah Bioteknologi. Kemajuan bioteknologi membuat ilmuwan dapat memanipulasi gen (genetic engineering) untuk berbagai tujuan.

Rekayasa genetika adalah bidang dari bioteknologi yang secara teoretis mengungkapkan bahwa suatu gen dapat dipindahkan dari organisme mana pun ke organisme yang lain. Pembicaraan mengenai rekayasa genetika berarti tidak lepas dari bahan dasar molekuler yang dikenal sebagai DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Sejak tahun 1952 para ilmuwan mengenalnya sebagai bahan dasar gen. DNA itu merupakan pembawa informasi genetik. Melalui DNA, sifat genetik makhluk hidup diwariskan kepada keturunannya (Ariwidodo, 1997: 2). Teknologi DNA rekombinan memiliki potensi untuk mengubah gen menjadi sumber daya global yang dapat digunakan untuk mencetak bentuk – bentuk kehidupan baru. Rekayasa genetika dapat membawa era baru bagi

peradaban manusia. Ilmuwan dapat mengubah, menyisipkan,

mengombinasikan, menyusun ulang, mengendalikan, serta mereproduksi berbagai materi genetik suatu organisme hidup melalui rekayasa genetika (Ariwidodo, 1997: 1). Kehadiran bioteknologi akan berkuasa terhadap kehidupan manusia.

(2)

Bioteknologi merupakan bidang yang penting dan dirasakan perlu akan kehadirannya dalam kehidupan manusia saat ini, namun dengan kehadirannya manusia mendapatkan objek kajian baru dalam bidang etika, moral, nilai dan hukum. Pengembangan bioteknologi tidak mungkin bebas dari implikasinya terutama terhadap sosial dan etis. Bioteknologi dengan segala konsekuensinya tidak terelakkan untuk dihadapi. Manusia oleh karena itu akan dihadapkan pada konflik-konflik nilai dan konflik kepentingan. Maka dari itu, pertimbangan-pertimbangan yang arif harus muncul mengikuti perkembangan bioteknologi (Djumhana, 1995: 72).

Film dokumenter merupakan film yang merupakan representasi realitas. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa namun film ini merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki suatu struktur yang didasarkan pada tema atau argumen sineas pembuat film. Objek film dokumenter berhubungan dengan orang-orang , tokoh, peristiwa, dan lokasi nyata. Penokohan seperti halnya dalam film fiksi tidak terdapat dalam film dokumenter (Pratista, 2008:4).

Film “Who’s Afraid of Designer Babies” adalah film dokumenter produksi BBC dalam program Horizon yang dirilis pada tahun 2005 yang mengangkat tema tentang bioteknologi, khususnya rekayasa genetik pada manusia. Film dokumenter ini membahas tentang kemungkinan – kemungkinan yang ditawarkan bioteknologi pada abad ini. Film dokumenter ini menjelaskan bahwa pada abad 21, bioteknologi akan mendominasi teknologi pada bidang pangan, kesehatan, dan alam, namun pada perkembangannya ilmuwan mulai

(3)

membicarakan hal tabu bagi manusia, yaitu rekayasa genetik pada manusia. Designer babies adalah salah satu istilah yang digunakan oleh media untuk penyebutan rekayasa genetika pada manusia. Designer babies bertujuan untuk membuat atau merancang bayi yang sempurna, sesuai dengan kehendak atau keinginan orang tua dengan cara menyeleksi dan memodifikasi gen bayi. Orang tua dapat merancang bayinya kelak menjadi seperti yang diinginkannya, misalnya berbadan tinggi, berbakat dalam musik, ber-IQ tinggi dan sebagainya. Perkembangan teknologi dalam reproduksi bantuan serta rekayasa genetika membuat ilmuwan akan terus melampaui batas–batas pengetahuan. Teknologi rekayasa genetik saat ini dalam tahap pengembangan dengan tujuan pengobatan, namun tidak dapat dipungkiri akan menuju kepada tahap “human enhancement”. Adapun dengan itu, ketika penyakit dapat diatasi, maka perkembangan akan menuju kepada peningkatan kualitas hidup manusia. Designer Babies adalah bayi yang dirancang melalui proses seleksi genetik untuk tujuan peningkatan kualitas pada diri manusia.

Teknologi rekayasa genetika, khususnya perancangan bayi memiliki berbagai problematika sosial-etis. Hubungan sosial masyarakat akan berubah, orang yang mendapatkan peningkatan secara genetis akan menganggap rendah orang yang natural dan sebaliknya.

Fenomena designerbabies juga memberikan dampak pada aspek sosial-etis lainnya, yaitu permasalahan eugenika. Kusmaryanto (2006:58-59) mengatakan bahwa eugenika adalah teori yang berhubungan dengan peningkatan kualitas keturunan dengan mempergunakan prinsip – prinsip

(4)

genetika. Istilah eugenika diciptakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Francis Galtom pada tahun 1883. Galtom yakin bahwa umat manusia mengalami penurunan kualitas sebab ada banyak manusia yang tidak pantas untuk berprokreasi tetapi terus saja mempunyai anak banyak. Untuk mengatasi hal tersebut, maka masyarakat harus mengontrol evolusi manusia dengan cara eugenika positif, yakni memberikan peluang hanya kepada orang yang berkualitas yang diizinkan berprokreasi. Francis Galtom mengatakan eugenika adalah “getting rid of the undesirables and by multiplying the desireables.”

Permasalahan etis dalam eugenika, yaitu membatasi hak hidup manusia. Berdasarkan ilmu genetika, gen yang buruk harus dihilangkan, sedangkan gen yang dianggap baik harus dilestarikan. Russel Powell (2012: 37) mengatakan, “a common worry about the genetic engineering of human beings is that it will reduce human genetic diversity, creating a biological monoculture that could not only increase our susceptibility to disease but also hasten the extinction of our species."

Designer Babies atau bayi rancangan memiliki kemanfaatan dari aspek biologis & ilmu antara lain: a) Mengurangi risiko penyakit genetik; b) Mengurangi risiko kondisi medis bawaan; c) Meningkatkan jangka waktu hidup; d) Memiliki gen yang orang tua tidak miliki; d) Mencegah penyakit atau sifat turunan ke generasi selanjutnya; e) Memiliki kesempatan hidup yang lebih baik; f) Lebih memahami tentang genetik pada manusia.

Designer Babies jika ditinjau dari aspek etis memiliki beberapa kelemahan, yaitu: a) “pembunuhan” pada embriyo; b) Dapat membuat jarak

(5)

sosio-ekonomi dalam masyarakat; c) bayi tidak memiliki pilihan; d) Kehilangan jati diri atau krisis individualitas; e) Hanya orang kaya yang mampu; f) eugenika gaya baru.

Thomas Aquinas merumuskan bahwa tujuan hukum tidak lain daripada kesejahteraan umum. Thomas menunjukkan betapa pentingnya hukum sebagai salah satu sarana menuju ke kesejahteraan umum. Bukan hanya hukum positif saja yang penting, tetapi hukum kodrat juga harus diperhatikan. Hukum kodrat berdasar pada kodrat manusia, bergerak pada hakikat manusia dan terarah demi kesejahteraan dan kebahagiaan adil dan memperjuangkan keadilan manusia. Berdasarkan rangka tersebut, hukum haruslah adil (Sumaryono, 2002 : 9).

Manusia adalah makhluk moral dan sekaligus juga makhluk yang memiliki fisik. Oleh karenanya, dari satu sisi, manusia mengalami hukum kodrat melalui sifat – sifat jasmaniahnya, seperti misalnya pertumbuhan fisik atau badan manusia. Dari sisi lain, manusia berpartisipasi pada keberlakuan hukum kodrat di dalam dirinya melalui kodrat rasionalnya sebagai makhluk yang selalu ingin tahu, pengetahuannya atas hukum moral, melalui kebebasan yang mewarnai setiap perbuatan yang dilakukannya. Menurut Thomas Aquinas, hukum kodrat adalah partisipasi manusia atas hukum abadi. Ini merupakan dasar gagasan Thomas Aquinas tentang filsafat moral (Sumaryono,2002: 107). Thomas Aquinas mengatakan hidup yang baik adalah hidup sesuai dengan kodrat yang bersifat niscaya. Hidup sesuai dengan kodrat adalah hidup yang baik karena dengan kodratnya, manusia telah ikut ambil bagian dalam rencana Ilahi (Keraf, 1997: 21).

(6)

Designer babies atau bayi rancangan secara umum memiliki pro dan kontra jika dilihat dari hukum positif, namun untuk perkara-perkara khusus penulis menelaah dari pandangan hukum kodrat Thomas Aquinas. Penelitian ini menjadikan alur cerita dalam film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies, sebagai objek material dengan mengkaji kasus dan perkembangan designer babies yang berkaitan dengan permasalahan etis. Teori yang digunakan untuk menganalisis objek material penelitian ini adalah hukum kodrat Thomas Aquinas. Hukum kodrat yang ajarannya berdasar pada pemikiran tentang kodrat manusia, sehingga relevan untuk dijadikan alat analisis fenomena designer babies di dalam film dokumenter “Who’s Afraid of Designer Babies”, karya Horizon BBC yang juga melakukan perubahan pada kodrat manusia.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disusun beberapa pokok rumusan masalah yang diteliti.

a. Bagaimana Hukum Kodrat Thomas Aquinas?

b. Bagaimana Fenomena Designer Babies dalam film dokumenter“Who’s Afraid of Designer Babies” karya Horizon BBC?

c. Apakah Fenomena Designer Babies dalam film dokumenter “Who’s Afraid of Designer Babies” karya Horizon BBC dibenarkan secara moral menurut Etika Hukum Kodrat Thomas Aquinas?

(7)

2. Keaslian Penelitian

Fokus kajian penelitian ini adalah tentang fenomena bayi rancangan dalam film dokumenter “Who’s Afraid of Designer Babies” karya Horizon BBC. Penelitian ini memaparkan bagaimana konsep hukum kodrat Thomas Aquinas memandang fenomena rekayasa genetik pada film dokumenter “Who’s Afraid of Designer Babies” karya Horizon BBC.

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang memiliki kesamaan tema pada objek material. Berikut beberapa judul yang ditemukan peneliti yang memiliki kesamaan lingkup objek material:

1. E. Ariwidodo,1997, “Rekayasa Genetika (Riset DNA Rekombinan) dalam Perspektif Filsafat Ilmu”, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini memaparkan tentang persoalan rekayasa genetika khususnya riset DNA rekombinan dalam tinjauan filsafat ilmu, tentang paradigma pemikiran terhadap DNA rekombinan.

2. J. B. Napitupulu, 2011, “Mutasi Genetika Pada Manusia Ditinjau Dari Buku Bioetika Karangan Kees Bertens”, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini memaparkan tentang persoalan mutasi genetika atau memodifikasi DNA dalam diri manusia yang ditelaah dari perspektif Bioetika, Kees Bertens.

3. Yenni Susanti, 2005, “Martabat Manusia dalam Kloning Manusia (Tinjauan Etika Rekayasa)”, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini memaparkan tentang perkembangan teknologi dalam biomedis yang makin berkembang pesat untuk kesejahteraan manusia namun makin

(8)

lama dipertanyakan fungsi, manfaat dan sisi etis dari perkembangan tersebut bagi manusia karena menentukan posisi kedudukan manusia dalam praktik kloning.

Penelitian ini secara garis besar berfokus membahas mengenai fenomena bayi rancangan di dalam film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies dalam pandangan hukum kodrat Thomas Aquinas. Adapun dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebagai sumbangsih bagi perkembangan dunia pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi ilmu pengetahuan

Memperkaya pengetahuan di bidang teknologi mengenai teknologi reproduksi melalui rekayasa genetika yang mulai dapat dimanfaatkan di dunia medis. Selain itu, diharapkan dampak positif dan negatif juga dapat diperhitungkan dalam pengembangan teknologi rekayasa genetika.

b. Bagi filsafat

Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi akademis dan sebagai salah satu sumber pustaka yang dapat dijadikan rujukan bagi mahasiswa filsafat yang lain. Hal ini karena pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas

(9)

belum begitu banyak diangkat sebagai pisau analisis, terutama pemikirannya tentang hukum kodrat yang dapat menyorot mengenai perkembangan teknologi yang semakin tak terkendali pada saat ini. c. Bagi bangsa Indonesia

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan bacaan dan bahan refleksi pemerintah Indonesia dalam menyikapi dampak positif maupun negatif dari perkembangan teknologi rekayasa genetika di dunia medis.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan di rumusan masalah, yaitu

a. Menjelaskan pemikiran hukum kodrat Thomas Aquinas.

b. Menjelaskan pemanfaatan teknologi reproduksi melalui rekayasa genetika di dunia medis.

c. Menjelaskan pemanfaatan teknologi reproduksi melalui rekayasa genetika di dunia medis dalam pandangan hukum kodrat Thomas Aquinas.

C. Tinjauan Pustaka

Film merupakan salah satu karya sastra yang mampu membawa emosi penonton masuk ke dalam cerita dengan melalui impresi subjek. Menurut Sumarno dalam Setiawati (2015: 11) film adalah medium komunikasi massa, yaitu alat penyampai berbagai jenis pesan dalam peradaban modern. Gabungan audio-visual dalam film mampu mengolah emosi penonton.

(10)

Film dokumenter merupakan film yang mempunyai konsep nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa namun film ini merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki suatu struktur yang didasarkan oleh tema atau argumen dari sineas pembuat film. Objek dari film dokumenter berhubungan dengan orang-orang , tokoh, peristiwa, dan lokasi nyata. Penokohan seperti halnya dalam film fiksi tidak terdapat dalam film dokumenter (Pratista, 2008:4).

Beberapa proses yang harus dilakukan dalam pembuatan film dokumenter adalah pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Hasil terpenting dalam proses produksi adalah riset, karena dokumenter membutuhkan data yang valid untuk dituangkan dalam bentuk audio visual (VMS Multimedia).

Film Who’s Afraid of Designer Babies karya Horizon BBC yang diproduksi tahun 2005. Film dokumenter ini mengisahkan tentang perkembangan teknologi rekayasa genetika dan problematika fenomena bayi rancangan. Perkembangan teknologi rekayasa genetik yang bertujuan untuk pengobatan mulai bergeser untuk tujuan cosmetics.

Data kepustakaan yang dirancang oleh peneliti terdahulu seputar objek material berupa bioteknologi adalah skripsi yang ditulis oleh Ariwidodo, E. Ariwidodo mahasiswa Filsafat Universitas Gadjah Mada dengan fokus pembahasan mengenai Rekayasa Genetika (Riset DNA Rekombinan) dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Berdasarkan skripsi ini secara umum dapat dikatakan

(11)

bahwa teknologi rekayasa genetika menimbulkan banyak pro dan kontra, dari segi ilmu maupun etika.

Bioteknologi dapat mengubah sesuatu, demi kebaikan atau sebaliknya. Kondisi demikian memberikan tantangan kepada semua orang untuk memperhatikannya, karena mau tidak mau manusia berhadapan dengan efek samping yang ditimbulkan dari adanya perkembangan bioteknologi tersebut. Bioteknologi merupakan bidang yang penting dan dirasakan perlu kehadirannya, namun dengan kehadirannya umat manusia mendapatkan objek pemikiran baru di bidang filsafat sains (Ariwidodo, 1997: 2).

Penelitian Ariwidodo menyatakan, pada dasarnya perekayasa genetik adalah berusaha memecahkan sandi – sandi “blueprint” DNA semua organisme, para ahli mencari tahu bagaimana sistem kendali dalam tubuh organisme tersebut berlangsung dan bagaimana gen mengatur muncul tidaknya “kelainan” dalam dirinya. Selanjutnya, para ilmuwan dapat memanipulasi (menambah, mengurangi, atau mengubah kombinasi) susunan gen suatu DNA agar berfungsi sesuai harapan (Ariwidodo, 1997: 3).

Rekayasa genetika akan mampu menghasilkan penyempurnaan atau perbaikan ukuran memori manusia, penangkalan penyakit, dan pencapaian usia panjang, namun rekayasa genetika ini juga menimbulkan persoalan rumit. Manusia yang tidak mendapat perlakuan rekayasa genetika tidak berdaya kompetisi dengan orang-orang yang sudah mendapat rekayasa. Manusia tersebut mungkin akan punah sebagai korban, atau paling tidak, menjadi orang

(12)

yang tidak penting ketika berhadapan dengan “manusia super” hasil rekayasa itu (Ariwidodo. 1997: 496).

Hadirnya penerapan riset rekayasa genetik memunculkan tantangan-tantangan implikasi di seputar filsafat sains yang meliputi aspek ontologis, epistemologi, dan aksiologi, karena hal tersebut menempatkan manusia pada posisi “sang pencipta” serta mereduksi makhluk hidup menjadi “bahan mentah” sebagai input untuk industri rekayasa genetika (riset Rdna) (Ariwidodo, 1997: 28).

D. Landasan Teori

Thomas Aquinas merumuskan bahwa tujuan hukum tidak lain daripada kesejahteraan umum. Ia menunjukkan betapa pentingnya hukum sebagai salah satu sarana menuju ke kesejahteraan umum. Bukan hanya hukum positif, tetapi hukum kodrat juga harus diperhatikan. Hukum kodrat berakar pada manusia, bergerak pada hakikat manusia dan terarah demi kesejahteraan, kebahagiaan serta memperjuangkan keadilan manusia. Berdasarkan hal tersebut, hukum haruslah adil (Sumaryono, 2002 : 9).

Thomas Aquinas menyatakan bahwa hukum memiliki ciri karakteristik memerintahkan dan melarang. Jika satu-satunya hal yang dapat memerintahkan perilaku adalah akal budi, maka hukum bagaimana pun juga berhubungan atau terkait dengan akal budi. Menurut Thomas Aquinas, hukum adalah aturan dan ukuran perbuatan yang memerintahkan manusia berbuat sesuatu atau melarang perbuatan itu. Menurut bahasa Latin terdapat kata lex yang dapat diterjemahkan ke dalam kata undang-undang dan merupakan derivasi dari kata ligare yang

(13)

berarti mengikat, sebab hukum mengikat manusia untuk berbuat sesuatu. Jika yang menjadi aturan dan ukuran perbuatan manusia adalah akal budi sebagai asas pertama yang mengarahkan perbuatan manusia pada tujuan akhirnya maka hukum adalah sesuatu yang terkait dengan akal budi (Sumaryono, 2002: 63).

Thomas Aquinas mengatakan hakikat hukum adalah sesuatu yang termuat di dalam akal budi. Ada gagasan tentang kehendak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Thomas Aquinas, akal budi memperoleh daya geraknya dari kehendak, sebab jika seseorang menghendaki suatu tujuan tertentu dalam melakukan perbuatannya, akal budi akan mengarahkannya pada hal-hal yang menjadi tujuan kehendak tersebut. Apa yang dikehendaki harus sesuai dengan putusan akal budi. Pengertian inilah yang menjadi titik tolak argumentasi bahwa kehendak penguasa memiliki kekuatan hukum. Hal ini tampak dalam definisi hukum yang lain yang menyatakan bahwa hukum adalah perintah akal budi. Menurut pengertian ini kata hukum mengandung makna otoritas atau kewibawaan. Jika tidak demikian kehendak penguasa tidak memiliki kekuatan hukum dan tidak mengikat. Thomas Aquinas menegaskan bahwa jika perintah tersebut tidak rasional maka hukum yang terbentuk bukan hukum yang adil (Sumaryono, 2002: 63).

Manusia menurut paham hukum kodrat adalah bagian dari alam, dari jagat seluruhnya, dari tatanan kosmis. Sebagai bagian alam, manusia tunduk kepada hukum alam, yaitu hukum yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh setiap bagian alam, baik untuk dirinya maupun dalam hubungan dan interaksi dengan yang lain serta dengan keseluruhan alam. Hukum alam telah

(14)

terberi dalam kodrat setiap bagian alam, termasuk manusia, yang merupakan cara berada setiap bagian itu. Ini berarti sebagai bagian alam, manusia harus hidup sesuai dengan kodratnya. Ia harus hidup sesuai dengan apa yang telah digariskan alam dalam kodratnya (Keraf, 1997: 9).

Konsep hukum kodrat adalah konsep filosofis yang memberikan jawaban atas pertanyaan “apa yang menjadikan hukum suatu hukum?”, jawaban yang diberikan Thomas Aquinas adalah jawaban “Aristotelian”, yaitu suatu teori moral yang didasarkan pada filsafat tentang kodrat manusia. Thomas Aquinas melihat kodrat manusia bersifat teleologi yaitu memiliki kecenderungan atau disebut disposisi yang terarah pada tujuan (telos) tertentu. Yang dituju atau yang menjadi orientasi kodrat manusia itu adalah baik, karena realisasinya akan menjadi pemenuhan dan penyempurnaan dari kodrat manusia. Manusia oleh karena itu dapat menyebutnya sebagai nilai-nilai kemanusiaan (Sumaryono, 2002: 10).

Kodrat manusia (natura humana) adalah kemanusiaan (humanitas). Karena kemampuan akal budi, maka orientasi kodrat manusia itu bukan orientasi yang buta. Melalui akal budinya itu manusia mengetahui dan menerima orientasi kodratnya sebagai norma bagi kehidupannya. Melalui cara itulah hukum kodrat dipromulgasikan untuk dilaksanakan oleh dirinya atau menurut rumusan Thomistik: rasio teoretis menjadi rasio praktis, sebab formal (causa formalis) yaitu kodrat manusia menjadi sebab final (causa finalis) tindakan manusia (H.A Rommen, 1964: 114)

(15)

Menurut Thomas Aquinas, hukum kodrat adalah perwujudan kebijaksanaan atau rencana abadi dalam kodrat manusia, khususnya dilihat dari segi ciptaan. Adapun dengan itu, seperti halnya bagi Aristoteles, bagi Thomas Aquinas pun hidup yang baik adalah hidup sesuai dengan kodrat yang bersifat niscaya. Hidup sesuai dengan kodrat adalah hidup yang baik karena dengan kodratnya, manusia telah ikut ambil bagian dalam rencana Ilahi (Keraf, 1997: 21).

Thomas Aquinas juga membedakan antara hukum kodrat primer dan sekunder. Hukum kodrat primer terdiri atas prinsip moral paling umum yang beralaskan struktur kemanusiaan yang hakiki dan karena itu berlaku mutlak dan tidak dapat berubah. Adapun hukum kodrat sekunder adalah ketentuan moral yang merupakan penerapan prinsip moral paling umum tadi di dalam perkembangan hidup manusia dalam masyarakat tertentu (Keraf, 1997: 23).

Mengenai kaitan antara hukum kodrat dan hukum positif atau hukum yang dibuat oleh manusia, Thomas Aquinas mengatakan bahwa harus ada dasar moral bagi hukum positif, yaitu harus selaras dengan hukum kodrat. Hukum haruslah membantu manusia berkembang sesuai kodratnya: menjunjung keluhuran martabat manusia, bersifat adil, menjamin kesamaan dan kebebasan, memajukan kepentingan dan kesejahteraan umum. Berdasarkan Summa Theologiae I-II, Question 96, Article 4, Thomas Aquinas mengatakan, “Hukum dapat tidak adil … karena bertentangan dengan kesejahteraan manusia.” (Sumaryono, 2002: 11).

(16)

Thomas Aquinas menyatakan bahwa hukum kodrat merupakan standard regulative hukum positif: “semua hukum buatan manusia dalam penalarannya memiliki kedudukan sebagai yang diturunkan dari hukum kodrat”, namun jika dalam suatu aspek hukum positif tidak diturunkan dari hukum kodrat, hukum tersebut bukan merupakan hukum, melainkan justru merupakan sesuatu yang merongrong hukum. Jika hukum positif sama sekali tidak sesuai dengan asas yang terdapat di dalam hukum kodrat maka hukum positif dinilai sebagai hukum yang tidak adil atau bahkan dianggap bukan hukum sama sekali. Ajaran Thomas Aquinas tentang hukum kodrat, relevan untuk dijadikan media atau jembatan antara keberlakuan hukum positif dengan nilai keluhuran harkat dan martabat manusia (Sumaryono, 2002: 19).

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bidang filsafat. Objek material yang dibahas adalah konsep bayi rancangan dalam film “Who’s Afraid of Designer Babies” karya Horizon BBC. Objek formal yang digunakan untuk menganalisis persoalan konsep bayi rancangan dalam film “Who’s Afraid of Designer Babies” adalah pemikiran Etika Hukum Kodrat Thomas Aquinas.

Penelitian ini berjenis penelitian kepustakaan, dengan menelaah objek material dari film “Who’s Afraid of Designer Babies” karya Horizon BBC, beserta analisa objek formal yang diperoleh dari berbagai literatur. Adapun dengan itu, data-data kepustakaan diolah dengan analisis hasil yang mengacu kepada kerangka berpikir yang mengaitkan antara objek material dan objek formal.

(17)

1. Bahan dan Materi Penelitian

Bahan penelitian menyesuaikan dengan jenis penelitian. Penelitian ini berjenis studi kepustakaan, maka dipetakan pustaka primer dan pustaka sekunder.

Sumber Primer digunakan sebagai tujuan utama dalam melaksanakan penelitian ini. Sumber primer terkait dengan film yang dikaji dan pustaka yang digunakan untuk mendeskripsikan objek material dan objek formal secara lengkap dan komprehensif. Sumber primer meliputi:

a. Film Dokumenter Horizon BBC. 2005. Who’s Afraid of Designer Babies.

b. Aquinas, St. Thomas. 1964. Summa Theologia (diterjemahkan oleh T. Gilby). London: Eyre and Spottiswoode.

c. Aquinas, St. Thomas. 2005. Summa Contra Gentiles (diterjemahkan oleh J. Rickaby). Newyork: The Catholic Prime.

d. Sumaryono, Eugenious, 2002. Etika & Hukum: Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas. Yogyakarta: Kanisius.

e. Eberl, J.T. 2006. Thomistic Principles and Bioethics. Newyork: Routledge.

Pustaka sekunder digunakan sebagai referensi atau rujukan di samping dari pustaka primer. Pustaka sekunder berfungsi mendukung kelengkapan data penelitian, antara lain:

a. Sandel, J. Michael. 2007. The Case Against Perfection: Ethics In The Age of Genetic Engineering. London: Harvard University Press.

(18)

b. Green, M. Ronald. 2007. Babies by Design: The Ethics of Genetic Choice. London: Yale University Press.

2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Inventarisasi bahan data

Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan referensi pustaka yang bersangkutan untuk menjelaskan objek material dan objek formal.

b. Klasifikasi dan pengolahan data

Pada tahap ini, referensi pustaka yang telah diperoleh menjadi bahan penelitian, sehingga diklasifikasi menjadi sumber primer dan sekunder serta pembedaan antara data objek material dan objek formal.

c. Penyusunan penelitian

Tahapan penyusunan adalah mengolah dan menyusun secara sistematis data dan objektif. Pada tahapan ini penulis melakukan refleksi kritis dan analisis kritis atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

3. Analisis Kritis

Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode penelitian filsafat berdasarkan buku Metodologi Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat karya Dr. Kaelan, M.S., (2005: 297). Adapun unsur-unsur metodis sebagai berikut:

(19)

a. Verstehen

Data yang dikumpulkan dari film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies dipahami berdasarkan karakteristiknya. Kemudian memahami pesan yang ingin disampaikan pembuat film melalui film dokumenternya.

b. Interpretasi

Peneliti menafsirkan isi dan mendapatkan gambaran yang jelas dan mendalam dari film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies dan literatur-literatur tentang hukum kodrat Thomas Aquinas sehingga dapat menangkap maksud yang diinginkan

c. Hermeneutika

Peneliti menganalisis data yang telah terkumpul secara keseluruhan dari film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies serta nilai-nilai filosofis yang dikandungnya.

d. Induksi

Induksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah induksi yang bersifat induktif a posteriori. Data yang ada dilihat dari kesinambungan pemikiran untuk memahami problematika pada fenomena bayi rancangan dalam film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies sehingga dapat diperoleh kesimpulan secara induktif. Dari hasil induktif tersebut maka diperoleh sebuah konstruksi teoretis yang kemudian di kaji dalam pandangan konsep hukum kodrat Thomas Aquinas.

(20)

F. Hasil yang dicapai

Adapun hasil yang dicapai dari penelitian filsafat ini mengacu pada rumusan masalah, sebagai berikut :

1. Mendapatkan pemahaman secara menyeluruh mengenai esensi dari pandangan hukum kodrat Thomas Aquinas.

2. Mendapatkan pemahaman tentang perkembangan serta problematika fenomena designer babies dalam film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies karya Horizon BBC.

3. Mendapatkan Analisa kritis terhadap fenomena designer babies dalam film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies karya Horizon BBC yang ditinjau dari perspektif etika hukum kodrat Thomas Aquinas.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disistematisasi secara garis besar dalam lima bab sebagai berikut.

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan daftar isi.

Bab II berisi uraian sistematis mengenai objek formal pemikiran Thomas Aquinas. Bab ini membahas mengenai : riwayat hidup Thomas Aquinas dan pemikiran etika hukum kodrat Thomas Aquinas secara khusus.

Bab III berisi uraian tentang objek material penelitian meliputi perkembangan dan problematika fenomena designer babies dalam film dokumenter Who’s Afraid of Designer Babies karya Horizon BBC.

(21)

Bab IV berisi analisis kritis mengenai perkembangan dan problematika fenomena designer babies dalam pemikiran hukum kodrat Thomas Aquinas.

Bab V berisi uraian bagian penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayahnya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan judul: “Strategi

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Berdasarkan tabel penelitian relevan di atas maka dapat diketahui bahwa dalam penggunaan dana BOS yang dilakukan oleh sekolah-sekolah sudah sesuai dengan keinginan semua

(2) Kawasan permukiman perdesaan seluas 5.072,49 Ha atau 1,46 % dari luas wilayah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah suatu kawasan untuk

Hasil penelitian menunjukkan umbi kimpul dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak dan fruktosa dengan dosis

Pada tanggal 22 Juni 2017 kemarin, sebelum tutup terkait libur panjang Lebaran, IHSG bergerak sideways dan ditutup menguat tipis 11.16 poin ke level 5829.7 ditengah mixednya

Titik outlet, atau sering disebut watershed outlet atau pour point, adalah titik dimana batas daerah tangkapan ditentukan. Beda posisi outlet memiliki beda hasil