128
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Evaluasi dampak program pengembangan IKM di kota Bandar
Lampung menunjukkan bahwa program berdampak baik terhadap
perkembangan IKM dilihat dari aspek pengembangan SDM dan aspek
pemasaran. Adapun sebaliknya aspek kemitraan tidak berdampak.
Tabel.VI. 1 Dampak Kegiatan Pengembangan SDM
Kegiatan Indikator Dampak Penilaian Dampak Pelatihan dan Pembinaan Industri Batik Cara produksi
SDM bisa menggunakan teknik celup tadinya hanya bisa menggunakan teknik canting
Efisiensi produksi
lebih murah dan pembuatannya lebih cepat
Produktivitas Satu pekerja bisa membuat empat kali lipat lebih banyak batik celup disbanding batik canting dalam sebulan
Kualitas hasil produksi
Semakin baik karena produk batik celup yang warnanya lebih natural
Penjualan Meningkat karena menambah variasi produk dan banyak peminat batik celup Pelatihan dan Pembinaan Ikan Olahan Cara Produksi
SDM dapat menggunakan teknik pembuatan kemasan produk menggunakan alumunium foil.
Efisiensi Produksi
Waktu pengerjaan lebih lama dan biaya bahan baku lebih mahal akan tetapi dapat ditutupi dengan penjualan yang meningkat
Produktivitas Secara konsisten dapat memproduksi 30-35 bungkus per bulannya Kualitas
Hasil produksi
Lebih berkualitas karena kemasan menggunakan alumunium foil sehingga dapat masuk ke pasar swalayan
Penjualan Konsisten menjual 30-35 bungkus produk per-bulannya kepada
distributor tetap Pelatihan dan Pembinaan Emping Melinjo Semua Indikator
Tidak terdampak karena materi pelatihan minim unsur kebaruan dan tidak aplikatif.
129 Khusus untuk aspek pengembangan SDM, dampak dipengaruhi oleh
materi pelatihan yang disampaikan ada unsur kebaruan serta aplikatif untuk
dilaksanakan. Secara umum berdasarkan aspek pengembangan SDM, kegiatan
sudah berdampak baik untuk pelatihan batik dan ikan olahan. Hal ini
dikarenakan materi pelatihan yang disampaikan ada unsur kebaruan serta
aplikatif untuk dilaksanakan. Akan tetapi, hal berbeda dirasakan oleh pelaku
industri emping melinjo yang mengikuti pelatihan dan pembinaan emping
melinjo yang ternyata tidak berdampak dikarenakan materi pelatihan yang
disampaikan minim unsur kebaruan, adapun ilmu baru mengenai pembulatan
bahan emping menggunakan gelas tidak diaplikasikan karena dinilai lebih tidak
efisien.
Tabel.VI. 2 Dampak Aspek Kemitraan
Kegiatan Indikator Dampak Penilaian Dampak Fasilitasi Kerjasama IKM
dengan Swasta
Cara Distribusi Kegiatan tidak berdampak
Perluasan Pasar Tingkat Penjualan
Kegagalan pada aspek kemitraan sebagaimana disampaikan pada tabel
di atas dikarenakan memang tidak terjadi kerjasama antar peserta dengan pihak
swasta dalam hal ini Hypermart. Kerjasama tidak terjadi dikarenakan syarat
130 sulit dipenuhi terkait dengan perbaikan kemasan. Selain itu, IKM merasa
keberatan dengan sistem pengembalian tidak langsung/cash.
Tabel.VI. 3 Dampak Aspek Pemasaran
Kegiatan Indikator Dampak
Penilaian Dampak
Kegiatan Promosi
Produk IKM
Perluasan Pasar Dampak baik dirasakan hampir seluruh IKM yang
mengikuti expo di luar kota.
Sedangkan untuk expo dalam kota tidak berdampak pada hampir keseluruhan IKM, kecuali untuk produk sulam usus dikarenakan selama ini cara penjualan pengrajin sulam usus tidak mempertemukan antara produsen dan konsumen tetapi melalui perantara distributor yaitu toko-toko di pasar, sehingga expo sebagai momentum untuk menjalin interaksi antara produsen dan konsumen.
Tingkat Penjualan Segaris lurus dengan perluasan pasar, yaitu dirasakan berdampak signifikan oleh beberapa IKM yang ikut expo di luar kota. Selain itu, tingkat penjualan juga tidak dipengaruhi oleh expo di dalam kota untuk beberapa IKM yang mengikuti, namun cukup berpengaruh signifikan pada Sulam Usus skala kecil.
Prosedur Manajemen Penjualan
Dampak dirasakan hanya kepada IKM yang terpengaruh dari segi perluasan pasar oleh kegiatan expo di luar kota saja. Perubahan terjadi para cara pemesanan yang melalui alat telekomunikasi jarak jauh seperti telepon, cara pembayaran melalui transfer antar rekening serta cara pendistribusian atau pengiriman barang mayoritas melalui jasa pengiriman paket kecuali Kopi 46 yang men-carter
truk untuk mengrim produknya.
Pada aspek pemasaran, berdampak baik terhadap kualitas IKM
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah berdasarkan frekuensi
sering tidaknya mengikuti expo, berdasarkan level pemasaran yang diikuti,
131 Analisa mengenai korelasi antara anggaran yang minim dengan
optimalisasi dampak berdasarkan proses penelitian yang telah dijalani, harus
dibedakan dari dua sisi penilaian. Pertama, penilaian berdasarkan dampak
kegiatan khusus IKM terintervensi, maka peneliti secara tegas menyatakan
bahwa meskipun anggaran sedikit namun ketika memenuhi kriteria kegiatan
yang baik berdasarkan aspek pengembangan IKM akan berdampak baik pula.
Misalnya saja, kegiatan pelatihan dan pembinaan IKM jika memenuhi kriteria
kebaruan materi dan sifat pengetahuan yang aplikatif, akan berdampak baik
kepada industri batik, dan ikan olahan. Penilaian berbeda pada sisi kedua yaitu
jika dilihat perbandingan antara kelompok terintervensi dan tidak terintervensi.
Peserta yang terlatih pada kegiatan pelatihan dan pembinaan IKM hanya
berjumlah 180 orang atau hanya 2% dari total pelaku IKM. Jumlah tersebut
sudah selama 3 tahun pelaksanaan kegiatan. Lebih miris lagi, kegiatan fasilitasi
kerjasama IKM dan swasta hanya menampung 40 orang saja, tidak sampai 1%
dari keseluruhan IKM bahkan. Begitu juga dengan kegiatan promosi produk
UMKM yang jumlahnya sangat terbatas, hanya sampai 6 IKM saja yang
terlibat di setiap kegiatannya.
Implementasi Program Pengembangan IKM tidak berpengaruh pada
bertambahnya jumlah IKM/UMKM. Sehingga penentapan indikator untuk
132 Pelatihan dan pengembangan IKM dan Fasilitasi Kerjasama IKM dengan
Swasta dengan indikator pencapaian sasaran adalah meningkatnya kontibusi
sektor industri terhadap PDRB juga tidak tepat karena kecilnya jumlahIKM
terintervensi sehingga besar kemungkinan peningkatan PDRB dari sektor
industri disebabkan oleh faktor lain.
VI.2. Saran
Dari beberapa permasalahan terkait dengan kegiatan yang tidak
berdampak seperti di bab-bab sebelumnya, bisa disimpulkan bahwa
penyebabnya adalah bahwa untuk kegiatan pelatihan dan pembinaan IKM
masalahnya adalah karena materi yang disampaikan tidak mempunyai unsur
kebaruan dan tidak aplikatif sehingga, beberapa rekomendasi yang diberikan
dalam memperbaiki kegiatan tersebut adalah:
1. Disperindagkop memastikan terlebih dahulu potensi serta kebutuhan
SDM dari IKM tertentu yang akan menjadi sasaran kegiatan di
tahun-tahun berikutnya untuk kemudian membuat materi pelatihan
yang memang butuh mereka ketahui. Caranya dengan melakukan
133 2. MemperkiraKan unsur implementatif dan reliabilitas dari materi
yang akan disampaikan apakah mungkin diaplikasikan oleh IKM di
kemudian hari atau tidak.
3. Memfasilitasi IKM untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki pasca kegiatan sebagai follow up agar ilmu dapat
diimplementasikan.
Khusus untuk kegiatan fasilitasi kerjasama IKM dan swasta, karena
tidak terjadinya kerjasama berkaitan erat dengan ketidakmampuan IKM
memenuhi syarat dan ketentuan dari pihak swasta, maka dalam hal ini ada
beberapa alternative yang bisa diaplikasikan.
1. Jika memang kegiatan fasilitasi tetap akan dilaksanakan dan
bentuknya sama seperti pada tahun 2013, maka yang harus
dilakukan oleh Disperindagkop adalah melakukan follow up yaitu
memfasilitasi IKM sebagai peserta bukan hanya dengan
memberikan materi dari swasta tapi fasilitas dalam bentuk barang
misalnya saja keberatan IKM terhadap Hypermart adalah soal
kemasan, maka Pemkot memfasilitasi perbaikan kemasan dengan
penambahan modal atau bantuan bahan untuk membuat kemasan
134 2. Alternatif yang lebih diprioritaskan menurut hemat peneliti adalah
bahwa sebelum kegiatan dilakukan diidentifikasi dulu apa yang
disyaratkan pihak swasta dan bagaimana kemampuan calon peserta
kegiatan, jika diantara keduanya memungkinkan untuk dilakukan
kerjasama maka kegiatan sepantasnya dilakukan.
Untuk kegiatan promosi produk IKM, karena bentuknya adalah
pameran/expo, dan permasalahan yang sering muncul adalah ketidak
seimbangan porsi keterlibatan expo antara usaha kecil serta mikro dengan usaha
menengah,maka yang harus dilakukan adalah mengurangi gap antar keduanya
dalam hal frekuensi mengikuti expo. Artinya, Disperindagkop dituntut untuk
bisa memberikan porsi lebih pada IKM kecil dan mikro dalam mengikuti
kegiatan expo.
Berkaitan dengan permasalahan anggaran, maka tidak ada jalan lain
kecuali mengupayakan anggaran untuk pengembangan industri dapat
ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya. Paling tidak dapat meningkatkan
jumlah IKM yang dapat terintervensi. Penentuan prioritas pengembangan pada
produk unggulan juga seharusnya tidak serta merta mengeliminasi peran serta
kebutuhan IKM non unggulan yang jumlahnya adalah mayoritas. Sehingga
untuk ke depannya diperlukan juga program-program yang menyentuh IKM
135 Penetapan indikator tujuan dan sasaran sebaiknya harus tepat sasaran.
Pihak policy maker dari kebijakan serta program pengembangan industri harus
dapat menemukan kerangka logis antara tujuan, sasaran serta indikator
pencapaiannya. Hal ini dimaksudkan agar implementasi program dapat lebih
difokuskan pada pemenuhan indikator yang tepat guna sehingga sifatnya dapat