PENGARUH INHIBITOR PADA KONDISI BENIH UTUM
DAN TERBUKA SEBELUM DISIMPAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
BIBIT Shorea seminis (de Vriese) Slooten
OLEH
SUSILAWATI SOEYOED AS
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRACT
SUSLLAWATI SOEYOED AS. Pengaruh lnhlbitor pada Ben~h Utuh dan Terbuka Sebelum Disimpan terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Shoreu
seminls (de Vriese) Slooten, dibawah bimbingan SATRIYAS ILYAS sebagai ketua
FAIZA C. SUWARNO sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan : (1). Membandingkan hubungan antara kadar air benih dan daya berkecambah pada dua kondisi benih yang berbeda (utuh dan terbuka) selama penyimpanan. (2). Pemberian inhibitor dapat menghambat perkecambahan benih Slzoreu
seminrs V.SL selama periode penyimpanan. (3). Untuk mengetahui pengaruh pemberian
inhibitor (asam benzoat dan paclobutrazol) pada benih utuh dan terbuka sebelurn disimpan terhadap viabilitas benih dan perturnbuhan bibit Shorea seminis V.SL.
Penelitian ini terdiri dua percobaan. Percobaan 1 Pengaruh kondisi benih dan periode simpan terhadap daya berkecarnbah dan kadar air benih Shorea seminis V.SL. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial. Faktor pertama kondisi benih yaitu benih utuh (&)
dan
benih terbuka (KI). Faktor kedua periode simpan, terdiri dari 0, 1 , 2 , 3 , 4 dan 5 minggu. Banyaknya ulangan adalah tiga (3). Pengamatan dilakukan terhadap p e n m a n kadar air benih dan daya berkecambahPercobaan 2 merupakan percobaan faktorial dua faktor dengan rancangan split- plot. Petak utama adalah kondisi benih (K) yaitu
&
= benih utuh, dan K1 = benihterbuka, dan inhibitor sebagai anak petak terdiri dari I. = tanpa inhibitor, I1 = asarn
benzoat 250 pprn , I2 = asam
benzoat
500 pprn , I3 = asam benzoat 750 pprn, 4
= asarn benzoat 1000 pprn , Is = paclobutrazol 25 pprn , I6 = paclobutrazol 50 pprn , I7 =pacloburtazol 75 pprn
dan Is
= paclobutrazol 100 ppm. Pengamatan dilakukanterhadap parameter viabilitas (viabilitas potensial, viabilitas total dan vigor kekuatan tumbuh). Parameter viabilitas potensial (Vp) diamati berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB) Viabilitas total berdasarkan potensi tumbuh maksimum sedangkan vigor kekuatan tumbuh diamati berdasarkan kecepatan tumbuh.
tinggi tanarnan, diameter batang dan jumlah daun. Disamping itu dilakukan pengukuran terhadap suhu minimum , maksimum clan kelembaban ruang simpan selama penelitian
Hasil percobaan 1, menunjukkan bahwa dua kondrsi benrh ya~tu benih utuh dan benih terbuka, mengalami penurunan viabilitas dengan bertambahnya periode simpan. Penyimpanan selama 5 minggu menurunkan daya berkecambah dari 100 % sampai 12% untuk benih utuh dan 100% sampai 0 % benih terbuka.
Daya simpan benih Shorea seminis dengan daya berkecambah sebesar 50% dicapai selama 3,l minggu untuk benih utuh, sedangkan untuk benih terbuka dicapai 2,9 minggu. Pada saat itu kadar air benih 15,8% pada benih utuh dan 13,7% pa& benih terbuka.
Percobaan 2 menunjukkan adanya interaksi antara kondisi benih clan inhibitor terhadap daya berkecambah, kecepataan tumbuh, potensi tumbuh dan vigor bibit (tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang) selama disimpan, kecuali daya berkecambah dan potensi tumbuh pada periode 0 minggu.
Pemberian inhibitor asam benzoat dan paclobutrazol pada dua kondisi benih
Shorea seminis mampu menekan perkecambahan selama periode simpan tetapi
menurunkan viabilitas benih dan vigor bibit berumur 3 bulan. Semakin tinggi
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PENGARUH INHIBITOR PADA KONDISI BENIH UTUH DAN TERBUKA SEBELUM DISIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT
Shorea seminis (de Vriese) Slooten adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri
dan belurn pernah di publikasikan. Semua surnber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas
dan
dapat diperiksa kebenarannya.Bogor ; 28 Nopember 2002
PENGARUH INHIBITOR PADA KONDISI BENIH UTUH
DAN TERBUKA SEBELUM DISIMPAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
BIBIT Shorea seminis (de Vriese) Slooten
SUSILAWATI SOEYOED AS
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Agronomi
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
JUDUL TESIS : PENGARUH INHIBITOR DAN KONDISI BENIB UTUH DAN TERBUKA SEBELUM DISIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT
Shorea seminis (de Vriese) Slooten.
Nama Mahasiswa : Susilawati Soeyoed AS
Nomor Pokok : 99062
Menyetujui
1. Kornisi Pembimbing
Dr Ir Hj Satriyas Byas, MS Ketua
Mengetahui,
DR Ir Faiza C. Suwarno, MS Anggota
2. Ketua Program Studi 3. Direktur Program Pascasagana
Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc frida ManuwotoJWSc
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat , pada tanggal 14 Nopember 1959 dari ibu Hj Yulia Binti H. Djafar A. Rachim dan ayah H. Muhammad
Soejoed Ahmad Soedjak.
Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
diselesaikan di Pontianak hingga tahun 1979. Pada tahun 1980 penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dan lulus pada tanggal 15 Desember 1985.
Sejak tahun 1987 diterima sebagai Dosen Yayasan Panca Bhakti dan pada tahun
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayatNya, sehingga Penulis dapat menyelesaiakan tesis yang berjudul " Pengaruh Inhibitor pada Benih
Utuh dan Terbuka Sebelum Disimpan Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Shorea seminis (de Vriese) Slooten" dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi. Program Pascasa jana Institut Pertanian Bogor.
Tesis ini merupakan h a i l penelitian yang penulis lakukan pada bulan April 2001 sarnpai dengan bulan Oktober 2001, di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tesis ini tidak dapat tenvujud tanpa bantuan dan dukungan dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr Ir Hj Satriyas Ilyas, MS dan Dr Ir Hj Faiza C. Suwarno, MS sebagai dosen pembimbing atas waktu, kesabaran dan perhatian yang telah diberikan dengan tulus selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan tesis.
2. Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti, atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor.
4. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Kepala Laboratoriurn Agronoml Universitas Tanj~ngpura beserta staf atas bantuannya selama penelitian.
5. Bapak Eksan Herbarium LIP1 Bogor membantu dalam pembuatan gambar buah Shorea seminis V.SL.
6. Orang tua (H. Muhammad Soejoed Ahrnad Sudjad dan Hj Yulia), mbak Pur, Mas Yok, adik-adik (Yayuk, Togi, Nomo, Totok, Yulis, Budi, Iin dan Desi), keponakan (Ryo, Ryan, Tika dan Laras) atas doa, dukungan dan bantuannya serta keceriaannya yang dapat menghilangkan kejenuhan, kelelahan, membangkitkan semangat clan doa restunya.
7. Bapak dr Taufik Deradjat, MSc dan dr Agustin, MSc yang membantu dan memberikan perawatan selama penulis sakit dalam proses penyelesaian tesis. 8. Teman baikku : Diana, Gusti Ayu, Ujang, mbak Yuli, Indra, Sudirman, Yuri,
Mely, Kisenjer, Eva, Wayan, mbak farida, mbak Kusdamayanti, bapak Darmono, ibu Tatik, ibu Nina dan ibu Fadillah atas segala bantuan dan dorongannya.
Hanya dengan doa yang tulus dapat penulis panjatkan kepada Allah SWT semoga semua kebaikan dicatat dan dibalas pahala di sisiNya..
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan, tetapi penulis berharap dapat bermanfaat bagi perkembangan di bidang perbenihan kehutanan.
DAFTAR IS1
DAFTAR IS1 . . . .
Halaman
DAFTAR GAMBAR . . .
DAFTAR TABEL . .
. .
. . ..
. . .PENDAHULUAN
.
..
. . ..
. . .Latar Belakang . . .
Tujuan Penelitian . . .
.
. . .Hipotesis . . .
TINJAUAN PUSTAKA
.
. . . Shorea seminis. V. SL. .
. . ..
. . . .Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Shorea spp dalam Penyimpanan . . .
. . .
. . . .. . .
. . ..
.. . .
. . .. .
. . ..
. .. .
..Penggunaan Inhibitor pada Benih Rekalsitran selama Penyimpanan
BAHAN DAN METODE . . .
. . .
. . . .. . .
. . ..
. ..
. ..
. ...
Tempat dan Waktu Penelitian.. . .. . . .
. . ..
. . .. .
. .. .
. . . .. . .
. . ..
.. . .
. .Bahan dan Alat..
.
. .. . .
. . . .. . .
. . .. .
.. . .
. . .. . .
. . .. . .
..
. . .Metode penelitian
...
. .
.. . .
.. .
. . .. . .
. . .. .
. . .. .
..
. ..
. . .. . .
. ..
Rancangan Penelitian . . .
. . .
. . .. . .
. . ..
. . ..
. . ..
. . . .Pelaksanaan Penelitian .
.
. .. . . .
. . ..
. . .. . . .
..
. ..
Pengamatan . . . .
. .
.. . . .
. ..
. . ..
.. . .
..
.. . .
. ..
. . ..
. . .. . .
. . .. . .
HASIL DAN PEMBAHASAN .
. . .
. .. . . .
. ..
. . ..
..
. . ..
. . . .. .
.Percobaan 1. Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
Daya Berkecambah dan kadar air Benih Shorea seminis
Percobaan 2. Pengaruh Inhibitor pada Benih Utuh dan Terbuka Sebelurn disimpan terhadap Perkecambahan dan Per- tumbuhan Bibit Shorea seminis . . . .
.
. . ..
. . .KESIMPULAN DAN SARAN . . .
Kesimpulan . . .
.
. . ..
. . .Saran . . .
.
. . .DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . .
Vii
DAFTAR GAMBAR
1. Kedudukan buah Shorea seminis.V. SL (a), buah utuh (b), dan buah Terbuka 1 merekah (c) ... 2. Daya berkecambah benih Shorea seminis selama periode simpan
pada benih utuh (KO ) dan terbuka (K1) ... 3. Hubungan antara kadar air dan daya berkecambah pada benih utuh (a)
... benih terbuka (b)
4. Perkecambahan benih Shorea seminis yang abnormal akibat perlakuan ... inhibitor
5. Akar bibit Shorea seminis dari benih yang mendapat perlakuan inhibitor paclobutrazol (a) dan asam benzoat (b) ... 6. Bibit Shorea seminis umur bibit 1,5 bulan (a), dan 3 bulan (b) tanpa
perlakuan inhibitor ...
7. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap kecepatan tumbuh benih utuh (&) dan terbuka (K1) pa& minggu ke- 0. 8. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
kecepatan tumbuh benih utuh (&) dan terbuka (K1) pada minggu ke- 1
9. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap kecepatan tumbuh benih utuh (&) dan terbuka (K1) pada minggu ke- 2
10. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) clan paclobutrazol (b) terhadap kecepatan tumbuh benih utuh (KO) dan terbuka (K1) pada minggu ke- 3
Halaman
11. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
kecepatan tumbuh benih utuh (KO) dan terbuka (KI) pada minggu ke- 4 37 12. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka (K,)
pada minggu ke- 0 . . . 4 3 13. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka ( K I )
14. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (I&,) dan terbuka (K1)
pada minggu ke- 2 . . . 45 15. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggr bibit berumur 3 bulan dari benih utuh
(Ko)
dan terbuka (K1)pada minggu ke- 3 ... 46 16. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap
tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka (K1)
...
DAFTAR TABEL
Halaman No
Teks
1 . Pengaruh Interaksi antara Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
Daya Berkecambah
dan
Kadar Air Benih Shorea seminis ... 20 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Percobaan 2 ... 2 53. Pengaruh Interaksi antara Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Daya
Berkecambah, Kecepatan turnbuh, Potensi tumbuh dan Kadar Air Benih 2 7 4. Pengaruh Interaksi antara Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Vigor
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Teks
1. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis ... 5 5 2. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap
...
Kadar Air Benih Shorea seminis 5 5
3. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 0 ... 5 5 4. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Turnbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ... 56 5. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 2
...
566 . Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Kecepatan Tumbuh Shorea seminzs pada Minggu Ke- 3
...
:. ...
56 7. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadapKecepatan Tumbuh Shorea seminis
pada
Minggu Ke- 4 ... 578. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Potensi Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ... 57 9. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Potensi Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 2 ... 5 7 10. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Potensi Tumbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 3 ... 58 1 1. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor
dan
Kondisi Benih terhadapPotensi Turnbuh Shorea seminis pada Minggu Ke- 4.. ... 5 8
12. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis pada Minggu Ke- 0 ... 5 8
13. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
14. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Daya Berkecambah Benih Shorea seminix pads Minggu Ke- 2 . . .
15. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Daya Berkecambah Benih Shorea seminis pada Minggu Ke- 3 ... 16. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Daya Berkecambah Benih Shorea seminis pada Minggu Ke- 4 ... 17. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
... Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 0
18. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 1 ... 19. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 2 ...
20. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
...
Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Minggu Ke- 3
2 1. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor
dan
Kondisi Benih terhadap...
Diameter Batang Bibit Shorea seminis pada Wnggu Ke- 4
22. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
...
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 0..
23. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
...
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 1..
24. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
...
Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 2..
25. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Konchsi Benih terhadap ... Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Mmggu Ke- 3..
26. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap ... Tinggi Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 4 . .
27. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Jumlah Daun Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 0 ...
29 . Analisis Sidik Ragam
Pen@
Inhibitor dan Kondisi Benih terhadapJurnlah Daun Tanaman Shoreu seminis pada Minggu Ke- 2 . . . 64 30 . Analisis Sidik Ragam Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Beni h terhadap
Jumlah Daun Tanaman Shorea seminis pada Minggu Ke- 3 ... 64 3 1 . Analisis Sidik Ragarn Pengaruh Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap
Jurnlah Daun Tanarnan Shorea seminis pada Minggu Ke- 4 ... 65
32
.
Pengaruh Inhibitor terhadap Viabilitas Benih Shorea seminis ... 66 33 . Pengaruh Kondisi Benih terhadap Viabilitas Benih Shorea seminisPENDAHULUAN
Latar Belakang
Shorea semrnrs V.SL merupakan salah satu jenis pohon hutan darl famlli
Dipterocarpaceae yang banyak terdapat di Kalimantan dan memiliki nilai ekonomis sebagai penghasil kayu. Untuk memenuhi permintaan kayu oleh konsurnen dalam negeri maupun luar negeri, maka banyak sekali terjadi penebangan pohon jenis ini baik secara legal maupun ilegal. Penanaman pohon ini jarang dilakukan, disamping itu dalam pelaksanaan penanamannya mengalami banyak kendala, diantaranya sulit menyediakan benih bemutu dalam jumlah banyak. Hal ini sebabkan berbuahnya serentak dalam interval 2
-
10 tahun sekali (Ashton,1988), disarnping bijinya terrnasuk dalam kelompok benih rekalsitran yang cepat kehilangan viabilitasnya, sehingga sulit disimpan dalam jangka waktu yang lama.Benih rekalsitran merupakan benih yang tidak tahan terhadap pengeringan, peka terhadap suhu rendah dan kelembaban rendah serta viabilitasnya cepat menurun selama penyimpanan (Bewley and Black, 1985).
Usaha penyimpanan konvensional telah banyak dilakukan, namun hasil yang
terbuka. Salah satu penyebab turunnya viabilitas benih adalah turunnya kadar air benih.
pengawet makanan, ternyata asam benzoat juga terdapat di dalam tanaman. Menurut Weaver dulum Abidin (1993), beberapa inhibitor di dalam tanaman merupakan senyawa fenil, yang tennasuk di dalamnya fenol, asam benzoat, asam sinimat, dan asam kafeat. Penelitian Murti (2000) pada benih Agatis loranthifolia yang direndarn dalam asam benzoat konsentrasi 0.5 g/l dan 1.0 g/l sebelum disimpan pada suhu 4 - 6°C hingga periode 12 minggu,
hays
berkecambahnya masing-masing 46.7% dan 52.4% dibandingkan dengan kontrol yang hanya 26.2%. Sedangkan penelitian Kusdarnayanti (2000), pemberian asam benzoat (500 ppm dan 1000 ppm) dan paclobutrazol (20 ppm dan 40 ppm) pada benih Shorea selanica dapat mempertahankan veabilitas benih selama 8 minggu pada suhu 2 0 ' ~ dan RH 70%. Daya berkecambah masing-masing perlakuan (81.5% dan 70.5%) dan (70.5% dan 70.0%), dan perlakuan ini menunjukkan beda nyata dengan kontrol (direndarn dalam aquades dengan daya berkecambah 56.0%).Shorea seminis di Kalimantan Barat disebut dengan nama tengkawang telenak
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :
1. Membandingkan hubungan antara kadar air benih dan daya berkecarnbah pada dua kondisi benih yang berbeda (utuh dan terbuka) selama penyimpanan.
2. Pemberian inhibitor dapat menghambat perkecambahan benih Shorea seminis selama periode penyimpanan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian inhibitor (asam benzoat dan
paclobutrazol ) pada benih utuh dan terbuka selarna penyimpanan terhadap veabilitas benih perturnbuhan bibit Shorea seminis.
Hipotesis
1. Kadar air benih utuh
akan
lebih tinggi daya berkecarnbahnya bila dibandingkan dengan kadar air benih terbuka.2. Pemberian inhibitor pada benih terbuka (merekah), sebelum disimpan dapat menekan laju pertumbuhan kecambah selarna penyimpanan. 3. Pemberian inhibitor pada dua kondisi benih (utuh dan terbuka) selama
TINJAUAN PUSTAKA
Shorea serninis (de Vriese) Slooten
Shorea spp merupakan salah satu genus yang terbesar dari famili
Dipterocarpaceae yang mempunyai arti penting, karena kayunya mempunyai nilai ekonomi di pasaran dunia maupun &lam negeri. Di Indonesia terdapat 114 jenis, dengan daerah penyebarannya Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Maluku (A1 Rasyid, Marfuah, Wijayakusuma dan Hendarsyah, 199 1 ).
Slzorea seminis merupakan pohon besar yang mempunyai diameter hingga lebih
dari satu meter, dengan batang agak bersisik pada umumnya berdamar. Kayu yang diambil umumnya digunakan untuk bahan bangunan baik berupa papan, kayau lapis dan rangka , balok kasau, pintu, jendela untuk pasaran lokal maupun ekspor. Umur pohon ini hampir sarna dengan umur Shorea yang lain, yaitu dapat mencapai 40 tahun (Anonimus, 1987). Di Kalimantan Barat
buah
atau biji S. seminis merupakan salah satu dari 13 jenis tengkawang yang diambil lemaknya untuk dijadikan minyak tengkawang dan dikenal dengan nama tengkawang telenak (Sunarcia, 199 1 ).Shorea berproduksi sekali dalam setahun, biasanya berbunga pada bulan Agustus,
September, Oktober. Dari pembungaan hingga berbuah matang memerlukan waktu lebih kurang 6 bulan, produksi buah dipengaruhi oleh musim. Buahlbiji S. seminis berbentuk bulat seperti buah manggis berukuran panjang 1.5 cm dan lebar 1.5 cm, setelah masak fisiologis buah benvarna , hujau tua kekuningan dan mempunyai lima sayap benvarna
coklat dengan panjang 0.5 cm (Sunarcia, 1991). Berat I kg buahl biji
S
seminis jurnlahnya sekitar 150 buah. Kedudukan buah S. srn1ini.v pada ranting, buah/ benih utuhGambar . 1 . Kedudukan buah Si1ore.s sentinis (a), buah utuh (b), dan buah terbukal merekah (c).
Faktor-faktor yang klempengaruhi Viabilitas Benih Shorea spp dalam Penyimpanan.
viabilitasnya dan daya hidup benih rekalsitran umumnya pendek, khusus untuk spesies yang berasal dari daerah tropika hanya berurnur beberapa hari sampai beberapa bulan saja (King dan Robeerts, 1980). Menurut Hong dan Ellts (1996) belum ada metode yang memuaskan untuk mempertahankan viabilitas benih rekalsitran dalarn waktu lama, karena benih tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan pada suhu O'C. Selain itu benih rekalsitran berkadar air tinggi, cepat berkecambah serta cepat hilang viabilitasnya. Kehilangan viabilitas pada benih rekalsitran terjadi pada kadar air kritis antara 20%
-
40% tergantung spesiesnya.Menurut Yap (1 98 I), pada benih Dipterocarpaceae terdapat hubungan antara kelompok taksonomi benih dengan daya simpannya, misalnya untuk spesies Mutica clan Pachycarpa penyimpana benih pada suhu dibawah lo°C mengakibatkan kemunduranl kematian benih Benih akan bertahan pada suhu diantara 22 - 2 8 ' ~ (pada suhu ruang ber AC). Sebaliknya benih dari kelompok Anthoshorea dapat bertahan pada suhu ~ O C ,
namun penyimpanan terbaik pada suhu 1 4 ' ~ . Viabilitas benih S. roxburghii mencapai 69% setelah disimpan 6 bulan pada suhu ~ O C , sedangkan benih S. stenoptora dapat
bertahan hanya 4 minggu pada ruang terbuka, dan 8 minggu pada suhu
~o'c,
RH 90% ( Purwaningsih, 1999).kadar air benih tetap tingg. Kadar air benih rekalsitran pada saat penyimpanan berkisar antara 30% - 90% (Hong dan Ellis, 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa tidak ada metode yang memuaskan untuk mempertahankan viabilitas benih rekalsitran dalam waktu yang lama, karena benih tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan pada suhu O'C. Penyimpanan benih dengan kadar air yang tinggi pada suhu O'C akan mematikan benih karena terjadi freezing injury atau kerusakan karena pembekuanl h s t a l es di dalam benih. Benih rekalsitran dari daerah tropika akan te rjadi kerusakan karena chilling injury jika disimpan pada suhu 1 0 ' ~
-
1 5 ' ~ . Menurut Ruhl (1995) penyimpanan menyebabkan perubahan ultrastrukural pada benih rekalsitran. Dijelaskan oleh Suzuka dalam Hong dan Ellis (1996) bahwa benih rekalsitran dari daerah temperate dapat lebih lama disimpan, karena tahan disimpan pada suhu rendah seperti oak (Querqus spp) dapat disimpan pada suhu -3'~.
Menurut Luprince, Hendry dan McKersie (1993)- perbedaan mendasar antara benih rekalsitran dengan benih ortodoks pada ketahanannya terhadap desikasi. Benih ortodoks mengandung gula (sukrosa dan raffinosa) yang tinggi, yang fungsinya dapat menggantikan air pada permukaan molekul makro selama desikasi. Benih ortodoks juga mengandung late embryogenesis abundant (LEA) protein yang dapat menarnbah ketahanan terhadap desikasi. Sebaliknya pada benih rekalsitran tidak demikian, misalnya benih Aesculus indica (Uniyal dan Nautiyal, 1996).
-
70%), daya kecambah menurun dan 86,7% menjadi 74,7% setelah disimpan selama 2minggu. Benih S. compre.t r.o yacg dlslmpan dengan medla serbuk gergaj I (25 butir benih
+ 500 gram serbuk gergajl ) dalam wadah kaleng tertutup pada suhu 1 8 " ~
-
2 2 " ~ , RH 60%-
70%, daya berkecambahnyadan
77% menjadi 46% setelah disimpan selama 1 minggu dan menjadi 29% setelah disimpan 4 minggu (Sagala dan Suprapti, 1990).Benih S. seminis yang disimpan dalam kantong blacu terbuka ( tanpa kotak kayu) dan kantong blacu dalam kotak kayu dengan suhu 2 5 ° ~ - 3 0 0 ~ dan RH 80%-90%, daya berkecambahnya 68,3% setelah disimpan selama 3 hari dan menurun menjadi 33,4% setelah disimpan selama 18 hari. Sedangkan pada suhu 1 5 ° ~ - 2 0 0 ~ , RH 45%-70%. daya berkecambahnya sebesar 66,5% setelah disimpan 3 hari dan menurun menjadi 18,79% setelah disimpan 18 hari. Selarna penyimpanan benih mengalami penurunan kadar air karena melakukan keseimbangan dengan kelebaban ruang simpan (Zanzibar dan
Supriyanto, 1993).
Benih S. selanica yang disimpan dalarn wadah plastik tertutup dapat mempertahankan daya berkecambahnya selama 5 minggu pada kondisi kamar. Benih hanya sedikit mengalami penunuran daya berkecarnbah yaitu dari 94,6% menjadi 92,0% yang secara statistika tidak berbeda nyata. Akan tetapi bila disimpan dalam wadah plastik terbuka, daya berkecambahnya menurun secara nyata sebesar 53,3% setelah disimpan 5 minggu ( Masano dan Mawazin, 1997).
Hasil penelitian Purwaningsih (1999), penurunan daya berkecarnbah benih
Shorea stenoptera sebesar 50% pada kondisi simpan ruang terbuka, dicapai selama 3,5
menurun menjadi 53,3%
dan
kehilangan viabilitas (daya berkecambah 0% setelah 6 mlnggu) Sedangkan pada kondisi simpan 20" C n RH 90%. benlh yang disimpan selama 4 minggu maslh mempunyai daya berkzcambah 94,7%, kemudian turun menjadl 78,7% setelah 6 minggu dan 56,0% setelah 8 minggu penyimpanan.Penggunaan Inhibitor pada Benih Rekalsitran selama Penyimpanan
Beberapa benih rekalsitran mempunyai sifat dormansi primer yang disebabkan oleh kulit benih yang tebal, embrio .yang belum masak, atau adanya inhibitor pada kulit benih. Pada benih rekalsitran yang tidak dorman, perkecarnbanan segera terjadi jika benih berada dalam keadaan yang sesuai
untuk
perkecambahan. Benih rekalsitran setelah dipanen menurut Parnmenter et al. (1994), melakukan aktivitas metabolisme tanpa memerlukan fase istirahat. Penyimpanan pada kondisi lembab dapat menimbulkan pernasalahan yaitu terjadinya perkecarnbahan selama penyimpanan. Biasanya benih rekalsitran mempunyai kadar air yang sama dengan keadaan berimbibisi penuh pada saat jatuh dari pohon induknya, sehingga benih &an segera berkecambah bila disimpan dalam kondisi lembab. Keadaan ini &an menyebabkan penurunan viabilitas benih selama penyimpanan dan kesullitan dalam penanaman.Menurut Roberts dm King (1980), pada beberapa benih rekalsitran ditemukan inhibitor perkecambahan alarni (endogen). Penggunaan inhibitor alami,
untuk
menekan pertumbuhan akar telah banyak diteliti, seperti ekstrak pulp kakao atau kulit kopi, clanasarn dari jeruk, narnun hasilnya h a n g baik, sehingga digunakan inhibitor
Dalam proses perkecambahan dibutuhkan keseimbangan zat mengatur tumbuh tanaman dalam benih. Pada ben~h yang belurn masak kandungan glibrell~nnya t~nggl, akan tetapi laju perkecambahannya rendah, karena asam absisatnya (ABAnya) tlnggl. Hal ini bermanfaat bagi mencegah perkecambahan dini (Quatrano dalam Kusdamayanti, 2000). ABA merupakan inhibitor yang secara alami terdapat dl dalam benih, akan tetapi bahan ini jarang digunakan sebagai inhbitor exogen selama penyimpanan mengingat harganya relatif mahal.
Menurut Bonner (1976), coumarin dan derivatnya, serta derivat dan asam sinamat dan asam benzoat, seperti halnya beberapa senyawa fenol, cukup banyak terdapat pada tanaman
dan
diketahui dapat mencegah perkecambahan. Akan tetepi seberapa lama fungsi dan penganrhnya belum diketahui secara jelas. Penggunaan asarn benzoat sebagai zat pengharnbat perkecambahannya dalarn penyimpanan benih belum dapat diketahui bagaimana mekanisme pengaruh asam benzoat dalam menghambat perkecambahan benih.Asam benzoat adalah asam karboksilat yang termasuk ke dalam golongan senyawa organik dengan dicirikan oleh adanya gugus karboksil (-COOH) dan merupakan asam aromatik yang paling sederhana. Rumus empirik asam benzoat adalah
C7H602.
Berdasarkan hasil penelitian Murti (2000) pada benih A.. loranthfoliu yang direndam dalam larutan asam benzoat dengan konsentrasi 0.5 g/l dan 1 0 g/l sebelum penyimpanan tidak mengalami perkecambahan selama penyimpanan 12 minggu, dan setelah dikecambahkan selesai penyimpanan ternyata dapat meningkatkan daya berkecambah dan keserempakan perkecambahan benih secara nyata dibandingkan kontrol.
Penggunaan inhibitor menimbulkan induced dormancy pada benih. Induced dormancy dapat timbul oleh perlakuan pelembaban, suhu, sub-optimum, kekurangan oksigen, kondisi anaerobik, perlakuan cahaya, dan perendaman benih dalam larutan berpotensial osmotik tinggi. Dormansi tersebut terjadi karena timbulnya penghambat metabolisme perkecambahan atau timbulnya ketidak seimbangan antara promotor dan
inhibitor di dalam benih, sehingga tidak terjadi perkecambahan (Copeland, 1987). Benih yang mengalami induced dormancy tidak dapat langsung berkecambah dalarn kondisi optimum, walaupun faktor penyebab dormasi dihilangkan. Benih tersebut memerlukan perlakuan tertentu agar dapat berkecambah dan
tumbuh
normal.seperti amilase, protease, fofatase, ribonuklease dan beberapa enzim lainnya ( Jones dan McMillan, 1985).
BAHAN
DAN METODATempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, dimulai pada tanggal 10 April 200 1 sampai dengan 10 Oktober 200 1.
Bahan dan Alat
Benih S. seminis dipanen dari Kebun rakyat Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat pada tanggal 9 April 2001. Bahan lain yang digunakan adalah asam benzoat, paclobutrazol, air destilasi, sekam padi dan media tanam.
Alat-alat yang &gunakan wadah perendarn benih, gelas ukur, timbangan analitlk, oven listrik, polybag, bak plastik, gembor, jangka sorong, mistar, pisau, hygrometer dan termometer dan alat tulis.
Metode Penelitian
Rancangan Perrcobaan
Percobaan 1. Pengaruh kondisi benih dan periode simpan terhadap daya berkecambah dan kadar air benih Shorea seminis.
Model matematika yang digunakan : YiiL = p + 0, + pj + Kk + E,)
Dimana :
Yijk = nilai pengamatan periode simpan ke-i dan kondisi benih ke-j
p = nilai rata-rata umum
01 = pengaruh periode simpan ke-i pj = pengaruh kondisi benih ke-j Kk = pengaruh kelompok ke-k
Ei, = pengaruh galat
Percobaan 1 dilakukan analisis ragam dan di uji lanjut dengan Duncan multiple range test (DMRT), jika dari hasil analisis ragam Fhitung > Ftabel disamping itu dilakukan analisis regresi.
Percobaan 2. Pengaruh inhibitor pada benih utuh dan terbuka sebelum disimpan terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit Shorea seminis
Percobaan ini menggunakan rancangan petak terbagi. Kondisi benih (K)
merupakan petak utama terdiri dari
IG-,
= benih utuh dan K1 = benih terbuka, sedangkan inhibitor (I) merupakan anak petak, terdiri danb
= tanpa inhibitor, 1, =pemberian asam benzoat 250 ppm, I2 = pemberian asam benzoat 500 ppm,
Ig
=pemberian asam benzoat 750 ppm, I4 = pemberian asam benzoat 1000 ppm, Is =
pemberian paclobutrazol 25 ppm,
k
= pemberian paclobutrazol 50 ppm, I7 =pemberian paclobutrazol 75 ppm,
Is
= pemberian paclobutrazol 100 ppm. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali.Model matematik d m rancangan ini adalah :
dimana,
Yij = nilai pengamatan dari perlakuan inhibitor ke- i dan ulangan ke-j
Bi = pengaruh ulangan ke-i
K, = pengaruh aditif dm taraf ke- j faktor petak utarna
6 , = pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-j faktor petak utama dan
ulangan ke- i (galat a).
Ii = pengaruh aditif dari taraf ke- i faktor anak petak.
(m)jk = Pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor petak utama dan taraf ke-
k dari faktor anak petak.
Eijk = Pengaruh galat pada ulangan ke-i yang memperoleh taraf ke-j dari faktor
petak utama dan taraf ke-j faktor anak petak (galat b)
Pada percobaan 2 dilakukan analisis ragarn dengan uji beda Duncan multiple range test (DMRT) jika dari hasil analisis ragam Fh,,, > Fhkl, disamping itu dilakukan analisis regresi.
Pelaksanaan Penelitian
Percobaan 1
a. Persiapan Benih
b. Penyimpanan Benih
Benih disimpan pada ruang terbuka, suhu dan kelembabamya mengkut~ suhu antara 2 9 ' ~ - 3 3 ' ~ clan kelembaban udara 80%
-
90%. Benih diletakkan dalarn bak plastik berukuran 40 cm x 25 cm x 8 cm, yang telah diisi dengan sekam padi yang telah dibasahi ( kadar air sekam 40.12%). Letak atau posisi benih yaitu bagian pangkal benih menghadap keatas. Penyimpanan dilakukan selama 0, 1,2,3,4 dan 5 minggu.c. Perkecarnbahan
Perkecambahan menggunakan polybag berukuran 40 cm x 20 cm, dengan media tanah alluvial bercampur kotoran cacing tanah (casting) dengan perbandingan
2 : 1. Setiap tolok ukur pengamatan dalarn setiap ulangan terdiri 25 benih.
Percobaan 2
a. Persiapan benih
Persiapan benih percobaan 2 sama seperti pada percobaan 1.
b. Perlakuan Inhibitor
Perlakuan inhibitor diberikan pada benih dengan konsentrasi sesuai perlakuan, dengan cara direndam selama 1 jam, kemudian ditiriskanl dikeringanginkan selama 1 jam. Inhibitor yang digunakan adalah asam benzoat dan paclobutrazol, paclobutrazol yang digunakan bermerek dagang Cultar.
c. Penyimpanan benih
d. Perkecambahan dan pembibitan
Pelaksanaan perkecarnbahan dan pemb~b~tan sama sepert~ pada percobaan 1 Pengamatan
Pada percobaan 1 pengamatan dilakukan terhadap kadar air benih dan daya berkecambah, sedangkan percobaan 2 terhadap kadar air benih, parameter viabilitas (viabilitas potensial, viabilitas total dan vigor kekuatan tumbuh). Parameter viabilitas potensial (Vp) diamati berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB). Viabilitas total berdasarkan potensi turnbuh maksimum, sedangkan vigor kekuatan tumbuh diamati berdasarkan kecepatan tumbuh. Pengamatan vigor bibit dilakukan saat bibit berurnur 3 bulan, dengan pengukuran tinggi bibit, diameter batang dan jumlah
daun.
a. Daya berkecambah (%)
Daya berkecambah dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal pada saat hitungan pertama 14 hari setelah tanam (HST) dan hitungan kedua 28
HST. Kriteria kecambah normal yang digunakan adalah apabila panjang hipokotil dua kali panjang benih serta kotiledon telah terbuka sehingga terlihat bakal daun pertamanya. Daya berkecambah merupakan persentase kecambah normal dari seluruh benih yang ditanam.
C. kecambah normal hitungan I + 11
Days berkecambah =
---
---
----
...
x 100%b. Potensi tumbuh maksimum (%)
Potensl tumbuh maksimum merupakan persentase kecambah normal clan abnormal dari seluruh benih yang ditanam. Penghitungan dilakukan pada 20 HST.
C kecambah normal + abnormal
Potensi tumbuh =
...
x 100%C
benih yang ditanamc. Kecepatan tumbuh (%/hari)
Kecepatan tumbuh diukur berdasarkan total tarnbahan kecambah normal setiap hari. Pengamatan dilakukan sejak waktu htungan pertarna hingga kurun
waktu perkecambahan 28 hari. Kecepatan tumbuh dinyatakan dalam persen
kecambah normal per hari. Kecepatan tumbuh dihitung menggunakan persamaan Maguire dalam AOSA (1983) yaitu :
28
KCT
=C
NiIDii= 1
KCT
= KecepatantumbuhNi, = Persentase kecambah normal pada hari ke, 1,2,. . . , i
Di,.
. .
= Jumlah hari setelah tanam.d. Kadar air (%)
Kadar air dihtung dengan rumus :
Berat basah
-
berat keringKadar air =
...
x 100%Berat basah
e. Pertumbuhan bibit
Pengamatan pertumbuhan bibit dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam, dengan mengukur rata-rata dari 5 bibit sebagai sample yang diambil secara acak, untuk setiap ulangan. Pengukuran dilakukan terhadap tinggi bibit, diameter batang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Pengaruh Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap Daya Berkecambah dan Kadar Air Benih Shorea seminis
[image:132.576.64.464.69.727.2]Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua macam kondisi benih yaitu utuh (KO) dan terbuka (KI), mengalami penurunan daya berkecambah dan kadar air dengan bertambahnya periode simpan atau waktu pengamatan. Penyimpanan selama 5 minggu menurunkan daya berkecambah hingga sebesar 88,00% pada kondisi benih utuh, sedangkan pada kondisi benih yang terbuka daya berkecambah turun hingga sebesar 100%. Penurunan daya berkecambah lebih cepat terjadi pada benih terbuka sehingga pada periode pengamatan 5 minggu daya berkecambah sebesar 0% ( Tabel 1)
Tabel 1. Pengaruh Interaksi antara Kondisi Benih dan Periode Simpan terhadap Daya Berkecambah dan Kadar h r Benih Shorea seminis
I
Periode simpanI
Daya berkecambah(
Daya berkecambah1
I
1
Kadarair-benihI
Kadarairbenih1
Setelah periode simpan sampai dengan 2 minggu, daya berkecambah benih utuh lebih tingg dari pada benih terbuka. l'etapi setelah disimpan 3 minggu atau lebih lama tidak terdapslt perbedaail nyata antara daya berkecambah benih utuh dan terbuka, masing- masing 50,7% dan 49,3% setelah 3 minggu disimpan, 37,3% dan 36 % setelah 4 minggu. Semakin lama periode simpan, daya berkecambah semakin menurun seiring dengan menurunnya kadar air benih menurun. Sampai 4 minggu periode simpan kadar air benih utuh selalu lebih besar dari kadar air benih terbuka. Kadar air benih utuh telah menurun
dan
25,9% menjadi 18,9% setelah 2 minggu disimpan, yang tidak berbeda nyata dengan kadar air terbuka setelah 1 minggu disimpan. Tingkat kadar air benih yang setara selalu te jadi 1 minggu lebih cepat pada benih terbuka dibandingkan benih utuh. Pada akhir periode simpan ( 5 minggu) kadar air benih sudah sangat rendah 9,3% dan 8,3% masing-masing pada benih utuh dan benih terbuka.U n t u k rnengetahui hubungan antara periode simpan dengan daya berkecambah pada dua kondrsi benih (&, dan K , ) dapat di lihat pada ( Gambar 2).
Daya berkecambah S. sc.171ini.v sebesar 50 % dicapai selama 3,l minggu untuk benih utuh
(b),
dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9896. Sedangkan untuk benih yang terbuka ( K I ) hanya selama 2.9 minggu dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9808.t - - .1- . . . - . .- - - .. . , . . . . - -
,
.- -. - . -- - - - -- - - - 10 1 2 3 4 5 6
[image:134.582.68.481.110.714.2]WAKTU PB4GAMATAN(flMINGGU)
Gambar 2. Daya berkecambah benih Sltoreu .seminis selama periode simpan pada benih utuh (KO), dan terbuka
(K1)
Pada saat daya berkecambah 50%, kadar air benih utuh 15,8% (Garnbar 3a), sedangkan pada benih terbuka kadar airnya 13,70% (Gambar 3b) Penurunan daya berkecambah baik pada benih utuh, maupun pada benih terbuka dlsebabkan kadar alr benih yang terus menurun selama periode simpan, walaupun benih S. semrnis telah disimpan pada sekam padi yang telah dibasahi air (kadar air sekam 40,1%), narnun pada kenyataannya dengan bertambahnya periode simpan, sekam padi juga mengalami kekeringan.
(a)
KADAR AIR (%)
[image:135.576.68.502.33.679.2]Setelah periode simpan 5
minggu
kadar airsekam
menjadi 11,3%. Penunman kadar air sekam pad^ yang begtu bear disebablcan oleh suhu yang cukup tin@. Suhu ruangrata-rata selama periode simpan 3 0 ' ~
- 3 3 ' ~ ,
RH 75 % 80%.Pada benih Shorea seminzs yang terbuka dengan kadar air benih 8,32% tidak
menunjukkan adanya perkecambahan. Kadar air 14% dapat dikatakan sebagai kadar air
kritikal, karena daya berkecambah dibawah 50% baik pada benih terbuka maupun benih
utuh. Penurunan daya berkecambah disebabkan benih S. seminis merupakan benih
rekalsitran, mernpunyai karakteristik kadar air yang tinggi. Penunman kadar air sedikit
saja dapat menunurkan viabilitasnya, bahkan benih hilang viabilitasnya.
Faktor lain yang menyebabkan turunnya daya berkecambah, diduga dipengaruh~
oleh asal
benik
Benih rekalsitran yang berasal dari daerah tropika, urnumnyamempunyai daya simpan relatif singkat, dibandingkan dengan benih
rekalsitran
yangberasal
dari
daerah temperate yang &pat bertahan hingga beberapa tahun. MenurutHong
dm
Ellis (1996), benih rekalsitran yang berasal dari daerah tropika relatif benunutpendek dari beberapa minggu hingga beberapa
bdan.
Menurut Farrant et al. (1989)clan
Bejak et al. (1993), benih-benih rekalsitran yang berasal dari daerah tropika
metabolismenya aktif
ketika
lepas dari tanaman induknya,dan
p r o s embrionyamenunjukkan pentbahan ultra stnlkturat dalam waktu slngkat
di
penyimpanan. Proses iniPercobaan 2. Pengaruh Inhibitor pada Benih Utuh dan Terbuka Sebelum Dishpan terhlrdap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Shorea
[image:137.582.68.503.125.654.2]semi&
Tabel 2. Rekapitulasi HasiI Sidik Ragarn Percobaan 2
Tolok Ukur Daya berkecambah
(%I
Periode simpan Kecepatan twnbuh (%/Etmal )Hasil sidik ragam Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor tunggal maupun interaksi Swnber Keragaman
0 minggu 1 minggu 2 minggu 3 m i n ~ m ~
1
4 mingguantara kondisi benih
dan
inhibitor berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok ukur Kondisi benihI
InhibitorI
Interaksi I0 minggu
1 minggu
2 minggu 3 minggu
**
*
*
*
*
* *
yang diamati, kecuali pengaruh interaksi kedua faktor terhadap daya berkecambah dan potensi tumbuh saat 0 minggu dan pengaruh faktor tunggal terhadap potensi tumbuh
saat 0 minggu.
A. Pengaruh Interaksi antara Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Viabilitas dan Kadar Air Benih Shorea seminis
Bertambahnya periode simpan p d a benih yang mendapat perlakuan inhibitor (Tabel 3), menurunan daya berkecarnbah, kecepatan tumbuh dan potensi tumbuh benih utuh maupun terbuka. Penggunaan inhibitor pada benih utuh dan terbuka untuk periode simpan 0 minggu tidak mempengaruhi daya berkecambah dan potensi tumbuh, namun mempengaruhi kecepatan tumbuh. Pengaruh inhibitor tampak nyata setelah benih mengalami periode simpan.
Pada periode simpan 1 minggu, benih yang diberi perlakuan asam benzoat 750 ppm dan 500 ppm, masing-masing menunjukkan daya berkecambah benih utuh dan
terbuka rnasih diatas 50%. Pemakaian paclobutrazol 25 ppm - 100 ppm menunjukkan
daya berkecambah > 50%, sedangkan pada benih terbuka konsentrasi paclobutrazol terendah 25 ppm. Pada periode simpan 3 minggu daya berkecambah telah < 50% baik
pada
benih utuhdan
terbuka yang diberi inhibitor maupun tidak.Nilai potensi tumbuh masih diatas 50Y0
pada
benih utuh dicapi sarnpai periode simpan 4 minggu , sedangkan untuk benih terbuka hanya sampai periode simpan 3Tabel 3. Pengaruh Interaksi antara Inhibitor &n Kondisi Benih terhadap Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, Potensi Tumbuh dan Kadar Air Benih
Penghambatan yang terjdi terhadap benih dikarenakan benih mengalami
penurunan viabilitas, dengan tanda benih telah berubah wama menjadr h~tam
Penghambatan yang demikian, diduga karena benih tidak dicuci setelah diberi perlakuan
inhibitor, sehingga efeknya masih terlihat setelah penyimpanan. Pemberian inhibitor pa&
benih yang disimpan 2 minggu menunjukkan daya berkecambah dan kecepatan tumbuh
yang sangat rendah dibandingkan tanpa inhibitor, masing-masing lebih kecil dari 50%
untuk daya berkecambah dan 5%/etmal untuk kecepatan tumbuh, walaupun potensi
tunbuh masih tinggi, tetapi secara visual benih tersebut tidak dapat berkecambah menjadi
kecambah normal. Hal ini menunjukkan bahwa inhibitor yang diberikan baik asam
benzoat maupun paclobutrazol dengan konsentrasi rendah hingga tinggi, cukup efektif
menghambat perkecambahan selama masa penyimpanan, namun penghambatan ini
membuat banyak benih berkecambah abnormal (Gambar 4). Ketidak normalan
kecambah yang terbentuk diduga juga berhubungan dengan umur benih. Benih S.
seminis merupakan jenis pohon asli Indonesia, sehingga memiliki sifat benih rekalsitran
yamg berasal dari daerah tropika. Menurut Hong dan Ellis (1996), benih yang berasal
dari daerah tropika relatif berumur lebih pendek yaitu hanya beberapa
minggu
sarnpai
beberapa bulan saja dibandingkan dengan benih rekalsitran yang berasal dari daerah
temperate yang dapat bertahan sampai beberapa tahun. Dijelaskan oleh Berjak et al.
(1993), benih-benih rekalsitran yang berasal dari daerah tropika metabolismenya sangat
aktif ketika lepas dari pohon induknya dan p r o s embrionya menunjukkan perubahan
ultrastruktural dalam waktu yang singkat selama penyimpanan
Hubungan antara inhibitor dengan kecepatan tumbuh pada dua kondisi benih
bahwa pemberian inhibitor pada kondisi benih utuh maupun terbuka sangat
mempengaruhi kecepatan tumbuh benih S. semmr.5, sekalipun benih tersebut tanpa
mengalami penode slmpan ( 0 minggu). Hubungan In1 dapat dltunjukkan dengan nlla~
keeratan hubungannya ( r) rata-rata diatas 0,90.
Inhibitor merupakan zat pengharnbat. Benih yang mendapat perlakuan inhibitor,
akan dihambat pertumbuhan kecambahnya, karena inhibitor ini akan mempengaruhi ke rja
hormon giberelin endogen yang berfungsi dalam pembelahan, perpanjangan, dan kadang
meningkatkan plastisitas didinding sel.
Benih S. seminis yang mendapat perlakuan inhibitor mengalami penghambatan
perkecarnbahan ditarnbah dengan bertambahnya waktu ( periode simpan), sehingga benih
mengalami kemunduran. Sebagai salah satu benih rekalsitran, bila mengalami
kemunduran, benih akan mengalami perubahan. Salah satu perubaha.n yaitu kotiledon
benih S-seminis menjadi berwarna hitam, walaupun sumbu embrionya masih berwarna
putih
kekuningan;
dan jika benih berkecambah maka kecambahnya abnormal. Keadaanseperti ini juga te rjadi pada benih S. stenoptera (Purwaningsih, 1999). Perubahan warna
kotiledon tersebut juga disebabkan kadar air benih telah menurun, seiring dengan
bertambahnya periode simpan.
Walaupun benih telah disimpan pada sekam padi yang telah dibasahi, ternyata
sekam padi mengalami kekeringan. Tindakan yang mungkin dilakukan untuk dapat
mempertahankan kadar air adalah dengan menyemprot benih jika sekam padi telah
mengalami kekeringan, agar media sekam tetap basah dan benih tetap dalam kadar air
yang tinggi. Menurut Copeland dan McDonald (1985), kemunduran benih merupakan
baik fisik, fisiologi maupun biokimia yang berakibat menurunnya viabilitas benih, sedangkan menurut Robert (1972), kemunduran benih merupakan gabungan antara ketidaknormalan fisiologi
dan
perubahan ultra struktural benih, meliputi perubahan- perubahan pada sitoplasma, inti sel, mitokondria, plastid, ribosom, dan liposome.Shorea seminis merupakan salah satu dari 13 jenis tengkawang, yang mempunyai
[image:142.580.69.491.281.639.2]kadar lemak yang tinggi (Sunarcia, 1991). Menurut Copeland dan McDonald (1985), benih yang mengandung lemak tinggi, mengalami penurunan viabilitas lebih cepat dibandingkan dengan benih yang mengandung karbohidrat timggi. Peroksidasi lemak adalah penyebab awal dari kemunduran benih.
0 20 49 60 80 100 120
[image:145.578.73.429.31.609.2]Paklobutrazol (ppm)
0 200 400 600 800 1000 ASAM B€NZOAT ( ppm)
Paclobutrazol (ppm)
0
:
. - - . - - - 1 - - - - 7 - - -0 200 400 600 800 1000 1200 ASAM ENZOAT ( pprn)
[image:147.576.70.399.51.732.2]Paclobutrazol (ppm) )
I
0 * - - - - - --- -- - - - -- - - - -.
---7---I
[image:148.572.67.426.47.724.2]0 200 400 600 800 1000 1200 ASAM -OAT (ppm )
Gambar 1 1. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap kecepatan tumbuh pada benih utuh dan terbuka minggu ke-4
B. Pengaruh lnteraksi Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Vigor Bibit (Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Diameter Batang) Berumur 3 Bulan.
39
Tabel 4. Pengaruh Interaksi antara Inhibitor dan Kondisi Benih terhadap Vigor Bibit Bibit Benunur 3 Bulan
Keterangan : Angka yang diihuti huruf yang sama pada kolom dan penode \,ang sama tidak berbcda nyata pada uji
Renih yang mendapat perlakuan asam benzoat maupun paclobutrazol menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit umur 3 bulan leb~h rendah dan berbeda nyata dibandingkan dengan bibit yang berasal dari benih tanpa inhibitor dan peningkatan konsentrasi inhibitor menyebabkan penurunan vigor bibit. Inhibitor zat penghambat pertumbuhan yang berfungsi memperlambat pembelahan dan perpanjang sel dan juga digunakan untuk mengontrol tinggi tanaman dengan cara menghambat sintesis giberelin (Sugito, 1994).
Aktivitas yang sangat menonjol dar~ paclobutrazol adalah menghambat sintesis giberelin tanaman, penghambatan sintesis ini te rjadi pada pembentukan asam kaurenoat dari oksidasi kaurena sehingga lintasan itu berubah peran untuk melaksanakan biosintesis asam absisat (Salisbury and Ross, 1995; Wilkins, 1984). Pengaruh langsung pada
morfologi tanaman adalah pengurangan pertumbuhan vegetatif (Rosita et al, 1993). Menurut Wattimena (1990), paclobutrazol merupakan zat penganu tumbuh yang masuk dalarn golongan retardan yaitu suatu senyawa organik yang menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun dan secara tidak langsung mempengaruhi pembmgaan tanpa menyebabkan pertumbuhan abnormal. Paclobutrazol menghambat produksi giberelin endogen dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat (Wattimena, 1988). Pengaruh fisiologis yang dapat ditimbulkan oleh paclobutrazol antara lain adalah menghambat perpanjangan sel pada meristem apikal, memperpendek ruas tanarnan, mempertebal batang, mencegah kerebahan, menghambat etiolasi dan menghambat senesens
utuh maupun terbuka. Perbedaan ini telah tampak sewaktu di perkecambahan, semakin tingg konsentrasi inhibitor dan semakln lama perlode simpan, vlgor ben~h semakin menurun (Tabel 4). Penurunan vigor biblt berkaitan dengan penurunan vigor benlh akibat pemberian inhibitor dan kondisi benih, yang menyebabkan laju kemunduran benih semakin tinggi. Sadjad (1994) mengemukakan, vigor benih khususnya vigor kekuatan tumbuh dapat diceminkan antara lain oleh pertumbuhan bibit di lapang. Vigor benih yang tinggi menghasilkan bibit tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang bervigor rendah, karena benih akan tumbuh lambat. Penurunan vigor bibit disebabkan karena benih telah mengalami kerusakan cadangan makanan, dugaan ini dilihat secara visual dari kotiledon benih mulai berwarna hitarn. Menurut Tang (1971) yang meneliti benih S. ovalrs dan Avicennra sp, perubahan warna jaringan merupakan indikasi benih telah hilang viabilitasnya, ha1 ini serupa dengan benih yang mengalami chilling injury.
Pemberian asam benzoat pada benih utuh maupun terbuka berpengaruh sangat nyata terhadap vigor bibit. Asam benzoat berdasarkan penggunaannya merupakan bahan pengawet makanan, dianalogikan bahwa jika digunakan pada benih
akan
mempunyai fungsi yang sama. Asam b e m a t merupakan inhibitor bagi pertumbuhan bakteri dan mencegah serangan sekundercendawan
(Sherly dalam Kusdamayanti, 2000). Pada penelitiah ini benrh S. seminrs yang diberi perlakuan asam benzoat bebas dari serangan jarnur dan bakteri selarna penyimpanan.sehingga menjadi tidak aktif. Pengaruh asam benzoat diduga terjadi pada benih, in1 terbukti ben~h tidak berkecambah selama perlode slmpan, namun pengaruh lni berlanjut sampal benih dltanam, terutama benih yang mengalaml perlode slmpan leb~h dan 1 minggu. Keadaan ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Kusdamayanti (2000) pada benih S. selanzca, penggunaan asam benzoat 500 ppm dan 1000 ppm semakin meningkatkan perkecambahan, masing-masing sebesar 95% dan 89,5% dibandingkan dengan kontrol (tanpa perendaman) hanya sebesar 55,5% ini te jadi pada periode simpan 4 rninggu, sedangkan sebelurn disimpan daya berkecambah benih kontrol sebesar 80%.
Alasan terjadinya perbedaan adalah : 1) benih S. semznzs merupakan benih yang berumur relatif lebih pendek dibandingkan dengan selanica, ini dapat dilihat saat periode simpan 4 minggu daya berkecambahnya tinggal43% dari nilai awal loo%,
2) pada benih S. selanica perendaman dalam inhibitor dilakukan selama 1 jam
dan
dikeringanginka 4 jam , sedangkan pada penelitian ini benih dikeinganginkan hanya selarna 1 jam, sehingga asam benzoat lebih besar berpengaruh menghambat perkecambahan benih dan vigor bibit S. seminis.
terutama enzim hdrolisis seperti amilase, protease, fosfatase, ribonuklease dan beberapa enzim lainnya (Jones dan McMillan, 1984).
Padobutrazol (ppm)
Gambar I ? . Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka
(KI)
Asam Benzoat (ppm)
I
I
0 + - r .TI----TI 1 1
0 20 40 60 80 100 120
Paklobutrazol (ppm)
Galnbar 13. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol
(b)
terhadap tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbukaAsam Benzoat (ppm)
I
0 t--- --7---7- ---
0 20 40 60 80 100 120
[image:158.580.74.444.52.718.2]Paklobutruol (ppm)
Gambar 14. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap tinggi bibit berumur 3 bulan
dari
benih utuh(Ko)
dan terbukaAsam Benzoat (ppm)
[image:159.584.69.409.62.697.2]Paelobutrazol (ppm)
Gambar 15. Pengamh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap tinggi bibit berumur 3 bulan dari benih utuh (&) dan terbuka
(K1)
Gambar 16. Pengaruh konsentrasi asam benzoat (a) dan paclobutrazol (b) terhadap tinggi bibit bentmur 3 bulan dari