• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012)."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET

(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur “Oom Pasikom” Ver si Pr oses Per sidangan Kasus Wisma Atlet Pada Kor an Kompas Edisi Sabtu, 11 Febr uar i 2012)

S K R I P S I

Disusun Oleh :

VIKI GUSTI RANDA PUTRA NPM. 0743010231

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Disusun oleh,

VIKI GUSTI RANDA PUTRA NPM. 0743010231

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2012

Pembimbing Tim Penguji :

1. Ketua

Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., Med. Dr a. Sumar djijati, M.Si.

NPTY. 3 7305 99 0170 1 NIP. 196203 23199309 2001

2. Sekr etar is

Dr s. Kusnar to, M.Si. NIP. 195808 01198402 1001

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., M.Ed. NPTY. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

Viki Gusti Randa Putr a,

PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur “Oom Pasikom” Ver si Pr oses Per sidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Febr uar i 2012)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang

dikomunikasikan karikatur “Oom Pasikom” koran Kompas terhadap kasus suap dan korupsi dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan pada rubrik opini edisi Sabtu, 11 Februari 2012.

Teori – teori yang digunakan antara lain adalah surat kabar atau koran sebagai wadah komunikasi massa, karikatur sebagai proses komunikasi dan kritik sosial, teori semiotika dan teori Triangle of Meaning Charles Sanders Pierce.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memakai pendekatan semiotika. Dengan obyek penelitian adalah karikatur editorial “oom pasikom” edisi Sabtu, 11 Februari 2012. Corpus pada penelitian ini adalah gambar karikatur “Oom Pasikom” Versi Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah karikatur ini menyinggung tentang kasus korupsi dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang yang menyeret nama – nama petinggi partai Demokrat, salah satunya adalah Mantan Wakil Sekretaris Jendral Partai Demokrat, Angelina Sondakh.

(4)

IN “OOM PASIKOM” CARTOON VERSION (Semiotic studies about the meaning on “Oom Pasikom” car toon in Kompas Newspaper at, Febr uar y 11 2012 Edition).

Purpose of this research is to explore about the meaning of “Oom Pasikom” cartoon to corruption case inside the development of Wisma Atlet SEA Games at Jakabaring, Palembang, South Sumatera in opinion article edition Saturday, February 11 2012.

The writer is using the following theories, newspaper as a mass communication, cartoon picture as a communication proccess and social critic, semiotic theory and the Triangle of Meaning theory by Charles Sanders Pierce.

The writer is using qualitative-descriptive method by using semiotic approach in this research with the “oom pasikom” cartoon as research object at Saturday, February 11 2012 edition. Corpus of this research is “Oom Pasikom” cartoon at Kompas, Saturday, February 11 2012 edition about the case of Wisma Atlet

Hypothesis in this research is, this cartoon criticize about corruption case inside the development of Wisma Atlet SEA Games at Jakabaring, Palembang which is dragging several names of elites in the Demokratic Party, one of them is ex-general secretary vice of the democratic party, Angelina Sondakh.

Keywords : Char les Sander s Peir ce’s semiotic theor y, Oom Pasikom car toon,

(5)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, serta karunia – Nya

kepada penulis sehingga skripsi dengan judul PEMAKNAAN KARIKATUR

“OOM PASIKOM” VERSI PROSES PERSIDANGAN KASUS WISMA

ATLET (Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur “Oom Pasikom” Ver si

Pr oses Per sidangan Kasus Wisma Atlet Pada Kor an Kompas Edisi Sabtu, 11

Febr uar i 2012) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Zainal Abidin,

S.Sos., M.Si., M.Ed. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis.

Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa

moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak / Ibu Dosen serta staff karyawan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik yang telah memberi banyak dorongan pada saya.

(6)

Reza Boncos, Monthario, SwasGono, Rosid, Bang Harik, Diwex, Sober,

Simon, Diaz, Basuki dan teman – teman lain yang belum saya sebutkan

namanya.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

sangat diharapkan demi kesempurnaan dibuatnya skripsi ini. Akhirnya,

dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 13 Juni 2012

(7)
(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... .. 46 Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012 ... .. 60

4.4. Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012 Dalam Kategori Tanda Peirce ... .. 62

(9)

4.5.3. Simbol ... .. 72

4.6. Interpretasi Makna Keseluruhan Karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet Pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 11 Februari 2012 (dalam model Triangle of Meaning Peice) ... .. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .. 77

5.1. Kesimpulan ... .. 77

5.2. Saran ... .. 78

DAFTAR PUSTAKA ... .. 80

(10)

Gambar 2.1. Hubungan Tanda, Obyek dan Interpretan Peirce ... . 41

Gambar 2.2. Model Kategori Tanda Oleh Peirce ... . 42

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Penelitian ... . 45

Gambar 4.1. Hubungan Antara Obyek, Tanda dan Interpretan dalam

Semiotik Peirce ... . 63

(11)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Pada dasarnya

masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan

oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak dan media

massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan

buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film,

internet, dan lain – lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar

justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya,

karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya.

(Cangara, 2005 : 128).

Media massa adalah penyaji realita. Para pengelola media massa

diibaratkan koki yang memproses peristiwa menjadi berita, feature,

investigative reporting, artikel, dialog interaktif, gambar bergerak dan

suara penyiar untuk disajikan kepada khalayak. Sang koki seharusnya

merujuk pada fakta, akurasi, aktualitas, kaidah bahasa dan etika. Namun ia

(12)

Fungsi media massa sebagai kontrol sosial dan persuasif. Secara

sadar atau tidak, dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir

yang disajikan media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling

penting adalah nilai “kebaruannya”, nilai ini pada media cetak terletak

pada surat kabar. Melihat ketertarikan khalayak akan informasi terbaru

maka media menyajikan informasi yang berupa visualisasi karikatur.

Informasi yang ringan dan humoris namun tetap kritis dan faktual,

membuat khalayak terhibur dan tertarik dengan informasi tersebut.

(Effendy, 2000 : 92).

Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau

energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya.

Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak),

yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan

elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik

yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video,

rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media

elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru

pada umumnya berbentuk digital.

Media elektronik merupakan suatu media yang penyampaian

informasinya lebih cepat dan berteknologi lebih canggih dibandingkan

dengan media cetak. Tanpa media sebagai penyalurnya, komunikasi tidak

(13)

media elektronik. Kita telah mengenal banyak sekali media elektronik

yang semakin canggih, semakin banyak dan beragam.

Dimulai dari media yang satu arah. Yang dimaksud dengan media

satu arah adalah media penyalur informasi tanpa perlu adanya feedback

dari si penerima atau dengan kata lain tidak terjadinya suatu interaksi

saling “mengobrol” antara lain seperti televisi, radio ataupun internet.

Namun, disini ada pengecualian untuk internet karena perkembangan

zaman, pemakai internet pun dapat berkomunikasi secara dua arah.

Selain media elektronik, adapula media cetak. Media cetak

merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media

elektronik dan juga media digital. Ditengah dinamika masyarakat yang

demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan

dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski

demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen

yang menantikan informasi yang dibawanya.

Media cetak memiliki keunggulan dibandingkan media elektronik.

Media cetak dapat menyampaikan sebuah informasi secara detail dan

terperinci. Sementara untuk media elektronik lebih mengutamakan

kecepatan informasi, sehingga tak jarang informasi yang disampaikan

lebih bersifat sepotong dan berulang – ulang.

(14)

memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut pers tidak boleh kehilangan

identitas sebagai lembaga yang dinamakan pers. Pers hendaknya jangan

hanya berupaya untuk mendapatkan keuntungan finansial saja. Sebab pers

tanpa idealisme dalam artian hanya mengejar keuntungan saja merupakan

pertanda bahwa pers tidak beda dengan perusahaan yang berorientasi pada

keuntungan semata. (Effendy, 2002 : 82)

Fungsi pers secara keseluruhan yaitu memberikan informasi,

hiburan dan kontrol sosial. Selain sebagai penyedia informasi, fungsi pers

sebagai kontrol sosial juga merupakan yang terpenting karena pada

hakekatnya dianggap sebagai kekuatan keempat yakni dapat menjalankan

kontrol masyarakat terhadap pemerintahan, baik berupa dukungan maupun

kritikan.

Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai

pencarian informasi yang utama dalam fungsi – fungsinya, tetapi bisa juga

mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan

untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan

motivasi, mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat

untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita – berita yang ada

didalam media, khususnya surat kabar. (Sumadria, 2005 : 86).

Seiring dengan perkembangan zaman, surat kabar banyak terdapat

perubahan – perubahan dalam isi atau content yang ditampilkan sangat

(15)

gaya hidup, informasi lowongan pekerjaan, iklan dan tips – tips kesehatan.

Koran juga berisi berita – berita terkini dalam berbagai topik diantaranya,

event politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca, komik, opini,

TTS dan hiburan lainnya.

Koran (dari bahasa Belanda : Krant, dari bahasa Perancis :

Courant), atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah

dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas

koran. Kebanyakan negara setidaknya mempunyai satu surat kabar

nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia, contohnya

adalah Kompas. (www.wikipedia.org).

Dalam isi koran juga terdapat kartun. Kartun sendiri merupakan

produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual,

teknik melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun

bagaimana tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu kejadian,

tokoh, suatu persoalan, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa

mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini, juga cara dia

mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru

tersenyum. (Sobur, 2003 : 140).

Dalam buku Desain Komunikasi Visual, (Kusmiati, 1999 : 36),

mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat

(16)

merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan membayangkan

atau mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal

gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan

pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan

informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana.

Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan

merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal.

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung)

artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun

tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa

simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar kartun

tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol – simbol pada

gambar kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud)

yang digunakan secara sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka

yang menerimanya. Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang

muncul disetiap penerbitan koran adalah political cartoon (kartun politik)

atau editorial cartoon (kartun editorial), yang biasa digunakan sebagai

visualisasi tajuk rencana surat kabar atau koran dalam versi humor.

Menurut Pramoedjo (2008 : 13), adalah bagian kartun yang diberi

muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau

suatu masalah. Meski dibumbui dengan humor, namun karikatur

merupakan kartun satire yang terkadang malah tidak menghibur, bahkan

(17)

Karikatur (bahasa latin : carricare) sebenarnya memiliki arti

sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan dan dipelototkan secara

karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni

memelototkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke – 17 di Eropa,

Inggris sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan media cetak

pada masa itu. (Pramoedjo, 2008 : 13)

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan – pesan sosial

yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Sayangnya

muatan pesan verbal dan pesan visual yang dituangkan kedalam karikatur

terlalu banyak. Secara visual, desain karikatur yang disajikan pun menjadi

jelek, tidak komunikatif, kurang cerdas dan terkesan menggurui.

Akibatnya masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari

karikatur dengan serta merta mengabaikan pesan sosial yang disampaikan

oleh karikatur. (www.desaingrafisindonesia.com).

Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda – tanda

komunikatif. Lewat bentuk – bentuk komunikasi itulah pesan tersebut

menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang

ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak sasaran

yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait

dengan judul, sub judul dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi,

logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.

(18)

pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda

visual dan tanda verbal dalam iklan layanan masyarakat.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,

tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.

Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian

yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara

menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbol.

Oom Pasikom merupakan opini redaksi media Kompas yang

dituangkan dalam bentuk karikatur yang menggambarkan berbagai

permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya,

bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar

tersebut biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah

pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang

diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang

ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.

Dalam gambar editorial Oom Pasikom edisi Sabtu, 11 Februari

2012, ditampilkan diantaranya dengan visualisasi gambar seorang pria

yang sedang memikirkan seorang wanita berambut panjang sambil

menaiki mobil sedan dengan kondisi ban kempes bersama seorang sopir

(19)

tiang arah jalan yang diatasnya terdapat gambar menyerupai setan,

kemudian terdapat sembilan nama jalan, diantaranya : JL. SORGA, JL.

POLITIK, JL. APEL WASHINGTON, JL. APEL MALANG, JL. TAK

ADA UJUNG, JL. SANDIWARA, JL. HUKUM & KEADILAN, JL.

BUNTU, JL. NERAKA.

Peneliti memilih koran Kompas karena merupakan salah satu

saluran komunikasi politik, sekaligus media terbesar di Indonesia yang

khususnya di pulau Jawa. Sebagai koran nasional peredaran Kompas

meliputi hampir seluruh kota di Indonesia dan selalu menjadi Market

leader.

Dalam rubrik karikatur Kompas yang disebut “Oom Pasikom”.

Kompas secara kritis menggambarkan situasi sosial yang terjadi di

masyarakat. Segment karikatur pada koran Kompas yaitu Oom Pasikom,

secara berani mengkritisi sosial yang sedang terjadi. Dalam kasus dugaan

korupsi, Kompas berani mengkritik dengan menggunakan sisi lain yaitu

tiang arah jalan yang terdiri dari sembilan nama jalan dan diatasnya

terdapat gambar menyerupai sosok setan dalam gambar karikatur tersebut.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan studi

Semiotik Peirce pada gambar karikatur tersebut.

Dari beberapa uraian diatas, pemilihan gambar Oom Pasikom

(20)

akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut

pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis. Dalam

mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut, peneliti

menggunakan pendekatan Semiotik menurut Charles Sanders Peirce yaitu

tanda atas ikon, indeks dan simbol yang berhubungan dengan acuannya.

Alasan yang mendasari pemilihan gambar karikatur “Oom

Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet adalah peneliti

ingin menginterpretasikan gambar karikatur tersebut dengan menggunakan

teori semiotika Charles Sanders Peirce melalui tiga kategori, yaitu ikon,

indeks dan simbol. Disamping itu peneliti menemukan adanya kerusakan

pada keteraturan sosial yang ada terhadap pihak – pihak yang menjadi

sasaran, penggambaran dalam karikatur tersebut yang menyebabkan

keimplisitan pesan, yaitu di dalam gambar karikatur terdapat perubahan

gambar tokoh yang tidak sesuai lagi dengan gambar atau bentuk asli

karena adanya tambahan efek – efek gambar dari kartunis sehingga

karikatur tersebut memiliki makna dan pesan yang menimbulkan imajinasi

bagi pembaca dalam menyikapi gambar karikatur “Oom Pasikom” Versi

Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet. Karikaturis menciptakan sensasi

melalui gambar tentang sesuatu yang memiliki makna tersembunyi yang

menggelitik bagi pembaca.

Yang dimaksud makna tersembunyi merupakan makna konotatif,

makna konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran

(21)

tertentu. Kalau ada makna denotatif yang hampir bisa dimengerti banyak

orang, maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang

jumlahnya lebih kecil. (Sobur, 2003 : 264).

Charles Sanders Peirce merujuk pada doktrin formal tentang tanda

– tanda. Yang menjadi dasar bagi semiotika adalah konsep tentang tanda,

tidak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda –

tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran

manusia seluruhnya terdiri atas tanda – tanda karena jika tidak, manusia

tidak akan bisa menjalin hubungan yang realistis. Bahasa itu sendiri

merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia,

sedangkan tanda – tanda non verbal seperti gerak – gerik, bentuk – bentuk

pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya dapat

dipandang sebagai jenis bahasa yang tersusun dari tanda – tanda bermakna

yang dikomunikasikan berdasarkan relasi – relasi. (Sobur, 2003 : 13).

1.2 Per umusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : Bagaimana makna karikatur “Oom

Pasikom” Versi Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet pada koran

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna

yang dikomunikasikan karikatur “Oom Pasikom” Versi Proses

Persidangan Kasus Wisma Atlet pada koran Kompas edisi Sabtu, 11

Februari 2012 dengan menggunakan pendekatan Semiotika.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teor itis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran atau masukan atas wawasan serta bahan referensi

bagi mahasiswa, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi pada jenis penelitian

semiotika.

1.4.2 Kegunaan Pr aktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

atau pertimbangan untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi

Semiotik, sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Koran

(23)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 J ur nalistik Pers

Jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan

penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media

massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis

dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu,

jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu

yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau

informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi,

atau memberikan kejelasan.

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik

dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan

grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,

(24)

mengambil bentuk dan warna struktur – struktur sosial politik dimana ia

beroperasi. (www.wordpress.com).

Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak

dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan.

Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan

yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna

apabila sajiannya jauh dari prinsip – prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya

jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai

medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk

digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik

kepada khalayak. (Kustadi Suhandang, 2004 : 40).

2.1.2 Kor an

Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah

koran. Dengan sendirinya koran juga mempunyai fungsi – fungsi

komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standar

koran.

Koran adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita –

berita, karangan – karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap,

periodik dan dijual untuk umum. Selain itu koran juga mempunyai

beberapa karakteristik. (Assegaf, 1991 : 140).

(25)

1. Berita merupakan unsur utama yang dominan.

2. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

3. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.

4. Umpan balik relatif lebih lamban.

5. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

6. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

7. Ditentukan oleh jalur distribusi. (Pareno, 2005 : 24).

Ada beberapa alasan orang membaca koran. Diantaranya, untuk

meraih prestise, menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat

dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat.

Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan

tentang berbagai masalah publik yang serius. Bagi sebagian yang lain,

koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas.

Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari

kehidupan sehari – hari. (Rivers dan Peterson, 2003 : 313).

Koran adalah media massa yang sangat berpengaruh di tengah

masyarakat. Meski di zaman modern ini sudah banyak media saingan

koran seperti media elektronik (televisi dan radio) dan juga media internet,

(26)

Koran adalah media cetak yang ditujukan bagi banyak orang atau

komunitas tertentu untuk memperluas informasi yang berisi berita aktual,

feature (berita ringan misalnya : tentang gaya hidup dan sebagainya),

wawancara tokoh terkenal di masyarakat, surat pembaca, kuis, cerita

bersambung, komik strip (komik gaya koran), opini dan sebagainya. Koran

diterbitkan setiap hari, seminggu sekali atau sebulan sekali.

Koran yang memiliki banyak pelanggan dan turut berperan serta

membentuk opini publik di suatu negara adalah koran dengan sejarah

jurnalistik yang panjang. Sehingga umurnya cukup tua bagi suatu media

massa, misalnya di Indonesia kita mengenal koran KOMPAS yang sudah

diterbitkan sejak tahun 1965. Atau di luar negeri ada koran Washington

Post, New York Time dan lain – lain. (www.google.co.id).

2.1.3 Kar tun dan Kar ikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya

kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi

adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik

dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,

referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.

Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut

ini, juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang

(27)

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam

bentuk gambar – gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan

selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,

karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik sehat. Dikatakan

kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar – gambar

lucu dan menarik. (Sobur, 2006 : 140).

Meski terlihat sederhana, sebenarnya karikatur punya fungsi yang

cukup banyak. Ketika membaca koran atau majalah terutama pada edisi –

edisi tertentu selain artikel, pemuatan gambar jenis ini juga punya daya

tarik tersendiri. Bahkan bisa menjadi ciri khas dari media tersebut. Dan

selain di majalah atau koran lukisan yang mengandung pesan tertentu ini

juga sering muncul di media lain.

Adapun fungsi dari karikatur, antara lain adalah :

1. Hiburan : Ketika membaca artikel di majalah atau koran orang

sering merasa bosan dan jenuh. Untuk menghilangkan rasa yang

tidak nyaman tersebut mereka selalu melihat karikatur yang ada

untuk menyegarkan pikirannya kembali.

2. Hobi : Hal ini sering dilakukan terutama oleh orang yang gemar

dengan kegiatan melukis. Karena membuat karikatur juga tidak

berbeda jauh dengan melukis atau membuat gambar. Bisa

(28)

3. Kritik : Saat ini banyak orang yang merasa jenuh dengan

kehidupan sosial atau lingkungan disekitarnya. Karena apa yang

dilihatnya sering tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada.

Dan untuk melakukan protes atau sindiran terhadap situasi ini

beberapa orang membuat karikatur sebagai media untuk

menggambarkan isi hatinya tersebut.

Agar bisa menjadi karikatur yang baik, seorang pelukis atau yang

punya kegemaran dan hobi ini perlu memperhatikan beberapa hal yang

antara lain adalah :

1. Tema : Ketika membuat karikatur, pilihlah tema yang saat ini

sedang menjadi trending topik atau bahan perbincangan hangat di

masyarakat. Bila ini dilakukan pasti akan menarik banyak orang

untuk menikmati atau melihat hasil karya kita tersebut.

2. Pembuatan gambar : Gambar atau lukisan yang dibuat untuk

membuat karikatur perlu teknik tersendiri. Karena hal ini berbeda

dengan lukisan yang dibuat untuk hiasan atau pajangan di dinding.

Yang terpenting adalah justru terletak pada karakter lukisan yang

dibuat. Usahakan agar terkesan kuat sehingga pesan yang

disampaikan bisa kena.

3. Ekspresi : Ini merupakan salah satu hal utama yang harus

diperhatikan ketika membuat lukisan karikatur. Karena letak

(29)

wajah, selain itu bentuk tubuh juga harus diperhatikan dengan

seksama. Semua harus mengandung kelucuan dan keunikan, jadi

bukan terletak pada ukuran skalanya.

4. Kalimat : Karikatur yang baik adalah ketika kita bisa

meminimalkan penggunaan kalimat. Karena kekuatan dari lukisan

jenis ini terletak pada pesan dan karakter gambar yang dibuat. Bila

terlalu banyak kalimat orang justru akan tidak tertarik, karena ini

bukan bacaan humor atau cerita bergambar. Namun suatu pesan

yang ingin disampaikan melalui bentuk lukisan yang lucu dan

unik.

5. Media : Misalnya kita membuat karikatur untuk media atau

majalah maupun koran politik. Maka jenis pesan yang

disampaikan juga harus bersinggungan dengan kehidupan politik

terkini. Demikian pula bila kita ingin menunjukkan karya tersebut

pada mahasiswa contohnya. Maka buatlah kritik seputar

kehidupan kampus beserta segala yang ada di dalamnya.

Kartun mempunyai keunggulan sekaligus kelemahan. Ia dapat

ditangkap pikiran orang, tapi tidak mampu menjelaskan persoalan secara

lengkap dan tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun dapat

diterima oleh semua kalangan, mulai dari rakyat yang buta huruf sampai

(30)

antara lain memiliki misi pendidikan, yaitu meningkatkan kemampuan

berpikir dan perenungan bagi penikmatnya, meskipun mediumnya berupa

humor. Oleh karena itu kartun yang berhasil tentu saja terbit dari ide yang

cerdas dan dapat dinikmati secara cerdas pula. (Bintoro, 2002).

2.1.4 Kar ikatur Dalam Koran

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi

yang dilakukan melalui media cetak seperti majalah, koran, radio, televisi

dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana

penyampaian psan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media cetak.

Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa

menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan

estetika. Disamping kadar humornya, karikatur penuh dengan

perlambangan – perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu

karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam

masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah

gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan

kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang

sedang hangat dipermukaan.

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di

Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia

dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech

(31)

Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya

dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat

langsung, seperti humor, gosip, diskusi, argumen, inkritik dan lain – lain.

Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung

dipahami maupun diteliti seperti patung, monumen dan simbol – simbol

lainnya. (Bintoro dalam Marliani, 2004 : 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan diatas

merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai obyek studi ini.

Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik

yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia

memilih topik – topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.5 Kr itik Sosial

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,

ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak

tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi dan

internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah

pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan

berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi

pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi.

(Masoed, 1999 : 42).

(32)

saja dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial

yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam

konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada

budaya tulis diatas pembangunan, pengembangan dan penyebaran kritik

sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan dan penyebaran

kritik itu sendiri.

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi

negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemunkinan

kata positif yaitu dukungan, usulan, saran dan penyelidikan yang cermat

(Masoed, 1999 : 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one

who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk

dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu.

Kritik awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo =

memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti

evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara, sosial adalah suatu

kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan

suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. (Susanto, 1986 : 7).

Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah

salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau

berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial

atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan

salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata

(33)

dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,

1999 : 47).

Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai

dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan –

ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi

sosial melalui berbagai pertunjukkan sosial dan kesenian dalam

komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa. Kritik dari

masyarakat ini hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah.

Memang dalam menaggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin

persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari

pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan,

pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya.

Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan

lupa akan balasbudi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program

kerja maka partisipasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya.

(Panuju, 1999 : 49).

Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena

ia mendorong sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat untuk kembali ke

kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris

Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh

konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan – kelemahan pihak

(34)

Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan,

masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya

“pihak luar” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum

aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan

pemerintah. Padahal, kritik itu mengandung muatan – muatan saling

memberi arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan

dalam merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999 ; 84).

Kritik – kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik dan

budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam

mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik

kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran

kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.

Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik

harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan

supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi

tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.

(Ali, 1999 : 194).

Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja

membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari

kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks

(35)

tulis diatas pembangunan, pengembangan dan penyebaran kritik itu

sendiri.

2.1.6 Font

Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan

gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam

penggunaanya senantiasa memperhatikan kaidah – kaidah estetiknya,

kenyamanan keterbacaannya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan

elemen – elemen visual disekitarnya.

Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah “font” atau “typeface”

adalah salah satu elemen terpenting dalam desain grafis karena huruf

merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk

visual yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal. Lewat

kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi

untuk menerjemahkan atmosfir – atmosfir yang tersirat dalam sebuah

komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk – bentuk

visual.

Setiap bentuk dan huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan

fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antar huruf ‘m’

dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman

dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal

(36)

bahwa untuk membuktikan atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan

adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang

negatif yang disebut dengan ground.

Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan

garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic

stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke). Apabila ditinjau

dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf

dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu :

1. Kelompok garis tegak – datar ; EFHIL

2. Kelompok garis tegak – miring ; AKMNVWXYZ

3. Kelompok garis tegak – lengkung ; BDGJPRU

4. Kelompok garis lengkung ; COQS

Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi

dari teori Gestalt, yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah

keberadaan ruang negatif dari seluruh huruf secara garis besar dapat

dipecah menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Ruang negatif bersudut lengkung ; BCDGOPQRSU

2. Ruang negatif bersudut persegi empat ; EFHILT

(37)

Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal – matematis,

pengertiannya bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam

alfabet memiliki tinggi yang berbeda – beda, namun secara optis

keseluruhan huruf tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki

bentuk lengkung dan segitiga lancip pada bagian teratas atau terbawah dari

badan huruf akan memiliki bidang lebih dibandingkan dengan huruf yang

memiliki bentuk bundar. Apabila beberapa huruf tersebut dicetak secara

berdampingan maka akan tercapai suatu kesamaan tinggi secara optis.

(www.photobucket.com).

2.1.6.1 J enis – J enis Font

Font terbagi dalam 4 jenis, yaitu Serif, Sans Serif, Script dan

Decorative. Masing – masing font memiliki karakteristik tersendiri dan

kegunaannya masing – masing juga berbeda.

1. Serif : Huruf yang memiliki kait (sedikit menjorok keluar) pada

bagian ujung atas atau bawahnya. Huruf Sans Serif (tanpa kait),

tidak memiliki kait atau hook, hanya terdiri dari batang dan tangki.

Contoh : Times, Souvenir, Palatino.

2. Sans Serif : Huruf yang tidak memiliki kait pada ujung atas

maupun bawahnya. Jadi huruf ini tidak memiliki sirip pada ujung

hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir

(38)

kontemporer dan efisien. Contoh : Arial, Tahoma, Helvetica,

Futura.

3. Script : Huruf yang bentuknya mempunyai tulisan tangan manusia.

Huruf script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan

pena, kuas, atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan

yang ditimbulkannya adalah sifat kepribadian akrab. Contoh :

Commercial Script, Sheley Volante, English Vivance, Brush Script.

4. Decorative : Huruf yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi diatas.

Huruf jenis ini adalah pengembangan dari bentuk – bentuk yang

sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis – garis

dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamen.

Huruf dekoratif setiap huruf dibuat secara detail, kompleks dan

rumit. Contoh : Canteburry, Augsburger.

Dalam pemilihan jenis huruf atau karakter huruf, yang senantiasa

harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga

karakter segment pasar, agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan

diterima oleh masyarakat.

2.1.6.2 Kar akter istik J enis Font

Ada beberapa jenis font dan karaktristiknya. Antara font satu

dengan font yang lain sangat berbeda, seperti contohnya :

(39)

1. Times New Roman

Karakter jenis Times New Roman cenderung menciptakan

kesan yang lebih serius, paling mudah dibaca untuk volume tipe

yang besar, kecepatan dan keakuratan membaca akan jauh lebih

tinggi, terbukti kebanyakan buku dan surat kabar menggunakan

tipe ini karena lebih jelas dan paling umum untuk digunakan

sebagai headline dan judul. Karakteristiknya termasuk tipe

transisional, tingkat kontrasnya dan perbedaan ketebalan antara

stroke yang tebal dan tipis cukup tinggi. Times New Roman adalah

jenis huruf Serif yang sering anda lihat di surat kabar atau majalah.

Font ini didesain untuk kemudahan membaca pada media cetak,

demikian juga pada layar monitor. Selain itu font ini juga

digunakan untuk tulisan resmi dan sudah umum digunakan untuk

membuat tulisan resmi ketikan komputer. Hurufnya jelas, tidak

ribet dan mudah dibaca.

2. Arial

Adalah jenis huruf Sans Serif yang sering digunakan dalam

Web. Terlihat lebih sederhana dan lebih mudah dibaca pada

berbagai ukuran. Ada beberapa kekurangan pada font ini, salah

satunya adalah sulitnya membedakan antara huruf ‘i’ kapital dan

(40)

dokumen resmi dan surat kabar. Font ini bersifat resmi, ukurannya

besar dan jelas. (www.wikipedia.org).

3. Verdana

Verdana dibuat khusus agar sebuah teks dapat dibaca

dengan mudah dan jelas walaupun dengan ukuran yang cukup

kecil. Hal ini dapat terjadi karena font Verdana didesain

mempunyai jarak antara huruf yang melebihi font Sans Serif,

sehingga lebih mudah dibaca. Verdana juga sering dipilih oleh Web

Designers yang ingin mnulis teks dengan jumlah yang cukup

banyak didalam space yang cukup kecil. Font ini cukup mudah

dibaca karena memang ukurannya lebih besar dari pada font yang

lain.

4. Snap ITC

Jenis huruf ini memiliki nilai seni yang tinggi karena jenis

huruf ini sering digunakan dalam pembuatan stiker, pamflet

ataupun brosur yang lainnya. Bentuk huruf ini sangatlah bagus dan

cocok untuk keperluan hiburan, misalnya saja dalam pendekorasian

atau undangan yang sifatnya kurang resmi. Jenis huruf seperti yang

tidak formal ini cocok digunakan untuk mendesain berbagai

(41)

5. Comic Sans

Huruf ini mempunyai karakteristik informal sehingga

terkesan bersahabat, namun jarang digunakan di Web karena

dianggap kurang profesional dan tidak normal.

Pemakaian jenis font yang tepat dapat membantu desain menjadi

lebih menyatu dan lebih cepat mengkomunikasikan maksud dari desain.

Misalnya, pada desain brosur kecantikan, kita menggunakan font yang

tipis dan luwes, sesuai dengan kepribadian target market yang dituju, yaitu

wanita.

Jenis font bisa diibaratkan jenis suara yang berbicara pada desain.

Font dengan gaya tebal akan terasa seperti suara lelaki dan bersuara berat.

Font berbentuk kaku dan kotak – kotak akan terasa seperti robot atau

mesin yang berbicara, dan seterusnya. Masing – masing font mempunyai

jenis suara tersendiri. (www.wikipedia.org).

2.1.7 Kor upsi

Definisi korupsi (bahasa latin : corruptio dari kata kerja

corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan, menyogok)

menurut Tranparency International adalah perilaku pejabat publik, baik

politikus maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal

memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan

(42)

pada disiplin ilmu yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh

Benveniste dalam Suyatno, korupsi didefinisikan menjadi empat jenis :

1. Discretionery corruption adalah korupsi yang dilakukan karena

adanya kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun

nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik – praktik yang dapat

diterima oleh para anggota organisasi.

2. Illegal corruption adalah suatu jenis tindakan yang bermaksud

mengacaukan bahasa atau maksud – maksud hukum, peraturan dan

regulasi tertentu.

3. Mercenery corruption adalah jenis tindak pidana korupsi yang

dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui

penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

4. Ideology corruption adalah jenis korupsi ilegal maupun

discretionery yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.

2.1.8 Kasus Kor upsi Wisma Atlet

Pembangunan Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang, Sumatera

Selatan sebelumnya telah memakan biaya sebesar Rp 191 miliar dari

pemerintah pusat. pada kontrak awal hanya untuk pembangunan gedung

saja, belum termasuk dana untuk perabotan. Perabotannya sendiri

membutuhkan dana sekitar Rp 30 – Rp 40 miliar untuk 369 kamar atau

(43)

Namun, dibalik pembangunan Wisma Atlet Sea Games tersebut

terdapat praktek suap dan korupsi di dalamnya. Diduga kuat praktek

tersebut melibatkan banyak pihak yang ikut andil dalam penyelewengan

dana proyek pembangunan Wisma Atlet, khususnya para elit – elit politik

Partai Demokrat. (www.inilah.com).

PT Duta Graha Indah (DGI) selaku perusahaan pemenang tender

pelaksana proyek Wisma Atlet SEA Games 2011 di Jakabaring,

Palembang, Sumatera Selatan. Terkait kasus korupsi yang menjerat

mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Lalu

terdengar kabar setelah dijarah koruptor dengan suap, kolusi dan secara

berjamaah pula, pembangunan Wisma Atlet membutuhkan dana tambahan

lagi.

Kasus suap Wisma Atlet telah menyita perhatian publik sejak

pertengahan tahun lalu. Kasus ini menyikut banyak kepentingan dan

elemen – elemen penting dalam kekuasaan. Dan Berikut nama – nama

yang paling sering disebut – sebut berkaitan dalam kasus korupsi Wisma

Atlet :

1. Muhammad Naza r uddin

Mantan bendahara Partai Demokrat ini merupakan pusat perhatian

utama kasus ini. Jumat 20 April 2012 ini menjadi terpidana

(44)

menerima lima lembar cek senilai Rp 4,6 miliar dari Manager

Marketing PT Duta Graha Indah M. El Idris karena telah

mengupayakan perusahaan itu mendapatkan proyek pembangunan

Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang.

2. Mindo Rosalina Manulang

Pada 21 September 2011, mantan direktur pemasaran PT Anak

Negeri ini divonis 2 tahun 6 bulan penjara. Menurut majelis hakim,

Rosa bersama Manajer Pemasaran PT Duta Graha Indah

Mohammad El Idris terbukti memberikan cek senilai Rp 4,3 miliar

kepada anggota DPR, Muhammad Nazaruddin dan Rp 3,2 miliar

kepada Sekretaris Menpora, Wafid Muharam.

3. Mohammad El Idr is

Pada 21 September 2011, mantan manajer pemasaran PT Duta

Graha Indah ini dijatuhi vonis dua tahun penjara. Menurut

majelis hakim, Idris dan Mindo Rosalina Manulang terbukti

memberi cek senilai Rp 4,3 miliar kepada anggota DPR,

Nazaruddin dan Rp 3,2 miliar kepada Wafid Muharam.

4. Wafid Muhar r am

Mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga ini, pada 19

(45)

penjara. Wafid terbukti menerima suap Rp 3,2 miliar dalam proyek

Wisma Atlet.

Selain membuat para terdakwa di atas terantar ke penjara, kasus ini

juga menyeret nama – nama penting baik sebagai saksi, tersangka, maupun

hanya disebut oleh para saksi atau tersangka. Mereka ini adalah Angelina

Sondakh. Mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat ini, pada 3

Februari 2012 ditetapkan KPK sebagai tersangka. Ia diduga turut

menerima uang Rp 5 miliar dari Direktur Marketing PT Anak Negeri

Mindo Rosalina Manullang. Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi

Mallarangeng pernah menjadi saksi dalam sidang Nazaruddin pada 22

Februari 2012, sementara Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin

pernah diperiksa KPK sebagai saksi dalam kasus ini pada 22 Februari

2012. Yang juga ke pengadilan sebagai saksi adalah sejumlah anak buah

Nazaruddin di PT Permai Group, yaitu Yulianis (Wakil Direktur Keuangan

Grup Permai), Oktarina Furi (staf keuangan Grup Permai), Gerhana

Sianipar (pegawai Grup Permai), dan Luthfi (pegawai Grup

Permai). (www.antaranews.com).

Dalam konteks penegakan hukum, KPK jelas sebagai lembaga

“extra ordinary”, yang tidak boleh melihat latar belakang dari semuanya.

Tegakkan hukum tanpa pandang bulu. Inilah momentumnya bagi KPK

(46)

ditantang berani memberi sanksi kepada orang yang punya jabatan penting

baik di PARPOL, DPR, maupun di institusi pemerintah.

KPK tak boleh loyo, kalah atau bersikap melempar bola muntah

dalam menuntaskan kasus ini. Apalagi Presiden Susilo Bambang Yudhono

sudah memerintahkan untuk mengusut semua pelakunya kepada pimpinan

KPK. Jadi tak ada alasan bagi KPK untuk tidak menuntaskannya.

2.1.9 Gar uda Pancasila (Lambang Negar a Indonesia)

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan

semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk

burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut

pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung

dengan rantai pada leher Garuda dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika

yang berarti “Berbeda – Beda Tetapi Tetap Satu” ditulis di atas pita yang

dicengkram oleh Garuda. (www.wikipedia.org).

2.1.10 Pendekatan Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari Yunani yang berarti tanda. Semiotika

sendiri berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan

poetika. Semiotika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang tanda, tanda terdapat dimana – mana. “kata” adalah tanda,

demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya.

(47)

burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda,

tanda – tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik

secara verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal

tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan

makna informasi atau pesan dari pengirim pesan. Semiotika merupakan

cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam

perkembangannya, kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi

kehidupan manusia sehingga (Derinda dalam Kurniawan, 2008 : 34),

mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini sepenting bahasa.

“three is nothing outside lenguage”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai

“teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting

dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu

mengenal tanda, tak akan bertahan hidup”. (Widagdo dalam Kurniawan,

2008).

Charles Sanders Peirce merupakan ahli filsafat dan tokoh

terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia

hanya dapat berpikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat

berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang dapat dimanfaatkan dalam seni

rupa berupa tanda visual yang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar

berupa grafis, warna, bentuk, tekstur, komposisi dan sebagainya. Tanda –

tanda yang bersifat verbal adalah obyek yang dilukiskan, seperti obyek,

(48)

Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang

kasat mata dan merupakan media antara perupa (seniman) dengan

pemerhati ataupun penonton. Seniman dan desainer membatasi bahasa

rupa dalam segitiga, estetis – simbolis – bercerita (story telling). Bahasa

merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna yang luas,

baik imaji yang kasat mata maupun yang ada khalayaknya.

Menurut John Fiske, pada intinya semua model yang membahas mengenai

makna dalam studi semiotika memiliki bentuk yang sama yaitu membahas

tiga area penting yaitu :

1. Sign atau tanda itu sendiri, pada wilayah ini akan dipelajari tentang

macam – macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda,

macam – macam makna yang terkandung di dalamnya dan juga

bagaimana mereka saling berhubungan dengan orang – orang yang

menggunakannya. Dalam hal ini tanda dipahami sebagai konstruksi

makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang – orang yang telah

menciptakannya.

2. Codesi atau kode, sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam

tanda yang terorganisasikan dalam usaha memnuhi kebutuhan

masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasikan media

(49)

3. Budaya lingkungan, dimana tanda dan kode berada. Kode dan

lambang tersebut segala sesuatunya tidak mudah dilepas dari latar

belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.

Dalam semiotika, model yang digunakan dapat berasal dari

berbagai ahli, seperti Saussure, Peirce dan sebagainya. Pada penelitian ini

yang akan digunakan adalah model semiotika milik Peirce, karena adanya

kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi

linguistik.

Tampilan iklan yang muncul di berbagai media tersebut terdapat

berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk

memberikan pesan atau informasi bagi khalayak berupa karikatur.

Berbagai macam tanda itulah yang hendak dikaji dalam sebuah tampilan

iklan melalui pendekatan semiotika.

2.1.11 Semiotika Char les Sander s Peir ce

Semiotika modern memang mempunyai dua orang bapak, yaitu

Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure. Mereka tidaklah saling

mengenal, kenyataan ini menyebabkan adanya perbedaan – perbadaan

yang penting, terutama dalam penerapan konsep – konsep (Sobur, 2006 :

110). Perbedaan paling nyata dapat dilihat dari sudut pandang kedua

semitikus tersebut. Saussure lebih menekuni tanda – tanda linguistik

(50)

karena dalam memaknai karikatur yang ada pada koran Kompas lebih

mengacu pada teori Peirce.

Semiotik untuk media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka

teori, namun sekaligus sebagai metode analisis (Sobur, 2006 : 83). Bagi

Peirce, tanda “is something which stand to somebody for something in

some respect or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan teori segitiga

makna (triangle meaning) menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah

kata. Sedangkan obyek adalah suatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang

digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Pierce disebut ground, object

dan interpretant. (Sobur, 2006 : 41).

Sementara itu interpretan adalah tanda yang ada dalam benak

seseorang tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga

elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah

makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah

persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu

digunakan orang pada waktu berkomunikasi. (Barthes dalam Kurniawan,

2008 : 37).

Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuan tersebut

menjadi tiga kategori, yaitu ikon, indeks dan simbol adalah tanda yang

hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk

alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda obyek

(51)

adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda

dengan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau

tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, contoh yang paling jelas

ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada

denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional

yang biasa disebut simbol, tanda yang merujuk hubungan alamiah antara

penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau

semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat

(Sobur, 2006 : 42). Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya ditampilkan

dalam gambar berikut ini. (Fieske dalam Sobur, 2001 : 885).

Sign

Interpretant

Object

Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Obyek dan Inter pr eta n Peir ce

Garis – garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam

hubungannya antara satu elemen dengan elemen yang lainnya. Tanda

merujuk pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, yaitu obyek dipahami oleh

(52)

tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretant merupakan konsep

mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman pengguna tanda

terhadap sebuah obyek. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi

dalam benak seseorang maka muncullah makna tentang sesuatu yang

diwakili tanda tersebut. Diantara ketiganya, interpretantlah yang paling

sulit dipahami. Interpretant adalah tanda sebagaimana diserap oleh benak

kita, sebagai hasil pengahadapan kita dengan tanda itu sendiri.

Charles S. Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut

menjadi tiga kategori, yaitu ikon, indeks dan simbol. Ketiga kategori

tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga berikut :

Icon

Index

Symbol

Gambar 2.2 Model Kategor i Tanda Oleh Peir ce

Model tersebut merupakan hal terpenting dan sangat fundamental

(53)

1. Ikon

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya

bersifat bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripan).

Misalnya adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari

pulau yang ada dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan

ikonik dari pulau yang ada dalam peta tersebut.

2. Indeks

Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab

akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya.

Misalnya, ada asap api sebagai tanda apinya.

3. Simbol

Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau

perjanjian). Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya

merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan yang

(54)

2.2 Ker angka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang pendidikan yang

berbeda – beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini

dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan

pengetahuan (frame of reference) yang berbeda – beda dari setiap individu

tersebut. Begitu juga penelitian yang memahami lambang dan tanda yang

ada, dalam obyek yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka peneliti

dalam memaknai kartun editorial Oom Pasikom melakukan pemaknaan

terhadap tanda dan lambang berbentuk gambar dengan menggunakan teori

segitiga makna Peirce (triangle meaning) yang meliputi tanda, obyek dan

interpretant sehingga diperoleh hasil interpretasi data mengenai kartun

editorial Oom Pasikom tersebut.

Tanda yang dimaksud disini adalah gambar dalam media cetak

yang kemudian tanda tersebut dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu ikon,

indeks dan simbol. Obyek disini adalah karikatur “Oom Pasikom” Versi

Proses Persidangan Kasus Wisma Atlet pada koran Kompas edisi Sabtu,

(55)

Setelah menganalisis kategori tanda tersebut, maka peneliti akan

mengetahui makna gambar kartun editorial Oom Pasikom tersebut.

Sistematika tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Ker angka Ber pikir Penelitian Karikatur Editorial

“Oom Pasikom” Versi Kasus Wisma Atlet

Analisis Melalui Pendekatan Semiotika Charles Sanders Peirce, Merujuk Pada 3

Kategori :

• Ikon

• Indeks

• Simbol

(56)

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan

menggunakan pendekatan semiotika. Yang melatar belakangi

digunakannya metode deskriptif kualitatif ini adalah terdapat beberapa

faktor pertimbangan. Pertama, metode deskriptif kualitatif akan lebih

mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda.

Kedua, metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan

antara obyek dengan peneliti. Ketiga, metode deskriptif kualitatif lebih

peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola

– pola nilai yang dihadapi. (Moelong, 2002 : 33).

Pada dasarnya semiotika bersifat kualitatif – interpretatif, yaitu

suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai

obyek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik

tanda dan teks tersebut. (Marliani, 2004 : 48).

Oleh karena itu peneliti harus memperhatikan beberapa hal dalam

penelitian ini. Pertama, konteks atau situasi sosial di seputar dokumen atau

teks yang diteliti. Disini peneliti diharapkan dapat memahami makna dari

Gambar

Gambar 2.1  Hubungan Tanda, Obyek dan Interpretan Peirce
Gambar 2.2  Model Kategori Tanda Oleh Peirce
Gambar 2.3  Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar karikatur “Oom Pasikom” Versi Kasus Wisma Atlet pada koran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang Alat Kontrasepsi di Dusun Soreang Desa Jipang Kecamatan Bontonompo

[r]

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kota Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya terhadap karakteristik perjalanan menggunakan sepeda

renakan suatu lokasi sejarah dengan bangunan-bangunan tua yang dilin- dungi dan dihuni oleh banyak pelaku usaha batik yang tidak hanya mela- kukan penjualan dan display barang,

Penelitian yang penulis lakukan memiliki keterbatasan yaitu penelitian yang penulis lakukan hanya memakai tiga variabel saja diantara beberapa variabel makro ekonomi yang ada

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk menganalisis pengaruh brand awareness, brand image, accessibility dan

Kalau kemurnian oksigen lebih rendah dari 95 % maka proses pemotongan sudah sangat kurang baik karena yang akan terjadi adalah pelelehan logam dengan bentuk hasil

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, MA NU Mazro’atul Huda karanganyar dalam KBM menggunakan 2 kurikulum yaitu KTSP dan Kurikulum 2013. Untuk mata