• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3. Analisis Data. pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 3. Analisis Data. pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 3

Analisis Data

Untuk menganalisa suatu proses pembelajaran, diperlukan suatu konsep yang dapat mendukung suatu analisa. Penulis menggunakan strategi Kognitif dalam menganalisis proses pembelajaran Sakubun.Proses yang dimaksud di sini mencakup materi pelajaran,

pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain

Dalam bab ini, penulis merasa perlu untuk menganalisa strategi Kognitif dari segi pengajar karena pengajar merupakan pihak aktif yang dapat mendukung aktifitas murid dalam proses belajar di kelas.

Dalam aktifitas pengajar, penulis menganalisa bagaimana pengajar tersebut menggunakan strategi Kognitif pembelajaran menulis untuk mempersiapkan proses pembelajaran dalam kelas. Kemudian penulis memeriksa dan menganalisa apakah pengajar aktif menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif dan apakah murid menyatakan menerima perintah tersebut dan melaksanakannya melalui hubungan aktifitas pengajar terhadap siswanya.

Dalam strategi Kognitif pembelajaran menulis, terdapat tiga bagian yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian pertama adalah ”personal strategies” yang terdiri dari ” 

pengumpulan model tulisan” dan ”pembayangan pembaca dalam hati”. Bagian kedua adalah ”risk taking” yang terdiri dari ”penggunaan kosakata dan struktur yang telah

(2)

Bagian ketiga adalah ”getting organized” yang terdiri dari ”pengorganisasian

sumber”, ”pengorganisasian materi” (Tarigan, 2000: 201).

Dalam aktifitas murid, terdapat proses Input dan Output dalam melakukan proses

pembelajaran. Proses Input dari sisi murid berupa materi yang diterima dari pengajar dan

proses Output dilakukan dengan menunjukkan hasil dan memberikan feedback berupa

mengerjakan latihan yang diberikan, mengolah bahan ajar yang diterima dan lain-lain. Yang dapat diklasifikasikan sebagai proses Input dari strategi Kognitif dari sisi

murid adalah strategi “latihan” yang terdiri “Repetisi/pengulangan”, “Latihan menggunakan suara dan tulisan”, “M engingat bentuk kalimat dan pengucapan”, “M embuat kombinasi baru”, dan “Latihan dalam kondisi alami”.

Yang dapat diklasifikasikan sebagai proses Output dari strategi Kognitif, pertama

adalah ”Analisa dan Penarikan Kesimpulan” yang terdiri dari ”M enarik kesimpulan dengan deduktif”, ”Analisa Ekspresi”, ”M enganalisa sambil membandingkan bahasa”, ”M enerjemahkan”, dan ”Transfer bahasa”. Ketiga adalah strategi ”M embuat Struktur Input dan Output” yang terdiri dari ”M embuat catatan”, ”M eringkas”,

dan ”M embuat penegasan”. Keempat adalah strategi “M endapat dan mengirim isi informasi” yang terdiri dari “M emperoleh pemahaman dengan cepat” dan “M enggunakan bermacam-macam data untuk mengirim dan memperoleh isi informasi” (Oxford, 1994: 45-48).

(3)

3.1. Analisis Proses Pembelajaran Sakubun di Binus University

Untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran di Binus University, penulis

telah melakukan wawancara dengan pengajar native speaker dari Binus University,

Bapak Ueda Koji. Dosen tersebut telah mengajar di Binus University selama dua tahun

delapan bulan (dihitung sampai awal M ei 2009). Dosen tersebut mengatakan bahwa tujuan pengajaran Sakubun ini adalah supaya pemelajar dapat menulis kalimat yang

intinya sesuai dengan bahasa Jepang dan menggunakan bentuk kalimat yang telah dipelajari, serta agar dapat mengetahui cara menyusun suatu kalimat.

M enurut Bapak Ueda Koji, pelajaran Sakubun ini sangat berguna dalam

meningkatkan kemampuan bahasa Jepang para murid dan sangatlah penting untuk latihan menulis kalimat dengan menggunakan tata bahasa yang dipelajari secara konkret. 

Kendala yang dihadapi selama mengajar Sakubun adalah berhubungan dengan

karangan yang dibuat murid-muridnya. Saat Dosen tersebut menyuruh murid untuk memperbaiki sendiri kesalahan pada karangannya, mereka tidak kunjung bisa memperbaiki seluruh karangan mereka dengan benar. (Sumber: wawancara)

3.1.1. Analisis Aktifitas Pengajar

Dalam aktifitas pengajar, penulis membagi atas dua bagian, yaitu strategi Kognitif Pembelajaran M enulis oleh pengajar untuk melihat bagaimana pengajar tersebut mempersiapkan strategi Kognitif dalam kelas. Bagian berikutnya adalah hubungan aktifitas pengajar terhadap siswa untuk mencocokkan pernyataan pengajar dan siswa mengenai pengaplikasian strategi Kognitif dalam kelas.

(4)

3.1.1.1. S trategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Pengajar

Tabel 3.1. S trategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Bapak Ueda Koji S trategi Kognitif Hal yang dilakukan Ya Tidak

Pengumpulan model tulisan √ Personal strategies

Pembayangan pembaca dalam hati √

Penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui

Pembuatan komposisi dalam bahasa target √ Risk taking Pembuatan revisi √ Pengorganisasian sumber √ Getting organized pengorganisasian materi √     Sumber: Wawancara

Hampir seluruh muridnya mengatakan bahwa Bapak Ueda Koji melakukan strategi “pengumpulan model tulisan” (Tarigan, 2000: 201) dengan menyuruh murid-muridnya untuk membuat Sakubun dalam berbagai model tulisan seperti kartu ucapan tahun baru,

surat, dan karangan pendek (sumber: angket).

Pada tata bahasa dan kosakata yang diajarkan, Dosen tersebut tidak terpaku pada kemampuan siswa, tetapi lebih menyesuaikan dengan topik yang diberikan (Sumber: wawancara). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa Dosen tersebut menerapkan strategi “pembayangan pembaca dalam hati” (Tarigan, 2000: 201) karena dengan mengikuti berbagai macam topik, maka secara tidak langsung kemampuan para murid mengikuti kosakata dan tata bahasa yang harus digunakan dalam Sakubun

(5)

Bapak Ueda Koji menggunakan strategi “penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui”  (Tarigan, 2000: 201) dengan memberikan contoh kalimat, latihan-latihan, dan menyuruh para muridnya membuat kalimat agar mereka dapat memahami kosakata dan hyougen sehingga dapat mengaplikasikannya dalam Sakubun mereka

(Sumber: wawancara).

Dosen tersebut juga menyuruh murid untuk membuat Sakubun mereka dalam bentuk

genkouyoushi. Dosen tersebut juga mengangkat bermacam-macam topik dari

pengalaman pribadi murid, hal-hal yang berhubungan dengan suatu kosakata, dan lain-lain. Hal ini dapat diartikan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi ”pembuatan komposisi dalam bahasa target” (Tarigan, 2000: 201) karena dengan memfokuskan pada topik-topik Sakubun serta menggunakan format komposisi Jepang, maka dapat dikatakan

bahwa Dosen tersebut menggunakan cara-cara untuk membuat komposisi menyerupai komposisi orang Jepang, sehingga bahasa target (bahasa yang dipelajari) dapat. Dipahami para siswa dengan baik (sumber: wawancara).

Strategi ”pembuatan revisi” (Tarigan, 2000: 201) dilakukan oleh Bapak Ueda Koji dalam memeriksa nilai Sakubun, yaitu dengan membuat revisi dari kesalahan-kesalahan

dalam Sakubun para muridnya. Dosen tersebut memeriksa dengan detail sehingga Dosen

tersebut dapat merevisi setiap kesalahan dengan langsung menulis pembetulannya pada

Sakubun murid-muridnya (Sumber: wawancara).

Bapak Ueda Koji menggunakan sumber dari media lain seperti video dan foto yang berhubungan dengan tema untuk meningkatkan motivasi murid dalam membuat karangan. Dosen tersebut juga memperlihatkan contoh karangan yang sesuai dengan

(6)

topik yang diberikan sehingga murid mendapatkan gambaran mengenai Sakubun yang

akan mereka susun (Sumber: wawancara). Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi ”pengorganisasian sumber” (Tarigan, 2000: 201)

Dosen tersebut telah melakukan strategi ”pengorganisasian materi” (Tarigan, 2000: 201) dengan menggunakan bermacam-macam materi sebagai bahan ajarnya. Bapak Ueda Koji menggunakan bermacam-macam materi untuk mengajarkan tata bahasa dan kosakata. Dosen tersebut menggunakan buku 表現テーマ別日本語作文の方法、日本

語作文 I 身近なトピックによる表現練習、ニューアプローチ中級日本語基礎編、

トピックによる日本語総合演習.

Dapat dilihat bahwa Dosen tersebut menggunakan empat sumber berupa dua buku mengenai tata bahasa dalam Sakubun dan latihan tata bahasa sesuai topik dalam Sakubun

yaitu 表現テーマ別日本語作文の方法、日本語作文 I 身近なトピックによる表現

練習 dan 2 buku yang mengenai hubungan topik dengan ekspresi bahasa atau tata

bahasa yaitu ニューアプローチ中級日本語基礎編、トピックによる日本語総合演

習. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut telah menggunakan berbagai sumber untuk mendukung pengajarannya (Sumber: wawancara).

(7)

3.1.1.2. Hubungan Aktifitas Pengajar Terhadap S iswa

Tabel 3.2. Aktifitas Pengajar Terhadap Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif

Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Ya Tidak

Repetisi / pengulangan √

Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan √

M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi

M embuat kombinasi yang baru √

M elakukan Latihan

Latihan di dalam kondisi yang alami √

M enarik kesimpulan dengan deduktif √

M enganalisa ekspresi √

M enganalisa sambil membandingkan bahasa √

M enerjemahkan √ M elakukan analisis dan penarikan kesimpulan Transfer Bahasa √ M embuat catatan √ M embuat ringkasan √ M embuat struktur

Input dan Output

M embuat penegasan √

Sumber: Wawancara

Proses Output yang dimaksud di sini adalah proses di mana pengajar memberi

masukan pada murid berupa latihan atau perintah untuk melakukan berbagai kegiatan yang sesuai dengan strategi Kognitif. Dosen tersebut tidak melakukan strategi “Repitisi/pengulangan” sebagai proses Outputnya. Dosen tersebut tidak mengajarkan

lagi apa yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya (Sumber: wawancara).

     Dosen tersebut memberikan Output berupa bermacam-macam tema karangan

(8)

tersebut mengangkat bermacam-macam topik dari pengalaman murid, tema yang berhubungan dengan kosakata yang diajarkan, dan lain-lain. Dengan membuat tema yang berbeda-beda, murid dapat mengkombinasikan berbagai tata bahasa atau kosakata baru maupun informasi untuk dikombinasikan dalam berbagai tema. Dosen tersebut juga memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan tema untuk memancing daya kreatifitas murid dalam membuat karangan. M urid juga diberikan beberapa pertanyaan seputar tema sebagai latihan memahami lebih dalam mengenai tema tersebut. Dengan diberikan pertanyaan seputar tema, maka murid dapat melakukan tanya jawab yang melibatkan dirinya dalam percakapan (Sumber: wawancara). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi “Latihan dengan sistem suara dan tulisan”. Sesi tanya jawab yang dibentuk di kelas dikategorikan sebagai sistem suara dan pemberian tema untuk menulis dalam Sakubun dikategorikan sebagai latihan dengan

sistem tulisan (Oxford, 1994: 45).

Berdasarkan sumber informasi yang diperolehnya, Dosen tersebut melakukan proses

Output dengan mengajarkan tata bahasa pada pemelajar. Dosen tersebut melakukan

strategi Kognitif ”M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi” dengan memberikan contoh kalimat agar pemelajar mudah memperoleh pemahaman dengan baik (Oxford, 1994: 45). Dengan demikian, pemelajar dapat memperoleh gambaran dari tata bahasa yang diajarkan dan diharapkan pemelajar dapat membuat sendiri contoh-contoh kalimat lainnya. (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut berusaha agar kemampuan pemelajar dapat berkembang sesuai topiknya.

(9)

Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk membuat kombinasi yang berbeda dari yang diajarkan (Sumber: wawancara). Penulis dapat menyimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak melakukan strategi “M embuat kombinasi baru”.

Dosen tersebut tidak melakukan strategi ”Latihan di dalam kondisi yang alami” (Oxford, 1994: 45). Dosen tersebut tidak membangun suasana kelas yang alami di kelas

Sakubun yang diajarnya. M enurutnya, strategi ini diperlukan dalam pelajaran lain seperti

bahasa Jepang, namun tidak dalam kelas Sakubun (Sumber: wawancara).

Strategi “M enarik kesimpulan dengan deduktif” dilakukan oleh Dosen tersebut (Oxford, 1994: 46). Terutama dalam membuat kesimpulan pada Sakubun yang dibuat

para muridnya (Sumber: wawancara). Penulis beranggapan bahwa ini adalah hal yang memang dituntut untuk ada dalam sebuah tulisan terutama karangan.

Dosen tersebut juga menyuruh para murid untuk menganalisa hyougen (ekspresi

bahasa) dalam Sakubun murid secara pribadi maupun milik temannya. Untuk

menganalisa hyougen dalam Sakubun temannya, strategi ini dilakukan saat para murid

maju ke depan kelas untuk mempresentasikan Sakubunnya dan murid yang lain

mengamati hyougen apa saja yang digunakan dan apakah hyougen tersebut digunakan

dengan tepat (Sumber: wawancara). Kegiatan ini sesuai dengan strategi Kognitif yakni “M enganalisa ekspresi” (O xford, 1994: 47). Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut bertujuan agar murid memahami hyougen yang diajarkan dengan baik.

Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk membandingkan bahasa yang diajarkan dengan bahasanya sendiri, menerjemahkan bahasa yang diajarkan, maupun transfer bahasa, mencatat, meringkas, dan membuat penekanan pada bahan-bahan yang diajarkan.

(10)

Dosen tersebut mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut diserahkan pada murid apakah mereka mau melakukannya atau tidak (Sumber: wawancara). Penulis dapat menyimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak melakukan strategi “M elakukan analisa dan penarikan kesimpulan” dalam hal “M enganalisa sambil membandingkan bahasa”, “M enerjemahkan”, “Transfer bahasa”, dan strategi “M embuat struktur Input dan Output” dalam hal “M encatat”, “M eringkas”, maupun “M embuat penegasan” (O xford,

1994: 46-47).

Dari tiga belas kegiatan dalam strategi Kognitif yang termasuk dalam proses ini, Dosen tersebut hanya melakukan empat kegiatan, yaitu “Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan”,  “M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi”, 

“M enarik kesimpulan dengan deduktif”, dan “M enganalisa ekspresi” (Oxford, 1994:45-47). Dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak terlalu aktif memicu murid untuk melakukan serangkaian aktifitas yang termasuk dalam strategi Kognitif. 

3.1.2. Analisis Aktifitas Siswa

Dalam aktifitas murid, proses Input dan Output dibedakan dari seperti apa saja bentuk

informasi yang diperoleh sebagai Input yang dapat diaplikasikan pada Sakubun yang

dibuatnya sebagai proses Output. Yang termasuk sebagai proses Input dari strategi

Kognitif adalah strategi latihan. Latihan dikategorikan sebagai proses Input bagi murid

karena di dalam kelas, Dosen adalah pihak yang berkewajiban untuk memberikan mereka latihan agar mereka dapat memahami materi dengan baik. Penulis menyebarkan angket pada lima belas murid Binus University yang pernah diajar oleh Bapak Ueda Koji

(11)

sebagai sampel. Dari hasil angket ini, penulis dapat menyimpulkan apakah strategi Kognitif dilaksanakan atau tidak.

3.1.2.1. Proses Input

Tabel 3.3. Proses Input Siswa Ditinjau Dari S trategi Kognitif

 

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil angket, dapat dilihat bahwa 53,33% murid menjawab bahwa mereka tidak menerima pengulangan dalam Input Dosen yang termasuk dalam strategi

Kognitif “pengulangan” (O xford, 1994: 45). Hal ini sesuai dengan proses Output yang

diberikan Bapak Ueda Koji yang menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak melakukan pengulangan dalam proses Outputnya (Sumber: wawancara),

Strategi “Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan” (O xford, 1994: 45) dilakukan oleh 80% murid berdasarkan Input dari Dosen tersebut.. Latihan tersebut

berupa membuat Sakubun utuh maupun pendek, kerangka karangan, maupun informasi

berupa video seputar tema yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda

Koji bahwa Dosen tersebut memang memberikan strategi Kognitif berupa latihan tersebut (Sumber: wawancara).

(12)

93,33% murid menjawab bahwa Dosen yang mengajar mereka memberikan latihan “M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi” (Oxford, 1994: 45). Dalam kegiatan ini, Dosen tersebut memberikan contoh bentuk kalimat sehingga murid-murid dapat mengingat dengan baik dan dapat menggunakan bentuk kalimat tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut memang menggunakan strategi tersebut dalam proses Outputnya.

86,67% murid menjawab bahwa mereka melakukan strategi Kognitif “M embuat kombinasi baru” (O xford, 1994: 45). Yang dimaksud dengan kombinasi baru adalah menghubungkan dan membentuk kalimat dengan kombinasi yang berbeda dengan yang diajarkan. Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif tersebut (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa para murid berinisiatif membuat kombinasi baru tanpa disuruh oleh Dosen tersebut.

93,33% murid menyatakan bahwa mereka mendapatkan kegiatan dalam kelas berupa “Latihan dalam kondisi alami” yang termasuk dalam strategi Kognitif. Yang dimaksud dengan strategi ini adalah mengkondisikan murid dalam kondisi yang biasa mereka lakukan dalam kegiatan sehari-harinya seperti membaca koran, terlibat dalam percakapan, membuat surat, dan sebagainya (Oxford, 1994: 45). Berdasarkan hasil angket, murid-murid menyatakan bahwa mereka melakukan kegiatan tersebut selama berada di dalam kelas Sakubun yang diajar oleh Bapak Ueda Koji. Akan tetapi, Dosen

tersebut menyatakan tidak melakukan kegiatan tersebut karena menurutnya kegiatan tersebut tidak sesuai dilakukan dalam kelas Sakubun (Sumber: wawancara). Penulis

(13)

termasuk dalam strategi tersebut namun tidak sebagai kegiatan utama. Karena itu para murid tetap merasa bahwa kegiatan ini memang dilakukan dalam kelas Sakubun.

Grafik 3.1. Proses Input Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif

46.67% 80.00% 93.33% 86.67% 93.33% 53 .3 3 % 2 0.0 0% 6.6 7% 13 .3 3 % 6 .6 7% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% Repetisi / pengulangan Latihan menggunakan sist em suara dan

tulisan

M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi

M embuat kombinasi yang baru

Latihan di dalam kondisi yang alami

Ya Tidak

Sumber: Hasil Penelitian

Grafik di atas menampilkan bahwa dari lima strategi Kognitif yang termasuk dalam proses Input, empat strategi yaitu “Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan”,

“M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi”, “M embuat kombinasi baru”, dan “Latihan dalam kondisi alami” mempunyai presentasi jawaban “Ya” jauh drastis dibandingkan jawaban “Tidak”. Sedangkan pada strategi “Repetisi/pengulangan”, jawaban “Tidak” lebih banyak dari yang menjawab “Ya”, walaupun perbedaannya tidak begitu jauh. Berdasarkan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa para murid Binus

University menerima hampir seluruh strategi Kognitif yang dikategorikan sebagai proses Input mereka.

(14)

3.1.2.2. Proses Output

Tabel 3.4. Proses Output Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif

  Sumber: Hasil Penelitian

Proses Output dalam kegiatan murid adalah memberikan respon dari materi yang

telah diajarkan. Setiap murid mempunyai respon yang berbeda-beda dalam menanggapi proses pengajaran dalam kelas. Berdasarkan tabel 3.5. di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbagai macam perbandingan jawaban ”Ya” dan ”Tidak”.

Sebagian besar murid Binus University sebanyak 53,33% melakukan strategi

Kognitif ”M enarik kesimpulan dengan deduktif” (Oxford, 1994:46). Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk menarik kesimpulan dengan deduktif dalam membuat Sakubun mereka (Sumber:

(15)

66,67% murid Binus menjawab ”Ya” dalam melakukan strategi Kognitif ”M enganalisa Ekspresi” (Oxford, 1994: 47). Yang dimaksud dengan menganalisa ekspresi adalah menganalisa ekspresi tata bahasa dengan memahami dengan baik arti dari keseluruhan hyougen tersebut dengan menggunakan unsur-unsur

yang ada dalam hyougen tersebut (Oxford, 1994: 47). Para murid Binus melakukan

strategi ini dalam menganalisa hyougen dalam Sakubunnya maupun karya temannya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut memang menyuruh para muridnya untuk menganalisa ekspresi (Sumber: wawancara).

Hampir seluruh murid Binus University yaitu sebanyak 99,33% melakukan strategi

Kognitif ”M enganalisa sambil membandingkan bahasa”. Yang dimaksud dengan strategi tersebut adalah membandingkan unsur-unsur dalam bahasa asing yang dipelajari dengan bahasa ibu pemelajar dan menentukan di mana letak perbedaan dan kemiripannya (Oxford, 1994:47). Berdasarkan pernyataan Bapak Ueda Koji, Dosen tersebut tidak menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi tersebut (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa para murid berinisiatif untuk melakukan strategi tersebut tanpa disuruh oleh Dosen mereka.

Strategi Kognitif ”M enerjemahkan” yang merupakan kegiatan merubah bahasa ibu menjadi bahasa yang dituju (O xford, 1994:47) dilakukan oleh 80% murid Binus

University. Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid

untuk menerjemahkan karena strategi ini dianggap merupakan hak murid untuk dilakukan atau tidak (Sumber: wawancara). Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar murid melakukan strategi tersebut.

(16)

Strategi Kognitif ”Transfer Bahasa” yang merupakan memindahkan dan menampilkan konsep dan struktur bahasa (Oxford, 1994: 47) tidak dilakukan oleh murid Binus University. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa

Dosen tersebut tidak menyuruh murid tersebut untuk melakukan strategi tersebut.

Saat menerima ajaran dari Bapak Ueda Koji terutama mengenai hyougen atau

kosakata baru, 80% murid Binus University melakukan strategi Kognitif ”M embuat

catatan” untuk mencatat materi yang diajarkan (O xford, 1994:47). Bapak Ueda Koji tidak menyuruh murid untuk mencatat karena kegiatan ini diserahkan sepenuhnya kepada para muridnya apakah mereka mau melakukannya atau tidak (Sumber: wawancara). Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar murid Binus

University melakukan strategi tersebut walaupun tidak disuruh oleh Dosen mereka

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa strategi Kognitif ”M embuat ringkasan” (O xford, 1994:47) tidak dilakukan oleh murid Binus University sebanyak

66,67%. Bapak Ueda Koji juga tidak menyuruh murid untuk membuat ringkasan dari bahan yang diajarkan (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa strategi ini tidak dianggap begitu penting oleh sebagian besar murid-murid tersebut karena hanya 33,33% yang berinisiatif untuk melakukan strategi tersebut.

Para murid Binus University sebanyak 60% melakukan strategi Kognitif ”M embuat

penegasan” yang dapat diartikan sebagai bermacam-macam teknik seperti menggarisbawahi, menandai, mengelompokkan, dan lain-lain untuk memfokuskan pada informasi yang utama (O xford, 1994:47-48). Kegiatan ini masih berhubungan dengan strategi Kognitif ”M embuat catatan” dan ”M embuat ringkasan” (O xford, 1994:47)

(17)

karena ketiganya merupakan kegiatan menyusun materi yang diajarkan. Walaupun strategi ”M embuat ringkasan” tidak banyak dilakukan oleh para murid tersebut, namun sebagian besar dari mereka melakukan strategi Kognitif ”M embuat penegasan”. Bapak Ueda Koji juga tidak menyuruh murid secara khusus untuk melakukan strategi ini (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa walaupun para murid tidak meringkas namun mereka melakukan strategi ini setelah mencatat materi pelajaran.

Seluruh murid Binus University yang merupakan responden dari penelitian ini

melakukan skimming dan scanning yang termasuk dalam kegiatan pada strategi

Kognitif ”M enerima maksud/pengertian dengan cepat” (Oxford, 1994:46). Teknik ini adalah teknik menerima informasi yang dianggap efektif dan praktis dibanding teknik biasa yang merupakan teknik menyerap seluruh informasi tanpa memilih-milih. Penulis tidak menghubungkan kegiatan murid ini dengan Dosen yang mengajar mereka karena penulis menganggap bahwa teknik tersebut merupakan aktifitas atau respon alami murid dalam menerima informasi.

Para murid Binus University sebanyak 66,67% melakukan strategi

Kognitif ”M enggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim informasi” (Oxford, 1994:46), terutama dalam menyusun Sakubun mereka. Strategi ini

sangat berguna untuk meningkatkan kualitas informasi dalam karya mereka. Penulis juga tidak menghubungkan strategi ini dengan kegiatan dosen karena kegiatan mencari data tidak hanya dilakukan di kelas namun dapat juga dilakukan di luar kelas sehingga Dosen tidak dapat mendukung sepenuhnya dalam kegiatan ini.

(18)

53.33% 66.67% 93.33% 80.00% 0.00% 80.00% 33.33% 60.00% 100.00% 66.67% 46.67% 33.33% 6.67% 20.00% 100.00% 20.00% 66.67% 40.00% 0.00% 33.33% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% Menarik k es impulan den gan dedu ktif

Men ganalis a ek spresi Men ganalisa s ambil membandingk an bah asa

Menerjemah kanTransfer Bah asaMembuat catatan Membu at ringk asan Membuat penegasan Sk immin g dan s cann ing Menggu nak an bermacam – macam data u ntu k men dapat dan mengirim is i

informasi

Ya Tidak

Grafik 3.2. Proses Output S iswa Ditinjau Dari S trategi Kognitif

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan grafik di atas, dari sepuluh strategi Kognitif yang dikategorikan sebagai proses Output yang dilakukan oleh para murid, delapan strategi Kognitif yaitu strategi

Kognitif ”M enarik kesimpulan dengan deduktif”, ”M enganalisa Ekspresi”,”M enganalisa sambil membandingkan bahasa”, ”M enerjemahkan”, ”M embuat catatan”, ”M embuat penegasan”, ”M enerima maksud/pengertian dengan cepat”, dan ”M enggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim informasi” dilakukan oleh sebagian besar para murid Binus University. Sedangkan strategi Kognitif ”Transfer

bahasa” tidak dilakukan oleh mereka dan strategi Kognitif ”M embuat ringkasan” tidak dilakukan oleh sebagian besar murid Binus University.

(19)

53.33% 0.0 0% 53.33% 2 6.6 7% 46 .67 % 80 .00 % 10 0.0 0% 20% 20.% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total

3.1.3. Analisa Hubungan Aktifitas Pengajar Dan Siswa Ditinjau Dari Teori S trategi Kognitif Dengan Nilai Sakubun Siswa

Dalam analisa ini, penulis berusaha menghubungkan dan membagi murid berdasarkan nilai Sakubun yang mereka peroleh. Dengan demikian dapat diketahui

apakah strategi kognitif yang dilakukan berhubungan dengan nilai yang mereka peroleh. Dari lima belas responden, dua belas responden memiliki nilai A yang berdasarkan standar Binus University memiliki jenjang nilai dari 85-100 dan hanya tiga orang yang

memiliki nilai B yang memiliki jenjang nilai dari 75-85 dan tidak ada murid yang mendapat nilai C. Dari seluruh responden dapat disimpulkan bahwa murid yang memiliki nilai A mendominasi nilai para murid.

3.1.3.1. Proses Input Dalam Aktifitas Siswa

Grafik 3.3. S trategi Kognitif ”Repetisi”

Sumber: Hasil Penelitian

(20)

20 .00% 0 .00% 20.00% 60.00% 80.00% 80.00% 100.00% 20% 20% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Tota l Tidak Ya Grand Total

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ueda Koji, Dosen tersebut tidak memberikan repetisi dalam pengajarannya. Hal ini sesuai dengan jawaban murid dari tabel di atas bahwa sebagian besar murid sebanyak 53,33% menyatakan bahwa mereka tidak menerima repetisi dalam proses Input mereka. Berdasarkan tabel di atas, bahwa

sebagian besar murid yang menjawab tidak adalah murid-murid yang mendapat nilai A. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar murid-murid yang mempunyai nilai A menyatakan tidak menerima repetisi. M urid yang mendapat nilai B pun menyatakan bahwa mereka juga menerima repetisi dalam kelas Sakubun. M engenai murid yang

memiliki nilai A namun menyatakan adanya repetisi dalam pengajaran Sakubun, penulis

menyimpulkan bahwa murid-murid tersebut melakukan repetisi atas kemauan sendiri, bukan karena disuruh oleh Dosen mereka. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut.

Grafik 3.4. S trategi Kognitif ”Latihan Menggunakan Suara Dan Tulisan”

 

Sumber: Hasil Penelitian

(21)

6.67% 0.00% 6. 67% 73.33% 20. 00% 93. 33% 80.00% 20.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Tot al Tidak Ya Grand Total

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif ”Latihan menggunakan suara dan tulisan” (Oxford, 1994:45). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang mendapat nilai A sebanyak 60% menyatakan bahwa Dosen mereka memberi latihan tersebut dan 20% murid yang memiliki nilai A menyatakan bahwa mereka tidak menerima latihan tersebut. M urid yang memiliki nilai B menyatakan bahwa mereka juga menerima latihan tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut memang menggunakan strategi ini dengan baik sehingga dirasakan oleh sebagian besar murid baik yang sebagian besar memiliki nilai A maupun B. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut.

Grafik 3.5. S trategi Kognitif ”Mengingat Bentuk Kalimat Dan Ekspresi”

Sumber: Hasil Penelitian

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif ”M engingat bentuk kalimat dan ekspresi” (Oxford, 1994:45). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang

(22)

13.33% 0.00% 13.33% 66.67% 86.67% 80.00% 100.00% 20.00% 20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total

memiliki nilai A sebanyak 73,33% menyatakan bahwa Dosen mereka memberikan latihan tersebut. Bapak Ueda Koji juga menyatakan bahwa Dosen tersebut memang memberikan latihan berupa ”M engingat bentuk kalimat dan ekspresi”. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa murid yang memiliki B pun menyatakan bahwa mereka mendapat latihan tersebut. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut.

Grafik 3.6. S trategi Kognitif ”Membuat Kombinasi Baru”

         

     

Sumber: Hasil Penelitian 

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan latihan berupa strategi Kognitif “M embuat kombinasi baru” (O xford, 1994:45). Akan tetapi Sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 66,67% menyatakan bahwa mereka diberikan latihan tersebut. Sedangkan murid yang memiliki nilai B menyatakan bahwa mereka juga diberikan latihan tersebut. Hanya 13,33% dari murid yang mendapat nilai A yang menyatakan bahwa mereka tidak menerima latihan

(23)

6.67% 0.00% 6.67% 73.33% 93.33% 80.00% 100.00% 20.00% 20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total

tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar murid melakukan latihan ini atas kemauan mereka sendiri, terutama dalam membuat Sakubun. Dalam membuat Sakubun,

murid perlu menyusun dan membuat kombinasi yang baru dan berbeda dari hyougen

yang diajarkan sehingga mereka dapat memahami hyougen tersebut dengan baik.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut.

Grafik 3.7. S trategi Kognitif ”Latihan Dalam Kondisi Alami”

        

   

Sumber: Hasil Penelitian 

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif “Latihan dalam kondisi alami” (O xford, 1994:45). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hampir seluruh murid yang mendapat nilai A sebanyak 73,33% dan seluruh murid yang mendapat nilai B menyatakan bahwa Dosen tersebut memberikan latihan tersebut. Hanya 6,67% murid yang memiliki nilai A yang menyatakan bahwa mereka tidak menerima latihan tersebut. Sesuai dengan analisa penulis pada proses Input yang diterima murid bahwa Dosen tersebut tidak secara

(24)

26.67% 20.00% 46.67% 53.33% 0.00% 53.33% 80.00% 20.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total

Sakubun. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara nilai dengan strategi tersebut.

3.1.3.2. Proses Output dalam Aktifitas Siswa

Grafik 3.8. S trategi Kognitif “Menarik Kesimpulan Dengan Deduktif”

   

Sumber: Hasil Penelitian

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif ”M enarik kesimpulan dengan deduktif” (O xford, 1994:46). Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% melakukan strategi tersebut sedangkan seluruh murid yang memiliki nilai B tidak melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A mengikuti strategi yang disuruh oleh dosen mereka. Penulis dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan antara strategi yang dilakukan dengan nilai yang didapat oleh para murid.

(25)

26.67% 6.67% 33.33% 53.33% 13.33% 66.67% 80.00% 20.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total Grafik 3.9. S trategi Kognitif ”Menganalisa Ekspresi”

 

Sumber: Hasil Penelitian  

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif “M enganalisa ekspresi” (Oxford, 1994:47). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3.13. di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% dan sebagian besar murid yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% menyatakan bahwa mereka melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa strategi ini dilakukan oleh sebagian besar murid yang memiliki nilai A maupun B. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara nilai dengan strategi tersebut seimbang.

(26)

6.67% 0.00% 6.67% 73.33% 93.33% 80.00% 100.00% 20.00% 20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total

Grafik 3.10. S trategi Kognitif ”Menganalisa S ambil Membandingkan Bahasa”

 

Sumber: Hasil Penelitian

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi Kognitif ”M enganalisa sambil membandingkan bahasa”. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian, hampir seluruh murid yang memiliki nilai A sebanyak 73,33% dan seluruh murid yang memiliki nilai B melakukan kegiatan ini. M enurut penulis, kegiatan ini wajar dilakukan pemelajar bahasa karena untuk memahami suatu bahasa yang berbeda dengan bahasa ibunya, mereka perlu membandingkan kedua bahasa tersebut dan menganalisanya dengan baik sehingga tercapai pemahaman yang tepat. Karena ini merupakan hal yang wajar, maka dosen tidak perlu menyuruh murid secara khusus untuk melakukan strategi ini. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut.

(27)

13.33% 6. 67% 20. 00% 66.67% 13. 33% 80.00% 80.00% 20.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total

Grafik 3.11. S trategi Kognitif ”Menerjemahkan”

 

Sumber: Hasil Penelitian

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif “M enerjemahkan” (O xford, 1994:47). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 66,67% dan sebagian besar murid yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak merasa murid harus melakukan strategi ini karena dalam kelas Sakubun, murid langsung membuat Sakubun

dalam bahasa Jepang sehingga tidak ada proses penerjemahan secara signifikan. Akan tetapi, murid-murid tetap melakukan strategi tersebut. Penulis menganggap bahwa murid-murid tetap merasa perlu melakukan strategi tersebut untuk memudahkan mereka menerjemahkan dari bahasa yang ingin mereka tulis dari bahasa ibu ke bahasa Jepang. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa ada keterkaitan antara nilai dengan kegiatan tersebut.

(28)

20.00% 0.00% 20.00% 60.00% 80.00% 80.00% 100.00% 20.00%20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Y a Grand Total Grafik 3.12. S trategi Kognitif ”Membuat Catatan”

   

     

Sumber: Hasil Penelitian

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif ”M embuat catatan” (Oxford, 1994:47) karena menurutnya mencatat merupakan hak murid. Berdasarkan penelitian, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 60% melakukan strategi tersebut dan seluruh murid yang memiliki nilai B melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa hampir seluruh murid yang memiliki nilai A maupun B menganggap bahwa strategi ini diperlukan sehingga mereka inisiatif melakukan strategi ini walaupun dosen mereka tidak menyuruh mereka secara khusus. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut.

(29)

53.33% 13.33% 66.67% 26.67% 6.67% 33.33% 80.00% 20.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Y a Grand Total Grafik 3.13. S trategi Kognitif “Meringkas”

 

Sumber: Hasil Penelitian

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi Kognitif “M eringkas” (Oxford, 1994:47) dengan alasan yang sama dengan strategi sebelumnya, yakni, kegiatan ini merupakan hak murid apakah mereka mau melakukannya atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% dan murid yang yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% tidak melakukan strategi tersebut. Karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa para murid merasa strategi ini kurang perlu karena materi yang diberikan bukan merupakan penjelasan yang panjang namun pemahaman yang dalam. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut.

(30)

20.00% 40.00% 60.00% 0.00% 60.00% 80.00% 100.00% 20.00% 20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Y a Grand Total Grafik 3.14. S trategi Kognitif ”Membuat Penegasan”

 

Sumber: Hasil Penelitian

Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif ”M embuat penegasan” (O xford, 1994:48). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 60% melakukan strategi ini sedangkan seluruh murid yang memiliki nilai B tidak melakukan strategi ini. Penulis menyimpulkan bahwa strategi ini mempunyai dampak pada nilai karena strategi ini membantu murid mengingat materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa ada keterkaitan antara nilai dengan kegiatan tersebut.

(31)

80.00 % 100.00% 20 .00% 80.0 0% 100.00% 20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Tota l Ya Grand Total

Grafik 3.15. S trategi Kognitif ”Menerima Maksud/Pengertian Dengan Cepat”

Sumber: Hasil Penelitian

Penulis tidak menghubungkan strategi ini antara pengajar dan murid karena penulis beranggapan bahwa strategi ini adalah teknik menerima informasi yang terjadi secara alami. Pengajar tidak dapat menyuruh murid untuk melakukan strategi ini karena hal ini tergantung pada pribadi murid tersebut. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah murid dengan nilai A dan murid dengan nilai B yang melakukan strategi Kognitif ”M enerima maksud/pengertian dengan cepat” (Oxford, 1994:46) adalah sama. Karena itu penulis menyimpulkan bahwa hubungan antara nilai Sakubun murid dan

(32)

26.67% 6.67% 33.33% 53.33% 13.33% 66.67% 80.00% 20.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Gr and Total

Grafik 3.16. S trategi Kognitif ”Menggunakan Bermacam – Macam Data Untuk Mendapat Dan Mengirim Isi Informasi”

Sumber: Hasil Penelitian

Penulis tidak menghubungkan strategi ini antara pengajar dan murid karena ini adalah strategi yang dapat dilakukan di luar kelas sehingga pengajar tidak dapat berperan sepenuhnya untuk mendukung murid. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% dan sebagian besar murid yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% melakukan strategi Kognitif ”M enggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim isi informasi” (Oxford, 1994:46). Penulis menyimpulkan bahwa murid yang memiliki nilai A maupun B merasa bahwa strategi ini perlu terutama dalam menyusun Sakubun yang memerlukan berbagai

(33)

3.2. Analisis Proses Pembelajaran Sakubun di Universitas Al-Azhar

Untuk mendapatkan informasi mengenai proses pembelajaran khususnya Sakubun di

Universitas Al-Azhar, penulis telah melakukan wawancara dengan pengajar universitas tersebut yang merupakan native speaker, Ibu Kamiryo Eri. Dosen tersebut mengajar

murid tahun kedua dan ketiga. Dosen tersebut sudah mengajar bahasa Jepang selama kira-kira dua puluh tahun, sejak berada di Jepang. Untuk mata kuliah Sakubun, Dosen

tersebut telah mengajar selama kurang lebih empat belas tahun, sedangkan di Universitas Al-Azhar, Dosen tersebut telah mengajar selama empat tahun sejak tahun 2005.

Dosen tersebut mengatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pengajaran

Sakubun ini adalah supaya murid dapat menjelaskan pemikiran mereka sendiri dengan

bahasa Jepang. M enurutnya, terdapat berbagai macam peningkatan dalam bahasa Jepang seperti peningkatan percakapan dan pendengaran. Kosakata yang digunakan dalam mengarang berbeda dengan percakapan. Karena bahasa Jepang yang digunakan dalam percakapan dan mengarang berbeda, diharapkan murid dapat menulis dengan baik kosakata bahasa Jepang dalam sebuah karangan.

Kendala yang dihadapi oleh Dosen tersebut selama mengajar Sakubun adalah pada

saat menerangkan topik baru. Pada saat itu tidak semua murid hadir sehingga mereka tidak mengerti saat datang pada pertemuan berikutnya. Selain itu, saat diberi latihan kecil, mereka dapat membuat kalimat dengan baik, namun saat membuat kalimat dalam karangan, mereka tidak dapat merangkai kalimat tersebut dengan benar.

M enurutnya pelajaran Sakubun berguna. Dosen tersebut mengatakan bahwa pengajar

(34)

yang pintar dalam percakapan, kanji dan tata bahasa, kemudian murid yang pintar dalam membuat cerita. M embuat karangan membutuhkan berbagai kemampuan, bukan tata bahasa saja. Walaupun pintar dalam kanji atau percakapan, membuat karangan tetap sulit. (Sumber: wawancara)

3.2.1. Analisis Aktifitas Pengajar

Dalam aktifitas pengajar, penulis membagi atas dua bagian, yaitu strategi Kognitif Pembelajaran M enulis oleh pengajar untuk melihat bagaimana pengajar tersebut mempersiapkan strategi Kognitif dalam kelas. Bagian berikutnya adalah hubungan aktifitas pengajar terhadap siswa untuk mencocokkan pernyataan pengajar dan siswa mengenai pengaplikasian strategi Kognitif dalam kelas.

3.2.1.1. S trategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Pengajar

Tabel 3.5. S trategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Ibu Kamiryo Eri S trategi Kognitif Hal yang dilakukan Ya Tidak

Pengumpulan model tulisan √ Personal strategies

Pembayangan pembaca dalam hati √

Penggunaan kosakata dan struktur yang telah

diketahui √

pembuatan komposisi dalam bahasa target √ Risk taking Pembuatan revisi √ Pengorganisasian sumber √ Getting organized pengorganisasian materi √ Sumber: Tarigan (2000: 201)

(35)

Ibu Kamiryo Eri memberikan berbagai bentuk model tulisan untuk disusun oleh para muridnya. Tidak hanya dalam bentuk karangan biasa, namun juga dalam bentuk skripsi pendek. Berbeda dengan skripsi, skripsi pendek tidak membutuhkan penelitian yang mendalam untuk mendukung susunan datanya (Sumber: wawancara). Hal ini sesuai dengan strategi ”pengumpulan model tulisan” (Tarigan, 2000: 201).

Ibu kamiro Eri mengajarkan tata bahasa dan kosakata yang lebih tinggi dari yang didapat murid pada kelas bahasa Jepang. Akan tetapi, Untuk menyesuaikan dengan kemampuan para murid, Dosen tersebut mengubah topik-topiknya dan menyuruh para murid untuk memikirkan sebuah topik sendiri sehingga mereka memikirkan topik sendiri (Sumber: wawancara). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi ”pembayangan pembaca dalam hati” (Tarigan, 2000: 201) karena pengubahan topik membantu para murid untuk memahami topik secara keseluruhan dan dapat menuangkannya dalam Sakubun.

Dosen tersebut mengajarkan tata bahasa dan kosakata baru, latihan membuat kalimat yang pendek, menulis bentuk-bentuk kalimat, kemudian latihan membuat sendiri kalimat yang pendek. Dalam menyusun karangan, Dosen tersebut memberi contoh kalimat kemudian menyuruh murid untuk menggunakan kalimat sesuai dengan topik yang diberikan (Sumber: wawancara). Hal ini sesuai dengan strategi ”penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui (Tarigan, 2000: 201).

Dosen tersebut membebaskan para muridnya untuk menggunakan genkouyoushi atau

format umum. Bermacam-macam topik yang diberikan Dosen tersebut yakni perkenalan diri, perkenalan negara sendiri, berita di sekitar murid, kemudian pengalaman pribadi.

(36)

Pada kesempatan lain, Dosen tersebut juga menyuruh para murid untuk menulis mengenai pendapat pribadi. keluhan, ketidakpuasan, kesetujuan dan ketidaksetujuan, masalah-masalah di kota Jakarta, dan lain-lain (Sumber: wawancara). Dengan menyesuaikan kemampuan murid dengan topik serta keragaman topik yang diberikan, maka dapat dikatakan bahwa Dosen tersebut menerapkan strategi ”pembuatan komposisi dalam bahasa target” (Tarigan, 2000: 201).

Dalam memeriksa Sakubun para muridnya, Ibu Kamiryo Eri menggunakan teknik skimming dan scanning, yaitu dengan membaca cepat dan melihat bagian-bagian yang

penting pada Sakubun tersebut (Sumber: wawancara). Dosen tersebut melakukan

strategi ”pembuatan revisi” (Tarigan, 2000: 201) dengan memeriksa dan memberi nilai pada Sakubun para muridnya.

Dalam menjelaskan topik-topik yang sulit, Ibu Kamiryo Eri menggunakan bantuan media berupa foto, gambar, contoh karangan, dan lainnya yang disertai dengan penjelasan dari Dosen tersebut. Dosen tersebut juga bercerita sehingga murid dapat memikirkan sendiri mengenai topik yang dimaksud (Sumber wawancara). Dengan memadukan berbagai sumber, Dosen tersebut telah melakukan strategi ”pengorganisasian sumber” (Tarigan, 2000: 201).

Dalam menyiapkan materi bahan ajarnya, Dosen tersebut mengajarkan Sakubun

dengan membuat sendiri buku pelajarannya yang disusun dengan menggunakan berbagai macam buku. Dosen tersebut mengambil contoh-contoh topik dari buku yang berbeda-beda kemudian disusun menjadi satu buku. Selain itu, Dosen tersebut juga menggunakan buku dari pelajaran lain, seperti buku tata bahasa (Sumber: wawancara). Dengan

(37)

demikian, dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut telah melakukan strategi ”pengorganisasian materi” (Tarigan, 2000: 201).

3.2.1.2. Hubungan Aktifitas Pengajar Terhadap S iswa

Tabel 3.6. Aktifitas Pengajar Terhadap Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif

Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Ya Tidak

Repetisi / pengulangan √

Latihan dengan sistem suara dan tulisan √

M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi

M embuat kombinasi yang baru √

M elakukan Latihan

Latihan di dalam kondisi yang alami √

M enarik kesimpulan dengan deduktif √

M enganalisa ekspresi √

M enganalisa sambil membandingkan bahasa √

M enerjemahkan √ M elakukan analisis dan penarikan kesimpulan Transfer Bahasa √ M embuat catatan √ M embuat ringkasan √ M embuat struktur

Input dan Output

M embuat penegasan √

Sumber: Oxford (1994: 45-48)

Dalam proses Outputnya, Dosen tersebut telah melakukan sebagian besar dari

strategi Kognitif. Dosen tersebut melakukan strategi Kognitif ”Repetisi/pengulangan” (Oxford, 1994:45), terutama dalam mengajar tata bahasa atau kosakata baru.

(38)

Dosen tersebut menyuruh murid untuk membuat berbagai macam tema skripsi dan skripsi pendek untuk murid semester 6. Dalam memberikan tema karangan, Dosen tersebut mengubah topik-topiknya untuk menyesuaikan kemampuan capai para murid dan menyuruh murid memikirkan sendiri mengenai topik Sakubun. Kemudian, Dosen

tersebut juga memberi contoh berupa foto atau gambar yang berhubungan dengan tema dan diikuti dengan penjelasannya (Sumber: wawancara). Kegiatan ini sesuai dengan strategi Kognitif ”Latihan menulis dengan suara dan tulisan” (O xford, 1994:45). Dengan memberi penjelasan dengan bahasa Jepang dan menyuruh murid untuk membuat karangan dengan berbagai tema, kegiatan ini dapat dikategorikan ke dalam strategi tersebut.

Cara Dosen tersebut mengajarkan tata bahasa yang akan digunakan dalam Sakubun

adalah dengan memberikan contoh kalimat dalam membuat suatu topik karangan. Kemudian Dosen tersebut menyuruh murid untuk latihan membuat kalimat yang pendek atau yang sesuai dengan contoh yang diberikannya. Dosen tersebut juga mengajarkan tata bahasa baru sesuai dengan topiknya. Pertama, latihan membuat kalimat yang pendek, menulis bentuk-bentuk kalimat, kemudian latihan membuat sendiri kalimat yang pendek. Dosen tersebut memberikan contoh kalimat berbeda-beda yang disesuaikan dengan tema, setelah itu murid membuat sendiri contohnya dan diharapkan dapat membuat bentuk kalimat sesuai dengan contoh yang Dosen tersebut berikan (Sumber: wawancara). Karena itulah Dosen tersebut telah melakukan strategi Kognitif ”M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi” (Oxford, 1994:45) dalam proses Outputnya.

(39)

kombinasi baru berupa tata bahasa maupun tema Sakubun. Dosen tersebut memberi

kombinasi tema seperti perkenalan diri, perkenalan negara sendiri, berita di sekitar murid, pengalaman pribadi, pendapat pribadi, memaparkan keluhan, ketidakpuasan, pendapat pribadi mengenai kesetujuan dan ketidaksetujuan, kemudian memaparkan pendapat pribadi mengenai masalah-masalah Jakarta (Sumber: wawancara).

Dosen tersebut menyatakan bahwa strategi Kognitif ”Latihan dalam kondisi alami” (Oxford, 1994:45) tidak dilakukan dalam kelas. Dosen tersebut lebih memfokuskan pada pengembangan imajinasi murid (Sumber: wawancara).

Strategi Kognitif ”M enarik kesimpulan dengan deduktif” (Oxford, 1994:45) dilakukan dalam kelas Sakubun yang diajar Ibu Kamiryo Eri. Penulis menganggap

bahwa ini adalah hal yang wajar karena dalam pembuatan Sakubun, terdapat beberapa

bagian seperti pembuka, inti, dan penutup. Kesimpulan yang baik harus disusun di bagian penutup.

Ibu Kamiryo Eri menyuruh murid untuk melakukan Strategi Kognitif “M enganalisa ekspresi” (Oxford, 1994:45) dalam pengajarannya. Dosen tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan tergantung pada tema Sakubun yang digunakan (Sumber:

wawancara).

Dosen tersebut menyatakan bahwa strategi Kognitif ”M enganalisa sambil membandingkan bahasa” merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam kelas

Sakubunnya terutama dalam membandingkan hyougen atau kosakata bahasa Jepang

(40)

Dosen tersebut juga menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif ”M enerjemahkan” (Oxford, 1994:47) terutama dalam menerjemahkan hyougen

atau kosakata yang diajarkan (Sumber: wawancara). Penulis menyimpulkan bahwa strategi ini dianggap perlu saat membuat karangan dalam bahasa Jepang. Pemelajar perlu menyusun kalimat yang akan ditulis dalam bahasa ibunya kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Jepang.

Strategi Kognitif ”Transfer Bahasa” (Oxford, 1994:47) tidak dilakukan oleh Ibu Kamiryo Eri dalam kelas Sakubunnya.

Ibu Kamiryo Eri menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi Kognitif ”M embuat catatan” (Oxford, 1994:47) dalam kelas Sakubunnya. Penulis

menyimpulkan bahwa Dosen tersebut menyuruh strategi tersebut agar murid tidak mudah melupakan materi yang diajarkan karena murid dapat terus memahami materi tersebut melalui catatan yang mereka buat sendiri.

Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif ”M embuat ringkasan” dan ”M embuat penegasan” (O xford, 1994:47-48). Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut menyerahkan kegiatan ini pada para muridnya.

Dari tiga belas kegiatan strategi Kognitif dalam proses Output, Dosen tersebut

menyuruh murid untuk melakukan sembilan kegiatan yaitu strategi Kognitif “Repetisi / pengulangan”, “Latihan dengan sistem suara dan tulisan”, ”M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi”, “M embuat kombinasi yang baru”, “M enarik kesimpulan dengan deduktif”, “M enganalisa ekspresi”, “M enganalisa sambil

(41)

47). Penulis menyimpulkan bahwa Ibu Kamiryo Eri menggunakan sebagian besar strategi Kognitif dalam memberikan Output pada pengajarannya.

3.2.2. Analisis Aktifitas Siswa

Dalam aktifitas murid, proses Input dan Output dibedakan dari seperti apa saja bentuk

informasi yang diperoleh sebagai Input yang dapat diaplikasikan pada Sakubun yang

dibuatnya sebagai proses Output. Yang termasuk sebagai proses Input dari strategi

Kognitif adalah strategi latihan. Latihan dikategorikan sebagai proses Input bagi murid

karena di dalam kelas, pengajar adalah pihak yang berkewajiban untuk memberikan mereka latihan agar mereka dapat memahami materi dengan baik. Penulis menyebarkan angket pada lima belas murid Universitas Al-Azhar yang pernah diajar oleh Ibu Kamiryo Eri sebagai sampel. Dari hasil angket ini, penulis dapat menyimpulkan apakah strategi Kognitif dilaksanakan atau tidak.

3.2.2.1. Proses Input

Tabel 3.7. Proses Input Siswa Ditinjau Dari S trategi Kognitif

  Sumber: Hasil Penelitian

 

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 73,33% menyatakan bahwa mereka menerima strategi Kognitif ”Repetisi/pengulangan”

(42)

(Oxford, 1994:45) dalam proses belajar mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut memang melakukan pengulangan dalam proses pengajarannya (Sumber: wawancara).

Hampir seluruh murid Universitas Al-Azhar sebanyak 93,33% menyatakan bahwa mereka menerima latihan berupa strategi Kognitif ” Latihan dengan sistem suara dan tulisan” (Oxford, 1994:45). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut memang memberikan latihan dengan strategi tersebut. (Sumber: wawancara).

Hampir seluruh murid Universitas Al-Azhar sebanyak 93,33% menyatakan bahwa mereka mendapatkan latihan berupa strategi Kognitif ”M enggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi” (Oxford, 1994:45), terutama saat diajarkan tata bahasa baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri mengenai pelaksanaan strategi Kognitif tersebut dalam kegiatan kelas Sakubunnya (Sumber: wawancara).

M urid Universitas Al-Azhar sebanyak 60% menyatakan bahwa mereka mendapatkan latihan berupa strategi Kognitif ”M embuat kombinasi yang baru” (Oxford, 1994:45) terutama dalam membuat kalimat dalam tema Sakubun mereka. Ibu Kamiryo Eri pun

menyatakan bahwa Dosen tersebut memang memberikan latihan tersebut kepada para muridnya (Sumber: wawancara).

Hampir sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 86,67% menyatakan bahwa mereka mendapatkan latihan berupa strategi Kognitif ”Latihan dengan kondisi yang alami” (O xford, 1994:45). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut tidak memberikan latihan seperti itu (Sumber: wawancara).

(43)

73 .3 3 % 9 3 .3 3 % 9 3 .3 3 % 6 0 .0 0 % 8 6 .6 7% 2 6 .6 7% 6 .6 7% 6 .6 7% 4 0 .0 0 % 13 .3 3 % 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% R epet isi / pengul angan Lat ihan dengan sist em suara d an t uli san M engg unakan cara m enging at bent uk k ali mat d an ekspresi M em buat k o m binasi yang baru L ati han d i d alam ko ndisi yang alam i Y a Tidak Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus memberikan latihan tersebut namun latihan tersebut dilakukan secara alami sehingga murid dapat menganggap bahwa strategi tersebut memang diberikan.

Grafik 3.17. Proses Input Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif

Sumber: Hasil Penelitian

Dalam lima proses Input yang diterima murid berdasarkan strategi Kognitif, dapat

dilihat pada grafik di atas bahwa persentase murid yang menjawab ”Ya” pada setiap strategi, rata-rata memiliki perbandingan yang cukup jauh dengan persentase murid yang menjawab ”Tidak”. Penulis menyimpulkan bahwa strategi Kognitif dalam proses Input

terhadap murid dilakukan dengan aktif dalam pengajaran kelas Sakubun oleh Ibu

(44)

3.2.2.2. Proses Output

Tabel 3.8. Proses Output Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif

  Sumber: Hasil Penelitian 

 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat beragam jawaban pada setiap strategi Kognitif. Pada strategi Kognitif ”M enarik kesimpulan dengan deduktif” (O xford, 1994:46), sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 60% melakukan strategi tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut menyuruh murid untuk melakukan strategi tersebut (Sumber: wawancara).

Sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 60% melakukan strategi Kognitif ”M enganalisa ekspresi”. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri yang menyuruh murid untuk menganalisa ekspresi terutama hyougen pada Sakubun

buatan murid itu sendiri atau teman-temannya (Sumber: wawancara).

M urid Universitas Al-Azhar sebanyak 73,33% menyatakan bahwa mereka melakukan strategi Kognitif ”M enganalisa sambil membandingkan bahasa” dalam

(45)

proses Output mereka. Ibu Kamiryo Eri juga menyatakan bahwa Dosen tersebut

menyuruh murid untuk melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan adanya kesesuaian dalam proses Input yang diberi dosen dalam proses Output yang dilakukan

oleh para murid (Sumber: wawancara).

Hampir seluruh murid Universitas Al-Azhar sebanyak 93,33% menyatakan bahwa mereka melakukan strategi Kognitif ”M enerjemahkan” (Oxford, 1994:47) dalam membuat Sakubun. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri yang

menyatakan bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid melakukan strategi ini (Sumber: wawancara). Hal ini dapat membuktikan bahwa memang Ibu Kamiryo Eri menyuruh murid untuk melakukan strategi tersebut dan hampir seluruh murid melaksanakannya.

Strategi Kognitif ”Transfer Bahasa” (O xford, 1994:47) tidak dilakukan sama sekali oleh murid Universitas Al-Azhar dan sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut memang tidak menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi tersebut (Sumber: wawancara).

Sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 86,67% melakukan strategi Kognitif ”M embuat catatan” (Oxford, 1994:47). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk melakukan strategi tersebut (Sumber: wawancara). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar murid Universitas Al-Azhar melakukan apa yang disuruh oleh dosen tersebut sebagai proses Output mereka.

(46)

Strategi Kognitif ”M embuat ringkasan” (O xford, 1994:47) tidak dilakukan oleh sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 73,33%. Ibu Kamiryo Eri juga menyatakan bahwa Dosen tersebut memang tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi tersebut (Sumber: wawancara). Penulis menyimpulkan bahwa murid tidak berinisiatif untuk melakukan strategi ini karena tidak dianggap begitu perlu.

Sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 80% melakukan strategi Kognitif ”M embuat penegasan” sebagai kegiatan lanjutan dari strategi Kognitif ”M encatat” (Oxford, 1994:48). Ibu Kamiryo Eri menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi tersebut walaupun banyak murid yang melakukannya (Sumber: wawancara). Penulis menyimpulkan bahwa para murid Universitas Al-Azhar melakukan strategi ini atas dasar inisiatif mereka karena dianggap perlu.

Hampir seluruh murid Universitas Al-Azhar sebanyak 93,33% melakukan strategi Kognitif ”M enangkap maksud/pengertian dengan cepat” yang penulis persempit dengan kegiatan skimming dan scanning (Oxford, 1994:46). Penulis tidak menghubungkan

kegiatan murid ini dengan Dosen yang mengajar mereka karena penulis menganggap bahwa teknik tersebut merupakan aktifitas atau respon alami murid dalam menerima informasi.

Sebagian besar murid Universitas Al-Azhar sebanyak 66,67% melakukan strategi Kognitif ”M enggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim informasi” (O xford, 1994:46). Penulis juga tidak menghubungkan strategi ini dengan kegiatan dosen karena kegiatan mencari data tidak hanya dilakukan di dalam kelas

(47)

60.00% 60.00% 73.33% 93.33% 0.00% 86.67% 26.67% 80.00% 93.33% 66.67% 40.00% 40.00% 26.67% 6.67% 100.00% 13.33% 73.33% 20.00% 6.67% 33.33% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% Menarik kes impulan dengan deduktif Menganalisa eks presi Menganalisa sambil membandingkan bahasa

Menerjemahkan Trans fer Bahasa Membuat catatan Membuat ringkasan Membuat penegasan Skimming & Sc anning Menggunakan bermacam – mac am data untuk mendapat dan mengir im is i informas i Ya Tidak namun dapat juga dilakukan di luar kelas sehingga Dosen tidak dapat mendukung sepenuhnya dalam kegiatan ini.

Grafik 3.18. Proses Output S iswa Ditinjau Dari S trategi Kognitif

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa dari sepuluh kegiatan yang termasuk dalam strategi Kognitif sebagai proses Output, sebagian besar murid Universitas

Al-Azhar melakukan delapan kegiatan yang termasuk strategi Kognitif dengan perbedaan persentase yang beragam. Strategi Kognitif yang dilakukan oleh sebagian besar murid adalah ”M enarik kesimpulan dengan deduktif”, ”M enganalisa Ekspresi”, ”M enganalisa sambil membandingkan bahasa”, ”M enerjemahkan”, ”M embuat catatan”, ”M embuat penegasan”, ”M enerima maksud/pengertian dengan cepat”, dan ”M enggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim informasi”.

(48)

6.67 % 20.00% 26 .67% 33.33 % 40.00% 73 .33% 40.00% 60.00% 100.0 0% 0.00 % 20.00 % 40.00 % 60.00 % 80.00 % 100.00 % 120.00 % A B Gran d Total Tidak Ya Grand To tal 3.2.3. Analisis Hubungan Aktifitas Pengajar Dan Siswa Ditinjau Dari Teori

S trategi Kognitif Dengan Nilai Sakubun Siswa

Dalam analisa ini, penulis berusaha menghubungkan dan membagi murid berdasarkan nilai Sakubun yang mereka peroleh. Dengan demikian dapat diketahui

apakah strategi kognitif yang dilakukan berhubungan dengan nilai yang mereka peroleh. Dari lima belas responden, enam responden memiliki nilai A yang berdasarkan standar Universitas Al-Azhar memiliki jenjang nilai dari 80-100 dan sembilan orang yang memiliki nilai B yang memiliki jenjang nilai dari 70-80 dan tidak ada murid yang mendapat nilai C. Berdasarkan nilai responden, dapat dilihat bahwa murid yang memiliki nilai B lebih banyak daripada yang memiliki nilai A.

3.2.3.1. Proses Input Dalam Aktifitas Siswa

Grafik 3.19. S trategi Kognitif “Repetisi/Pengulangan”

(49)

0.00% 6. 67% 6.67% 53.33% 93.33% 60.00% 100.00% 40%40% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Grand Total Tidak Ya Grand Total

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa dari persentase total, murid yang memiliki nilai A lebih banyak menjawab ”Ya” dibandingkan persentase murid yang memiliki nilai B yang menjawab “Ya” bila dibandingkan dengan persentase totalnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut memberikan latihan berupa pengulangan (Sumber: wawancara) yang termasuk dalam strategi Kognitif ”Latihan” (Oxford, 1994:45). Penulis menyimpulkan terdapat hubungan antara nilai dengan strategi yang dilakukan dilihat dari seluruh murid yang memiliki nilai A melakukan strategi tersebut.

Grafik 3.20. S trategi Kognitif ”Latihan Dengan Sistem Suara Dan Tulisan”

 

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, dapat terlihat bahwa seluruh murid yang memiliki nilai A menyatakan bahwa Dosen mereka menerapkan strategi Kognitif ”Latihan dengan sistem suara dan tulisan” (Oxford, 1994:45). Tidak ada murid yang memiliki nilai A yang menyatakan tidak menerima latihan tersebut. Sedangkan pada murid-murid yang memiliki nilai B, terdapat sedikit murid sebanyak 6,67% yang menyatakan tidak menerima latihan tersebut. Bapak Kamiryo Eri menyatakan bahwa Dosen tersebut

(50)

memberikan latihan tersebut (Sumber: wawancara). Penulis menyimpulkan bahwa hampir seluruh murid merasakan latihan tersebut dilakukan dalam kelas Sakubun yang

diajar Dosen tersebut. Penulis menyimpulkan terdapat hubungan antara nilai dengan strategi yang dilakukan dilihat dari seluruh murid yang memiliki nilai A melakukan strategi tersebut.

Grafik 3.21. S trategi Kognitif ”Menggunakan Cara Mengingat Bentuk Kalimat Dan Ekspresi”   0 .00 % 6 .67 % 6.67 % 53.33% 93.33% 60.00% 100.00% 40% 40% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Gra nd Tota l Tidak Ya Gr and Total

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, seluruh murid yang memiliki nilai A melakukan strategi Kognitif ”M engguanakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi” (Oxford, 1994:45). Sedangkan murid yang memiliki nilai B, sebanyak 53,33% menjawab ”Ya” dan 6,67% menjawab ”Tidak”. Penulis menyimpulkan bahwa ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri yang menyatakan bahwa Dosen tersebut menerapkan strategi ini dalam kelas Sakubunnya

(51)

13.33% 26.67% 40.00% 26.67% 33.33% 60.00% 40.00% 60.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Gr and Total Tidak Ya Gr and Total 0.00% 13.33% 13.33% 46.67% 86.67% 60.00% 100.00% 40%40% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Gr and Total Ti dak Y a Grand Total

Grafik 3.22. S trategi Kognitif ”Membuat Kombinasi Yang Baru”  

 

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beragam jawaban dari kedua pihak murid yang mendapat nilai A dan B dalam menerima proses Input berupa strategi

Kognitif ”M embuat kombinasi yang baru”. Persentase menunjukkan bahwa murid yang memiliki nilai A lebih banyak menjawab “Ya” dan lebih sedikit menjawab “Tidak” dibanding murid yang memiliki nilai B. Penulis menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara strategi yang dilakukan dengan hasil nilai yang dicapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kamiryo Eri bahwa Dosen tersebut telah menerapkan strategi tersebut dalam kelas Sakubunnya (Sumber: wawancara).

Grafik 3.23. S trategi Kognitif ”Latihan di Dalam Kondisi Yang Alami”

 

(52)

13.33% 26.67% 40.00% 26.67% 33.33% 60.00% 40.00% 60.00% 100.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% A B Gr and Total Tidak Ya Grand Total

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, seluruh murid yang memiliki nilai A menyatakan bahwa mereka diberi latihan berupa strategi Kognitif ”Latihan di dalam kondisi alami” (Oxford, 1994:45). Ibu Kamiryo Eri menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak memberikan latihan seperti itu. Akan tetapi, murid-murid yang memiliki nilai A merasakan adanya situasi latihan seperti itu dalam kelas Sakubun yang diajar

oleh Ibu Kamiryo Eri dan tidak ada murid yang memiliki nilai A yang menjawab ”Tidak”. Karena itu penulis menyimpulkan bahwa ada keterkaitan antara nilai

Sakubun murid dengan strategi tersebut.

3.2.3.2. Proses Output Dalam Aktifitas Siswa

Grafik 3.24. S trategi Kognitif ”Menarik Kesimpulan Dengan Deduktif

 

Sumber: Hasil Penelitian

Ibu Kamiryo Eri menyatakan bahwa Dosen tersebut menyuruh murid untuk menarik kesimpulan pada Sakubun yang mereka buat secara deduktif (Sumber: wawancara).

Secara keseluruhan lebih banyak murid yang melakukan strategi Kognitif ”M enarik kesimpulan dengan deduktif” dibanding dengan yang tidak melakukan. Kegiatan ini

Gambar

Tabel 3.3. Proses Input Siswa Ditinjau Dari S trategi Kognitif
Tabel 3.4. Proses Output Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif
Grafik 3.2. Proses Output  S iswa Ditinjau Dari S trategi Kognitif
Grafik 3.4. S trategi Kognitif ”Latihan Menggunakan Suara Dan Tulisan”
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Penetapan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh Walikota dengan berpedoman

Menurut kajian penelitiain dan hasil pembahasn yang dilakukn, maka dapat ditarik bebrapa kesimpulan yaitu: 1) Kondisi elastisitas kesempatan kerja sektoral di

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Perubahan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang

inderanya ,Anak mulaimeniru perilaku keagamaan secara sederhana danmulai mengekspre-sikan rasa sayang dan cinta kasih,Anak mampu meniru secara terbatas perilaku

Tujuan dari penelitian ini menguji kualitas air pada sumber air tanah yang ditinjau dari beberapa parameter kimia yaitu suhu, pH dan kandungan Besi (Fe) dimana

Analisis ini digunakan dengan tujuan mengetahui hubungan antara kualitas udara fisik (pencahayaan, suhu, kelembaban, dan laju ventilasi), kualitas udara biologi

67uida ida8 8 yan yang g ten tentu tu saj saja a en engal galir ir dar dari i te tepat pat yan yang g ber bertek tekanan anan tin tinggi ggi ke ke tepat

Berkaitan dengan hal tersebut, agar seorang guru bimbingan konseling dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik maka seorang guru bimbingan konseling hendaknya