• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

REVOLUSI MENTAL

DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA

OLEH :

(2)

Apa itu Revolusi Mental

Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh

masyarakat (pemerintah & rakyat) dengan cara yang cepat

untuk mengangkat kembali nilai ‐ nilai strategis yang

diperlukan oleh Bangsa dan Negara untuk mampu

menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga

dapat memenangkan persaingan diera globalisasi

Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap,

perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan

kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan

mampu berkompetisi dengan bangsa- bangsa Lain di dunia.

Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap,

perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan

kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan

mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

(3)

Revolusi Mental adalah Gerakan pembangunan

moral dan etika kerja yang dilakukan secara

komprhensif, integral dan holistik seluruh komponen

bangsa Indonesia dengan cara penerapan dan

pengamalan nilai etika agama, budaya, dan sosial

kemasyarakatan sebagai nilai-nilai dasar kehidupan

individu dan nilai nilai dasar Pancasila sesuai

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

sebagai

warga

negara,

untuk

menciptakan

kreativitas dan enovasi kerja, dalam persaingan

globalisasi, kehidupan demokrasi sehingga menjadi

bangsa yang sejahtera dan aman.

(4)
(5)

Arti Revolusi Mental untuk Pemerintah Desa

Revolusi mental adalah perubahan

fundamental, dimana aparat desa diminta

tingkatkan etos kerjanya, berubah menuju

lebih baik dan ujungnya demi pelayanan

terbaik kepada masyarakat desa.

(6)

Nilai Revolusi Mental

Nilai dalam revolusi mental sendiri adalah

integritas berupa sikap jujur, bisa dipercaya,

berkarakter dan bertanggung jawab.

Selanjutnya kerja keras berupa etos kerja,

daya saing, optimis, inovatif dan produktif,

serta gotong royong berupa sikap kerjasama,

solidaritas, komunal dan berorientasi pada

manfaat.

(7)

WUJUD KONKRIT REVOLUSI MENTAL DALAM

TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA

Tertuang dalam :

- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa,

- Rencana Kerja Pemerintah Desa,

- Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,

- pembentukan Badan Usaha Milik Desa,

- Peraturan Desa yang mempunyai basis legalitas atau

berbasiskan aturan-aturan hukum positif yang lebih tinggi

dan basis legitimasi atau berbasis aspirasi masyarakat,

- kerjasama antar desa; serta

- Kinerja pemerintahan dengan baik sesuai asas kepastian

hukum, asas akuntabilitas, asas keterbukaan dan asas

profesinalitas.

(8)

8

PRINSIP REVOLUSI MENTAL

1.

Bukan proyek tapi gerakan sosial

2.

Ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah

3.

Harus bersifat lintas-sektoral, tidak boleh diserahkan pada

kementerian tertentu

4.

Bersifat partisipatoris (kolaborasi pemerintah, masyarakat

sipil, sektor privat dan akademisi)

5.

Diawali program pemicu (value attack)

6.

Desain program harus ramah pengguna (User Friendly),

populer, menjadi bagian dari gaya hidup dan

Sistemik-Holistik

7.

Nilai-nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur

kehidupan sosial (moralitas publik)

8.

Dapat diukur dampaknya.

l.

(9)

Strategi Internalisasi Revolusi Mental

Melalui Jalur Birokrasi

Melalui jalur Pendidikan

Melalui jalur swasta/pengusaha

(10)

Revolusi Mental melalui kelompok masyarakat, seperti :

1.

BKB (Bina Keluarga Balita), Karang Taruna, Kelompok Tani, PKK,

Remaja Mesjid, Posyandu, Komunitas Seni Budaya, dll.

2.

Internalisasi nilai dilakukan melalui paket pertemuan

kelompok, dipandu oleh fasilitator secara bergantian sesuai

buku yang akan disiapkan bagi fasilitator) dengan berbagai

metoda antara lain; diskusi kelompok, ceramah, kasus,

games, bermain peran, online, dll.

3. Konsep penjabaran nilai diserahkan menurut pendapat peserta.

Fasilitator hanya menyimpulkan berdasar pedoman dan

perkembangan hasil diskusi.

4. Didalam kelompok juga harus membangun Role Model.

5. Keteladanan oleh tokoh maupun masyarakat lainnya yang

(11)

PP 72 TH 2005 TTG DESA

UU NO. 6 TH 2014 TTG DESA

Naik Kelas

UU NO. 5 TAHUN 1979

PP No. 76 TAHUN 2001

PENYUSUTAN OTONOMI DESA

EKSPANSI OTONOMI DAERAH

UU NO. 22 TAHUN 1999

UU NO. 32 TAHUN 2004

UU NO. 19 TAHUN 1965

Turun

Ranjang

(12)

MENGAPA UNDANG-UNDANG DESA PENTING?

SEBAGIAN BESAR WILAYAH INDONESIA ADALAH PERDESAAN (72944)

SEBAGIAN BESAR PENDUDUK MASIH TINGGAL DAN BERMATAPENCAHARIAN DI DESA (54%)

PENDUDUK MISKIN (63,27%) ADA DI DESA.

DESA DAPAT DIKELOLA LEBIH KOMPREHENSIF DAN BUKAN PARSIAL

SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGATASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG ADA DI DESA BAIK DIBIDANG EKONOMI, POLITIK, SOSIAL- BUDAYA DAN LINGKUNGAN

SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DESA DALAM RANGKA MEMPERCEPAT KESEJAHTERAAN UMUM DAN MENCERDASKAN

KEHIDUPAN BANGSA

(13)

TUJUAN PENGATURAN

1) memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan

keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

2) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia;

3) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;

4) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;

5) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta

bertanggung jawab;

6) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat

perwujudan kesejahteraan umum;

7) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan

masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari

ketahanan nasional;

8) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional; dan

(14)

UNDANG-UNDANG 6/2014 DAN TINDAK LANJUTNYA

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran

dan Pendapatan Belanja Negara

(15)

ISU-ISU STRATEGIS UU 6/2014 DAN PP 43/2014

1. KEDUDUKAN DAN JENIS DESA;

2. PENATAAN DESA;

3. KEWENANGAN DESA;

4. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA;

5. KEUANGAN DESA;

(16)

Desa berkedudukan di dalam wilayah Kabupaten/Kota dan

merupakan bagian dari pemerintah Kabupaten/Kota.

Desa yang berkedudukan di wialayah kabupaten/kota

dibentuk dalam sistem pemerintahan negara Republik

Indonesia.

Dalam bagian itu, desa memiliki hak pengakuan atas

keberadaannya sebagai entitas otonom (rekognisi) sendiri

serta memiliki hak untuk menentukan masa depan desa

sendiri (subsidiaritas).

Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat

Dalam 1 (satu) wilayah, harus dipilih salah satu jenis Desa:

Desa atau Desa Adat

(17)

Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah

Daerah kabupaten/kota dapat melakukan penataan Desa

berdasarkan

hasil

evaluasi

tingkat

perkembangan

Pemerintahan Desa

Penataan

desa

meliputi:

pembentukan;

penghapusan;

penggabungan; perubahan status; dan penetapan Desa

Penataan desa, termasuk pemekaran desa dan pembentukan

desa baru oleh pemerintah dilingkupi oleh prasyarat teknis yang

baru.

Desa ditetapkan pembentukannya dengan peraturan daerah

Kabupaten/Kota dan mendapat pengesahan pemerintah Provinsi

yang diakhiri dengan pemberian kode oleh Pemerintah.

(18)

KEWENANGAN DESA

Kewenangan berdasarkan hak asal usul.

Kewenangan lokal berskala Desa.

Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa diatur dan diurus oleh Desa.

Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota diurus oleh Desa.

Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

(19)

Tata kelola pemerintahan desa bersifat cair dan menyatu dimana

tidak ada lagi dikotomi antara pemerintah dan masyarakat desa.

Pemerintah desa adalah bagian dari masyarakat desa secara utuh

yang mewakili masyarakat dalam hubungannya dengan pemerintah

supra desa.

Disamping pemerintah terdapat lembaga musyawarah desa, wadah

dimana semua aspirasi masyarakat desa disampaiakan.

Musyawarah desa digerakan oleh Badan Perwakilan Desa.

Masyarakat desa, dapat berpartisipasi langsung melalui

lembaga-lembaga masyarakat yang ada di desa.

Pemerintah Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan masa

jabatan 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 2 kali masa

jabatan berikutnya. Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa yang

bekerja hingga yang bersangkutan berusia 60 tahun.

Masa jabatan dalam desa adat diatur menurut hukum adat.

(20)

Desa memiliki sumber-sumber keuangan yang terdiri atas pendapatan asli desa, alokasi APBN, bagian dari hasil pajak daerah, ADD yang

merupakan bagian dari dana perimbangan, bantuan keuangan dari APBD Kabupaten/kota dan Provinsi, hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat, serta lain-lain pendapatan desa yang sah.

Penerimaan dana desa yang bersumber dari APBN tidak kemudian menghilangkan hak desa dalam bagian pemerintah daerah

kabupaten/kota dan provinsi.Dana desa dan dana desa adat adalah sama. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kab/kota paling sedikit 10%

dari pajak dan retribusi daerah.

ADD paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima kab/kota dalam APBD setelah dikurangi DAK.

Bagi kabupaten/kota yang tidak memberikan ADD dimaksud,

Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa.

Besaran alokasi APBN yang diperuntukkan langsung ke desa ditentukan 10% dari dan di luar dana transfer daerah (on top) secara bertahap, yang dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dgn memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat

kesulitan geografis

(21)

Pembangunan desa dan Pembangunan kawasan perdesaan merupakan dua model pembangunan yang saling bertautan.

Pembangunan desa adalah pembangunan yang dirancang oleh desa dalam musyawarah desa dan dibiayai oleh anggaran desa yang selanjutnya kita sebut desa membangun.

Sementara pembangunan kawasan adalah pembangunan yang

diintrodusir program pemerintah yang dipandu oleh pemerintah/sektor dengan keterlibatan masyarakat desa-desa dalam kawasan.

Pembangunan semacam ini selanjutnya disebut membangun desa.

Di desa disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan

penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Dokumen perencanaan RPJM dan RPT/RKP Desa menjadi satu-satunya dokumen perencanaan di desa.

Prog pemerintah dan/atau Pemda yg berskala lokal desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada desa.

Perencanaan pembangunan desa merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan pembangunan kab/kota

(22)

Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah

kabupaten/kota wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.

Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah

kabupaten/kota dapat mendelegasikan pembinaan dan pengawasan

kepada perangkat daerah.

(23)

ROAD MAP PELAKSANAAN PP 43

• DISIAPKAN BEBERAPA PERMEN TURUNAN (SEGERA TERBIT PERMENDAGRI TENTANG PILKADES, PERATURAN DESA, DAN KEUANGAN DESA)

ATURAN

PELAKSANAAN

• PENYIAPAN MODUL PELATIHAN

• TOT BAGI APARAT PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN

PELATIHAN APARATUR

PEMERINTAHAN DESA

• PENYIAPAN MODUL PELATIHAN

• TOT BAGI APARAT PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN

PELATIHAN APARATUR

PEMERINTAHAN DESA

• KEJELASAN STATUS DESA DAN DESA ADAT • DESA YANG BELUM TEREGISTRASI

PENETAPAN STATUS

DESA

(24)

KONSTRUKSI DESA

KE DEPAN

MAJU, MANDIRI

& SEJAHTERA

(25)

25

DANA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH UNTUK DESA

Pemerintah Pusat :

Pemerintah mengalokasikan Dana Desa dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang

diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran

pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota. Pasal 95 ayat 1

PP 43/2014.

(26)

26

Pemerintah Daerah dalam PP No. 43 tahun 2014 jo. PP No

47 Tahun 2015 yakni diamanatkan seperti pemerintah

kabupaten/kota mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan

retribusi daerah kabupaten/kota kepada desa paling sedikit

10 persen dari realisasi penerimaan pajak dan retribusi

daerah kabupaten/kota. Adapun rumus perhitungannya

adalah 60 persen dari bagian 10 persen itu dibagi secara

merata kepada seluruh desa, dan 40 persen sisanya dibagi

secara proporsional sesuai realisasi penerimaan hasil pajak

dan retribusi dari desa masing-masing.

(27)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Pratama menuturkan, aksi Haikal dan rekannya itu menjadi peringatan bagi dunia teknologi, informasi dan komunikasi di Tanah Air untuk makin memprioritaskan keamanan

Kelebihan dari metode DPPH adalah secara teknis simpel, dapat dikerjakan dengan cepat dan hanya membutuhkan spektrofotometer UV-Vis (Karadag dkk. Sedangkan kelemahan dari metode

Selama periode kolonial, banyak sekali gerakan sosial yang berdasarkan agama dan ditujukan untuk mengingkari hegemoni negara dan menegakkan ruang sosial dan politik mereka,

ABDUL AZIZ BIN HASSAN BEBAS LAYAK BERTANDING. KHAIRY JAMALUDDIN ABU BAKAR BN

Lebar anak daun katuk aksesi Sukaraja tidak berbeda nyata dengan aksesi Pabuaran2, aksesi Kadudampit1 dan aksesi Kadudampit2, tetapi nyata lebih lebar jika

Pada ruang lingkup eksternal akan dilakukan penelitian terhadap proses pembuatan produk sehingga diperolehnya produk cacat untuk mengidentifikasi penyebab yang

Responden yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert mengungkapkan permasalahan yang sama dengan kelompok responden yang memiliki tipe kepribadian introvert, yaitu

Karena hal tersebut, maka pengendalian persediaan perlu dilakukan perusahaan untuk dapat menangani masalah penyimpanan yang terjadi sehingga tidak menimbulkan kerugian