REVOLUSI MENTAL
DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA
OLEH :
Apa itu Revolusi Mental
•
Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh
masyarakat (pemerintah & rakyat) dengan cara yang cepat
untuk mengangkat kembali nilai ‐ nilai strategis yang
diperlukan oleh Bangsa dan Negara untuk mampu
menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga
dapat memenangkan persaingan diera globalisasi
•
Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap,
perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan
kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan
mampu berkompetisi dengan bangsa- bangsa Lain di dunia.
Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap,
perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan
kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan
mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
•
Revolusi Mental adalah Gerakan pembangunan
moral dan etika kerja yang dilakukan secara
komprhensif, integral dan holistik seluruh komponen
bangsa Indonesia dengan cara penerapan dan
pengamalan nilai etika agama, budaya, dan sosial
kemasyarakatan sebagai nilai-nilai dasar kehidupan
individu dan nilai nilai dasar Pancasila sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
sebagai
warga
negara,
untuk
menciptakan
kreativitas dan enovasi kerja, dalam persaingan
globalisasi, kehidupan demokrasi sehingga menjadi
bangsa yang sejahtera dan aman.
Arti Revolusi Mental untuk Pemerintah Desa
•
Revolusi mental adalah perubahan
fundamental, dimana aparat desa diminta
tingkatkan etos kerjanya, berubah menuju
lebih baik dan ujungnya demi pelayanan
terbaik kepada masyarakat desa.
Nilai Revolusi Mental
•
Nilai dalam revolusi mental sendiri adalah
integritas berupa sikap jujur, bisa dipercaya,
berkarakter dan bertanggung jawab.
Selanjutnya kerja keras berupa etos kerja,
daya saing, optimis, inovatif dan produktif,
serta gotong royong berupa sikap kerjasama,
solidaritas, komunal dan berorientasi pada
manfaat.
WUJUD KONKRIT REVOLUSI MENTAL DALAM
TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA
Tertuang dalam :
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa,
- Rencana Kerja Pemerintah Desa,
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
- pembentukan Badan Usaha Milik Desa,
- Peraturan Desa yang mempunyai basis legalitas atau
berbasiskan aturan-aturan hukum positif yang lebih tinggi
dan basis legitimasi atau berbasis aspirasi masyarakat,
- kerjasama antar desa; serta
- Kinerja pemerintahan dengan baik sesuai asas kepastian
hukum, asas akuntabilitas, asas keterbukaan dan asas
profesinalitas.
8
PRINSIP REVOLUSI MENTAL
1.
Bukan proyek tapi gerakan sosial
2.
Ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah
3.
Harus bersifat lintas-sektoral, tidak boleh diserahkan pada
kementerian tertentu
4.
Bersifat partisipatoris (kolaborasi pemerintah, masyarakat
sipil, sektor privat dan akademisi)
5.
Diawali program pemicu (value attack)
6.
Desain program harus ramah pengguna (User Friendly),
populer, menjadi bagian dari gaya hidup dan
Sistemik-Holistik
7.
Nilai-nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur
kehidupan sosial (moralitas publik)
8.
Dapat diukur dampaknya.
l.
Strategi Internalisasi Revolusi Mental
•
Melalui Jalur Birokrasi
•
Melalui jalur Pendidikan
•
Melalui jalur swasta/pengusaha
Revolusi Mental melalui kelompok masyarakat, seperti :
1.
BKB (Bina Keluarga Balita), Karang Taruna, Kelompok Tani, PKK,
Remaja Mesjid, Posyandu, Komunitas Seni Budaya, dll.
2.
Internalisasi nilai dilakukan melalui paket pertemuan
kelompok, dipandu oleh fasilitator secara bergantian sesuai
buku yang akan disiapkan bagi fasilitator) dengan berbagai
metoda antara lain; diskusi kelompok, ceramah, kasus,
games, bermain peran, online, dll.
3. Konsep penjabaran nilai diserahkan menurut pendapat peserta.
Fasilitator hanya menyimpulkan berdasar pedoman dan
perkembangan hasil diskusi.
4. Didalam kelompok juga harus membangun Role Model.
5. Keteladanan oleh tokoh maupun masyarakat lainnya yang
PP 72 TH 2005 TTG DESA
UU NO. 6 TH 2014 TTG DESA
Naik Kelas
UU NO. 5 TAHUN 1979
PP No. 76 TAHUN 2001
PENYUSUTAN OTONOMI DESA
EKSPANSI OTONOMI DAERAH
UU NO. 22 TAHUN 1999
UU NO. 32 TAHUN 2004
UU NO. 19 TAHUN 1965
Turun
Ranjang
MENGAPA UNDANG-UNDANG DESA PENTING?
SEBAGIAN BESAR WILAYAH INDONESIA ADALAH PERDESAAN (72944)
SEBAGIAN BESAR PENDUDUK MASIH TINGGAL DAN BERMATAPENCAHARIAN DI DESA (54%)
PENDUDUK MISKIN (63,27%) ADA DI DESA.
DESA DAPAT DIKELOLA LEBIH KOMPREHENSIF DAN BUKAN PARSIAL
SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGATASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG ADA DI DESA BAIK DIBIDANG EKONOMI, POLITIK, SOSIAL- BUDAYA DAN LINGKUNGAN
SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DESA DALAM RANGKA MEMPERCEPAT KESEJAHTERAAN UMUM DAN MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA
TUJUAN PENGATURAN
1) memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
2) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia;
3) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
4) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
5) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
6) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum;
7) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan
masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari
ketahanan nasional;
8) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional; dan
UNDANG-UNDANG 6/2014 DAN TINDAK LANJUTNYA
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggarandan Pendapatan Belanja Negara
ISU-ISU STRATEGIS UU 6/2014 DAN PP 43/2014
1. KEDUDUKAN DAN JENIS DESA;
2. PENATAAN DESA;
3. KEWENANGAN DESA;
4. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA;
5. KEUANGAN DESA;
Desa berkedudukan di dalam wilayah Kabupaten/Kota dan
merupakan bagian dari pemerintah Kabupaten/Kota.
Desa yang berkedudukan di wialayah kabupaten/kota
dibentuk dalam sistem pemerintahan negara Republik
Indonesia.
Dalam bagian itu, desa memiliki hak pengakuan atas
keberadaannya sebagai entitas otonom (rekognisi) sendiri
serta memiliki hak untuk menentukan masa depan desa
sendiri (subsidiaritas).
Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat
Dalam 1 (satu) wilayah, harus dipilih salah satu jenis Desa:
Desa atau Desa Adat
Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota dapat melakukan penataan Desa
berdasarkan
hasil
evaluasi
tingkat
perkembangan
Pemerintahan Desa
Penataan
desa
meliputi:
pembentukan;
penghapusan;
penggabungan; perubahan status; dan penetapan Desa
Penataan desa, termasuk pemekaran desa dan pembentukan
desa baru oleh pemerintah dilingkupi oleh prasyarat teknis yang
baru.
Desa ditetapkan pembentukannya dengan peraturan daerah
Kabupaten/Kota dan mendapat pengesahan pemerintah Provinsi
yang diakhiri dengan pemberian kode oleh Pemerintah.
KEWENANGAN DESA
Kewenangan berdasarkan hak asal usul.
Kewenangan lokal berskala Desa.
Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa diatur dan diurus oleh Desa.
Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota diurus oleh Desa.
Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
•
Tata kelola pemerintahan desa bersifat cair dan menyatu dimana
tidak ada lagi dikotomi antara pemerintah dan masyarakat desa.
•
Pemerintah desa adalah bagian dari masyarakat desa secara utuh
yang mewakili masyarakat dalam hubungannya dengan pemerintah
supra desa.
•
Disamping pemerintah terdapat lembaga musyawarah desa, wadah
dimana semua aspirasi masyarakat desa disampaiakan.
•
Musyawarah desa digerakan oleh Badan Perwakilan Desa.
•
Masyarakat desa, dapat berpartisipasi langsung melalui
lembaga-lembaga masyarakat yang ada di desa.
•
Pemerintah Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan masa
jabatan 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 2 kali masa
jabatan berikutnya. Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa yang
bekerja hingga yang bersangkutan berusia 60 tahun.
•
Masa jabatan dalam desa adat diatur menurut hukum adat.
Desa memiliki sumber-sumber keuangan yang terdiri atas pendapatan asli desa, alokasi APBN, bagian dari hasil pajak daerah, ADD yang
merupakan bagian dari dana perimbangan, bantuan keuangan dari APBD Kabupaten/kota dan Provinsi, hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat, serta lain-lain pendapatan desa yang sah.
Penerimaan dana desa yang bersumber dari APBN tidak kemudian menghilangkan hak desa dalam bagian pemerintah daerah
kabupaten/kota dan provinsi.Dana desa dan dana desa adat adalah sama. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kab/kota paling sedikit 10%
dari pajak dan retribusi daerah.
ADD paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima kab/kota dalam APBD setelah dikurangi DAK.
Bagi kabupaten/kota yang tidak memberikan ADD dimaksud,
Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa.
Besaran alokasi APBN yang diperuntukkan langsung ke desa ditentukan 10% dari dan di luar dana transfer daerah (on top) secara bertahap, yang dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dgn memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geografis
• Pembangunan desa dan Pembangunan kawasan perdesaan merupakan dua model pembangunan yang saling bertautan.
• Pembangunan desa adalah pembangunan yang dirancang oleh desa dalam musyawarah desa dan dibiayai oleh anggaran desa yang selanjutnya kita sebut desa membangun.
• Sementara pembangunan kawasan adalah pembangunan yang
diintrodusir program pemerintah yang dipandu oleh pemerintah/sektor dengan keterlibatan masyarakat desa-desa dalam kawasan.
Pembangunan semacam ini selanjutnya disebut membangun desa.
• Di desa disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
• Dokumen perencanaan RPJM dan RPT/RKP Desa menjadi satu-satunya dokumen perencanaan di desa.
• Prog pemerintah dan/atau Pemda yg berskala lokal desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada desa.
• Perencanaan pembangunan desa merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan pembangunan kab/kota
Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dapat mendelegasikan pembinaan dan pengawasan
kepada perangkat daerah.
ROAD MAP PELAKSANAAN PP 43
• DISIAPKAN BEBERAPA PERMEN TURUNAN (SEGERA TERBIT PERMENDAGRI TENTANG PILKADES, PERATURAN DESA, DAN KEUANGAN DESA)
ATURAN
PELAKSANAAN
• PENYIAPAN MODUL PELATIHAN
• TOT BAGI APARAT PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN
PELATIHAN APARATUR
PEMERINTAHAN DESA
• PENYIAPAN MODUL PELATIHAN
• TOT BAGI APARAT PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN
PELATIHAN APARATUR
PEMERINTAHAN DESA
• KEJELASAN STATUS DESA DAN DESA ADAT • DESA YANG BELUM TEREGISTRASI
PENETAPAN STATUS
DESA
KONSTRUKSI DESA
KE DEPAN
MAJU, MANDIRI
& SEJAHTERA
25
DANA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH UNTUK DESA
Pemerintah Pusat :
Pemerintah mengalokasikan Dana Desa dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota. Pasal 95 ayat 1
PP 43/2014.
26