• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini memberikan penjelasan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun teori yang digunakan diantaranya perilaku konsumen, konsep produk, perancangan dan pengembangan produk, serta teknik-teknik yang digunakan untuk pengumpulan dan pengolahan data.

2.1 PERILAKU KONSUMEN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA

Dalam menajemen pemasaran terdapat dua hal yang sangat mendasar yaitu kebutuhan (need) dan keinginan (want) (William J. Stanton dalam Anwar P.

Mangkunegara ,2002). Berikut adalah penjelasan dari kebutuhan dan keinginan konsumen

1. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal mendasar yang dibutuhkan oleh makhluk hidupuntuk melangsungkan kehidupannya. Makhluk hidup membutuhkan air, udara dan lain-lain untuk melanjutkan kehidupannya.

2. Keinginan

Keinginan adalah pernyataan manusia tehadap kebutuhan-kebutuhannya yang dipertajam oleh budaya dan kepribadiannya. Perbedaannya dengan kebutuhan adalah terletak pada hal-hal yang dipilih sesorang untuk melangsungkan kehidupannya. Minum adalah kebutuhan, sedangkan air putih adalah keinginan. Semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang juga kebutuhan, sehingga

(2)

keinginan masyarakat semakin beragam dan bervariasi. Masyarakat yang mempunyai daya beli tinggi cenderung mempunyai variasi yang lebih luas.

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu : - Kebudayaan

- Sosial - Pribadi - Psikologis

2.2 METODA IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KONSUMEN

Metoda identifikasi kebutuhan konsumen yang biasa digunakan dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :

1. Survei atau riset pasar 2. Wawancara secara grup 3. Wawancara perorangan 4. Observasi

Masing-masing dari metode yang digunakan akan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk survei atau riset pasar mempunyai keunggulan mampu mengumpulkan suara konsumen dalam jumlah yang banyak dengan usaha yang relatif ringan, tetapi mempunyai kelemahan bahwa data yang dikumpulkan tidak secara langsung menggambarkan kebutuhan konsumen sebab para konsumen hanya diperintahkan untuk menjawab pertanyaan atas variabel-variabel yang telah disediakan.

Wawancara baik secara grup ataupun perorangan akan lebih banyak membutuhkan tenaga, waktu dan biaya dibandingkan dengan survei pasar. Tetapi perancang dapat dengan bebas mengetahui lebih jauh kebutuhan konsumen. Wawancara secara perorangan ini dapat dianggap mencukupi dalam arti cukup mampu menggambarkan kebutuhan konsumen sampai sekitar 90% adalah sebnyak 30 wawancara. Ini didasarkan pada penelitian untuk suatu produk picnic coolers oleh Griffin

dan Heuser (Ulrich & Eppinger, 2001). Wawancara secara grup lebih diutamakan karena kedinamisan grup akan membantu mengidentifikasi lebih banyak kebutuhan konsumen.

(3)

Observasi adalah merupakan metode yang cocok digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang tidak terkatakan. Metode ini juga membantu mengetahui motivasi konsumen dibalik pernyataan kebutuhannya.

2.3 KONSEP SAMPLING 2.3.1 Pengertian Beberapa Istilah

Untuk memahami konsep sampling, terlebih dahulu harus memahami pengertian dari istilah-istilah pokok yang banyak digunakan dalam riset pemasaran, yakni populasi, elemen, kerangka populasi, sampel, subyek, parameter, estimate, sampling error, non sampling error, akurasi dan tingkat kepercayaan (Weiers,1995).

• Populasi

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, peristiwa atau hal-hal lain yang ingin diteliti oleh peneliti. Pendefinisian populasi ditentukan oleh tujuan penelitian. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan.

• Elemen

Elemen adalah sebuah anggota tunggal atau unsur individu dari suatu populasi. • Sampel

Sampel adalah himpunan bagian dari populasi. Sampel terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi yang bersangkutan. Dengan kata lain beberapa tetapi tidak semua elemen akan membentuk sampel dari populasi yang bersangkutan. Dengan mempelajari sampel, peneliti diharapkan dapat mengambil suatu kesimpulan yang dapat digeneralisasikan mengenai keseluruhan elemen populasi.

• Parameter

Parameter adalah karakteristik populasi yang ingin diteliti dalam penelitian. Nilai parameter yang sebenarnya tidak dapat diketahui karena besaran ini hanya dapat diketahui jika semua unsur populasi diteliti.

Estimate

Estimate adalah pengukuran atau statistik yang dihasilkan dari penelitian terhadap

(4)

Sampling error

Sampling error adalah kesalahan yang dihasilkan karena sampel yang dipilih bukan

merupakan reperesentasi yang baik dari populasi. Oleh sebab peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi dan berusaha menggeneralisasikan hasil penelitian dari sampel kepopulasi maka sampling error muncul dalam suatu penelitian yang menggunakan

teknik sampling dalam mengumpulkan data-datanya.

Non-Sampling error

Non-Sampling error adalah kesalahan yang disebabkan sumber informasi. Non-sampling error terdiri dari :

- Response error

Response error adalah kesalahan yang disebabkan responden memberikan

jawaban yang tidak akurat, jawaban responden yang dicatat secara keliru atau jawaban yang dianalisis secara keliru.

- Non Response error

Non Response error adalah kesalahan yang disebabkan adanya beberapa

responden yang termasuk sampel tetapi tidak dapat merespon penelitian karena mereka menolak atau sedang tidak ada ditempat.

• Akurasi

Akurasi mencerminkan seberapa dekat estimasi yang diperoleh peneliti dari sampel terhadap nilai parameter yang sebenarnya.

• Tingkat kepercayaan

Tingkat kepercayaan berkaitan dengan seberapa besar tingkat keyakinan peneliti bahwa estimasi yang diperoleh dari analisis sampel dekat dengan nilai parameter yang sebenarnya.

2.3.2 Teknik-Teknik Sampling

Teknik-teknik sampling dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar (Weiers,1995), yakni probability sampling dan nonprobability sampling. Perbedaan

(5)

kedua kelompok ini pada peluang elemen populasi untuk dipilih menjadi objek dalam sampel. Pada probability sampling, tiap populasi memilki elemen yang diketahui untuk

dipilih sebagai subyek dalam sampel. Sebaliknya pada non-probability sampling, peluang

elemen populasi untuk dipilih menjadi subyek sampel tidak diketahui. Gambar 2.1 menunjukkan hubungan antara populasi dengan sampel.

Proses Sampling

Sampel Populasi

Statistik Parameter

(x,S ) ( µ,σ )

Proses Estimasi

Gambar 2.1 Hubungan Antara Populasi Dengan Sampel

Teknik-teknik sampling dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu probability sampling dan non-probability sampling (Winardi, 1991). Perbedaan

kedua kelompok tersebut terletak pada peluang elemen populasi untuk dipilih menjadi subjek dalam sampel. Teknik-teknik sampling tersebut adalah sebagai berikut:

1) Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionatestratified random sampling, disproportionate stratified random, cluster sampling (sampling area).

(6)

Dikatakan Simple random sampling karena pengambilan sampel anggota populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

b. Stratified Random Sampling

Stratified random sampling dipilih jika terdapat subgrup-subgrup elemen yang

mempunyai parameter subgrup yang berbeda-beda. Teknik ini diawali dengan menyusun stratifikasi kelompok elemen lalu memilih elemen dari setiap stratum secara acak.

c. Cluster Sampling

Cluster sampling merupakan kebalikan dari stratified random sampling. Teknik

ini dipilih jika terdapat asumsi bahwa sifat elemen dalam satu cluster tertentu

cenderung homogen sedangkan pada cluster yang lain cenderung heterogen.

Cluster sampling mula-mula dilakukan dengan membagi populasi kedalam

beberapa cluster kemudian memilih cluster secara acak dan selanjutnya

menganalisis semua subjek dalam cluster tersebut.

d. Area Sampling

Area sampling dilakukan jika penelitian yang dilakukan berkaitan dengan

populasi berada dalam wilayah-wilayah geografis yang dapat diidentifikasikan dengan jelas.

e. Double Sampling

Double sampling dilakukan dengan mengambil sejumlah elemen populasi sebagai

subjek pendahuluan, selanjutnya di kemudian waktu sebagian dari sampel pendahuluan ini diteliti kembali secara rinci.

2) Non-Probability Sampling

Pada non-probability sampling, peluang atau probabilitas elemen populasi untuk

dipilih menjadi subjek sampel tidak diketahui. Teknik ini dibagi atas dua kategori yaitu convenience sampling dan purposive sampling.

(7)

Convenience sampling meliputi pengumpulan data dari anggota populasi yang

bersedia untuk memberikan informasi yang dibutuhkan atau dengan kata lain, anggota populasi yang paling mudah diperoleh dipilih sebagai subjek sampel. Keunggulan dari teknik ini adalah mudah, cepat dan tidak membutuhkan biaya yang besar.

b. Purposive Sampling

Pada purposive sampling, informasi diperoleh dari target yang spesifik, yaitu

orang-orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan atau karena hanya orang-orang tersebut yang mampu memberikan informasi yang dibutuhkan atau karena mereka sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Purposive sampling dibagi menjadi dua jenis utama yaitu judgement sampling dan quota sampling.

2.4 Skala

Karena perilaku merupakan variabel yang kualitatif, maka pengukurannya memerlukan penyekalaan (scaling) untuk mengurangi subjektifitas responden. Beberapa

skala yang biasa digunakan adalah sebagai berikut (Freddy Rangkuti, 1997): 1. Skala Likert

Skala Likert, yang juga disebut summated-ratings scale, merupakan teknik

pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang, mulai dari intensitas paling rendah hingga paling tinggi. Contoh dari skala Likert dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Contoh Skala Likert Skala Keterangan

1 Sangat tidak puas

2 Tidak puas

3 Kurang puas

4 Cukup puas

5 Puas

(8)

2. Skala Diferensi Semantik (Semantic-Differential Scale)

Skala diferensi semantik berisikan sifat-sifat bipolar (dua kutub) yang berlawanan, lalu responden dapat mengecek poin yang mewakili reaksinya terhadap objek sikap. Reaksi dapat dikatagori kedalam tiga dimensi dasar, yaitu :

- Dimensi evaluasi, diwakili oleh pasangan-pasangan adjective (kata sifat),

misalnya : baik-buruk, manis-pahit dan lain-lain.

- Dimensi potensi, misalnya : kuat-lemah, penuh-kosong, tinggi-rendah dan lain-lain.

- Dimensi aktifitas, misalnya : cepat-lambat, tenang-ribut, tepat-menyimpang dan lain-lain.

3. Skala Numerik (Numerical Scale)

Skala ini merupakan variasi skala semantic differential. Skala ini juga menggunakan

dua kutub ekstrim, akan tetapi diantara keduanya diberikan angka-angka pilihan-pilihan.

4. Skala Stapel (Staple Scale)

Skala stapel merupakan modifikasi skala diferensial semantik. Perbedaannya adalah : - Adjektive atau frase deskriptif ditempatkan pada satu kutub (tidak bipolar). - Poin-poin pada skala diberi angka.

- Pada umumnya terdiri dari sepuluh posisi skala. 5. Skala Grafis (Graphic-Rating Scale)

Pada saat menggunakan skala ini responden mengindikasikan intensitas reaksi mereka dengan menandai poin yang cocok pada garis yang mengujungkan dua poin ekstrim yang berbeda. Posisi garisnya bisa vertikal maupun horisontal.

6. Itemized-Rating Scale

Skala ini serupa dengan skala peringkat grafis. Bedanya, untuk itemized-rating scale

pilihan yang tersedia lebih sedikit karena nasing-masing skala diberikan penjelasan verbal.

7. Skala Peringkat Komparatif (Comparative-Rating Scale)

Dalam skala tingkat komparatif, responden yang ditanya mempertimbangkan setiap atribut secara relatif dengan atribut lain. Salah satu jenis skala ini adalah skala jumlah

(9)

tetap (Constant-Sum Scaling). Pada skala ini responden diintruksikan untuk membagi

suatu jumlah (misalnya 100) ke dalam beberapa atribut. Setiap atribut akan memperoleh angka sesuai dengan tingkat kepentingan masing-masing. Keuntungan dari skala ini adalah responden tidak terpengaruh oleh efek halo, yaitu efek melebih-lebihkan respon positif atau mengurang-ngurangkan respon negatif karena perasaan sungkan pada peneliti atau objek yang diteliti. Akan tetapi skala ini cukup menyulitkan responden, terutama jika jumlah atributnya banyak.

2.5 METODE PENGUJIAN KUESIONER

Kuesioner yang telah disusun segera disebarkan untuk melakukan uji awal kuesioner. Uji ini untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat perlu direvisi atau tidak. Sehingga kuesioner yang digunakan sebagai sumber data nantinya akan memiliki reliabilitas dan validitas yang baik. Setelah memiliki reliabilitas dan validitas yang baik maka terdapat syarat lain agar dapat dijadikan sebagai sumber data yaitu kecukupan sampel.

2.5.1 Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang diukur koefien (Singarimbun dalam Suliyanto, 1989). Cara pengujiannya adalah dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan. Persamaan teknik korelasi

‘product moment’ adalah sebagai berikut:

(

) (

)

(

)

{

2 2

}

{

2

(

)

2

}

. . .

− − − = i i i i i i i i Y Y N X X N Y . X Y X N r (2.1) keterangan : N = jumlah responden X = skor pertanyaan Y = skor total pertanyaan

(10)

Suatu pertanyaan akan dinyatakan valid apabila angka korelasi pertanyaan tersebut lebih besar dan pada angka kritik pada tabel korelasi.

2.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang konsisten (Suliyanto, 2005). Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Nilai reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00 akan tetapi nilai realibilitas yang dapat diterima adalah lebih besar dari 0,6. Uji Realibilitas yang digunakan adalah menggunakan koefisien keandalan alpha cronbach. Pada penelitian ini uji reliabilitas alpha cronbach menggunakan perangkat lunak SPSS 10.0. Adapun rumus alpha cronbach dapat dilihat pada halaman berikutnya.

α = ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ −

2 2 1 1 ) 1 ( St S k k (2.2) Keterangan :

α : Koefisien keandalan alat ukur k : Banyaknya item

2

i

S : Jumlah varians item

2

t

S : Variansi total

Persamaan matematis untuk variansi total dan varians item adalah : 2 2 2 2 ( ) n X n X Si =

i

i (2.3) 2 2 n JK n JK S i s t = − Keterangan : i

(11)

s

JK : Jumlah kuadrat subyek

n : Jumlah reponden

Koefisien alat ukur (α) menyatakan tingkat konsistensi jawaban responden. Nilai

α berkisar antara 0 s/d 1. Nilai yang mendekati angka satu akan semakin baik. 2.6 KUALITAS PRODUK

Posisi perusahaan dimata konsumen sangat ditentukan oleh kualits produk. Oleh sebab itu konsep kualitas harus dimengerti secara tepat oleh perusahaan. Kualitas adalah kemampuan produk dalam melakukan fungsinya selama jangka waktu penggunaan tertentu yang telah ditetapkan (Crawford, 1987). Kualitas adalah karakteristik total suatu entitas yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Secara umum kualitas dapat diartikan sebagai kemampuan produk dalam melaksanakan fungsinya sesuai kebutuhan konsumen.

Tujuan akhir dilakukannya penjagaan kualitas produk adalah untuk mencapai kepuasan konsumen. Dengan mampu memenuhi kepuasan konsumen secara maksimal maka produk yang kita ciptakan akan dapat terlihat unggul dimata konsumen.

Dalam sejarah perkembangan kualitas, dimana yang terakhir menghasilkan konsep Total Quality Control (TQC), maka tanggung jawab terhadap kualitas dibebankan

kepada seluruh departemen. Sejak departemen hulu yang mengurusi tentang desain produk sampai departemen hilir yang berhubungan dengan konsumen secara langsung akan bertanggung jawab terhadap kulaitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.7 DIMENSI KUALITAS PRODUK

Untuk dapat menciptakan produk yang unggul, tentunya harus dikenal dimensi apa saja yang mendasari kualitas suatu produk. Untuk mempermudah analisis strategis tentang konsep kualitas suatu produk, maka dikembangkan delapan dimensi kualitas (Garvin,1988). Sebuah produk dapat mempunyai peringkat yang tinggi dalam salah satu dimensi kualitas namun juga mempunyai tingkat yang rendah untuk salah satu dimensi kualitas yang lain. Ini dimungkinkan karena perbaikan dari salah satu dimensi kualitas

(12)

memerlukan pengorbanan dimensi kualitas yang lain. Gejala-gejala seperti ini yang perlu diwaspadai.

Delapan dimensi kuliatas produk yang dikembangkan oleh Garvin tersebut terdiri dari :

1. Performance

Berhubungan dengan karakteristik/fungsionalitas operasi dari sebuah fungsi utama suatu produk.

2. Features

Berhubungan dengan segala karakteristik yang mendukung fungsi utama/fungsi dasar dari sebuah produk. Termasuk didalamnya biasanya adalah fasilitas/atribut tambahan dari suatu produk.

3. Reliability

Merefleksikan probabilitas dari sebuah produk akan mengalami kegagalan atau ketidakberfungsian sebagaimana mestinya dalam periode waktu tertentu. Parameter dari reliabilitas yang biasa digunakan adalah mean time to first failure, mean timebetween failure dan juga failure rate per unit time.

4. Conformance

Menyatakan derajat kecocokan antara product”s design dan karakter operasinya

dengan spesifikasi atau standar yang telah terbentuk.

5. Durability

Merupakan alat ukur dari suatu product life atau dengan kata lain menyatakan

daya tahan pakai dari produk tersebut.

6. Serviceability

Termasuk didalamnya adalah kemampuan, kecepatan dan kemudahan dalam perbaikan (repair). Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan adalah

responsiveness, yaitu dengan mengukur mean time to repair. 7. Aesthetics

(13)

Merupakan dimensi kualitas yang paling subjektif selain perceived quality.

Dimensi kualitas ini berhubungan dengan bagaimana tampilan atau cita rasa dari produk tersebut, dimana jelas merupakan refleksi dari preferensi individu.

8. Perceived Quality

Merupakan dimensi kualitas produk yang menggambarkan reputasinya dimata konsumen. Repuitasi sebuah produk dipengaruhi oleh image, iklan(advertising)

dan juga merk (brand names)

2.8 PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK

Pada dasarnya perancangan dan pengembangan produk memberikan gambaran mengenai rencana geometri, material dan teknik pembuatan suatu produk. Adapun proses perancangan dan pengembangan produk yang dilakukan harus melalui beberapa tahap sehingga menghasilkan produk yang bermanfaat. Proses tersebut adalah (Ulrich & Epinger, 2001) :

1. Identifikasi kebutuhan pelanggan

Proses identifikasi kebutuhan pelanggan didapat dari matriks House of Quality

yang telah dilakukan ditahap sebelumnya. Dari proses ini akan diketahui bagaimana kebutuhan pelanggan terhadap produk sehingga akan menjadi input yang berharga untuk perancangan dan pengembangan produk.

2. Spesifikasi Produk.

Kebutuhan pelanggan biasanya diekspresikan sebagai “bahasa konsumen”. Untuk menyediakan tuntutan yang spesifik mengenai bagaimana mendesain dan membuat sebuah produk, maka ditetapkan serangkaian spesifikasi. Dalam spesifikasi ini akan menjelaskan detail-detail mengenai hal-hal yang harus dilakukan produk agar bisa mencapai kesuksesan komersial. Spesifikasi ini harus mencerminkan kebutuhan pelanggan, membedakannya dari produk pesaing dan secara teknis maupun ekonomis dapat direalisasikan.

3. Penyaringan konsep rancangan produk.

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah konsep biasanya

(14)

diekspresikan dalam sketsa atau model tiga dimensi yang disertai uraian gambar. Sebuah produk dapat memuaskan pelanggan dan sukses dipasaran. Bergantung pada nilai-nilai yang tinggi untuk ukuran kualitas yang mendasari konsep. Penyusunan konsep dimulai dari serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target yang diakhiri dengan terciptanya berbagai konsep produk pilihan akhir. Hasil dari penyaringan konsep rancangan produk adalah beberapa alternative produk yang dihasilkan. Berbentuk desain produk sehingga dapat digambarkan secara jelas pengaplikasiannya dalam bentuk yang sesuai keinginan konsumen. 4. Seleksi konsep rancangan produk

Seleksi konsep rancangan produk merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kabutuhan pelanggan dan criteria lain. Membandingkan kakuatan dan kelemahan relatif dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan dan pengembangan. Ada dua tahapan yang dilakukan diseleksi konsep yaitu :

¾ Penyaringan konsep

Proses evaluasi masih berupa perkiraan yang ditujukan untuk mempersempit alternatif.

¾ Penilaian konsep

Analisis konsep yang ada untuk memilih salah satu konsep yang memungkinkan untuk membawa kesuksesan pada suatu produk.

Tujuan tahap ini adalah mempermpit jumlah konsep secara tepat dan memperbaikinya sehingga didapat satu atau lebih pilihan konsep.

2.9 QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT (QFD) 2.9.1 Definisi Quality Function Development

QFD sebenarnya merupakan suatu jalan bagi perusahaan unuk berusaha mengidentifikasikan dan memenuhi kebutuhan sert keinginan konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi Quality Function Development menurut pakar.

a. QFD adalah metodologi yang terstruktur yang digunakan dalam proses perancangan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan

(15)

konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995).

b. QFD merupakan metodologi untuk menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen kedalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu (Akao, 1990).

Dengan menggunakan metodologi QFD dalam proses perancangna dan pengembangan produk akan merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan. Sebab perusahaan akan mempunyai keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan konsumen.

Manfaat Quality Function Development (QFD)

Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan QFD dalam proses perancangan produk adalah :

a. Meningkatkan kehandalan produk b. Meningkatkan kualitas produk c. Menigkatkan kepuasan konsumen d. Memperpendek time to market

e. Mereduksi biasa perancangan f. Meningkatkan komunikasi g. Meningkatkan produktivitas

h. Meningkatkan keuntungan perusahaan

Rumah Kualitas (HOQ)

Rumah kualitas atau biasa disebut House of Quality merupakan matriks

perencanaan produk. Matriks ini merupakan matriks pertama dalam penerapan metodologi QFD.

Secara garis besar matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi “suara-suara konsumen” secara langsung terhadap karakteristik teknis atau spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai karakteristik yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan benchmarking

(16)

terhadap produk-produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk mengetahui

posisi-posisi relatif produk yang ada dipasaran yang merupakan kompetitor. Struktur dapat dilihat pada gambar 2.2.

F Matriks Teknikal (Karakteristik Teknis, Prioritas, Benchmark karakteristik teknis, Target)

B Matriks Perencanaan (Tingkat Preferensi dan Persepsi) A Kebutuhan Konsumen C Karakteristik Teknis E Korelasi Karakteristik Teknis D Hubungan (Dampak dari karakteristik teknis terhadap kebutuhan

konsumen)

Gambar 2.2 Rumah Kualiatas (House of Quality)

Keterangan dari matriks tersebut adalah : 1. Bagian A : Kebutuhan Konsumen

Berisikan daftar kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen ini akan menjadi input dalam proses QFD selanjutnya.

2. Bagian B : Matriks Perencanaan Bagian yang berisi tiga jenis informasi :

a. Tingkat kepentingan dari tiap kebutuhan & keinginan konsumen

(17)

c. Tujuan stratrgis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan 3. Bagian C : Karakteristik Teknis

Berisikan karakteristik teknis produk atau jasa baru yang akan dikembangkan. Data karakteristik teknis ini akan diturunkan berdasarkan “suara konsumen” yang telah diperoleh pada bagian A.

4. Bagian D : Hubungan

Berisikan hubungan antara karakteristik teknis dari produk atau jasa yang dikembangkan (bagian C) dengan “suara konsumen” (bagian A) yang mempengaruhinya.

5. Bagian E : Korelasi Karakteristik Teknis Berisikan 3 macam jenis data, yaitu :

a. Tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis.

b. Technical benchmarking dari produk-produk yang dibandingkan.

c. Target kinerja karakteristik teknis dari produk yang dikembangkan.

Hasil dari House of Quality adalah nilai target untuk karakteristik teknis (target

spesifikasi).

Hierarki Matriks QFD

Dengan menggunakan metodologi QFD dalam proses perancangan produk, maka akan dikenal empat jenis tahapan matriks, yaitu :

1. Matriks perencanaan produk (House of Quality)

2. Matriks perencanaan komponen (Part Deployment)

3. Matriks perencanaan proses (Process Planning)

4. Matriks perencanaan (Production Planning)

Apabila digambarkan kedalam bagan maka keempat hubungan matriks diatas terlihat seperti Gambar 2.3.

(18)

Gambar 2.3 Tahapan Perancangan Produk Dengan QFD

Perancangan HOQ

Proses perancangan house of quality (HOQ) didasarkan pada 9 langkah utama, adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Identifikasi Terhadap Semua Kebutuhan Dan Keinginan Konsumen Terhadap Produk

Kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan input utama dari pengembangan produk. Dari kebutuhan konsumen ini nantinya akan diterjemahkan menjadi karakteristik teknis (technical response) pada perancangan HOQ.

2. Mengidentifikasi Tingkat Kepentingan Konsumen

Pengidentifikasian tingkat kepentingan konsumen menunjukkan sejauh mana atribut-atribut/costumer needs itu dianggap penting bagi konsumen. Tingkat kepentingan

konsumen merupakan importance to costumer yang akan menjadi bagian pada planning matrix.

3. Membuat Matriks Perencanaan

Matriks perencanaan/planning matrix adalah suatu alat untuk memprioritaskan atribut

kebutuhan konsumen dalam proses perancangan dan pengembangan produk.

Planningmatrix terdiri atas 7 bagian, yaitu :

a. Importance to Costumer, yang merupakan tingkat kepentingan konsumen

terhadap atribut.

(19)

c. Competitive Satisfaction Performance , yang merupakan tingkat kepuasan

konsumen terhadap produk pesaing perusahaan pengembang.

d. Goal, yang merupakan target dari perusahaan yang bersangkutan berdasarkan

data-data sebelumnya.

e. Improvement Ratio, yang merupakan tingkat perbaikan terhadap produk.

f. Sales Point, yang merupakan informasi karakteristik costumer need kebutuhan

konsumen untuk dapat dijual atau diperlihatkan kelebihannya pada konsumen. g. Raw Weight dan Normalized Raw Weight, yang menggambarkan

perbaikan-perbaikan yang akan dipentingkan dalam perancangan dan pengembangan produk.

4. Menentukan Karakterisitik Teknis Sebagai Penerjemahan Dari Kebutuhan Konsumen

Karakteristik teknis adalah bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen. Penetapan karakteristik teknis disini bertujuan untuk mengubah kebutuhan konsumen kedalam bahasa fabrikasi (teknik). Hal ini dimaksudkan agar keinginan konsumen yang bersifat kualitatif bisa diubah menjadi sesuatu yang bersifat kuantitatif dan dapat terukur.

5. Mengkorelasikan Atribut Dengan Karakterisiti Teknis

Korelasi atau hubungan dibentuk berdasarkan hubungan antara kebutuhan konsumen (costumer needs) dengan karakteristik teknis (technical response).

Dalam perhitungannya nilai hubungan antara kebutuhan konsumen terhadap karakteristik teknis didefinisikan kedalam bobot/nilai dan simbol penilaian tingkat hubungan.

6. Mengkorelasikan Karakterisitik Teknis Dengan Karakteristik Teknis Lainnya

Korelasi teknik menunjukkan interaksi antar karakteristik teknis. Tiap-tiap karakteristik teknis dibandingkan satu dengan karakteristik teknis lainnya. Bentuk dari korelasi teknik berupa matriks yang menyerupai atap sehingga disebut juga

(20)

7. Menghitung Nilai Dari Korelasi Atribut

Penghitungan nilai dari korelasi atribut didasarkan atas nilai simbol yang berlaku dengan normalized raw weight. Hasil perhitungan ini nantinya akan menjadi

kontribusi yang akan menjadi dasar pada penentuan prioritas. 8. Menentukan Prioritas

Prioritas dalam HOQ merupakan urutan hal-hal yang paling dipentingkan dalam melakukan pengembangan produk. Prioritas didapat dari pengurutan normalized contribution dari yang terbesar hingga yang terkecil.

9. Menentukan Target Perusahaan

Penentuan target spesifikasi teknis adalah tahap penting dalam proses pengembangan produk dan jasa. Tahap ini akan menentukan aktivitas pengembangan produk selanjutunya. Dengan menggunakan QFD, penentuan target berkaitan erat dengan kebutuhan konsumen, performansi kompetitor serta performansi perusahaan saat ini. Cara yang umumnya digunkaan dalam penentuan target spesifikasiteknis ini adalah Perbandingan dengan Kompetitor (Cohen, 1995).

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Antara Populasi Dengan Sampel
Gambar 2.2 Rumah Kualiatas (House of Quality)
Gambar 2.3 Tahapan Perancangan Produk Dengan QFD

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pemanfaatan controller SDN, administrator jaringan dapat mengubah sifat dan prilaku jaringan secara riil time dan mendeploy aplikasi baru dan layanan

Judul Skripsi : Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan Pada KAP di Surabaya.. Menyatakan bahwa

[r]

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi, kepercayaan, kemampuan teknik personal, dukungan manajemen dan

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan XRD dan SEM menunjukan bahwa semakin lama waktu pengadukan semakin kecil ukuran kristalit maupun partikel serbuk paduan

Pada tahun ini, INTEL mengambil tema “ Membuat Produk Teknologi Sederhana dan Inovatif yang Menunjang Indonesia di era MEA” Salah satu inti dari ilmu teknik industri adalah men- capai

Tesis berjudul Kajian Tenaga Kerja Wanita dengan Sistem Harian dan Sistem Borongan di Perkebunan Kopi Kalijompo Kabupaten Jember telah diuji dan disahkan