• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Reni Triana NIM 132110105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2017

(2)

ii Oleh Reni Triana NIM 132110105

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Menyetujui, Pembimbing I, Dr. H. Khabib Sholeh, M.Pd. NIDN 0022026208 Pembimbing II, Joko Purwanto, M.Pd. NIDN 0610068404 Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Drs. H. Bagiya, M.Hum. NIP 19640208 199003 1 002

(3)

iii Oleh Reni Triana NIM 132110105

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo Pada tanggal: Mei 2017

TIM PENGUJI

Dr. H. Khabib Sholeh, M. Pd. ……… NIDN 0022026208 Joko Purwanto, M.Pd. ……… NIDN 0610068404 Purworejo, Mei 2017 Mengetahui

Dekan Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Yuli Widiyono, M.Pd. NIDN 0616078301

(4)

iv

nama : Reni Triana

NIM : 132110105

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat dari orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan yang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti terdapat bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperankan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo,

Yang membuat pernyataan,

(5)

v

1. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (QS. Al-Baqarah 2 : 45).

2. Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk memomotong, ia akan memotongmu (menggilasmu) (H.R Muslim).

PERSEMBAHAN

1. Almamaterku, Universitas Muhammadiyah Purworejo

(6)

vi

panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas rahmat, karunia, dan hidayah-Nya. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Negosiasi dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017” ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi akhir Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapat batuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberi kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin untuk menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

4. Dr. H. Khabib Sholeh, M.Pd. selaku pembimbing I dan Joko Purwanto, M.Pd. selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan, membimbing, dan memberikan motivasi atau dorongan sehingga

(7)

vii membantu penulis selama penelitian; dan

7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi baik yang diberikan. Semoga skripsi ini bermafaat bagi penyusun khususnya dan para pembaca umumnya.

Purworejo, Juli 2017

Penulis, Reni Triana

(8)

viii

2016/2017". Skripsi. Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.2017

Tujuan penelitian ini : 1) penerapan pembelajaran menulis teks negosiasi dengan menggunakan metode role playing pada siswa X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017; 2) perubahan sikap dan perilaku pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran menulis teks negosiasi menggunakan metode role playing; 3) peningkatan kemampuan menulis teks negosiasi pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017 setelah memperoleh pembelajaran dengan menggunakan metode role playing.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas prasiklus,siklus I, siklus II. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 3 Purworejo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes yang digunakan untuk memperoleh gambaran hasil siswa dalam menulis teks negosiasi dan nontes yang digunakan untuk mendapat informasi tentang keadaan siswa tanpa melalui tes dengan alat tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes yang berisi soal untuk menulis teks negosiasi dan nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapat informasi tentang keadaan peserta didik atau peserta tes tanpa melalui tes dengan alat tes. Teknik validitas data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan menulis teks negosiasi dan kuantitatif digunakan untuk mengaanalisis data berupa skor hasil penilaian kemampuan menulis teks negosiasi. Teknik penyajian data menggunakan teknik penyajian informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa. Pengaruh pembelajaran menulis teks negosiasi dengan metode role playing terhadap sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik, pada prasiklus rata-rata sikap dan perilaku siswa belajar siswa adalah 57,02%. Sementara itu pada siklus I, rata-rata perubahan sikap dan perilaku belajar siswa menjadi 60,15%, dan siklus II rata-rata menjadi 84,73%. Peningkatan kemampuan menulis teks negosias dengan metode role playing terlihat pada meningkatnya jumlah nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas pada prasiklus 69,16, siklus I 76,03, dan siklus II 82,09.

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7 C. Pembatasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 9 E. Tujuan Penelitian ... 9 F. Manfaat penelitian ... 10 G. Penegasan Istilah ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 13

A. Tinjauan Pustaka ... 13

B. Kajian Teoretis ... 16

1. Hakikat Menulis ... 17

2. Hakikat Teks Negosiasi ... 25

3. Metode Pembelajaran Teks Negosiasi ... 29

C. Rumusan Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Desain Penelitian ... 42

B. Subjek Penelitian ... 44

C. Objek Penelitian... 44

D. Prosedur Penelitian ... 44

1. Studi Pendahuluan ... 45

2. Penetapan Metode Role Playing sebagai Metode Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi ... 47

3. Persiapan Penelitian ... 47

4. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I ... 48

5. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II ... 51

(10)

x

G. Teknik Analisis Data ... 62

H. Teknik Validitas Data ... 65

I. Teknik penyajian Hasil Analisis Data ... 66

J. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 67

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data Hasil Penelitian ... 68

1. Penerapan Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 69

2. Perubahan Sikap dan Perilaku pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi Menggunakan Metode Role Playing ... 74

3. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Teks Negosiasi Menggunakan Metode Role Playing ... 86

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... 95

1. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi Menggunakan Meode Role Playing pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo ... 96

2. Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Perubahan Sikap dan Perilaku Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 3 Purworejo dalam Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi ... 106

3. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Siswa Negeri 3 Purworejo Menggunakan Metode Role Playing ... 125

BAB V PENUTUP ... 137

A. Simpulan ... 137

B. Saran ... 139 DAFTAR PUSTAKA

(11)

xi

Tabel 2. Proses Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi dengan Metode

Role Playing pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo ... 70

Tabel 3. Hasil Pengamatan Sikap dan Perilaku Siswa Tahap Prasiklus ... 75

Tabel 4. Hasil Pengisian Angket Tanggapan Siswa Tahap Prasiklus ... 76

Tabel 5. Hasil Wawancara dengan Siswa Tahap Prasiklus ... 77

Tabel 6. Hasil Pengamatan Sikap dan Perilaku Siswa Tahap Siklus I ... 79

Tabel 7. Hasil Pengamatan Sikap dan Perilaku Siswa Tahap Siklus II ... 81

Tabel 8. Hasil Pengisian Angket Tanggapan Siswa Tahap Siklus I ... 82

Tabel 9. Hasil Pengisian Angket Tanggapan Siswa Tahap Siklus II ... 84

Tabel 10. Hasil Menulis Teks Negosiasi Tahap Prasiklus ... 87

Tabel 11. Hasil Menulis Teks Negosiasi Tahap Siklus I ... 89

Tabel 12. Hasil Menulis Teks Negosiasi Tahap Siklus II ... 91

Tabel 13. Hasil Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Negosiasi dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/ 2017 ... 93

(12)

xii

Gambar 2. Tahapan alur Penelitian (Arikunto, 2006: 97) ... 45

Gambar. 3 Sikap dan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi Tahap Prasiklus ... 78

Gambar. 4 Sikap dan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi Tahap Siklus I dan Siklus II ... 86

Gambar 5. Perilaku Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran ... 111

Gambar 6. Aktivitas Siswa Saat Menulis Teks Negosiasi ... 112

Gambar 7. Aktivitas Siswa Ketika Berdiskusi dalam Kegiatan Metode Role Playing ... 117

Gambar 8. Siswa Lebih Serius dalam Menulis Teks Negosiasi ... 118

Gambar 9. Aktivitas Siswa Ketika Kegiatan Metode Role Playing ... 124

Gambar 10. Aktivitas Siswa Ketika Menulis Teks Negosiasi ... 124

Gambar 11. Grafik Peningkatan Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi dari Prasiklus hingga Siklus II ... 126

Gambar 12. Grafik Peningkatan Aspek Kerapian Tulisandari Prasiklus hingga Siklus II ... 127

Gambar 13. Grafik Peningkatan Aspek Cara Penyampaian ... 128

Gambar 14. Grafik Peningkatan Aspek Organisasi Keruntutan Cerita dari Prasiklus hingga Siklus II ... 130

Gambar 15. Grafik Peningkatan Aspek Tata Bahasa dari Prasiklus hingga Siklus II ... 131

Gambar 16. Grafik Peningkatan Aspek Gaya (Kosa Kata)dari Prasiklus hingga Siklus II ... 132

Gambar 17. Grafik Peningkatan Aspek Ejaan dan Tanda Baca dari Prasiklus hingga Siklus II ... 133

Gambar 18. Grafik Peningkatan Menulis Teks Negosiasi Prasiklus hingga Siklus II ... 134

(13)

xiii

Lampiran 3 : Surat Keterangan Bukti Penelitian Lampiran 4 : Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 5 : Daftar Hadir Siswa pada Prasiklus, Siklus I, Dan Siklus II Lampiran 6 : Silabus Bahasa Indonesia

Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Prasiklus Lampiran 8 : Hasil Observasi Sikap dan Perilaku Siswa Tahap Prasiklus Lampiran 9 : Hasil Wawancara Dengan Siswa Tahap Prasiklus

Lampiran 11 : Hasil Dokumentasi Tahap Prasiklus

Lampiran 12 : Hasil Angket Tanggapan Siswa Tahap Prasiklus Lampiran 13 : Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Prasiklus

Lampiran 14 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 15 : Hasil Observasi Sikap dan Perilaku Siswa Tahap Siklus I Lampiran 16 : Hasil Dokumentasi Tahap Siklus I

Lampiran 17 : Hasil Angket Tanggapan Siswa Tahap Siklus I Lampiran 18 : Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Siklus I

Lampiran 19 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 20 : Hasil Observasi Sikap dan Perilaku Siswa Tahap Siklus II Lampiran 21 : Hasil Dokumentasi Tahap Siklus II

Lampiran 22 : Hasil Angket Tanggapan Siswa Tahap Siklus II Lampiran 23 : Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Siklus II

(14)

1

Pada bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah. Penyajian secara lengkap diuraikan sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa nasional. Mengingat fungsi yang diemban oleh bahasa Indonesia sangat banyak, kita perlu mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap bahasa Indonesia. Tanpa adanya pembinaan dan pengembanagan tersebut bahasa Indonesia tidak akan dapat berkembang, sehingga dikhawatirkan bahasa Indonesia tidak dapat mengemban fungsi-fungsinya. Salah satu cara dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia itu adalah melalui mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Pembinaan dan pengembangan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang diupayakan di sekolah berorientasi pada empat jenis keterampilan berbahasa.

Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan sangat erat hubungannya dengan keterampilan berbahasa lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya

(15)

siswa memulai suatu hubungan yang teratur mula-mula pada masa kecil belajar membaca dan menulis. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Makin terampil seseorang berbahasa, makin cerah dan jelas pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan,2008:1).

Dua keterampilan berbahasa yang bersifat produktif (berbicara, menulis) merupakan keterampilan berbahasa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seseorang memalui simbol-simbol bahasa. Dilihat dari segi sistem bahasa, baik keterampilan berbicara maupun menulis memerlukan penguasaan terhadap sistem kaidah bahasa. Selain itu, kedua keterampilan ini sama-sama memerlukan penguasaan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar penutur.

Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, menulis memiliki fungsi dan karakteristik. (Tarigan 2008: 24) menyatakan bahwa maksud atau tujuan penulis adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Selain itu, (Sukirno 2010 : 4) juga menyatakan bahwa tujuan menulis yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan suatu peristwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal atau imajinasi pembacanya, dan menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara tersurat.

(16)

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan,2008: 3). Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Sejalan dengan (Sukirno, 2010:7) menyatakan menulis adalah aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks nonsastra dan karya sastra.

Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.

Dalam kurikulum 2013 yang tertuang di dalam silabus, disebutkan bahwa salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa SMA adalah menulis teks negosiasi. Teks negosiasi adalah proses komunikasi antara penjual dan calon pembeli baik perorangan maupun kelompok yang di dalamnya terjadi diskusi dan perundingan untuk mencapai kesepakatan tujuan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Suherli, et al (2013:134) menjelaskan bahwa teks negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan. Pihak-ihak

(17)

tersebut berusaha menyelesaikan perbedaan itu dengan cara-cara yang baik tanpa merugikan salah satu pihak. Negosiasi juga dapat terjadi sebagai tanggapan usulan progam dari pihak pertama kepada pihak kedua, agar usulan itu menguntungkan kedua belah pihak.

Proses komunikasi dalam negosiasi memiliki ciri-ciri antara lain, yaitu (1) melibatkan dua belah pihak, (2) adanya kesamaan tema masalah yang dinegosiasikan, (3) kedua belah pihak menjalin kerja sama, (4) adanya kesamaan tujuan kedua belah pihak, (5) untuk mengkonkretkan masalah yang masih abstrak(Sutrisno dan Kusmawan, 2007: 9).

Seperti yang telah diuraikan di atas, teks negosiasi merupakan teks yang berisi interaksi sosial yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan. Oleh karena itu, pembelajaran teks negosiasi sangat penting digunakan oleh peserta didik tidak hanya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, melainkan juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 3 Purworejo, guru pembimbing bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 3 Purworejo dalam melaksanakan pembelajaran masih bersifat informatif. Guru hanya memberi materi dan memberi tugas pada siswa. Hal ini, menyebabkan siswa kurang tertarik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dari hasil analisis kerja siswa didapatkan hasil bahwa kemampuan siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 3 Purworejo masih rendah, siswa yang mencapai nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu 75 hanya 10 anak. Dari hasil observasi, wawancara dengan siswa, dan analisis

(18)

kerja siswa dapat disimpulkan permasalahan dalam pembelajaran menulis. Permasalahan yang timbul antara lain, yaitu (1) keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks negosiasi masih rendah, (2) minimnya siswa yang bertanya mengenai menulis teks negosiasi, (3) siswa cenderung tidak serius pada saat menulis teks negosiasi, dan (4) siswa tidak berantusias pada saat menulis teks negosiasi, (5) kurangnya kebiasaan menulis.

Selama ini metode yang digunakan oleh guru masih bersifat informatif, yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Guru menjadi satu-satunya sumber informasi dan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa terbiasa hanya menerima pengetahuan dari guru. Hal ini, menyebabkan siswa kurang berinteraksi antara yang satu dengan yang lain, siswa cenderung pasif, dan kurang berlatih mengembangkan ide-idenya serta kurang serius dalam mengikuti pembelajaran. Berbeda dengan, yang dijelaskan di dalam kurikulum 2013 bahwa pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu dibawah bimbingan, arahan, dan motivasi dari guru. Siswa diharapkan aktif dalam proses pembelajaran, siswa mampu mengembangkan pengetahuan mereka sendiri dengan bantuan buku atau internet, dan di akhir pembelajaran siswa diharapkan mampu menyimpulkan pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013 guru hanya berfungsi sebagai fasilitator bagi siswa.

Kurangnya kebiasaan menulis pada siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 3 Purworejo menyebabkan mereka sulit menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Siswa tidak mempunyai kosa kata bahasa Indonesia yang cukup untuk

(19)

mengungkapkan ide secara lebih sistematis. Pada saat menulis siswa juga menggunakan bahasa tidak baku dalam kegiatan menulis.

(Tarigan 2008: 4) mengemukakan bahwa menulis merupakan keterampilan yang sulit dikuasai. Oleh karena itu, untuk dapat menguasai keterampilan menulis, diperlukan waktu yang lama dan latihan yang intensif. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan yang banyak dan teratur.

Dengan permasalahan tersebut, penulis dan guru pembimbing Bahasa Indonesia kelas X MIPA 1 mencoba menerapkan ide baru untuk meningkat-kan kemampuan menulis teks negosiasi, yaitu dengan menggunameningkat-kan metode role playing. Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan mampu mengoptimalkan hasil belajar mengajar. Penulis dan guru berusaha meningkatkan pembelajaran menulis teks negosiasi dengan alasan setiap orang pasti akan melakukan negosiasi dalam kehidupannya begitu pula siswa SMA Negeri 3 yang diharapkan mampu menerapkan cara-cara bernegosiasi dalam kehidupan mereka.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis di sekolah adalah perbaikan proses belajar menulis. Untuk memperbaiki pembelajaran menulis siswa perlu dilakukan metode pembelajaran. Dengan adanya metode pembelajaran diharapkan siswa mampu memahami materi dan menghasilkan tulisan yang lebih dari sebelumnya.

Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan perwujudan hasil penalaran. Penalaran ini terutama terkait dengan proses menuangkan gagasan pokok

(20)

untuk dikembangkan menjadi tulisan. Setiap penulis harus dapat menuangkan gagasan secara cermat ke dalam tulisannya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memunculkan gagasan adalah metode Role Playing.

Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup dan benda mati. Pada metode Role Playing, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu (Huda , 2013: 209).

Metode Role Playing dapat memberikan kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Dengan adanya metode Role Playing diharapkan dapat membantu siswa dalam menulis teks negosiasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Negosiasi dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah yang menjadi bahan penelitian ini adalah Siswa masih menganggap pembelajaran menulis adalah sesuatu yang kurang menyenangkan dan

(21)

diminati. Hal ini, disebabkan guru dalam mengajarkan menulis teks negosiasi masih menggunakan metode yang bersifat infrmatif. Hal ini, menyebabkan siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis dalam menulis teks negosiasi.

Kurangnya kebiasaan menulis pada siswa X MIPA 1 SMA Negeri 3 Purworejo menyebabkan mereka sulit menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Hal ini, menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo dalam kegiatan menulis teks negosiasi.

Penerapan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu meningkatkan daya keaktifan siswa dalam belajar dan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sehingga dapat dikembangkan secara mandiri.

Perlunya metode pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga siswa lebih tertarik dalam kegiatan pembelajaran menulis khususnya menulis teks negosiasi.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, batasan masalah pada kesulitan siswa dalam menulis karangan, khususnya teks negosiasi. Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan metode Role Playing. Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.Metode Role Playing dapat memberikan kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.

(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan pembelajaran menulis teks negosiasi dengan metode Role Playing pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017 ?

2. Bagaimana perubahan sikap dan perilaku pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran menulis teks negosiasi menggunakan metode Role Playing?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis teks negosiasi pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017 setelah memperoleh pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendeskripsi

1. penerapan pembelajaran menulis teks negosiasi dengan menggunakan metode Role Playing pada siswa X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017;

2. perubahan sikap dan perilaku pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran menulis teks negosiasi menggunakan metode Role Playing;

(23)

3. peningkatan kemampuan menulis teks negosiasi pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017 setelah memperoleh pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing.

F. Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, yaitu memberikan sumbangan pemikiran dan alternatif yang dapat dipertimbang-kan dalam usaha memperbaiki mutu pendididipertimbang-kan. Manfaat teoritis yang lain adalah diharapkan mampu memberi konstribusi ilmiah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam menulis teks negosiasi. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis teks negosiasi dengan metode role playing pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2016/2017, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, siswa, guru, dan sekolah sebagai berikut.

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dengan memberikan informasi mengenai metode pembelajaran role playing dalam keterampilan menulis teks negosiasi. Dapat memotivasi

(24)

peneliti lain untuk meneliti kemampuan menulis, sehingga akan menambah pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan keterampilan menulis teks negosiasi. Diharapkan pula siswa dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajaran kemampuan menulis teks negosiasi dengan menggunakan metode role playing.

c. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan alternatif pilihan dalam pembelajaran keterampilan menulis khususnya menulis teks negosiasi.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan dalam peningkatan mutu pembelajaran. Selain itu, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis teks negosiasi.

G. Penegasan Istilah

Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan istilah yang digunakan dalam judul penelitian. Istilah yang dijelaskan sebagai berikut

1. Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan ( komunikasi ) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

(25)

2. Teks negosiasi adalah teks yang berisi tentang hubungan atau interaksi antara dua orang atau lebih untuk memutuskan sesuatu dari kepentingan yang berbeda. Teks negosiasi berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama diantara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan. 3. Motode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Metode bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran khususnya menulis.

4. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.

5. Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh atau benda mati.

Penulis mengambil judul skripsi “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Negosiasi dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun Pelajaran 2016/2017” adalah usaha penelitian yang menekankan pada peningkatan kemampuan menulis siswa khususnya dalam menulis teks negosiasi menggunakan metode role playing pada siswa SMA.

(26)

13

Pada bab ini akan dikemukakan tinjauan pustaka, kajian teoretis, dan hipotesis penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah tinjauan terhadap penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya. Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas. Penelitian mengenai pembelajaran menulis teks negosiasi dilakukan oleh Pinangsari (2015), Ade (2015), dan penggunaan metode role playing dilakukan oleh Handayani (2013)

Penelitian yang dilakukan Pinangsari (2015) berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas X Teknik Kontruksi Batu dan Beton SMK Negeri 1 Purworejo.”

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Pinangsari (2015) penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model berbasis masalah dalam pembelajaran teks negosiasi pada siswa kelas X Teknik Kontruksi Batu dan Beton SMK Negeri 1 Purworejo dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan aspek keaktifan siswa, interaksi siswa, keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dalam berkelompok,

(27)

dan perhatian siswa. Hal ini, dapat teratasi dengan menggunakan strategi berbasis masalah. Hasil belajar siswa dalam menulis teks negosiasi mengalami peningkatan. Peningkatan yang diperoleh dari hasil menulis teks negosiasi tiap siklus yaitu pra siklus rata-rata nilai siswa sebesar 5,6, pada siklus I rata-rata menulis siswa meningkat 11.93% menjadi 67,93 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mingkat sebesar 9,6% menjadi 77,53 sehingga pelaksanaan siklus II dianggap berhasil.

Terdapat perbedaan dan kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Pinangsari dengan penulis. Perbedaannya adalah pada metode yang digunakan. Metode yang digunakan oleh Pinangsari adalah strategi berbasis masalah, sedangkan penelitian ini menggunakan adalah metode role playing. Penelitian Pinangsari melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Purworejo, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Purworejo. Persamaannya yaitu keduanya meneliti tentang kemampuan menulis teks negosiasi.

Penelitian tentang teks negosiasi juga dilakukan oleh Ade (2015) yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Teks Negosiasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Jember”.

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Ade (2015) penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan metode role playing dalam pembelajaran teks negosiasi pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Jember dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan hasil pembelajaran baik dengan tingkat pemahaman struktur dengan skor rata-rata 5 dan dapat mengembangkan isi

(28)

teks dengan baik. Hal ini, teratasi dengan menggunakan role playing. Hasil belajar siswa dalam menulis teks negosiasi mengalami peningkatan. Peningkatan yang diperoleh dari hasil menulis teks negosiasi tiap siklus yaitu pra siklus rata-rata nilai siswa sebesar 30,5 %, pada siklus I rata-rata menulis siswa meningkat menjadi 72,5% dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mingkat sebesar 90% sehingga pelaksanaan siklus II dianggap berhasil.

Terdapat perbedaan dan kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Ade dengan penulis. Perbedaannya adalah tempat penelitian. Penelitian Ade melakukan penelitian di SMA Negeri 4 Jember, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Purworejo. Persamaannya yaitu keduanya meneliti tentang kemampuan menulis teks negosiasi dan melakukan penelitian tentang menulis teks negosiasi.

Metode role playing digunakan oleh Handayani (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD Negeri Playen III”. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran. Untuk perolehan skor pada siklus I, persentase sebesar 53,57%, menjawab pertanyaan 52,38%, menyelesaikan tugas 54,76%, diskusi 52,28%, mencatat materi pembelajaran 55,93%, dan menyimpulkan materi pembelajaran 51,19%. Pada tahap tindakan siklus II, persentase tiap aspek mengalami kenaikan menjadi partisipasi bertanya memiliki persentase sebesar 76,19% menjawab pertanyaan 79,76%, menyelesaikan tugas 82,14%, berdiskusi 80,95%, mencatat materi pembelajaran sebesar 77,38%,

(29)

mengerjakan soal 78,57%, menyelesaikan tes secara individu 77,38%, dan menyimpulkan materi pembelajaran sebesar 77,38%. Dengan demikian, penggunaan metode role playing dalam proses pembelajaran meningkatkan proses pembelajaran.

Terdapat perbedaan dan persamaan skripsi yang dilakukan oleh Handayani dengan penulis. Perbedaannya adalah tempat dan objek penelitian. Handayani meneliti tentang proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPS di SD Negeri Playen III. Sebaliknya, penelitian melakukan penelitian pada teks negosiasi di SMA Negeri 3 Purworejo. Persamaannya keduanya menggunakan metode role playing dalam melakukan penelitian.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoritis merupakan penjabaran dari kerangka teoritis yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Teori- teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) hakikat menulis meliputi pengertian menulis, tujuan menulis, dan manfaat menulis (2) pengertian teks negosiasi, ciri-ciri teks negosiasi, struktur teks negosiasi, dan tahap menulis teks negosiasi (3) metode pembelajaran yang meliputi hakikat metode pembelajaran, pengertian metode, pengertian metode role playing, kekurangan dan kelebihan metode role playing, manfaat metode role playing, langkah- langkah metode role playing, dan penerapan metode role playing dalam pembelajaran menulis teks negosiasi.

(30)

1. Hakikat Menulis

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pengertian menulis, tujuan menulis, dan manfaat menulis.

a. Pengertian Menulis

Menulis seperti berbicara menyampaikan sebuah pesan, bisa berupa informasi, pemikiran, ajakan atau unek-unek. Keduanya, menulis dan berbicara merupakan keterampilan bahasa yang produktif, hanya berbeda dalam hal penyampaian, yang satu dalam bentuk tulisan dan satunya dalam bentuk lisan. Sebuah tulisan akan bertahan lama, hasil dari tulisan dapat dibaca kapanpun. Berbeda dengan berbicara hasilnya tidak bisa diulang lagi. Namun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memberi informasi, meyakinkan, dan menghibur pembaca.

Pada hakikatnya menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat untuk berkmunikasi secara tidak langsung. Dalam hal ini, narasumber tidak harus bertemu langsung atau bertatap muka dengan pembaca. Narasumber atau pengarang menuangkan ide, gagasan secara tertulis.

Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu . Gambaran atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan

(31)

suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini, merupakan perbedaan utama lukisan dan tulisan. Pada prinsipnya fungsi dari sebuah tuliasan adalah sebagai alat kmunikasi yang tidak langsung.

Menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas aktif produktif ialah sebuah kegiatan yang menghasilkan sesuatu. Dalam kegiatan menulis seorang menulis menghasilkan sebuah tulisan yang akan disampaikan kepada khalayak umum. Tulisan tersebut bertujuan untuk mengemukakan gagasan atau pikiran dari penulis (Nurgiantoro, 2009: 298).

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Tulisan bertujuan untuk memberitahu, artinnya sebuah tulisan disampaikan untuk memberi informasi kepada pembaca. Tulisan juga bertujuan untuk menghibur, sebuah tulisan tidak hanya bertujuan untuk memberi informasi dan meyakinkan melainkan untuk mengibur. Tulisan yang ditulis diharapkan dapat memberikan hiburan bagi pembaca (Dalman , 2015:3).

Menulis merupakan aktivitas menuangkan gagasan. Secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks nonsastra dan karya sastra. Menulis memiliki tujuan, seperti memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, dan mengisahkan kejadian.

(32)

Sebuah tulisan dapat menumbuhkan daya khayal bagi penulis dan pembaca. Penulis akan menyampaikan pikirannya melalui tulisan sehingga pembaca akan terbawa dengan cerita yang disampaikan. Hal ini, bertujuan untuk menghibur pembaca (Sukirno, 2016: 6).

Kegiatan menulis dalam dunia pendidikan sangat penting dan berharga, sebab menulis akan lebih mempermudah seseorang untuk berpikir. Menulis merupakan suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan menulis siswa belajar untuk mengemukakan pendapat atau gagasan tanpa ada rasa takut dan malu. Mereka bebas mengeluarkan pendapat mereka melalui tulisan.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pikiran ke dalam tulisan secara tidak langsung. Melalui menulis tersebut, segala pesan atau maksud dari penulis akan dapat dipahami oleh pembaca. Dengan menulis siswa dapat belajar mengemukakan pendapat tanpa ada rasa takut dan malu. b. Tujuan Menulis

Adapun yang dimaksud dengan maksud atau tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, dapat dikatakan bahwa :

1. tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan disebut wacana informatif.

(33)

2. tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif.

3. tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer.

4. tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif ( Tarigan, 2008: 24).

Menurut Sukirno ( 2016: 5) memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian. Melukiskan tindak-tanduk manusia pada sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal/ imajinasi pembacanya. Menulis juga dapat menarik suatu makna baru dari luar apa yang diuangkapkan secara tersurat.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tujuan belajar menulis adalah (1) peserta didik dapat berkomunikasi dengan diri sendiri dan atau orang lain; (2) peserta didik dapat mendokumentasi hal-hal penting atau mengesankan yang diperoleh; (3) peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi; dan (4) menyalurkan bakat niat tulisan. Tujuan belajar menulis menurut pendekatan mdern tidak mementingkan hasil, tetapi juga proses (Nunan, 1994: 86 dalam buku Sukirno 2016: 5).

Dalman (2015: 12) menyatakan bahwa tujuan menulis ditinjau dari sudut pandang kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, antara lain (1) tujuan penugasan; (2) tujuan estesis; (3) tujuan penerangan; (4) tujuan pernyataan diri; (5) tujuan kreatif; (6) tujuan konsumtif.

(34)

1) Tujuan Penugasan

Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.

2) Tujuan Estetis

Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Untuk itu, penulis pada umumnya memerhatikan benar pilihan kata atau diksi serta penggunaan gaya bahasa. Kemampuan penulis dalam mempermainkan kata sangat dibutuhkan dalam tulisan yang memiliki tujuan estetis.

3) Tujuan Penerangan

Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu media yang berisi tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca. Dalam hal ini, penulis harus mampu memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan pembaca berupa politik, ekonomi, pendidikan, agama, sosial, maupun budaya.

4) Tujuan Pernyataan diri

Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan. Penulisan surat pernyataan maupun surat perjanjian merupakan tujuan untuk pernyataan diri.

(35)

5) Tujuan Kreatif

Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa.

6) Tujuan Knsumtif

Tulisan dibuat untuk dijual dan dikonsumsi leh para pembaca. Dalam hal ini, penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis. Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel, dongeng, fabel, dan komik.

Dari pendapat tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa tujuan menulis adalah sebagai sarana untuk mengajar atau memberitahukan sesuatu hal ke khalayak. Menulis dapat meyakinkan pembaca atau mendesak pembaca untuk melakukan sesuatu hal yang dituliskan oleh penulis. Tulisan ini juga bisa bertujuan menghibur pembaca, dan umumnya tulisan merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan dan emosi. Menulis juga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi dengan diri sendiri atau orang lain, memberikan informasi, dan menuangkan ide atau perasaan yang ingin disampaikan. Dengan menulis seseorang dapat menyampaikan gagasan atau ide dengan bebas. Menulis juga dapat menghibur pembaca. Sebelum kita membuat suatu tulisan hendaknya kita harus terlebih dahulu memikirkan apa yang akan kita tulis dan kita berikan kepada pembaca agar pembaca merasa pembaca merasa tertarik dan terhibur dengan hasil kita.

(36)

c. Manfaat Menulis

Tarigan ( 2008: 22) menyatakan bahwa “Pada prinsipnya manfaat utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung”. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena dapat memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Menulis dapat memudahkan kita dalam merasakan dan menikmati hubungan-hubungan mendalam. Memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.

Sukirno (2010: 5-6) menjelaskan bahwa menulis itu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Antara lain meningkatkan keterampilan mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang tepat, meningkatkan kebiasaan pemakaian diksi atau pilihan kata yang tepat, meningkatkan ketajaman keruntutan berpikir, menghidupkan imajinasi atau citraan yang tepat. Menulis bermanfaat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan tertulis sehingga diketahui oleh orang lain. Dengan menulis dapat bekerja sama dalam segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan yang berkualitas, dapat mengenal adat dan tata krama dalam bermasyarakat. Menulis melatih kita mengungkapkan pikiran dan perasaan yang sedang dirasakan. Pembaca akan mengerti apa yang sedang dirasakan

(37)

dan dipikirkan dengan menulis. Menulis dapat menambah kosa kata penulis karena terbiasa merangkai kata.

Sehubungan dengan hal tersebut, manfaat menulis adalah dapat membantu penulis dalam mengembangkan berbagai gagasan dan potensi dirinya serta dapat meninjau dan menilai gagasannya sendiri secara objektif. Dengan menulis kita terbiasa berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. Serta penggunaan kegiatan menulis secara bijaksana dan dapat memperbaiki kualitas kehidupan. Dengan menulis penulis dapat mengembangkan gagasan yang ada dalam pikirannya. Menulis juga dapat melatih keterampilan dalam berbahasa yang benar. Menulis juga dapat mengukur kemampuan sendirii kita dalam berbahasa secara objektif.

Menurut Dalman (2015 : 5) menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir. Dalam hal ini, menulis merupakan proses penyampaian informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif. Dengan demikan, penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk dan warna tulisan secara kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisannya. Menulis membutuhkan kreativitas untuk menghasilkan tulisan yang tepat sasaran. Tulisan akan bermanfaat bagi pembaca, jika tulisan itu mengandung manfaat yang baik bagi pembaca.

Tercapainya tujuan belajar menulis sangat bermanfaat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tertulis sehingga ditahui orang lain. Dengan menulis kita dapat bekerja sama dalam segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan yang berkualitas. Dapat belajar mengenal adat

(38)

istiadat, dan tata krama masyarakat. Keberhasilan itu juga berimplikasi terhadap keterampilan berbahasa secara umum seperti membaca, menyimak, dan berbicara karena sesuai dengan konsep belajar terkini. Proses belajar menulis dilakukan secara terpadu.

Membiasakan diri untuk menulis secara tidak langsung melatih otak kita untuk berpikir dan inovatif. Menulis juga melatih berbahasa yang baik. Dengan menulis kita juga dapat mengukur kemampuan diri sendiri secara objektif. Selain itu, kita juga dapat menghasilkan suatu karya baru yaitu berupa tulisan. Tulisan itu juga dapat bermanfaat bagi rang yang membacanya.

2. Hakikat Teks Negosiasi

Pada bagian ini diuraikan pengertian teks negosiasi, ciri-ciri teks negosiasi, struktur teks negosiasi.

a. Pengertian Teks Negosiasi

Menurut Sutrisno dan Kusmawan (2007: 8) negosiasi adalah proses komunikasi antara penjual dan calon pembeli baik perorangan maupun kelompok yang di dalamnya terjadi diskusi dan perundingan untuk mencapai kesepakatan tujuan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Negosiasi juga merupakan komunikasi dua arah, yaitu penjual sebagai komunikator dan pembeli sebagai komunikasi atau saling bergantian. Negosiasi antara penjual dan pembeli sering kita jumpai disekitar kita, contohnya di pasar tradisional.

Menurut Suherli et al (2016: 180) negosiasi ialah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi)

(39)

lain. Tujuan negosiasi ialah mengatasi atau menyesuaikan perbedaan, untuk memperoleh sesuatu dari pihak lain (yang tidak dapat dipaksakan). Negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan yamg dapat iterima kedua belah pihak dalam melakukan transaksi, atau menyelesaikan sengketa atau perselisihan pendapat.

Untuk meyakinkan pihak lain dalam bernegosiasi, pihak lain harus menyertakan alasan yang tepat dalam bernegosiasi. Pihak lain harus mampu meyakinkan pihak lainnya bahwa pengajuan atau penawaran yang diajukan dapat atau bahkan harus diterima. Bernegosiasi juga tidak boleh memaksakan kehendak.

Dalam negosiasi, pihak-pihak tersebut berusaha menyelesaikan perbedaan itu dengan berdialog. Penyelesaian sengketa Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan Malaysia adalah contoh negosiasi yang nyata. Menurut Pruitt dalam Lewicki (2012: 3) negosiasi adalah bentuk pengambilan keputusan di mana dua belah pihak atau lebih berbicara satu sama lain dalam upaya untuk menyelesaikan kepentingan perdebatan mereka. Proses negosiasi yang paling baik yaitu kedua pihak bertemu dan merundingkan permasalahan diantara mereka. Dengan begitu permasalahan diantara kedua belah pihak dapat terselesaikan.

Dalam proses negosiasi masing-masing kedua belah pihak harus meletakkan negosiasi di atas segalanya untuk mencapai tujuan dan kesepakatan bersama. Kesepakatan harus dapat menguntungkan kedua belah pihak. Kesepakatan dalam negosiasi ini sebagai sebuah dasar dan jaminan untuk keberhasilan dalam negosiasi (Sutrisno dan Kusmawan, 2007: 9).

(40)

Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan teks negosiasi adalah teks yang menggambarkan tawar menawar yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak. Negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak. Negosiasi juga bertujuan mengatasi atau menyesuaikan perbedaan. Negosiasi dilakukan dalam melakukan transaksi, atau menyelesaikan sengketa atau perselisihan pendapat.

b. Ciri- Ciri Teks Negosiasi

Proses komunikasi dalam negosiasi dalam (Sutrisno dan Kusmawan, 2007) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) melibatkan dua belah pihak.

2) adanya kesamaan tema masalah yang dinegosiasikan . 3) kedua belah pihak menjalin kerja sama.

4) adanya kesamaan tujuan kedua belah pihak .

5) untuk mengkonkritkan masalah yang masih abstrak.

Menurut Suherli et al teks negosiasi memiliki ciri sebagai berikut.

1) Adanya partisipan, biasanya pihak yang menyampaikan pengajuan dan pengajuan pihak yang menawar.

2) Adanya perbedaan kepentingan. 3) Adanya pengajuan.

(41)

c. Struktur Teks Negosiasi

Struktur teks negosiasi menurut Suherli et al (2013: 156) yaitu: orientasi, pengajuan, penawaran, persetujuan, penutup. Sebagai contoh yaitu negosiasi tentang karyawan dan pengusaha.

1) Tahap orientasi berisi tentang pengantar percakapan, misalnya ucapan selamat pagi atau siang. Pengajuan, berisi tentang pengajuan permintaan karyawan kepada pengusaha, misalnya tentang kenaikan upah.

2) Penawaran, berisi tentang penawaran gaji yang diminta oleh karyawan kepada pengusaha, kemudian pihak pengusaha menawar jumlah upah yang diajukan agar dapat lebih rendah lagi.

3) Persetujuan, pada tahap persetujuan antara karyawan dan pengusaha sepakat dengan jumlah gaji yang sudah menjadi kesepakatan bersama. 4) Penutup, pada tahap akhir yaitu penutup. Pada tahap ini karyawan dan

pengusaha sama-sama mengucapkan terimakasih.

Menurut Lewis (2016) struktur teks negosiasi adalah sebagai berikut. 1) Orientasi, orientasi berisi tentang pembukaan dalam teks negosiasi. 2) Pengajuan, pengajuan berisi tentang apa yang ingin diajukan atau

disampaikan pada pihak lain.

3) Penawaran, penawaran berisi tentang apa yang ingin di tawarkan atau jalan keluar dari perbedaan tersebut.

(42)

3. Metode Pembelajaran Teks Negosiasi

Pada bagian ini diuraikan pengertian metode, pengertian metode rle playing, manfaat metode role playing, kekurangan dan kelebihan metode role playing, langkah-langkah metode role playing, dan penerapan metode role playing dalam pembelajaran teks negosiasi.

a. Pengertian Metode

Mulyasa (2014, 2014: 142) menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah bentuk yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas leh guru. Metode digunakan sebagai acuan seorang pendidik dalam melaksanakan pemeblajaran. Metode yang digunakan juga disesuaikan dengan pembelajaran. Dengan adanya metde siswa dapat lebih mudah menerima pembelajaran.

Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar. Yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Metode dapat mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran ( Shoimin, 2014: 23 dalam Bariani, 2015). http//Definisi Metode Menurut Para Ahli.htm. diunduh 15 Januari 2017.

Menurut Fathurohman (2015: 20) yang dimaksud metode adalah sebuah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. Siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh pembelajaran dengan cara yang

(43)

menyenangkan dan teratur. Seorang pendidik harus mampu memilih metode yang tepat dalam pembelajaran. Dengan adanya metode diharapkan siswa lebih mudah menguasai pembelajaran yang diberikan. http//Definisi Metode Menurut Para Ahli.htm. diunduh 15 Januari 2017.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, metode adalah cara atau teknik yang digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan pembelajaran. Guru sebaiknya memilih metode yang tepat. Siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, agar siswa dapat menerima pembelajaran denagn baik. Metode yang digunakan dalam pembelajaran khususnya bahasa Indonesia antaralain : (1) Quantum, (2) Jigsaw, (3) picture and picture, (4) Role Playing, dan lain sebagainya.

b. Pengertian Metode Role Playing

Salah satu meode yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah role playing. Role playing atau bermain peran adalah sejenis permaianan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan, dan (Fogg, dalam Huda 2001). Dalam RP, siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas di mana pembelajaran membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.

Role playing adalah sesuatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan

(44)

imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada apa yang diperankan. Pada titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Role playing menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran karena yang memerankan siswa itu sendiri dan bagi yang tidak memerankan mengamati temannya yang seadng memerankan.

Peserta didik berperan atau memainkan peran dalam dramatisasi masalah-masalah sosial/psikologis. Dengan mendramatisasikan siswa dalam situasi peranan yang dimainkannya harus bisa berpendapat, memberikan argumentasi, dan mempertahankan pendapatnya, tetapi bila perlu harus bisa mencari jalan ke luar atau kompromi bila terjadi banyak perbedaan pendapat. Role playing mengajak siswa belajar untuk mengeluarkan pendapat dan mempertahan pendapatnya. Hal ini, membuat siswa belajar mengeluarkan dan mempertahankan pendapat. Siswa juga diajak untuk mencari jalan keluar dari masalah yang di hadapi. Dengan mendramatisir apa yang sedang diperankan secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah. Selain itu, siswa juga belajar mengeluarkan argumen. Argumen atau pendapat sangat di perrlukan dalam kehidipan sehari-hari (Roestiyah, 2012: 90-91).

(45)

Role playing merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa role playing merupakan metode yang efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, role playing diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama kehidupan peserta didik. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia. Dengan cara memperagakannya dan mendiskusikan sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Dengan mencari topik dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat dengan mudah mengeluarkan perasaan yang sedang dirasakan. Mereka juga belajar menyelesaiakan masalah yang sedang dihadapi. Di harapkan siswa dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. (Mulyasa, 2013: 111-112).

Dari uraian di atas, dapat diambil definisi bahwa metode role playing adalah sebuah metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif melakukan praktik-praktik dengan teman sekelas. Dalam metode role playing siswa diberi kebebasan berimpovisasi, namun masih dalam batas-batas skenario dari guru.

c. Manfaat Role Playing

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggunakan metode role playing sebagai metode dalam kegiatan menulis teks negosiasi. Di dalam kegiatan menulis, role playing membantu siswa dalam mengatasi

(46)

hambatan menulis. Role playing dapat bertahan lama dalam ingatan siswa. Role playing juga bisa membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Siswa lebih mudah dalam menerima pembelajaran (Huda 2013: 210).

Dengan metode role playing dapat melatih sikap empati dan simpati. Siswa dapat mengeksplorasi perasaan- perasaannya memperoleh wawasan keterampilan sikap, nilai, dan sikap dalam memecahkan masalah. Siswa memperoleh keterampialn memecahkan masalah karena siswa terjun langsung dalam mengeluarkan pendapat. Role playing juga dapat melatih sikap simpati dan emapati terhadap sesama (Mulyasa,2016: 113).

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing

Dalam metode terdapat kelebihan dan kekurangan (Huda, 2013: 210) menyatakan kelebihan role playing di antaranya adalah.

1) dapat memberi kesan pembelajaran yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.

2) bisa menjadi pengalaman belajar menyenangkan yang sulit dilupakan. 3) membuat suasana kelas menjadi lebih dinamis dan antusiastis.

4) membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan.

5) memungkinkan siswa untuk terjun langsung memerankan sesuatu atau yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.

Hakikat pembelajaran bermain peran (role playing) terletak pada keterlibatan emsional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secar nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan

(47)

para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaannya; memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan mengeksplrasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara (Mulyasa, 2015: 113).

Dalam bermain peran (role playing) siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka. Role playing lebih mudah memahami masalah-masalah sosial. Dengan bermain peran siswa merasakan menjadi orang lain, sehingga menumbuhkan rasa toleransi dan saling pengertian. Bagi yang tidak memerankan mereka tidak menjadi penonton yang pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.

Kekurangan metode Role Playing dalam pemeranan peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah memakan waktu yang cukup lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan (Mulyasa, 2015: 117).

Menurut Huda (2016: 211) metode role playing memiliki kekurangan antara lain (1) banyaknya waktu yang dibutuhkan, (2) kesulitan menugaskan peran tertentu kepada siswa jika tidak dilatih dengan baik, (3) ketidakmungkinan menerapkan RP jika suasana kelas tidak kondusif, (4) membutuhkan persiapan yang benar-benar matang, (5) tidak semua materi pelajaran dapat disajikan memalului metode ini.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode role playing akan memudahkan siswa dalam pembelajaran khususnya menulis teks negosiasi bagi siswa SMA. Melalui metode role playing siswa lebih mudah dalam menulis

(48)

karangan karena dengan metode role playing pembelajaran tidak membosankan dan memberikan kesan yang kuat dan tahan lama. Walaupun metode role playing memiliki kekurangan, namun metode role playing dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks negosiasi karena metode role playing mempunyai banyak kelebihan yang menguntungkan bagi siswa dan guru.

e. Langkah-langkah Metode Role Playing

Menurut Huda (2013: 209) metode role playing dapat dilihat dalam tahap-tahap sebagai berikut.

1) guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

2) guru membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggotakan maksimal 5 orang.

3) guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu yang telah ditentukan.

4) guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5) guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan

skenario yang sudah dipersiapkan.

6) masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7) setelah selesai ditampilakan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/ memberi penialian atas penampilan masing-masing kelompok.

8) masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9) guru memberikan kesimpulannya.

(49)

Menurut Mulyasa (2013: 155) tahap pembelajarannya adalah sebagai berikut.

1) menghangatkan susasana dan memotivasi siswa. 2) memilih peran dalam pembelajaran.

3) menyusun tahap-tahap peran. 4) menyiapakan pengamatan. 5) tahap peranan.

6) diskusi dan evaluasi pembelajran. 7) pemeranan ulang.

8) diskusi dan evaluasi tahap dua.

9) membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan.

Menurut Roestiyah (2012:91-92) tahap role playing adalah sebagai berikut.

1) guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode ini

2) memilih masalah yang urgent.

3) guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama.

4) guru harus bisa mempertimbangkan apakah peranan itu tepat untuk diperankan.

5) siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif. 6) guru harus membantu siswa apabila mengalami kesulitan. 7) di buka diskusi dan evaluasi.

(50)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan langkah role playing adalah sebagai berikut.

1) guru menjelaskan materi negosiasi

2) guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.

3) guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

4) guru menjelaskan cara kerja siswa dalam memerankan bernegosiasi dan memberi waktu untuk mempersiapkan diri.

5) guru memberikan tugas bagi siswa yang tidak memerankan teks negosiasi dengan mencari topik dan struktur dari skenario yang diperankan.

6) guru membantu siswa apabila mengalami kesulitan. 7) siswa memerankan skenario yang telah di berikan.

8) siswa diberi waktu untuk mendiskusikan skenario yang telah diperankan. 9) guru dan siswa mengevaluasi siswa yang memerankan skenario dan

membahas dari hasil diskusi.

f. Penerapan Metode Role Playing dalam Menulis Teks Negosiasi Menurut (Huda, 2013: 210) penerapan metode role playing terdapat tiga tahap yaitu persiapan, tahap tindakan, serta tahap evaluasi. Pada tahap persiapan, guru membantu siswa untuk mengenalakan dan memahami situasi dalam bermain peran khususnya dalam memerankan negosiasi. Pada persiapan ini siswa juga dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok yang berpartisipasi dan kelompok pengamat. Siswa diberi penjelasan tentang

(51)

tanggung jawab dari setiap kelompok baik itu kelompok partisipan dan kelompok pengamat.

Untuk tahap tindakan dan diskusi, siswa diberi kesempatan yang sama untuk mencoba bermain peran dengan ekspresinya sendiri. Kegiatan diskusi dibimbing oleh guru untuk menumbuhkan pemahaman baru yang berguna untuk merespon situasi lain dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pemahaman siswa mengenai peran yang dimainakan akan dihubungan dengan situasi dalam kehidupan nyata. Tahap evaluasi, siswa diberi kesempatan untuk memberi komentar, pendapat, atau masukan tentang proses bermain peran yang telah dilaksanakan.

Berbeda dngan Mulyasa (2015: 115) terdapat sembilan tahap role playing yang dapat dijadikan pedoman dalam pemeblajaran: (1) menghangatkan suasana dan memtivasi peserta didik, (2) memilih partisipan/ peran, (3) menyusun tahap-tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) pemeranan, (6), diskusi dan evaluasi, (7) pemeranan ulang, (8) diskusi dan evaluasi dan evaluasi tahap dua, (9) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan kesimpulan.

1) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik

Menghangatkan suasana kelompok termasuk menghantarkan pesertas didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini, dapat dilakukan dengan mengindentifikasi masalah, menjelaskan masalah.

(52)

2) Memilih peran dalam pembelajaran

Pada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeranan.

3) Menyusun tahap-tahap peran

Pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan diaminkan.

4) Menyiapkan pengamat

Penagamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikan

5) Tahap pemeranan

Pada tahap ini peserta didik mulai beraksi secara spntan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.

6) Diskusi dan evaluasi

Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran.

7) Pemeranan ulang

Pemeranan ulang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif-alternatif pemeranan.

Gambar

Gambar  1.  Proses  Tindakan  Kelas  Siklus  I  dan  Siklus  II  (Arikunto,2010:137)
Gambar 2.  Tahapan alur Penelitian (Arikunto, 2006: 97)
Tabel 1. Aspek Penilaian Menulis Teks Negosiasi
Gambar 5. Perilaku Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dengan ridha-Nya penulis

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Syukur Alhamdulillah, kehadirat Allah SWT yang menganugrahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan

Alhamdulillahirabbilaalamiin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT ynag memebrikan limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ROLE