• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Hukum Lawrence Friedman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kasus Hukum Lawrence Friedman"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

PAPER SHI (Sistem Hukum di Indonesia)

“Analisis Kasus Cybercrime Pornografi (penyebaran video porno Ariel Peterpan) dalam Perspektif Legal Culture Teori Sistem Hukum Lawrence M. Friedman”

Oleh :

Retno Purwaningtias/071211331010

Prodi S1 Ilmu Politik 2012

Universitas Airlangga Surabaya

Pendahuluan

Lawrence M. Friedman pada teorinya terdapat tiga komponen di dalam sistem hukum. Salah satu komponennya adalah komponen budaya hukum (legal culture). Komponen budaya hukum (legal culture) pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (hingga dianuti) dan apa yang diangap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan.

Dengan adanya keserasian nilai dengan kebudayaan masyarakat diharapkan terjalin hubungan timbal balik antara hukum yang ada di masyarakat dengan hukum positif di Indonesia. Dengan demikian ketentuan dalam pasal-pasal hukum tertulis dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum yang ada di dalam masyarakat agar hukum perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara efektif. Kemudian diharapkan juga adanya keserasian antar kedua nilai tersebut akan menempatkan hukum pada tempatnya.

Berkaca dari kasus Ariel Peterpan yang kini masih tetap eksis di dunia entertaninment yang sebelumnya telah melakukan pelanggaran undang-undang pornografi & ITE. Ariel sengaja menyebarkan video porno yang dibuatnya sendiri dengan menunjukkan kepada rekan-rekannya. Maraknya kasus video pornonya dengan Luna Maya dan Cut Tari tersebut telah di unggah di internet pada Juni 2010 lalu. Bahkan Majelis Hakim Pengadilan Negeri pun telah mencoba membuat yurisprudensi baru dengan menjatuhkan putusan diluar dakwaan Penuntut Umum. Hukuman yang dijatuhkan untuk Ariel adalah pidana penjara 3.5 tahun dan denda 250 juta rupiah dalam pasal 282 KUHP.

(2)

2

dianggap serius. Bahkan masyarakat yang menjadi fans nya menuntut agar Ariel tidak dikenakan hukuman atas tindakan asusilanya tersebut. Menurut penulis, tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan Ariel bisa disandingkan dengan kasus-kasus korupsi yang sedang mengakar di Indonesia. Bagaimana jika masyarakat juga memperlakukan tikus-tikus negara seperti memperlakukan Ariel? Atau bagaimana jika Ariel yang melakukan korupsi? Apakah masyarakat juga melakukan hal istimewa yang sama pada pelanggar yang jelas-jelas telah melanggar hukum? Kelihatannya masyarakat kita sedang mengalami amnesia publik. Mereka lupa akan vonis bersalah dan sikap memalukan yang dilakukan oleh Ariel di media sosial tersebut.

Analisis

Kita tahu bahwa hukum positif di Indonesia telah mangatur banyak mengenai undang-undang pornografi dan undang-undang-undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Beberapa pasal yang mengatur yaitu KUHP pasal 282 KUHP mengenai kejahatan terhadap kesusilaan dengan sanksi 3.5 tahun penjara dan denda 250 juta, pasal 27 ayat (1) UU ITE dan pasal 45 ayat (1) UU ITE mengenai perbuatan penyebarluasan muatan yang melanggar kesusilaan melalui internet dengan sanksi pidana penjara paling lama 6 tahun atau denda paling banyak Rp1 milyar, Pasal 35 UU ITE dengan sanksi pidana penjara paling lama 12 tahun dan atau denda paling banyak Rp.12 milyar, pasal 4 ayat (1) UU Pornografi dan pasal pasal 29 UU Pornografi dengan sanksi pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama 12 tahun atau pidana denda paling sedikit Rp250 juta dan paling banyak Rp6 miliar rupiah.

(3)

3

Kekaguman masyarakat atas pribadi Ariel mengalahkan fakta dan rasionalitas bersalah atas suatu perbuatan. Demikian pula yang akan terjadi sikap masyarakat kepada koruptor. Masyarakat menerima koruptor tidak permisif (terbuka), melainkan kekaguman atas prestasi yang pernah diraih, mengesampingkan perbuatan korupsi yang sudah divonis bersalah. Sikap-sikap yang ditunjukkan masyarakat tetap membuka ruang permisif atas perbuatan jahat yang bertentangan dengan hukum. Ruang permisif memberikan kesempatan untuk tetap menerima setiap individu yang melakukan kesalahan. Bahkan kesalahan yang merugikan banyak orang masih tetap diterima dengan tangan terbuka, ditambahi dengan puja-puji terhadap individu tersebut sehingga perbuatan yang merugikan dianggap wajar.

Dengan deskripsi-deskripsi diatas tersebut, dapatlah kita meminjam teori sosiologi hukum yang berkenaan dengan lapisan-lapisan sosial dalam kekuasaan yang menyatakan bahwa “semakin tinggin tingkat kedudukan atau jabatan seseorang dalam stratifikasi, semakin sedikit hukum yang mengaturnya”. Demikianlah budaya dalam masyarakat kita yang berkembang, semakin populer seseorang, semakin seseorang tersebut dikenal oleh masyarakat luas, akan bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap orang tersebut walaupun orang tersebut telah melakukan tindakan yang melanggar hukum, bahkan tindakan orang tersebut akan dibenarkan atau dianggap biasa saja. Undang-undang yang telah dibuat pemerintah, hukum positif yang telah berusaha untuk ditegakkan masih saja banyak yang dilanggar dan yang melanggar, meskipun bukan sebagai subjek pelanggar hukum, namun membenarkan perilaku pelanggaran hukum sama saja halnya dengan melanggat hukum itu sendiri.

Kesimpulan

Keserasian antara nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai hukum positif harusnya berjalan linier. Nilai-nilai yang dimaksudkan oleh Soerjono Soekanto disini adalah nilai ketertiban dan nilai ketentraman, nilai jasmaniah dan nilai rohaniah serta nilai konservatisme dan nilai inovatisme. Dengan demikian hukum yang ada dapat berjalan sesuai fungsinya, yaitu untuk mengatur masyarakat dan menghasilkan kepastian hukum. Tidak memandang subjek yang melanggar hukum, melainkan melihat tindakan yang telah dilanggar, disini masyarakat dituntut agar memiliki pola pikir yang rasional.

(4)

4

sebagai orang yang bersalah dan tidak pantas dihukum karena kepopulerannya. Dalam pandangan penulis, boleh saja kita memiliki public figure yang dibanggakan, namun bila public figure tersebur melanggar hukum, hendaknya kita memposisikan diri pada tempatnya dengan membantu pemerintah dalam menegakkan hukum. Salah satu contoh konkritnya ialah dengan tidak ikut melakukan tindakan menyebarluaskan video-video yang melanggar asusila, dan bahkan tindakan yang sangat sederhana yaitu memiliki pandangan yang sama dengan hukum bahwa pornografi dan tindakan asusila adalah perbuatan yang salah dan pelaku pelanggaran wajib dikenakan sanksi hukum.

Refleksi ini untuk kita renungi, bahwa cermin yang ada didepan kita dari berbagai peristiwa di masyarakat mampu menunjukkan letak kekurangan sosial kita. Mari bersama kita perbaiki dengan tetap mengutamakan kepentingan umum. Indonesia sebagai satu kesatuan yang didasarkan pada penghormatan atas keanekaragaman yang membentuknya, tapi bukan berarti dengan banyaknya keanekarangaman tidak mampu disatukan dengan hukum negara. Jangan seperti peribahasa, ‘buruk rupa cermin dibelah’, dengan menghadirkan fenomena sosial seperti ini menjadi bahan perenungan kita untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Referensi

Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta : Rajawali Pers

Kristanto, Yakub Adi. 2012. Fenomena Ariel sama seperti Koruptor di Masyarakat (Sebuah Cermin Untuk Kita). Opini kompasiana.com (diakses pada hari Selasa pukul 11.13)

Referensi

Dokumen terkait

(sambil menunjuk lubang hidungnya) Jawaban Syifa “ warna apa?” setelah mendengar pertanyaan “ Syifa suka warna apa?” melanggar maksim relevansi, karena jawaban tidak

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, dari tabel 1 menunjukkan bahwa: 60,00% tingkat kreativitas berfikir siswa dalam hal mempunyai banyak gagasan mengenai konsep operasi

langsung oleh animasi kartun, disertai dengan do’a dan penjelasan berupa teks tertulis pada tampilan tayangan atau slide video. Setelah video ditayangkan pembimbing

Untuk menunjang proses monitoring, pengendalian dan evaluasi yang cepat, tepat dan efisien dalam penanganan bencana dan keadaan darurat, maka diperlukan suatu

Pengukuran antropometri lain yang sering digunakan adalah mengukur Rasio Lingkar Perut dan Lingkar Pinggang (RLPP). Penilaian RLPP ini cukup penting karena untuk

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul :

Artinya, proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi tersebut jika terlaksana dengan baik maka BASARNAS Kupang akan semakin kokoh dan kinerja pegawai akan meningkat.