• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Dan Politik Tan Malaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemikiran Dan Politik Tan Malaka"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Fenomena Nasionalisme sering dikonotasikan dengan aspek-aspek emosional, kolektif dan idola serta memori historis. Nasionalisme selalu melibatkan dimensi eomosi, rasa, seperti perasaan sepenanggungan, seperantauan dan senasib. Faktor memoris historis adalah faktor kecenderungan yang di bangun untuk menumbuhkan perasaan ''bersatu'' dalam sebuah konsep kebangsaan. Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia di awali dengan pembentukan identitas nasional yaitu, dengan ada nya penggunaan istilah ''Indonesia'' untuk menyebut negara kita. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang mempersatungkan bangsa dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan penjajah, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah. Di dalam proses menuju revolusi Indonesia terdapat empat tokoh pendiri bangsa Indonesia yaitu Soekarno, Muhammad Hatta, Sultan Sjahrir dan Tan Malaka. Berbeda dengan tiga tokoh lain nya dalam hal revolusi Tan Malaka adalah orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia.Muhammad Yamin menjulukinya ''Bapak Republik Indonesia''. Soekarno menyebutnya ''seorang yang mahir dalam revolusi''. Tan Malaka seorang yang telah melukis Indonesia dengan bergelora. Di sepanjang hidupnya, Tan telah memenempuh berbagai royan: dari masa akhir Perang Dunia I, revolusi Bolsyewik, hingga Perang Dunia II.

Tan Malaka merupakan tokoh pertama yang mengggas secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia)

pada 1925, jauh lebih dahulu dibanding Mohammad Hatta, yang menulis Indonesia Vrije

(2)

baru saja kalah. Yang runtuh adalah sebuah wacana. Sebuah wacana adalah sebuah bangunan perumusan. Tetapi yang berfungsi di sini sekedar bahasa dan lambang. Sebuah wacana dibangun dan ditopang kekuasaan, dan sebaliknya membangun serta menopang kekuasaan itu. Agustus itu memang sebuah revolusi, jika revolusi, seperti kata Bung Karno,adalah “menjebol dan membangun”. Wacana kolonial yang menguasai penghuni wilayah yang disebut “Hindia Belanda” jebol, berantakan. Dan “kami, bangsa Indonesia” kian menegaskan diri. Dua tahun kemudian, meletus pertempuran yang nekat, sengit, dan penuh korban, ketika ratusan pemuda melawan kekuatan militer Belanda yang hendak membuat negeri ini “Hindia Belanda” kembali. Dari medan perang itu Pramoedya Ananta Toer mencatat dalam Di Tepi Kali Bekasi; sebuah revolusi besar sedang terjadi, “revolusi jiwa dari jajahan hamba menjadi jajahan jiwa merdeka”. Hasil dari perjuangan tersebut adalah sebuah subjek “jiwa merdeka”, makna dari mereka yang gugur, terbaring, tinggal jadi tulang yang berserakan. Sebab subjek dalam revolusi adalah sebuah tindakan heroik, bukan seorang hero. Dalam hal ini Tan Malaka benar: “Revolusi bukanlah suatu pendapat otak yang luar biasa, bukan hasil persediaan yang jempolan dan bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa”. Tan Malaka menulis kalimat itu dalam Massa Actie yang terbit 1926.

(3)

menunjukkan sikap satria sebagai pejuang kemerdekaan. Semenjak masa mudanya di Negeri Belanda, Tan Malaka sudah terpesona oleh Marxisme-Leninisme. Paham inilah yang menyebabkan dia dipenjarakan berkali-kali dan dibuang ke luar negeri. Ini berarti bukan penjara dan pembuangan itu yang menjadikan Tan Malaka seorang Marxis, melainkan sikap dan pendiriannya yang Marxis-lah yang menyebabkan dia dipenjarakan dan dibuang. Selain itu, dia tidak berjuang untuk kemenagan partai komunis di seluruh dunia, tetapi untuk kemerdekaan tanah airnya. Hidup Tan Malaka menjadi falsifikasi radikan terhadap gagasan madilog yang dikembangkannya. Paradoksnya: dia seorang Marxis tulen dalam pemikiran, tetapi Nasionalis dalam semua tindakannya. Sebelum Tan Malaka di buang oleh pemerintahan Belanda ia mengatakan Strom ahead (ada topan menanti di depan). Dont lose your head! Ini sebuah language game yang mempunyai arti ganda: jangan kehilangan akal dan jangan kehilangan kepala. Tragisnya, dia yang tak pernah kehilangan akal di berbagai negara tempatnya melarikan diri akhirnya kehilangan kepala di tanah air yang dicinta.

I.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemikiran Tan Malaka mengenai Nasionalisme

I.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Tan Malaka mengenai Nasionlisme

I.4. Manfaat Penulisan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

II.1.Pandangan Tan Malaka tentang Nasionalisme

Tan Malaka adalah, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya “Bapak Republik Indonesia’. Soekarno menyebutnya “seorang yang mahir dalam revolusi’. Ia seorang yang telah melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Nama Tan Malaka, atau Ibrahim Datuk Tan Malaka, dan kini mungkin dua-tiga generasi melupakan sosok yang lengkap ini: kaya gagasan filosofis, tetapi juga lincah berorganisasi. Orde Baru telah melebur hitam peran sejarahnya.1 Meski dalam perjalanan hidupnya Tan akhirnya berseberangan dengan Partai Komunisme Indonesia, sosoknya sering kali dihubungkan dengan PKI. Disepanjang hidupnya, Tan Malaka telah menempuh berbagai royan: dari masa akhir Peran Dunia I, revolusi Bolsyewik, hingga Perang Dunia II. Di kacah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka merupakan tokoh pertama yang mengagas secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada 1925, Jauh lebih dulu dibandingkan Mohammad Hatta yang menulis Indonesia Vrijie (Indonesia Merdeka) sebagai pleidoi di depan pengadialan Belanda di Den Hagg (1928), dan Soekarno ,yang menulis Menuju Indonesia Merdeka(1933).2 Buku Naar de Republiek dan Massa Actie (1926) yang ditulis dari tanah pelarian itu telah mengispirasi tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia. W.R.Supratman pun telah membaca habis Massa Actie, dan ia memasukkan kalimat “Indonesia tanah tumpah darah ku” ke dalam lagu Indonesia Raya.

Di seputar Proklamasi, Tan Malaka menorehkan perananya yang penting. Ia menggerakan para pemuda ke rapat raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945. Inilah rapat yang menunjukkan dukungan massa pertama terhadap proklamasi kemerdekaan pada waktu itu belum bergema keras dan “masih sebatas catatan kertas”. Tan Malaka tak pernah menyerah. Mungkin itulah yang menyebabkan ia sangat kecewa dengan Soekarno-Hatta yang memilih berunding dan kemudian ditangkap Belanda. Tan Malaka berkukuh, sebagai pemimpin revolusi, Soekarno semestinya mengedepankan perlawanan gerilya daripada menyerah. Baginya, perundingan hanya bisa dilakukan setelah ada pengakuan kemerdekaan

1 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2010, hlm.2.

2 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

(5)

100% dari Belanda dan Sekutu. Sebelum melawan Soekarno, Tan Malaka pernah melawan arus dalam kongres Komunisme Internasional di Moskow pada 1992. Ia mengungkapkan gerakan komunisme di Indonesia tidak akan berhasil mengusir kolonialisme jika tidak bekerja sama dengan Pan-Islamisme. Ia juga menolak rencana kelompok Prambanan menggelar pemberontakan PKI 1926/1927. Menurut Tan Malaka, “Revolusi tidak dirancang berdasarkan logistik belaka, apalagi dengan bantuan dariluar seperti Rusia, tetapi pada kekuatan massa”. Pada saat itu otot revolusi belum terbangun baik,postur kekuatan komunis masih ringkih. “Revolusi bukanlah sesuatu yang dikarang dalam otak” menurut Tan Malaka dalam tulisannya.

Penolakan tersebut membuat Tan Malaka disingkirkan para pemimpin partai. Tetapi, bagi Tan Malaka, partai bukanlah segala-galanya. Jauh terlebih penting dari itu adalah kemerdekaan nasional Indonesia. Tan Malaka adalah seorang Marxis, tetapi sekaligus nasionalis. Ia seorang komunis, tetapi “Di depan Tuhan saya seorang muslim’ ungkap Tan Malaka. Namun perhatian utamanya adalah menutup buku kolonialisme dari bumi Indonesia.3 Setengah usia Tan Malaka dilewatkannya di luar negeri: enam tahun belajar di Belanda dan 20 tahun mengembara dalam pelarian politik mengelilingi hampir seluruh dunia. Selama masa itu ia menggunakan 13 alamat rahasia dan sekurangnya tujuh nama samaran. Di Manila ia dikenal sebagai Elias Fuentes.4 Setelah masuk kembali ke Indonesia, dia bekerja di pertambangan Bayah, Banten, dan menjadi Ilyas Hussein. Pelarian dan penyamaraan itu di mungkinkan, karena dia menguasai bahasa-bahasa setempat dengan baik. Sebelum dibuang ke luar negeri, dia tiga kalai oleh pemerintahan kolonial Belanda, di Bandung, Semarang dan Jakarta. Dalam pelariannya ke luar negeri, dia dipenjarkan di Manila dan Hong Kong. Setelah kembali ke Indonesia dia dimasukkan ke penjara oleh pemerintahan Indonesia di Mojokerto (1946-1947). Tan Makala sangat mengagumi secara khusus pejuang kemerdekaaan Tiongkok, DR.Sun Yat-sen. Setelah membaca buku San- Min-Chu-I, menurut Tan Malaka, DR.Sun Yat-sen bukanlah seorang Marxis, melainkan sepenuhnya seorang nasionalis. Dalam metode, dia tidak berfikir dialektis malainkan logis. Disini terlihat Tan Malaka bukanlah seorang Marxis fundanmentalis, karena dia dapat meghargai DR.Sun

Yat-3 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2010, hlm7.

4 Tan Malaka memiliki banyak nama samaran tergantung dimana negara ia berada.

(6)

sen, nasionalis pengkritik marxis dan juga mengagumi Dr. Rizal, seorang sinyo borjuis dengan berbagai bakat tetapi menunjukan sikap satria sebagai pejuang kemerdekaan.

Salah satu karya Tan Malaka yang dianggap sebagai opus magnum adalah buku

Mandilog. Buku tersebut menguraikan tiga pemikiran yaitu: Materialisme, dialektika, dan logika. Materialisme diperkenalkannya sebagai paham tentang materi sebgai dasar terakhir alam semesta. Logika dibutuhkan untuk menetapkan sifat-sifat materi berdasarkan prinsip identitas atau prinsip nonkontradisi. Dialektika menunjukan peralihan dari satu identitas ke identitas lain5. Semenjak masa mudanya di Belanda, Tan Malaka sudah mengaggumi Marxisme-Lenninisme. Paham inilah yang menyebabkan ia dipenjarakan berkali-kali dan dibuang ke luar negeri. Ini berarti bukan penjara dan pembuangan itu yang menjadikan ia seorang Marxis, melainkan sikap dan pendiriannya yang menyebabkan ia di penjarakan dan dibuang. Selain itu, dia tidak berjuang untuk kemenangan partai komunisme di seluruh dunia, tetapi untuk kemerdekaan tanah airnya.6

II.2. Palu Arit, Bintang Bulan dan Tan Malaka

Pada tanggal 25 Desember 1921, dalam Kongres II Partai Komunis Indonesia, terdapat adu mulut antara Partai Komunis dan beberapa tokoh Sarekat tentang Pan-Islam. Menurut Tan Malaka yang baru saja terpilih menjadi ketua Partai Komunis, kedua patai tersebut seharusnya bersatu karena memiliki tujuan yang sama yaitu mengusir imperialis Belanda. Menurut Tan Malaka sialang pendapat kedua partai hanyalah bagian dari politik pecah belah imperialis. Pendapat Tan Malaka mendapat dukungan dari KH. Hadikusumo tokoh Muhammadyiah yang memecah-mecah persatuan rakyat berarti bukan muslim sejati. Pada saat mendirikan Indiche Sociaal Democratische Verening atau Perhimpunan Sosial Demokrasi di Hindia pada 9 Mei 1994, Marie Sneevliet tidak ingin terlibat politik. Ia hanya ingin mempropagandakan sosialisme. Namun pada saat perhimpunan yang dominasi anggotanya adalah orang Belanda di Hindia makin terlibat dalam politik lokal. Sneevliet yang semula begitu terpesona dengan kharisma Dr. Tjipto Mangunkusumo, pimpinan Insulinde, gagal menyeret Tjipto ke kiri. Bahkan Sneevliet mengktitik Tjipto, yang kurang memihak oada kelas ploletar. Pada saat hubungan dengan Insulinde putus, sebenarnya perhimpunansudah melirik Sarekat Islam. Jalur masuk ke Sarekat ini terbuka lewat Suharsikin. Penyusupan yang terjadi pada perhimpunan ini lebih mulus karena beberapa

5 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2010, hlm144.

6 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

(7)

anggota seperti Semaun, Alimin dan Darsono juga merangkap anggota Sarekat. Semaun misalnya, aktivis buruh kerta api, sudah masuk Sarekat sejak 1914 dan sempat menjabat sebagai sekretaris cabang Surabaya. Semangat merengkuh kelompok Islam kedalam barisan komunisme juga di lakukan oleh Partai Komunis Rusia, partai ini membentuk sebuah komisariat khusus organisasi Islam sebagai corak propaganda ke negara-negara berpenduduk mayotritas muslim. Sikapa Komunisme Internasional ini mempersulit usaha Perhimpunan yang bersalin nama menjadi Partai Komunis Indonesia, merebut pengaruh dalam Sarekat Islam. Hubungan Partai komunis dengan Sarekat Islam kian buruk setealh Darsono dan Baars menyerangke pemimpinan Tjokoroaminoto. Itu di tambah dengan propaganda kelaompok anti Partai Kumunis dalam Sarekat yang di dalangi oleh Agus Salim dan Haji Fchrudin.

Sedangakan Tan Malaka sendiri sedang berusaha merangkul kembali Sarekat Islam. Dia bahkan mengkritik Darsono dan Baars yang dianggap telah menjauhkan komunisme dan Islam. Untuk merebut hati kaum muslim, Partai Komunis juga mendukung perbaikan peraturan ibadah haiji. Akan tetapi pada saat Tan Malaka hendak berpidato mengenai Komunisme. Ia tertangkap pemerintahan kolonial Belanda. Hanya tiga bulan ia menjabat sebagai ketua Partai Komunis. Meskipun ia jauh dari Indonesia, Tan Malaka teteap berkampanye mengenai aliasi komunis-islam. Dalam Kongres IV komunisme Internasional mereka meralat sikap atas Pan-Islam. Menurut Tan Malaka, Pan Islam merupakan perjuangan seluruh bangsa muslim merebut kemerdekaan. Akan tetapi perpecahan tidajk dapat dibendung, kelompok Sarekat Islam memaska orang-orang kiri untuk keluar dari partai. Dan kelompok pecahan ini pun kemudian menjadi Sarekat Islam Merah yang terafiliasi dengan Partai Komunis. Kurang lebih sekitar satu tahun sejak Tan Malaka di perkenalkan oleh Sutopo, aktivis Budi Utomo, dengan Semaun dan Tjokroaminoto dalam kongres Sarekat Islam di Yogyakarta, Tan Malaka sudah menduduki puncak Partai Komunis.

(8)

diam-diam dan tak berhubungan dengan rakyat. Dengan terjadinya pemberontakan tersebut menjadikan terpecahnya partai komunis menjadi dua, sebagian di belakang Tan Malaka dan yang lain tetap mendukung tercana Prambanan. Komunisme Internasional yang semula di andalkan pun lepas tangan menolak mendukung pemberontakan yang tak terorganisir dan hampir pasti akan gagal. Dan secara sporadil pemogokan diikuti sabotas dan perlawanan bersenjata tetap terjadi di Batavia, Tanggerang dan daerah Sumatra Barat. Dan sejak saaat itulah Tan Malaka terpisah dengan Partai Komunis. Dan tiga puluh tahun kemudia, Ketua Partai Komunis Indonesia digantikan oleh D.N.Aidit.

II.2. Perjuangan Tan Malaka melawan pemberontakan 1926-1927

Awal 1927, kaum pemberontakan di Silungkang, Sumatra Barat akhir nya mengikuti jejak rekan-rekan merekan di Banten, yang meletuskan pemberontakan pada pertengahan November 1926. Mereka menyerang kedudukan pemerintahan. Sasaran utama adalah menangkap dan membunuh pejabat pemerintah, pejabt pribumi, dan kulit putih. Pemberontakan itu dapat dipatahkan dan pemberontakan yang mengalami kegagalan di Banten dan Sumatra Barat pada tahun 1926-1927, yang cukup mengguncangkan rezim kolonial di Batavia. Orang-orang PKI menuduh Tan Malaka sebagai biang penyebab kegagalan pemberontakan. Ia dimusuhi dan dicap pengkhianat partai, Trotsky-nya Indonesia. Padalah sejak semula Tan Malaka bukan saja tidak setuju, melainkan juga berupaya mencegah rencana pemberontakan Prambanan itu. Kelompok ini terdiri atas tokoh terkemukan PKI seperti Semaun (1897-1971), Alimin Prawirididjo (1889-1964), Musso(1897-1948), dan Darsono (1897), yang mendeklarasikan rencana pemberontakan di Prambanan,Solo, awal 1926.7 Namun kegagalan pemberontakan itu tak lantas membuat Tan Malaka memikirkan partainya sendiri. Baginya justru jauh lebih penting memikirkan perjuangan mencapai kemerdekaan nasional. Berikut ini adalah perjuangan Tan Malaka, pada saat itu: Pertama, Selepas dari penangkapan pada 1922, dan kemudian diusir ke luar Indonesia, ia menjadi aktivis komunis yang tak pernah lelah menjual gagasan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia juga pergi ke Moskow, jantung komunisme, ia hidup sengsara di tempat persembunyiannya dan selalu dikejar-kejar polisi rahasia. Ia baru kembali ke Tanah Air secara diam-diam pada masa penjajahan Jepang. Kedua, baginya partai hanyalah alat untuk mencapai perjuangan, yakni kemerdekaan nasional bagi Indonesia. Selepas pemberontakan itu gagal, Tan Malaka keluar dari PKI dan mendirikan Partai

7 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

(9)

Republik Indonesia (Pari) di perantauan Bangkok pada 1927.8 Pari kemudian mati suri, dan pada masa kemerdekaan 1947, ia mendirikan Partai Murba. Alasan Tan Malaka keluar dari PKI lalu mendirikan partai Pari sangat jelas, yakni karena tak lagi sehaluan dengan rekan-rekan nya. Maka jelas kelihatan bahwa warna nasionalisme dalan diri Tan Malaka jauh lebih kental daripada fanatisme terhadap ideologi komunisme. Ketiga. Tan Malaka dianggap sebagai satu dari tiga tokoh nasionalis yang pertama-tama menuangkan konsepsi tentang konstruksi masyarakat bangsa yang dibayangkan (the imagined community) di masa depan. Melalui Naar de Republiek Indonesia (Katon,1925) ia sudah membentangkan betapa pentingnya persatuan dan betapa berbahayanya perpecahan. Meskipun tak menyebunyikan pendirian Marxisnya, Tan Malaka memilih mengabdikan diri dan intelektualisnya sebagai nasionalis sejati yang ikut merajut gagasan tentang The Imagined Comunity).9

II.3. Gambaran Tan Malaka tentang Republik Indonesia

Gagasan Tan Malaka tentang Republik Indonesia tersebar di banyak buku. Ia tidak mempunyai kesempatan untuk melukiskannya secara tuntas. Gejolak revolusi mengharuskan revolusioner seperti Tan Malaka berada dalam kacah perjuangan fisik. Namun melalui sebuah buku, kita bisa menyatukan mozaik gagasan republik yang tercerai-berai. Namun tak mudah juga menyatukan mozaik ini, karena Tan Malaka sesalu menunjukan pola pemikirannya.

Tan Malaka memberikan perumpamaan tentang burung gelatik untuk menjelaskan republik yang ia angankan10. Burung ini terlihat seperti makhluk yanga lemah. Banyak yang mengancamnya. Di dahan yang rendah, dia harus waspada terhadap kucing yang siap menerkam. Tetapi dahan yang lebih tinggi juga bukan tempat yang aman baginya. Ada elang yang siap menyambar sang gelatik, sehingga hidupnya tidak merdeka. Ia hidup penuh ketakutan dan dengan perasaan terancam. Serba tak bebas. Bagi Tan Malaka, Indonesia harus bebas dari ketakutan seperti ini. Tetapi, jika burung gelatik berada dalam satu rombongan besar, ia akan bebas menjarah padi di saat sawah sedang menguning. Burung gelatik, yang sesaat lalau terlihat seperti makhluk yang lemah, bisa berubah drastis menjadi pasukan penjarah yang rakus tiada ampun. Keringat petani selama empat bulan terbuang sia-sia. Padi habis disantap sekawanan gelantik. Setelah bebas dari penjajahan, merdeka bagi Tan Malaka

8 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2010, hlm149.

9 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2010, hlm150.

10 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

(10)

bukan bertarti bebas menjarah dan menghancurkan bangsa lain. Merdeka itu memiliki dua arah: bebas dari ketakutan dan tidak menebar teror terhadap bangsa lain.11 Inilah prinsip Indonesia merdeka.

Setelah merdeka, bangunan Indonesia harus mempunyai bentuk. Ketika para pejuang lain baru berfikir tentang persatuan, atau paling ja uh berfikir tentang Indonesia Merdeka, Tan Malaka sudah maju beberapa langkah memikirkan Republik Indonesia. Tan Malaka tegas bahwa eks Hindia Belanda harus menjadi Republik Indonesia. Namun republik dalam gagasan Tan Malaka tak menganut trias politika yang dicanangkan Montesquieu. Republik versi Tan Malaka adalah sebuah negara efisien. Republik yang dikelola oleh sebuah organisasi. Tan Malaka sejatinya tidak percaya terhadap parlemen. Bagi Tan Malaka, pembagian kekeuasaan yang terdiri atas eksekutif, legislatif dan parlemen hanya, menghasilkan kerusakan. Pemisahan antara orang yang membuat undang-undang dan yang menjalankan aturan menimbulkan kesenjangan antara aturan dan realitas. Pelaksanan di lapangan eksekutif adalah pihak yang langsung berhadapan dengan persoalan yang sesungguhnya. Eksekutif selalu dibuat repot menjalankan tugas ketika aturan dibuat oleh orang-orang yang hanya melihat persoalan dari jauh (parlemen).

Menurut Tan Malaka, keberadaan parlemen dalam republik Indonesia tidak boleh ada, yang tertuang jelas pendirian Tan Malaka dalam buku Soviet Parlement. Lalu timbulah pertanyaan, seperti apa wujud negara tanpa parlement? Sederhananya, negara dalam mimpi Tan Malaka dikelola oleh sebuah organisasi tunggal. Dalam tubuh organisasi itulah dibagi kewenangan sebagi pelaksana, sebagai pemeriksa atau pengawasa dan sebagai badan peradilan. Seperti organisasi berskla nasional “Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah”. Di dalam organisasi yang sama pasti ada semacam dewan pelaksanna harian, dan sejenis badan kehormatan atau komisi pemeriksa. Begitulah kewenangan dibagi, teteapi tidak dalam badan yang terpisah. Agar tidak terjadi tirani kekuasaan, pemilihan pejabat organisasi tidak boleh dalm selang waktu yang terlalu lama.agar kepercayaan tak berubah menjadi kekuasaan, agar amanah tidak berubah menjadi serakah. Kongres organisasi, dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi, harus dilakukakn dalam jarak yang tak terlalau lama. Waktu dua tahun mungkin ideal untuk mengevaluasi kerja para pejabat organisasi. Jika kerja mereka tidak memuaskan, kongres organisasi akan menjatuhkan mereka.

Namun hal tersebut juga menimbulkan permasalahan bagi kita, sebab kenegaraan seperti itu jauh dari demokrasi. Namun menurut Tan Malaka, pertanyaan tersebut sangatlah

11 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

(11)

wajar karena sudah lama kita di pengaruhi oleh trias politika, yang dicanangkan Montesquieu. Menurut Tan Malaka, jika bangunan organisasi tanpa badan legislatif dianggap tidak demokratis, boleh juga kita mengatakan bahwa partai politik. Organisasi kemasyarkatan, ASEAN, PBB, merupakan lembaga yang tidak demokratis.12 Dalam Thesis, Tan Malaka meminta rakyat Indonesia untuk tidak menghafalkan hasil berfikir seorang guru. Namun yang penting adalah cara dan semangat berfikirnya. Ibarat seorang guru matematika, Tan Malaka tidak ingin menuntut muridnya menghafal hasil sebuah perhitungan, tetapi menguasai cara berfikir untuk bisa memperoleh hasi hitungan yang benar.

II.4. Perjuangan Tan Malaka di Purwokerto

Purwokerto, kota kecil di selatan Jawa Tengah, pada 4 Januari 1946, pasukan sekutu mendarat di Jawa. Rapat politik yang terjadi pada saat itu dihadiri para pemimpin pusat Partai Sosialis, Partai Kominis Indonesai, Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Buruh Indonesia, Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi dan Persatuan Wanita Indonesia.13 Di kota ini, Tan bersahabat kental dengan Slamet Gandhiwijaya. Tokoh Murba Purwokerto ini pernah dibuang ke digul karena aktif di gerakan kiri menentang Belanda. Namun nuansa ketidak puasan menyelimuti kongres tersebut. Para peserta tidak sepakat dengan langkah diplomasi Soekarno-Hatta dan Perdana Mentri Sjahrir. Tan Malaka geram dengan para pemimpin yang tidak bereaksi atas masuknya Sekutu ke Indonesia. Tan Malaka mengajukan tujuh pasal program minimum: berunding untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan 100%, membentuk pemerintahan rakyat, membentuk tentara rakyat. Melucuti senjata Jepang, mengurus tawanan Bangsa Eropa, menyita perkebunan musuh, dan menyita pabrik musuh untuk dikelola sendiri. Menurut Tan Malaka, kemerdekaan 100% merupakan tuntuan mutlak. Sesudah musuh meninggalkan Indonesia, barulah diplomasi dimungkinkan. Tan Malaka bertamsil: orang tidak akan berunding dengan maling di rumahnya. “Selama masih ada musuh di Tanah Air, satu kapal musuh di pantai, kita harus tetap melawan”.14

Jendral Soedirman tak kalah garang, Ia berpidato di dalang kongres “Lebih baik diatom (dibom atom) daripada meredeka kurang dari 100%”. Para peserta kongres akhirnya

12 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2010,hlm.157

13 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2010, hlm,33.

14 Alif,Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

(12)

sepakat membentuk Persatuan Perjuangan. Persatuan Perjuangan kemudian dideklarasikan di Balai Agung, Solo, pada 15 Januari 1946. Kongres Solo tersebut kemudian disebut Kongres I Persatuan Perjuangan. Kongres tersebut dihadiri 141 oraganisasi. Panita mengundang Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan anggota kabinet. Setelah bendera oposisi dikibarkan di Purwokwerto, Tan Malaka ditangkap.15 Ia lalu dipenjarakan di sejumlah tempat: Wirogunan, Yogyakarta, Madiun, Ponorogo, Tawangmangu dan Magelang. Ketika didalam penjara Tan Malaka berpesan “Teruskan perjuangan”.16 Selama dua setengah tahun masa penahanannya, Tan Malaka menulis beberapa buku, termasuk otobiografinya, Dari Penjara ke Penjara. Praktis ia tidak bisa turut mewarnai jalannya Revolusi yang telah dirancangnya sejak 1925 seperti dalam karya Naar de Republiek Indonesia. Ta Malaka dibebaskan pada September 1948 semasa pemerintahan Perdana Menteri Hatta. Keluar dari Penjara Tan Malaka lebih memilih menggalang kuatan tentara dan raktyat di Kediri, Jawa Timur, untuk mengahadapi Agresi Militer II berdasarkan bukunya, Gerilya Politik Ekonomi . Konferensi tersebut sebenarnya direncanakan berlangsung di Malang, Jawa Timur, Desember 1945. Ketika itu, laskar dan tertara meninggalakan Surabaya setelah pertempuran 10 November 1945. Tetapi, karena banyak wakil berada di Jawa Barat dan Jakarta, konferensi dimundurkan. Tan ke Cirebon menemui wakil-wakil organisasi dari berbagai daerah. Selanjutnya, untuk pertama kalinya Tan Malaka bertemu dengan wakil-wakil organisasi dari kota-kota di Jawa pada 1 Januari 1946 di Demajiko, Godean, Yogyakarta. Dan meraka sepakat bertemu di Purwokerto. Petemuan Purwokerto diakui memberikan sumbangan besar. Ketika Darat Mayor Jenderal Abdul Haris Nasution mengatakan pemikiran Tan Malaka dalam Kongres Persatuan Perjuangan dan pada buku Gerpolek (Gerilya Politik Ekonomi) menyuburkan ide perang rakyat semesta. Perang rakyat semesta ini, menurut Nasution,sukses ketika rakyat melawan dua agresi Belanda. Terlepas dari pandangan politik, ia berkata, Tan Malaka harus dicatat sebagai tokoh ilmu militer Indonesia.

II.4. Mandilog: sebuah Sintesis Perantauan

Sekitar lebih dari 20 tahun hidup Tan Malaka dihabiskan untuk merantau ke luar negeri. Dari agen Komintern untuk Asia di Kanton sampai menjadi Free agent bagi dirinya

15 Intrik demi intrik disusun demi menjatuhkan Tan Malaka dari panggung politik yang

baru dilakoninya. Atas dasar tuduhan mengacau keadaan. Alif, Zulkifi, Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010, hlm.171

16 Alif,Zulkifi,Tan Malaka Bapak Republika yang Dilupakan, Jakarta: Kepustakaan Populer

(13)

sendir. Dari seorang pedagog dengan jaminan finansial sehingga hidup merdeka seratus persen. Dan Madilog, buku yang ditulisnnya dalam persembunyian dari Kempetai, polisi rahasia Jepang (1943), adalah sebuah warisan yang paling otentik. Mandilog merupakan singkatan dari Matrealisme, Dialektika dan Logika, sebagai panduan cara berpikir yang realistis, pragmatis dan fleksibel. Inilah warian yang di berikan oleh Tan Malaka yang berasal dari perantauannya yang berasal dari sebuah pemikiran Barat untuk mengikis nilai-nilai feodalisme, mental budak dan kultustakhyul yang di miliki oleh rakyat Indonesia. Seperti di ketahui banhwa bangsa Indonesia tidak mempunyai riwayat sejarah sendiri selain adanya perbudakan, oleh sebab itu Madilog adalah solusinya. Inilah sebuah presentasi yang secara alamiah melalui serangkaian proses berpikir dan bertindak secara matrealistis, dialektis dan logis dalam mewujudkan sebuah tujuan secara sistematis dan struktural. Dan segala dianamika permasalahan duniawi dapat terus di kaji dan di uji sedalam-dalam nya dengan menggunakan peralatan sains yang batas-batasnya dapat di tangkap oleh indea masnusia.

Mandilog juga merupakan sebuah sintesis perantauan Tan Malaka yang memiliki latar belakang seorang Minangkabau. Hal ini teruraikan dalam dua sense of extrem urgency point

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Penafsiran ibnu katsir ayat ini di tunjukkan kepada orang yang mengaku cinta kepada Allah SWT namun tidak sepenuhnya mengikuti ajaran Nabi muhammad SAW, orang seperti

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi awal dan landasan untuk mengembangkan materi pokok kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian

Setiap orang atau badan dilarang melakukan kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan alat bahan beracun, bius, listrik, accu dan bahan peledak yang dapat mengakibatkan

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Fachreza (2017) yang memiliki tujuan untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh variabel jumlah penduduk,

Petender dianggap telah berpuas hati dengan keadaan tapak, sejauh mana, keadaan dan kebolehkerjaan, posisi kerja yang berkaitan dengan keadaan semasa, kerja yang sedang

Pengaruh Pemberian Bantuan Langsung Masyarakat, Pinjaman Bergulir, Pelatihan Dan Pendampingan Terhadap Peningkatan Mata Pencaharian Keluarga (PMPK) (Studi Pada Program PNPM

Our approach, which we call MINT , is based on the estimation of mutual information, whose decomposition into joint and marginal entropies facilitates the use of

Dalam rangka mencapai tujuan penulisan, pembahasan dalam tulisan ini dibagi dalam empat bagian yaitu (i) mengidentifikasi kriteria siapa yang disebut sebagai ahli; (ii)