• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah Memahami Uang Sebagai Alat Tukar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah Memahami Uang Sebagai Alat Tukar"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MEMAHAMI

(2)

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahami Uang Sebagai Alat Tukar dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 2 Maret 2015

(3)

Daftar Isi

TEORI KUANTITAS UANG : IRVING FISHER...11

1.9

Tugas Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran...13

1.10 Perkembangan Sistem Pembayaran Dan Pengedaran Uang Di Indonesia

14

1.11 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia...17

1.12 Proses Perizinan, Ketentuan Dan Pelaporan Calon Penyelenggara Jasa

Sistem Pembayaran...20

(4)

Pemerintah & BI Harus Mampu Singkirkan Spekulan Dolar...25

Rupiah Terus Tertekan, Ini Komentar Bos Bank Indonesia...27

BAB III Penutup...29

1.1

KESIMPULAN...29

1.2

SARAN...29

(5)

BAB I. Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Masyarakat yang masih primitif, kehidupannya masih sangat sederhana. Hal ini pernah dialami oleh nenek moyang kita. Mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara mengambil dan memanfaatkan barang yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Perkembangan peradaban manusia juga menggeser tujuan kegiatan produksi masyarakat. Semula, masyarakat memproduksi barang hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, lalu berkembang menjadi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan orang lain (untuk dijual). Selanjutnya, terjadilah perdagangan dengan cara tukar-menukar antara barang dengan barang lain yang dinamakan barter (pertukaran innatura).

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia maka pertukaran dengan cara

barter menjadi semakin sulit dilakukan. Bahkan, karena kebutuhan setiap orang semakin banyak dan beragam, maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin lagi ditempuh dengan cara barter. Karena menghadapi kesulitan dalam melakukan pertukaran barter, manusia terdorong untuk mencari cara pertukaran yang lebih mudah. Manusia mulai menggunakan uang barang dalam melakukan pertukaran. Contoh uang barang yaitu garam, senjata, dan kulit hewan.

Kesulian muncul karena benda-benda ini mudah rusak, membutuhkan tempat penyimpanan, dan juga membutuhkan transportasi untuk memindahkannya sehingga menambah biaya pertukaran. Mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut maka dipilihlah uang logam, logam memiliki nilai tinggi dan digemari semua orang serta memiliki daya tahan yang tinggi, mudah dipindahkan, dan mudah di pecah tanpa mengurangi nilai. Logam yang memenuhi kriteria tersebut adalah perak dan emas.

(6)

1.2Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, serta memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang materi Uang sebagai Alat Tukar

1.3 Manfaat

(7)

BAB II Isi

1.1 Definisi dan Fungsi Uang

Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan para pelaku ekonomi sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi yang dilakukan yaitu berupa pembelian barang, jasa, serta pembayaran utang.

Menurut Solikin dan Suseno (2002), uang adalah suatu benda yang dapat ditukarkan dengan benda lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat disimpan.

Fungsi-fungsi uang tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Alat tukar menukar

Fungsi uang sebagai alat penukar mendasari adanya spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi suatu barang. Karena dengan adanya uang, orang tidak harus menukar barang yang diinginkan dengan barang yang diproduksinya tetapi langsung menjual produksinya di pasar dan dengan uang yang diperolehnya dari hasil penjualan tersebut dibelanjakan untuk pembelian barang yang diinginkannya.

b. Alat atau satuan pengukur nilai

Satuan pengukur nilai dalam hal ini dimaksud sebagai alat yang digunakan untuk membandingkan nilai suatu produk dengan produk lainnya.

c. Standar atau ukuran pembayaran masa depan

Uang juga berfungsi sebagai standar pembayaran masa depan atau untuk angsuran utang atau pembayaran.

d. Alat penimbun kekayaan atau daya beli

Seperti dikeahui bahwa uang bernilai karena berfungsi sebagai alat penukar yaitu dengan uang dapat dibeli suatu barang atau jasa yang dibutuhkan. Apabila uang dibelanjakan untuk saat ini, maka uang mempunyai nilai saat ini juga dan apabila uang akan dibelanjakan untuk masa yang akan datang maka uang tersebut akan mempunyai nilai juga di waktu yang akan datang.

e. Sebagai suatu komoditi yang diperdagangkan

(8)

uang lain tetapi juga menjadi komoditi yang diperdagangkan untuk memperoleh keuntungan.

Secara umum, alat pembayaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Diterima secara umum dan mudah dikenali

Sesuatu dapat berfungsi sebagai uang apabila sesuatu tersebut dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk tukar menukar produkyang diterima secara umum dan mudah dikenali.

b. Nilai yang stabil

Nilai uang yang relatif stabil akan memberikan manfaat bagi pelaku ekonomi, terutama apabila uang digunakan sebagai alat penimbun kekayaan.

c. Penawarannya elastis

Apabila kegiatan perekonomian mengalami penurunan maka permintaan uang untuk transaksi akan menurun pula sehingga bank Sentral harus melakukan suatu tindakan untuk mengurangi jumlah uang beredar.

d. Mudah dibawa kemana-mana e. Tidak mudah rusak atau awet f. Mudah dipecah dalam satuan kecil

1.2 Jenis Uang

a. Uang berdasarkan bahan terdapat dua jenis: 1. Uang logam

2. Uang kertas

b. Uang dibedakan berdasarkan nilainya:

1. Uang bernilai penuh: uang yang memiliki nilai sama antara lain sebagai barang dan nilai uang sebagai uang.

2. Uang yang bernilai tidak penuh: uang yang mewakili dari sejumlah atau logam yang nilai logam sebagai barang sama dengan nilai sebagai uang.

c. Uang dikelompokkan menurut tingkat Likuiditasnya

1. M1 adalah uang kartal yang beredar di masyarakat ditambah simpanan dalam

bentuk uang giral.

(9)

3. M3 adalah M2 ditambah simpanan pada lembaga keuangan nonbank.

1.4 Karakteristik Uang

Mengacu pada peraturan Bank Indonesia No. 14/7/PBI/2012, ciri umum uang ru[iah kertas pada Pasal 4, ayat (2) paling sedikit memuat: 91) gambar lambang negara “Garuda Pancasila”; (2) frasa “Negara Kesatuan Republik Indonesia”; (3) frasa “Bank Indonesia”; (4) sebutan pecahan dalam angka dan huruf sebagai nilai nominalnya; (5) tanda tangan Pemerintah dan Bank Indonesia; (6) nomor seri pecahan; (7) tercantum teks dalam huruf kapital berikut “ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN NILAI...”;dan (8) tahun emisi serta tahun cetak.

1.5 Nilai Uang

Ada beberapa pengertian nilai uang: 1. Nilai nominal

Nilai uang yang tertulis pada satuan mata uang. 2. Nilai riil

Nilai uang yag ditunjukkan dengan kemampuan daya beli atau kemampuan untuk digunakan sebagai alat transaksi.

3. Nilai intrinsik

Nilai bahan baku uang, yaitu nilai bahan baku yang digunakan untuk membuat sebuah mata uang.

4. Nilai eksternal

(10)

1.6 Teori Permintaan Uang Tunai

Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk melakukan transaksi dalam perdagangan atau tujuan tertentu. Permintaan uang datang dari empat pihak, yaitu:

1) pihak perseorangan/konsumen,

2) pihak pengusaha/produsen,

3) pihak investor/penanam modal,

4) pihak pemerintah (dapat bertindak sebagai produsen, konsumen, dan pengatur).

Dalam analisis John Maynard Keynes, masyarakat melakukan permintaan uang untuk memenuhi tiga keinginan, yaitu sebagai berikut.

1) Permintaan uang untuk tujuan transaksi, artinya uang dibutuhkan untuk membayar pembelian-pembelian yang akan mereka lakukan. Memegang uang untuk tujuan transaksi merupakan tujuan yang mendasar, karena dengan pemilikan uang dapat dengan mudah melakukan pembelian barang-barang yang diinginkan. Permintaan uang untuk tujuan transaksi meningkat jika antara penerimaan dan pengeluaran tidak seimbang. Permintaan untuk motif ini dianggap tergantung pada tingkat pendapatan, artinya semakin tinggi pendapatan, semakin banyak uang yang diperlukan oleh perusahaan atau perseorangan untuk tujuan transaksi.

(11)

menduga kejadian-kejadian di hari esok. Permintaan uang untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional.

3) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi, artinya uang digunakan untuk kegiatan spekulasi (untung-untungan).

Uang kas diinginkan dengan tujuan dapat melakukan spekulasi pada tingkat bunga yang akan datang. Pada tingkat bunga tinggi, jumlah uang yang digunakan untuk tujuan spekulasi relatif kecil, begitu juga sebaliknya.

Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang di antaranya sebagai berikut.

1) Adanya keinginan untuk memegang uang atau motif memegang uang.

2) Tingkat pendapatan riil, yaitu tingkat pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat dan telah memperhitungkan unsur inflasi.

3) Tinggi rendahnya tingkat bunga.

4) Adanya investasi atau pengembangan usaha sehingga membutuhkan dana/uang.

5) Tingkat harga yang berlaku di pasar

1.7 Tahap Penerbitan Uang Baru

Pengeluaran uang Rupiah emisi baru oleh Bank Indonesia (BI) diatur melalui Peraturan Bank Indonesia No.6/14/PBI/2004 tanggal 22 Juni 2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan, dan Penarikan, serta Pemusnahan Uang Rupiah. Adapun pengaturan pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Dewan Gubernur No.6/7/PDG/2004 tanggal 22 Juni 2004 tentang Manajemen Pengedaran Uang serta Surat Edaran Intern No.7/84/INTERN tanggal 28 Oktober 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluarakn Uang Rupiah Baru. Beberapa tahap dalam pengeluaran dan pengedaran uang Rupiah emisi baru adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pengeluaran Uang Rupiah Baru

(12)

Gubernur (RDG). Dalam rangka pengeluaran uang Rupiah baru, Bank Indonesia melakukan kajian dengan mempertimbangkan antara lain tingkat pemalsuan, nilai intrinsik, masa edar suatu pecahan uang, dan/atau kebutuhan masyarakat.

2. Desain dan Spesifikasi Uang

Desain dan spesifikasi uang disetujui oleh Gubernur Bank Indonesia, sedangkan pelaksanaan penyusunan desain uang diputuskan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang

pengedaran uang. Pada tahap ini, penyusunan desain uang dilakukan dengan cara (1) bekerjasama dengan perusahaan pencetakan uang atau pemasok uang, atau (2) melalui sayembara yang dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.

3. Pencetakan Uang

Desain beserta spesifikasi uang yang telah disetujui Gubernur Bank Indonesia akan dibuatkan contoh cetak uang oleh perusahaan percetakan uang atau pemasok uang. Contoh

cetak uang berbentuk satu lembar uang kertas dan lembaran utuh atau satu keping uang logam yang akan menjadi acuan cetak bagi perusahaan percetakan uang atau pemasok uang. Pada contoh cetak uang tersebut dilengkapi pula dengan uraian teknis uang yang disetujui Direktur Direktorat Pengedaran Uang.

4. Penerbitan Ketentuan

Setiap pengeluaran uang Rupiah baru didasarkan pada ketentuan berupa Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Surat Edaran Intern (SE Intern). PBI mengenai pengeluaran dan pengedaran uang baru tersebut memuat antara lain macam uang, harga uang, ciri uang dan tanggal berlakunya uang sebagai alat pembayaran yang sah, sedangkan SE Intern mengatur mengenai tanggal pengeluaran dan pengedaran uang, pengiriman uang, serta tatacara pembukuan dan pencatatannya.

5. Sosialisasi dan Edukasi Uang Baru

(13)

1.8 Uang Yang Diedarkan

Akhir Tahun, BI Prediksi Uang Beredar Capai Rp566 T

Selasa, 23 Desember 2014 - 15:48 wib

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi jumlah Uang yang Diedarkan (UYD) pada akhir 2014 mencapai Rp542,8 triliun hingga Rp566,4 triliun. Jumlah ini meningkat sekira 8 hingga 13 persen jika dibandingkan akhir 2013.

"UYD uang kuartal akhir 2014 diperkirakan akan mencapai Rp542,8 triliun hingga Rp566,4 triliun dibandingkan sebelumnya Rp500 triliun," papar Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Dian Karmila di Gedung BI, Selasa (23/12/2014).

Pihaknya menyebut bahwa jumlah UYD pada akhir tahun selalu meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat rata-rata peningkatan UYD setiap tahunnya sebesar 15,4 persen.

(14)

Dia menjelaskan, jika dibandingkan dengan UYD pada periode lebaran, UYD akhir tahun perbandingannya mencapai 109 persen.

"Perbandingan UYD Lebaran dengan UYD akhir tahun setiap tahun relatif konstan dengan rata-rata sebesar 109 persen pada periode 2001 sampai 2006 dan 101,4 persen pada periode 2007 sampai 2013," tandasnya.

Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang yang beredar saat ini Rp 403 triliun

Bank Indonesia menyebutkan, jumlah uang yang beredar di dalam negeri selalu meningkat setiap tahun. Data BI menunjukkan, jumlah uang yang diedarkan (UYD) hingga Mei 2013 telah mencapai Rp 403 triliun.

"Sekarang itu Rp 403 triliun, sekitar Rp 400 triliun sampai posisi Mei 2013. Kalau meningkatnya terus 15-16 persen, tiap tahun naiknya sekitar 15-16 persenan," ujar Deputi Gubernur BI Ronald Waas di Gedung Bank Indonesia, Rabu (5/6).

Ronald mengatakan, jumlah tersebut belum meliputi uang yang beredar di daerah-daerah terpencil dan perbatasan yang sulit terjangkau. "Kalau kita jangkau daerah terpencil, mestinya akan naik lagi. Kasihan saudara-saudara kita yang ada di pulau terluar, uangnya kadang-kadang uang yang sudah ditarik karena tidak pernah dapat pasokan," imbuh Ronald.

Sementara itu, untuk jumlah uang yang ditarik dan dimusnahkan oleh BI, lanjut Ronald, telah mencapai rasio 30 persen dari total bilyet (lembar cetakan uang yang belum dipotong) yang beredar.

"Data pemusnahan uang itu sekarang 30 persen dari uang yang diedarkan. Itu bilyetnya. 332 juta bilyet. Total (bilyet uang) yang beredar kira-kira hitung kasarnya kali aja 3,1 miliar bilyet," terang Ronald.

(15)

"Paling besar itu di angka Rp 2.000, yang dimusnahkan. "Jadi masyarakat kita itu uang paling cepat lusuh itu uang pecahan kecil, di bawah Rp 20.000-an, itu yang digunakan di pasar tradisional. Kalau yang Rp 100.000, Rp 50.000 relatif lebih baik," tutup Ronald.

1.8 Teori Kuantitas Uang

TEORI KUANTITAS UANG : IRVING FISHER

Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran klasik atau lebih dikenal dengan Teori Kuantitas Uang menjelaskan peranan uang terhadap perekonomian secara umum yang pertama kali dijelaskan oleh Irving Fisher pada tahun 1911 melalui The Quantity Theory of Money yang termuat dalam bukunya berjudul The Purchasing Power of Money.

Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan

monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena moneter.

Teori kuantitas uang menggambarkan kerangka yang jelas mengenai hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi. Analisis Fisher dalam teori ini mengacu pada persamaan pertukaran (equation of exchange) yang dirumuskan sebagai :

MV = PT...(1.1)

keterangan:

M = jumlah uang beredar

V = perputaran uang dalam satu periode biasanya satu tahun

P = harga barang dan jasa

(16)

Dari persamaan 1.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah uang beredar dikalikan dengan velositas uang akan sama dengan nilai transaksi. Persamaan 1.1 dapat dikembangkan menjadi teori tentang peranan uang dalam perekonomian dengan cara melihat perilaku setiap variabel-variabel dalam persamaan berikut:

1. Jumlah uang beredar merupakan variabel eksogen yang jumlahnya ditentukan oleh pemerintah dan bank sentral sebagai otoritas moneter.

2. Variabel tingkat harga merupakan variabel residu yang nilainya ditentukan oleh hasil interaksi ketiga variabel lainnya. Harga diasumsikan fleksibel, sehingga harga dapat menyesuaikan atau bergerak naik atau turun

3. Variabel velositas menunjukkan berapa kali uang berpindah tangan dalam suatu periode tertentu. Variabel ini tidak tergantung pada jumlah uang beredar (asumsi klasik). Artinya perubahan dalam jumlah uang beredar tidak mempengaruhi velositas. Jika jumlah uang beredar bergerak berlawanan dengan variabel velositas maka perubahan jumlah uang beredar akan dinetralkan oleh perubahan velositas yang tidak akan berpengaruh terhadap tingkat harga dan volume transaksi

4. Variabel transaksi merupakan jumlah keseluruhan transaksi pada suatu selang waktu tertentu. Perilaku variabel tersebut dapat dijelaskan baik dalam perilaku jangka pendek maupun jangka panjang.

(17)

1.9 Tugas Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran

Operator

 Bank sentral di sejumlah negara berperan aktif sebagai penyelenggara /peserta sistem pembayaran, khususnya dalam operasi sistem pembayaran bernilai besar (large-value payments).

 Di Indonesia, HVPS (RTGS) dan retail system (SKNBI) diselenggarakan oleh bank sentral.

 Bank Indonesia juga sebagai penata usaha rekening seluruh peserta (Bank dan Pemerintah)

(18)

1. Menggunakan Sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement), sebuah sistem yang dikembangkan untuk mengakomodir transaksi pembayaran non tunai secara Gross (setiap transaksi yang masuk langsung diselesaikan saat itu juga dengan kondisi tertentu mis : dana tersedia, dsb )

2. Sistem BI-RTGS diselenggarakan oleh Bank Indonesia, mengingat sistem ini sangat penting dan hampir 95 persen transaksi keuangan di Indonesia dilakukan melauai sistem ini sehingga Bank Indonesia sangat menjaga kontinuitas dan stabilitas sistem BI-RTGS. Oleh karena itulah penyelenggaraannya dilakukan langsung oleh Bank Indonesia.

3. Transaksi yang dilakukan bersifat real time, sehingga seluruh transaksi yang dilakukan langsung efektif dan nilai yang ditransaksikan langsung berpindah dari bank pengirim ke bank penerima (pada level bank peserta sedangkan perpindahan dana pada level nasabah bergantung pada kebijakan dan prosedur di masing-masing bank).

4. Transaksi yang dilakukan menggunakan sistem BI-RTGS terutama ditujukan untuk transaksi yang bernilai besar dan urgent (segera dalam pelaksanaannya) mis : transaksi yang terkait dengan Operasi Moneter, Pasar Uang Antar Bank, dsb.

1.10 Perkembangan Sistem Pembayaran Dan Pengedaran Uang Di

Indonesia

Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Definisi sistem pembayaran lainnya. Tidak jauh beda dengan definisi sebelumnya. Ada seperangkat aturan hukum, lembaga dan mekanisme untuk melaksanakan pemindahan dana. Itulah sistem pembayaran.

Dari pengertian-pengertian sistem pembayaran yang telah diulas, dapat disimpulkan bahwa komponen sistem pembayaran terdiri atas :

(19)

mempunyai sejarah, karakteristik dan kebutuhan akan sistem pembayaran yang berbeda-beda.

2. Hukum (aturan) : Menjamin adanya aspek legalitas dalam penyelenggaraan Sistem Pembayaran. Meliputi UU dan peraturan-peraturan yang mengatur aturan main berbagai pihak yang terlibat, misalnya antar bank, antar bank dan nasabah, antar bank dan bank sentral dll.

3. Kelembagaan : Merupakan seluruh lembaga (entitas) yang terlibat dalam sistem pembayaran

4. Instrumen pembayaran : Merupakan media yang digunakan dalam pembayaran 5. Mekanisme operasional : Mekanisme operasional diperlukan untuk melakukan

perpindahan dana dari satu pihak ke pihak lain. Contoh Sistem/Mekanisme operasional antara lain kliring, sistem transfer antar bank dan settlement.

6. Infrastruktur : Meliputi berbagai komponen teknis untuk memproses dan melakukan transfer dana seperti message format, sistem komputer Hw & Sw), jaringan komunikasi, sistem back-up, disaster recovery plan dan lain-lain.

Semua komponen memegang peranan penting dalam terselenggaranya sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien. Namun komponen yang paling mendasar dan prasyarat utama demi terselenggaranya sistem pembayaran adalah instrumen pembayaran.

System Pembayaran di Indonesia ada 2 jenis yaitu :

(20)
(21)

1.11 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

Kebutuhan masyarakat akan kecepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi semakin meningkat seiring dengan globalisasi perekonomian dunia. Bank Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran, menyadari sepenuhnya keperluan untuk memperlancar kegiatan sistem pembayaran di Indonesia. Salah satu mekanisme dalam sistem pembayaran adalah kliring, yaitu pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Penyelenggara

SKNBI diselenggarakan oleh:

1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu Unit Kerja di Kantor Pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional. 2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan Bank

(22)

Peserta

Setiap Bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring, kecuali BPR (Bank Perkreditan Rakyat), Kantor Bank yang akan menjadi peserta wajib menyediakan perangkat kliring, antara lain meliputi perangkat Terminal Pusat Kliring dan jaringan komunikasi data baik main maupun back up untuk menjamin kelancaran kepada nasabah dalam bertransaksi.

Proses Kliring

Proses penyelenggaraan SKNBI terdiri dari 2 (dua) sub sistem, yaitu :

Kliring Debet

1. Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian, digunakan untuk transfer debet antar Bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain).

2. Penyelenggaan kliring debet dilakukan secara lokal di setiap wilayah kliring oleh Penyelenggara Kliring Lokal (PKL).

3. PKL akan melakukan perhitungan kliring debet berdasarkan Data Keuangan Elektronik (DKE) debet yang dikirim oleh peserta.

4. Hasil perhitungan kliring debet secara lokal tersebut selanjutnya dikirim ke Sistem Sentral Kliring (SSK) untuk diperhitungkan secara nasional oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN).

Kliring Kredit

1. Digunakan untuk transfer kredit antar bank tanpa disertai penyampaian fisik warkat (paperless).

2. Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan secara nasional oleh Penyelenggara Kliring Nasional.

(23)

Batasan Nominal

1. Nilai nominal warkat debet tidak dibatasi kecuali untuk warkat debet yang berupa nota debet, yaitu setinggi-tingginya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per nota debet. Pembatasan nilai nominal pada nota debet tidak berlaku apabila nota debet diterbitkan oleh Bank Indonesia dan ditujukan kepada bank atau nasabah bank.

2. Khusus untuk transfer kredit, nilai transaksi yang dapat diproses melalui kliring dibatasi di bawah Rp100.000.000,00 sedangkan untuk nilai transaksi Rp100.000.000,00 ke atas harus dilakukan melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS).

Jadwal Kliring

Pengiriman transfer/data keuangan elektronik kredit pada siklus pertama dilakukan mulai pukul 08.15 WIB s.d. 11.30 WIB sedangkan pengiriman transfer/data keuangan elektronik kredit pada siklus kedua dilakukan mulai pukul 12.45 WIB s.d. 15.30 WIB. Untuk kliring debet pengiriman warkat/data keuangan elektronik debet ditetapkan oleh masing-masing PKL dengan batas maksimal pengiriman hasil perhitungan kliring lokal ke PKN pada pukul 15.30 WIB.

Jadwal kliring di atas adalah pada level bank, sedangkan pada level nasabah dilakukan lebih awal sesuai dengan jadwal yang ditetapkan masing-masing bank.

Biaya Kliring

1. Bank wajib mencantumkan biaya kliring, baik biaya yang dikenakan BI kepada bank maupun biaya yang dikenakan bank kepada nasabah pada lokasi yang dapat dibaca dengan jelas oleh nasabah/masyarakat.

(24)

1.12 Proses Perizinan, Ketentuan Dan Pelaporan Calon Penyelenggara

Jasa Sistem Pembayaran

Informasi Perizinan Calon Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran pada website Bank Indonesia dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang komprehensif dan transparan kepada stakeholder calon penyelenggara SP agar lebih mudah dan cepat dalam memenuhi persyaratan perizinan sesuai ketentuan yang berlaku.

Selain itu, website juga menampilkan penyelenggara SP yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia.

I. Informasi proses perizinan calon penyelenggara jasa sistem pembayaran

Keterangan :

1. Calon penyelenggara jasa Sistem Pembayaran menyampaikan permohonan izin secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan dilampiri dokumen pendukung sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku baik APMK, e-money dan Transfer Dana. 2. Permohonan izin disampaikan kepada:

Bank Indonesia

Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran

II. Persyaratan Dokumen Perizinan

(25)

Informasi lengkap ada dalam ketentuan Bank Indonesia (SE BI APMK) Dokumen yang dipersyaratkan

b. Bagi calon penyelenggara E-Money

Informasi lengkap ada dalam ketentuan Bank Indonesia (SE BI E-Money) Dokumen yang dipersyaratkan

b. Bagi calon penyelenggara Transfer Dana

(26)

Dokumen yang dipersyaratkan

III. Informasi Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai perizinan dan pelaporan Sistem Pembayaran adalah sebagai berikut :

A. Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (Kartu Kredit dan ATM/Debet)

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/11/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. 2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan atas PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

3. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 11/10/DASP tanggal 13 April 2009 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

4. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 13/22/DASP tanggal 18 Oktober 2011 perihal Implementasi Teknologi Chip dan Penggunaan Personal Identification Number pada Kartu ATM dan/atau Kartu Debet yang diterbitkan di Indonesia. 5. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/17/DASP tanggal 7 Juni 2012

perihal Perubahan atas SEBI No 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

6. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/23/DASP tanggal 31 Agustus 2012 perihal Perubahan SEBI No. 13/22/DASP perihal Implementasi Teknologi Chip dan Penggunaan Personal Identification Number pada Kartu ATM dan/atau Kartu Debet yang Diterbitkan di Indonesia.

7. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/27/DASP tanggal 25 September 2012 perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit.

B. Penyelenggaraan Uang Elektronik

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/12/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money).

(27)

April 2009 perihal Uang Elektronik (Electronic Money).

Dalam hal penerbit uang elektronik menyediakan fasilitas transfer dana antar pemegang dan fasilitas tarik tunai maka penerbit harus mempunyai izin sebagai penyelenggara transfer dana.

Selain itu, dalam hal terdapat penyelenggara uang elektronik yang tidak memenuhi semua karakteristik uang elektronik sebagaimana disebutkan dalam ketentuan, penyelenggara dimaksud wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia berupa informasi produk, proses bisnis, kerjasama dengan pihak lain dan laporan transaksi.

C. Penyelenggaraan Transfer Dana

1. Undang-Undang No. 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana.

2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/23/PBI/2012 tanggal 26 Desember 2012 perihal Transfer Dana.

3. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/23/DASP tanggal 27 Juni 2013 perihal Transfer Dana.

D. Ketentuan Terkait Lainnya

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/4/PBI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank.

2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/3/PBI/2012 tentang Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank. Ketentuan ini berlaku untuk penyelenggara APMK, Uang Elektronik dan Transfer Dana.

3. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/12/PBI/2012 tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum.

4. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/38/DASP perihal Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank.

5. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/31/DPNP tanggal 31 Oktober 2012 perihal Laporan Kantor Pusat Bank Umum.

(28)

perihal Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu dan Uang Elektronik (Electronic Money) oleh Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank.

ARTIKEL

Pemerintah & BI Harus Mampu Singkirkan

Spekulan Dolar

By Fiki Ariyanti

(29)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pertahanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhirnya jebol dan semakin terperosok dalam hingga menyentuh level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut sangat memukul telak pengusaha yang mengandalkan barang impor jadi karena perlu membayar sesuai hitungan kurs dolar saat ini.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta

mengungkapkan, sangat sulit bagi suatu bangsa mengecap stabilitas nilai tukar yang melepas kursnya lewat mekanisme pasar, seperti Indonesia.

"Negara kita juga tidak punya uang untuk menstabilkan rupiah. Bagi eksportir, pelemahan rupiah berkah tapi bagi importir sangat bermasalah," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/3/2015).

(30)

"Takutnya ada spekulan yang bermain, karena ini menyangkut supply dan demand. Banyak orang menukar rupiah ke dolar AS untuk yang ingin berkunjung ke luar negeri, kebutuhan anak sekolah di luar negeri, jadi setiap hari tukar dolar AS," ucapnya.

Indonesia, kata dia, sangat membutuhkan ketersediaan dolar AS cukup besar karena masih mengandalkan barang atau produk impor. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI), sambung Tutum, harus mampu menyingkirkan para spekulan yang bermain mencari keuntungan dari pelemahan rupiah.

"Jangan takut sama para spekulan. Kalau BI dan pemerintahnya takut, bagaimana dengan nasib bangsa Indonesia. Spekulan bisa mengganggu kita, karena mereka mencari keuntungan. Paling penting yang harus ditanamkan pegang rupiah adalah yang terbaik," terang dia. (Fik/Gdn)

Rupiah Terus Tertekan, Ini Komentar Bos Bank

Indonesia

By Ilyas Istianur Praditya

(31)

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo (tengah) menyampaikan pemaparannya saat rapat kerja dengan Komisi XI, Jakarta, Kamis (22/1/2015). Pembahasan Asumsi Dasar Makro dan Pembiayaan dalam RUU APBN Perubahan TA 2015. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level 13.000 per dolar AS. Hal ini menjadi pelemahan terburuk dalam 17 tahun terakhir.

Melihat pergerakan itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengaku masih dalam rentang wajar.

"Secara umum kemarin pemerintah dan DPR menyepakati nilai tukar rupiah terhadap dolar AS 12.500, itu adalah rata-rata dalam satu tahun, jadi kondisi ini masih terjaga," kata Agus di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2015).

Secara umum faktor eksternal yang paling mempengaruhi masih berasal dari sentimen The Fed yang akan mengurangi stimulus moneternya. Hal itulah yang juga berdampak ke mata uang negara berkembang lainnya.

(32)

disepakati dengan DPR RI.

"Kami lihat pengendalian inflasi berjalan baik. Kami harapkan APBN-P bisa direalisasi, itu akan membawa dampak baik," jelas Agus.

Namun begitu, Agus memastikan Bank Indonesia selalu ada di pasar untuk melakukan intervensi demi menjaga pergerakan nilai tukar rupiah agar tidak terlalu liar.

Data valuta asing Bloomberg, hari ini, menunjukkan nilai tukar rupiah menembus level 13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.

Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS. (Yas/Ahm)

BAB III Penutup

1.1

KESIMPULAN

(33)

pengadaan dan realisasi pengadaan uang dan bahan uang, yang diikuti dengan pendistribusian uang ke berbagai wilayah secara tepat waktu. Selain itu terkait dengan pengkinian unsur pengaman uang, BI mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas pecahan Rp10.000,00 desain baru dan uang logam pecahan Rp1.000,00.

Clean money policy merupakan kebijakan BI untuk menjaga kualitas uang yang diedarkan melalui kegiatan pemusnahan uang dan melakukan pencabutan uang logam pecahan Rp25,00. Untuk menanggulangi uang palsu, BI terus mengupayakan intensifikasi dan ekstensifikasi strategi komunikasi melalui sosialisasi dan edukasi ciri keaslian uangRupiah kepada masyarakat baik secara langsung, melalui media, maupun tidak langsung melalui kerjasama dengan instansi terkait karena terbulti cukup efektif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat, dan secara represif tindakan ini dilakukan dengan bekerjasama dengan Polri guna meningkatkan koordinasi satuan tugas (satgas) pengungkapan kasus tindak pidana uang palsu dan saksi ahli.

1.2

SARAN

Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap mahasiswa dapat memahami konsep uang sebagai alat tukar sehingga tidak terjadi kesalahan.

Daftar Pustaka

(34)

Subagyo, dkk., bank dan Lembaga keuangan Lainnya, edisi 2, Yogyakarta: Penerbit STIE YKPN, 2005.

http://bisnis.liputan6.com/read/2184239/rupiah-terus-tertekan-ini-komentar-bos-bank-indonesia

http://bisnis.liputan6.com/read/2184214/pemerintah-amp-bi-harus-mampu-singkirkan-spekulan-dolar

https://thekicker96.wordpress.com/teori-permintaan-uang-dalam-ekonomi-konvensional/

http://berita.suaramerdeka.com/bisnis/uang-diedarkan-capai-rp-474-triliun/

http://www.merdeka.com/uang/bi-jumlah-uang-yang-beredar-saat-ini-rp-403-triliun.html

Referensi

Dokumen terkait

Analisis masalah, kelebihan dan keunikan produk/brand, Positioning, strategi komunikasi, strategi media dan strategi kreatif menjadi metode desain dalam membahas dan

Tidak dipunggut bayaran dan panitia tidak menyediakan transport. Panitia hanya menyediakan: materi dan

Cendrawasih Raya B7/P Bintaro

pamaknaan terhadap bahasa yang digunakan orang tergantung konteks situasi. Misalnya, kita menggunakan kata ‘bunga’ dalam satu percakapan. Makna kata.. ‘bunga’ tersebut

LoA (Letter Of Autrhorization) dan Surat Pendukung Lainnya, hanya dimiliki Oleh 1 Perusahaan Saja untuk Unit dan Barang yang diminta Pokja IV dalam Lembaran

Berdasarkan hasil angket diketahui seluruh responden setuju bahwa media permainan jigsaw puzzle merupakan media yang menarik, mudah dan dapat digunakan sebagai alternatif

Dari hasil wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok untuk membangun kembali kehidupan Desa mereka

Untuk meningkatkan kinerja mesin penanam dan pemupuk jagung bertenaga traktor tangan, telah dilakukan: a) evaluasi pengolahan tanah minimal (strip tillage) menggunakan