• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KDK LENGKAP Hambatan Dan Dorongan Ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KDK LENGKAP Hambatan Dan Dorongan Ma"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai hubungan sosiologi.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Jakarta, November 2013

(2)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... 1

Daftar Isi ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 4

1.1. Latar Belakang ... 4

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Pembahasan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ... 6

2.1. Pengertian Remaja ... 6

2.2. Ciri-ciri Remaja ... 7

2.3. Karakteristik Perkembangan Pada Masa Remaja ... 9

a. Perkembangan psikososial ... 9

b. Perkembangan kognitif ... 10

c. Perkembangan moral ... 10

d. Perkembangan spiritual ... 11

2.4. Tugas Perkembangan Remaja ... 12

2.5. Kenakalan Remajan ... 12

2.6. Penyebab Kenakalan Remaja ... 13

a. Faktor eksternal ... 13

b. Faktor internal ... 14

2.7. Peranan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja ... 14

2.8. Pergaulan Remaja ... 16

2.9. Remaja dan Lingkungan Sosial ... 16

BAB III PEMBAHASAN ... 18

3.1. Pengertian Remaja Saat Ini ... 18

3.2. Ciri Khas Masa Remaja Awal ... 19

3.3. Permasalahan Yang Timbul Pada Masa Remaja ... 21

3.4. Bentuk-bentuk Perilaku Penyimpangan Remaja ... 24

 Remaja dan rokok ... 24

 Penyimpangan seks ... 25

 Penyebaran narkoba di kalangan remaja ... 26

(3)

 Pergaulan bebas di kalangan remaja ... 28

BAB IV PENUTUP ...29

4.1. Kesimpulan ... 29

4.2. Saran ... 29

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring bertambahnya usia makin berkembang pula intelektualitas dan kematangan psikologis pada manusia. Namun sebelum mencapai kematangan itu ada beberapa tahap yang paling menentukan jati diri adalah pada saat memasuki usia remaja. Para orang tua, pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Lalu ada apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut?

Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap. Masa remaja adalah masa penuh dinamika, terutama pada fase remaja awal. Hal ini disebabkan pada fase remaja awal berlangsung bersamaan dengan masa pubertas. Perubahan tersebut mendorong timbulnya isu dan permasalahan dalam fase remaja awal ini.

Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

(5)

masyarakat yang meresahkan. dimulai dari kekerasan hingga pelecehan seksual yang dilakukan oleh remaja SMP yang notabene usianya masih menginjak fase remaja awal. Sehingga perlu adanya solusi untuk menghadapi dan menanggulangi permasalahan ini.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian remaja?

b. Apa aspek perkembangan psikologi remaja? c. Apa tugas perkembangan remaja?

d. Apa macam-macam kenakalan remaja ? e. Apa penyebab kenakalan remaja?

f. Bagaimana pergaulan dikalangan remaja ?

g. Apa macam bentuk perilaku menyimpang dikalangan remaja ?

1.3 Tujuan Pembahasan

a. Mengetahui pengertian remaja dan ciri cirinya b. Mengetahui aspek perkembangan remaja c. Mengetahui tugas perkembangan remaja d. Mengetahui macam-macam kenakalan remaja e. Mengetahui penyebab kenakalan remaja

f. Mengetahui kondisi pergaulan dikalangan remaja

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.

Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu : a. Masa remaja awal 12-15 tahun

(7)

2.2 Ciri- Ciri Remaja

Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.

Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).

Ciri-ciri remaja menurut Muhammad Al Mighwar (2006), antara lain :

 Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa

remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

 Masa remaja sebagai masa transisi. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

 Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh,

minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

 Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk

menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

(8)

 Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.

 Masa remaja sebagai masa menuju dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

Sedangkan Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi.

3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. 4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.

6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

(9)

2.3 Karakteristik perkembangan pada masa remaja

Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi : a. Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri.

Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.

1. Identitas kelompok

Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.

2. Identitas Individual

(10)

positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.

3. Identitas peran seksual

Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.

4. Emosionalitas

Remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.

b. Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.

Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.

c. Perkembangan Moral

(11)

dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.

d. Perkembangan Spiritual

Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.

1) Hubungan dengan orang tua

Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik

orang tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir.

Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.

2) Hubungan dengan teman sebaya

(12)

2.4 Tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain : Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.

1. Memperoleh peranan sosial

2. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif

3. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 4. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

5. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 6. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga 7. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).

Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

2.5 Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.

Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :

a. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

(13)

c. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.

Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.

Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.

Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:

a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.

b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.

2.6 Penyebab Kenakalan Remaja

Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

Faktor internal:

a.Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

(14)

namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:

a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.

b. Teman sebaya yang kurang baik

c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja antara lain :

1. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial. 2. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku

dan nilai-nilai anti-sosial.

3. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).

4. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak. 5. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.

6. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga. 7. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.

8. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain. 9. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan

baru.

10. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.

2.7 Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja

(15)

nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai-nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.

Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting bagi remaja.

Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.

Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.

Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :

a) Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara

b) Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual yang tidak bertanggung jawab dll

c) Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.

(16)

2.8 Pergaulan Remaja

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.

Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif.

Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Pergaulan remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.

2.9 Remaja dan Lingkungan Sosial

Lingkungan social meliputi teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan interaksi social dengan teman-temannya.

Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah. Hubungan dengan guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan konflik yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga sanagt besar bagi perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja ketika mereka berada disekolah.

(17)

Brown (1997) menggambarkan empat cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari masa kanak-kanak ke masa remaja :

a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan pada anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.

b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar oleh keluarganya.

c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja dengan orang tua mereka.

(18)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Remaja Saat ini

Remaja seringkali mendapat julukan tertentu dalam kehidupannya, pada perkembangan zaman saat ini remaja seringkali disebut sebagai kelompok ababil, karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuanya. Dilihat dari demensi usia dan perkembangannya, nampak bahwa kelompok ini tergolong pada kelompok “masa peralihan” dalam pengertian remaja merupakan decade yang bersifat sementara yaitu rentang waktu antara usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa pada setiap periode transisi selalu ada gejolak dan badai yang menyertai perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak dalam mencari identitasnya, meskipun gejolak pada setiap remaja memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang. Hal ini hampir sama dengan apa yang di kemukakan oleh Erickson bahwa masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

(19)

Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat pula menimbulkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidik diharapkan dapat mengatasi berbagai kesulitan remaja sehingga perkembangan kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik.

Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan yang sering muncul pada kelompok remaja sebenernya merupakan kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.

Kenakalan remaja tidak pernah berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses pada ruangan vakum tetapi selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam konteks sosio kultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersifat organisme fisiologis atau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan kultural.

Memperhatikan permasalahan yang mungkin timbul dalam kehidupan masa remaja serta isu-isu perkembangannya, pemahaman dan pemecahannya harus dilakukan secara interdisipliner dan antarlembaga. Meskipun demikian, pemecahan dan pendekatannya psikologi terutama Psikologi Perkembangan merupakan salah satu jalan yang paling strategis untuk memahami perkembangan remaja secara komperhensif.

3.2 Ciri-Ciri khas masa remaja awal

Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi.

(20)

Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (15-17 tahun). Organ-organ seks yang telah matang meyebabkan remaja mendekati lawan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada keberanian mereka menonjolkan “sex appeal” bahaya. Dari keadaan tersebut itulah kemudian sering masalah dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.

Hal kecerdasan atau kemampuan mental.

Kemampuan mental atau kemampuan berpikir remaja awal, mulai sempurna. Keadaan ini terjadi dalam usia antara 12-16 tahun. Lebih jelas lagi apa yang di kemukakan oleh Alfred binet, salah seorang pelopor mental test berbangsa perancis, bahwa pada usia 12 tahun kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai pada usia 14 tahun. Akibatnya si remaja awal suka menolak hal – hal yang tidak masuk akal. Penantangan pendapat sering terjadi dengan orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya jika mereka (remaja) mendapat pemaksaan menerima pendapat tanpa alasan rasional. Tetap, dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa.

Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan

Status remaja awal tidak saja sulit ditentukan, bahkan membingungkan. Perilaku yang diberikan oleh orang dewasa terhadap remaja awal sering berganti – ganti. Ada keraguan orang dewasa untuk memberik tanggung jawab kepada remaja dengan dalil “ mereka masih anak – anak “. Tetapi pada lain kesempatan, siremaja awal sering mendapat teguran sebagai “ orang yang sudah besar ”, jika remaja awal bertingkah laku yang kekanak – kanakan, akibatnya si remaja awal pun mendapat sumber kebingungan dan menambah masalahnya. Remaja awal memiliki banyak masalah yang dihadapinya.

(21)

Masa remaja awal adalah masa yang kritis.

Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan pada soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak. Keadaan remaja yang dapat menhadapai masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar menhadapi masalah – masalah selanjutnya, sampai ia dewasa. Ketidakmampuan menghadapi masalahnya dalam masa ini akan dijadikannya orang “dewasa” yang bergantung.

3.3 Permasalahan yang Timbul Pada Masa Remaja

o Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi itu dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (environment) termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasi yang mungkin dapat menguntungkan atau menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tersebut.

o Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv ( Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).

(22)

Liku-liku perkembangan yang ekstrem merupakan masalah yang tidak mudah diatasi, baik oleh individu yang bersangkutan maupun oleh masyarakat secara keseluruhan. Beberapa diantaranya ialah berikut ini :

Masalah-masalah yang mungkin timbul berhubungan dengan perkembangan fisik dan psikomotorik, misalnya :

a. Adanya variasi yang mencolok dalam tempo dan irama serta kepesatan laju perkembangan fisik antarindividual atau kelompok (wanita lebih cepat sekitar 1-2 tahun dari pria) dapat menimbulkan kecanggungan-kecanggungan bergaul satu sama lain.

b. Perkembangan ukuran-ukuran tinggi dan berat badan yang kurang proporsional, juga dapat membawa ekses psikologis tertentu, umpamanya munculnya nama-nama cemoohan (nickname) si congcorang, si gendut, dan sebagainya. Yang lebih jauh lagi dapat membawa kea rah self-rejection karena bodu-image-nya tidak sesuai dengan self-picture yang diharapkannya. c. Perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan

gejala-gejala emosional tertentu seperti perasaan malu.

d. Matangnya organ reproduksi, membutuhkan pemuasan biologis, kalau tidak terbimbing oleh norma-norma tertentu dapat mendorong remaja melakukan masturbasi, homo-sexual, atau mencoba heterosexual yang mungkin berakibat lebih jauh lagi berkembang penyakit kelamin, di samping merupakan pelanggaran atas norma kesusilaan.

Masalah-masalah yang mungkin timbul berhubungan dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif :

a. Bagi individu-individu tertentu, mempelajari bahasa asing bukanlah hal yang menyenangkan. Kelemahan-kelemahan dalam fonetik misalnya, juga dapat merupakan bahan semacam cemoohan, yang bukan mustahil berakibat sikap negatif terhadap pelajaran dan guru bahasa asing yang bersangkutan, benci pelajarannya dan juga terhadap gurunya.

(23)

– rasa rendah diri karena tidak pernah mastery atau mencapai hasil yang diharapkan dalam belajarnya).

c. Kadang-kadang terjadi ketidakselarasan, antara keinginan dan minat seseorang dengan bakat khusus (aptitudes)-nya, sering membawa kesulitan juga dalam memilih program/jurusan/jenis sekolah yang akan dimasukinya. Banyak kegagalan studi mungkin bersumber pada pilihan yang kurang tepat ini.

Masalah yang timbul berhubungan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan :

a. Keterikatan hidup dalam gang (peers group) yang tidak terbimbing mudah menimbulkan junevile delinquency (kenakalan remaja) yang berbentuk perkelahian antar-kelompok, pencurian, perampokan, prostitusi, dan bentuk-bentuk perilaku antisocial lainnya.

b. Konflik dengan orang tua, yang mungkin berakibat tidak senang di rumah, bahkan minggat (melarikan diri dari rumah).

c. Melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat atau agamanya, seperti mengisap ganja, narkotika dan sebagainya.

Masalah yang timbul berhubungan dengan perkembangan perilaku afektif, konatif dan kepribadian.

a. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan gerakan atau kegiatan dekstruktif yang spontan untuk melampiaskan ketegangan instutif emosionalnya meskipun ia tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari tindakan-tindakannya itu. Mudah terlibat kegiatan-kegiatan masa remaja.

b. Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar terintregasikan dan sintesis fungsi-fungsi psikofisiknya, yang berlanjut akan sukar pula menemukan identitas pribadinya. Ia akan hidup dalam suasana adolencentimes (remaja yang berkepanjangan) meskipun usianya sudah menginjak dewasa.

(24)

pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai.

d. Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.

3.4 Bentuk – Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja

Berdasarkan permasalahan remaja yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dispesifikasikan bentuk-bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan remaja diantaranya sebagai berikut :

Remaja dan Rokok

Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.

(25)

Penyimpangan Seks

Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama. “Banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika.

Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut. Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan.

Apalagi apabila kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan.

(26)

impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan.

Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan Remaja

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.

 Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).

(27)

 Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari harapan.

Remaja dan Handphone serta Perangkat Tehnologi Lainnya

 Kehadiran telepon seluler (ponsel) atau Handphone telah merubah kehidupan manusia. Jarak selama ini dituding menjadi biang keladi kesulitan itu, tidak kuasa lagi menghalangi. Sebagian besar remaja zaman sekarang merasa dirinya sangat tergantung pada Handphone. Menurutnya, kehadiran ponsel sangat membantu kemudahan hidup, komunikasi. Tujuan kemudahan hidup itu pula yang memaksa dirinya memutuskan menggunakan ponsel beberapa tahun silam. Alasannya biar bisa berkomunikasi dengan mudah.

(28)

Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja

Kalau kita membicarakan dan membahas tentang pergaulan bebas,sudah pasti kita akan berhubungan dengan anak remaja karena banyak korbannya adalah dari kalangan remaja.Masa remaja bagi semua orang dan juga menurut saya adalah masa yang paling indah atau berseri.Di masa itu juga proses pencarian jati diri seseorang berlangsung.Dan pada proses itulah banyak para remaja yang terjebak ke dalam pergaulan bebas tersebut karena tidak mengetahui dampak buruk bagi dirinya sendiri.Pergaulan bebas di kalangan remaja saat ini telah mencapai titik kekhawatiran yang sangat tinggi atau cukup parah,terutama seks bebas dan penggunaan obat-obatan terlarang.

Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah penderita HIV/AIDS dan wanita terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang hamil di luar nikah.Hal ini di karenakan sekarang mereka sangat begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang-orang dewasa.Bahkan sekarang pelakunya bukan saja mahasiswa dan anak SMA saja,namun sudah merambat sampai ke anak SMP.

Dan pada saat ini banyak sekali orang-orang yang melakukan perbuatan keji dan tidak berkeprimanusiaan untuk menutupi aib nya,yaitu dengan melakukan aborsi.Padahal mereka tahu akibat aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuhnya sendiri dan keselamatannya secara fisik.Bahkan bukan hanya pada kesehatan dirinya sendiri, tetapi juga sangat berdampak hebat bagi keadaan mental seseorang yang melakukan aborsi tersebut.Namun demi menutupi aib yang ia timbulkan sendiri,ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Oleh karena itu jika tidak secepatnya di atasi,akibat pergaulan bebas ini akan sangat membawa dampak negatif dan efek yang buruk bagi perkembangan zaman.

(29)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.

Masa remaja dianggap sebagai suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.

Masalah-masalah yang mungkin timbul berhubungan dengan perkembangan fisik dan psikomotorik, perkembangan bahasa dan perilaku kognitif, perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan, serta perkembangan perilaku afektif, konatif dan kepribadian

Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah. Dampaknya remaja akan mengembangkan perilaku menyimpang seperti merokok, penggunaan obat terlarang, penyimpangan seksual dan ketergantungan akan tehnologi.

4.2. Saran

Masalah perilaku menyimpang maupun kenakalan remaja merupakan sebagian masalah-masalah social yang dihadapi masyarakat dan sudah lama menjadi bahan pemikiran. Maka penanggulangan masalah perilaku menyimpang maupun kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditunjukan kearah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa.

(30)
(31)

DAFTAR PUSTAKA

 Dr.H.Syamsu Yusuf LN., M.Pd Pisikologi perkembangan,Anak dan Remaja., PT Remaja Rosdakarya, Bandung

 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, PT Erlangga, Jakarta

 Prof. Dr. Sarlito Wirawan Saryono Psikologi Remaja, , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

 Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai lembaga pendidikan modern, madrasah dewasa ini memiliki visi dan misi baru yang lebih modernis daripada era awal kelahirannya, tidak hanya menyiapkan peserta didik

Jual beli ‚Mahar‛ benda pusaka merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual, bisa berupa uang, amalan-amalan khusus, atau sesuai kehendak si penjual

Keberhasilan pelaksanaan upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan di Desa Tudi Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara, dengan tujuan untuk: (1) menciptakan kepedulian masyarakat

Sedangkan dengan obesitas mendapat kontribusi sumbangan zat gizi dari kelompok bahan energi, protein, karbohidrat .lemak dan pangan kacang-kacangan tidak berbeda

Gunakan bahan yang tidak mudah terbakar seperti vermikulit, pasir atau tanah untuk menyerap produk ini dan.. tempatkan dalam kontainer untuk

Kecemasan yang tidak ditangani akan mengakibatkan remaja mengalami ketakutan terus menerus, tidak bisa berkonsentrasi dan bahkan dapat timbul serangan panic sehingga remaja