30
Tindakan Kelas merupakan penelitian yang bersifat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Penelitian ini mengacu pada konsep
Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66) dimana terdapat empat tahap
yakni perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), serta
refleksi (reflection). Model tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Penelitian Spral Kemmis dan Mc Taggart
3.2 Setting dan Karakteristik subjek penelitian
3.2.1 Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu,
Ambarawa Semester 2 tahun ajaran 2016-2017. SDN Jambu 01 Kecamatan
Jambu, Ambarawa beralamat di Desa Jambu, Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang Jawa Tengah. Lokasi SD ini berada di tengah perkampungan yang
memiliki luas tanah sekitar 2,290 m². Adapun jumlah siswa secara keseluruhan
yakni 181 dengan komposisi 97 siswa laki-laki dan 84 siswa perempuan dan 13
tenaga pengajar.
3.2.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu,
Ambarawa dengan jumlah 29 siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April tahun 2017.
Alasan peneliti memilih kelas tersebut sebagai subjek penelitian adalah
berdasarkan hasil observasi awal pada pembelajaran matematika tentang bilangan
pecahan, hasil belajar siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Ambarawa
masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa, khususnya pada materi bilangan pecahan.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yakni variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sifatnya berdiri sendiri dan dapat
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran PBL.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri dan
tidak dapat memberi pengaruh terhadap variabel lain. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa kelas 4 SDN Jambu 01
Kecamatan Jambu, Ambarawa.
3.3.2 Definisi Operasional
a. Model pembelajaran PBL adalah model pembelajaran dimana guru
menyajikan masalah yang telah terjadi kepada siswa dan melibatkan siswa
dalam pemecahan masalah yang akan dipilih. Siswa membentuk kelompok
2-3 orang untuk memecahkan masalah yang akan dipilih. Guru memotivasi
guna memperoleh jawaban dan pemecahan masalah. Siswa mengembangkan
informasi yang diperoleh melalui pengetahuannya dan menyajikannya dalam
laporan. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terkait penyelidikan yang telah mereka lakukan.
b. Hasil belajar adalah peningkatan pemahaman terhadap materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam
penelitian ini skor hasil belajar kognitif diperoleh melalui soal pilihan ganda
yang dikerjakan oleh siswa di setiap siklusnya.
3.4 Rencana tindakan
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan Kemmis & Mc. Taggart yang
terdiri dari 4 tahapan kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action),
pengamatan (observasi) serta refleksi (reflection) yang akan dilakukan dalam 2
siklus. Adapun langkah-langkah tindakan pada setiap siklusnya yaitu mulai dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hal ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
3.4.1 Siklus I
a. Perencanaan
1. Permohonan ijin pelaksanaan penelitian di SDN Jambu 01 Kecamatan
Jambu, Ambarawa.
2. Melaksanakan observasi untuk mendapatkan data berupa kondisi awal
proses pembelajaran matematika kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan
Jambu, Ambarawa.
3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat pada proses
pembelajaran matematika kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu,
Ambarawa.
4. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).
5. Merancang pembelajaran dengan PBL.
6. Membuat lembar pengamatan observasi untuk mengamati kegiatan guru
7. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan, antara lain lembar
kerja kelompok, kapur tulis, dan lain-lain.
8. Menyusun alat evaluasi (soal evaluasi) pada akhir siklus.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan siklus I pada penelitian
ini adalah:
1. Guru menerapkan metode pembelajaran PBL pada pembelajaran
matematika materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan berbagai
bentuk bilangan pecahan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dengan membagi siswa secara kelompok.
2. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa. Kemudian
siswa bersama kelompok membagi tugas pada masing-masing anggota
kelompok untuk mengumpulkan data, informasi dan berdiskusi
memecahkan masalah operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
berbagai bentuk bilangan pecahan.
3. Guru berkeliling membimbing, mengawasi, memfasilitasi dan memotivasi
siswa yang kesulitan menyelesaikan masalah.
4. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi kelompok
5. Guru membimbing siswa melakukan refleksi diri terkait dengan materi
dan kebermanfaatan materi pelajaran dengan kehidupan mereka sehari-hari
6. Pada akhir siklus diadakan tes evaluasi kemampuan pemecahan masalah.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan. Observasi meliputi
pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas peneliti sebagai guru selama
pembelajaran berupa lembar observasi dalam proses pembelajaran.
1. Observasi aktivitas siswa
Pengamatan aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama penerapan
pembelajaran Matematika dengan metode pembelajaran PBL pada operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk bilangan pecahan,
pemecahan masalah berdasarkan atas kemampuan siswa dalam memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, melakukan
pengecekan kembali.
2. Observasi aktivitas guru
Pengamatan aktivitas guru berdasarkan atas kemampuan guru menerapkan
PBL dalam pembelajaran, seperti memberikan masalah
mengorganisasikan siswa untuk memahami masalah, mengarahkan siswa
dalam kelompok, membimbing siswa dalam diskusi, membimbing siswa
dalam menarik kesimpulan dan kemampuan dalam melaksanakan evaluasi.
d. Refleksi
Data yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari tindakan
yang telah dilakukan dianalisis dan dikaji keberhasilan dan kekurangannya. Hasil
refleksi siklus I merupakan bahan penyusunan rencana tindakan pada siklus II.
3.4.2 Siklus II
a. Perencanaan
1. Mengidentifikasi data dan informasi dari hasil refleksi pada siklus I.
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan standar
kompetensi (SK) menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, dan
kompetensi dasar mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
3. Merancang pembelajaran dengan PBL.
4. Membuat lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
5. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan, antara lain lembar
kerja kelompok, kapur tulis, dan lain-lain.
6. Menyusun alat evaluasi (soal evaluasi) pada akhir siklus.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Memperbaiki tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
2. Guru menerapkan metode pembelajaran PBL pada pembelajaran
bentuk bilangan pecahan, sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dengan membagi siswa secara kelompok.
3. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa. Kemudian
siswa bersama kelompok membagi tugas pada masing-masing anggota
kelompok untuk mengumpulkan data, informasi dan berdiskusi
memecahkan masalah operasi hitung perkalian dan pembagian berbagai
bentuk bilangan pecahan.
4. Guru memantau perkembangan kemampuan siswa memecahkan masalah
operasi hitung perkalian dan pembagian berbagai bentuk bilangan
pecahan.
5. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi kelompok.
6. Pada akhir siklus diadakan tes evaluasi kemampuan pemecahan masalah
siklus II.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan. Observasi meliputi
pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas peneliti sebagai guru selama
pembelajaran berupa lembar observasi dalam proses pembelajaran.
1. Observasi aktivitas siswa
Pengamatan aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama penerapan
pembelajaran Matematika dengan metode pembelajaran PBL pada operasi
hitung perkalian dan pembagian berbagai bentuk bilangan pecahan, yang
nantinya apakah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah berdasarkan atas kemampuan siswa dalam memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, melakukan
pengecekan kembali.
2. Observasi aktivitas guru
Pengamatan aktivitas guru berdasarkan atas kemampuan guru menerapkan
Problem Based Learning dalam pembelajaran, seperti memberikan
masalah mengorganisasikan siswa untuk memahami masalah,
mengarahkan siswa dalam kelompok, membimbing siswa dalam diskusi,
a. Refleksi
Data yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari siklus II
yang telah dilakukan dianalisis dan dikaji keberhasilan dan kekurangannya.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa yang dilakukan
pada akhir kegiatan setiap siklusnya atau yang biasa disebut dengan post test
dengan memberikan sejumlah soal kepada subjek penelitian. Dalam
pengumpulan data alat yang digunakan berupa soal tes yang telah disesuaikan
dengan indikator dari materi bilangan pecahan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mendapat data mengenai perkembangan aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga bisa
dilihat dalam pelaksanaan pembelajaran apakah sudah sesuai dengan kondisi
dan proses seperti yang diharapkan. Adapun observasi dilakukan oleh
observer yakni guru kelas 4 SDN 01 Jambu Kecamatan Jambu Ambarawa
sebagai kolaborator.
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
1. Tes
Tes yang diberikan yakni tes tertulis berbentuk ganda yang diberikan pada
akhir siklus. Adapun kisi-kisi tes evaluasi kemampuan pemecahan masalah
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Tes Siswa Siklus I
No Kompetensi Dasar Indikator No. Item Jumlah
1 6.1Menjelaskan arti pecahan dan urutannya.
6.1.1Menjelaskan arti pecahan dan urutannya
1,2,3,22,
23,24,25 7
6.1.2Menuliskan pecahan pada garis bilangan
No Kompetensi Dasar Indikator No. Item Jumlah
1 6.3Menjumlahkan pecahan. 6.3.1Menjumlahkan pecahan biasa yang berpenyebut sama
1,2,3,4,5, 6,7,8,9,10,
10
6.3.2Menjumlahkan pecahan biasa yang berpenyebut berbeda
6.3.3Menjumlahkan desimal 21,22,23, 24,25,26,
pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran PBL yang dilakukan oleh
Tabel 3.3 mandiri dan kelompok
17,18,19,20 4
1. Skor 1 jika pernyataan tersebut dilakukan guru dalam kategori kurang.
2. Skor 2 jika pernyataan tersebut dilakukan guru dalam kategori cukup.
3. Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan guru dalam kategori baik.
4. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan guru dalam kategori sangat baik.
Tabel 3.4
c. Melakukan investigasi secara mandiri dan
1. Skor 1 jika pernyataan tersebut dilakukan siswa dalam kategori kurang.
2. Skor 2 jika pernyataan tersebut dilakukan siswa dalam kategori cukup.
3. Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan siswa dalam kategori baik.
4. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan siswa dalam kategori sangat baik.
Kriteria Penilaian
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2010: 173). Valid berarti instrumen tersebut
suatu item valid atau tidak dapat mengacu pada pedoman yang dikemukakan oleh
Muhidin dan Abdurrahman (2009: 173) sebagai berikut:
a. Jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r maka item tersebut
dinyatakan valid
b. Jika nilai hitung r lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka item tersebut
dinyatakan tidak valid
Menurut Wardani dkk (2012: 344) reliabilitas tes adalah kemampuan alat
ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg. Selain itu,
Wardani dkk (2012: 344) juga mengemukakan tujuan utama menghitung
reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan (precision) dan
keajegan (consistency) skor tes. Artinya, penghitungan reliabilitas suatu instrumen
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen dari variabel yang
hendak diukur. Pengukuran reliabilitas instrumen dalam penelitian ini mengacu
pada dituliskan oleh Wardani dkk (2012: 346) yakni sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Tingkat Reliabilitas Instrumen
Indeks Interpretasi
0,80-1,00 Sangat Reliabel < 0,80-0,60 Reliabel < 0,60-0,40 Cukup Reliabel < 0,40-0,20 Agak Reliabel
< 0,20 Kurang Reliabel
Dalam penelitian ini validitas dan reliabilitas instrumen dihitung dengan
menggunakan SPSS versi 24.
3.6.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I
Uji coba instrumen penelitian dilakukan di luar sasaran penelitian yakni
diujicobakan pada siswa kelas V SDN Jambu 01 Kecamatan jambu Ambarawa
yang berjumlah 30 siswa. Artinya, butir soal tes dinyatakan valid apabila nilai
rhitung > rtabel. Nilai rtabel dalam uji coba instrumen ini untuk jumlah 30 siswa
Tabel 3.6
Validitas Soal Evaluasi Siklus I
No Kriteria No. Soal Jumlah
1 Valid 1,2,3,6,7,8,9,11,13,14,15,16,18,20,22,25,26,27,29,30 20
2 Tidak Valid
4,5,10,12,17,19,21,23,24,28 10
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 butir soal evaluasi yang
diujicobakan 10 soal dinyatakan tidak valid dan 20 soal dinyatakan valid. Adapun
soal yang dinyatakan valid yakni soal nomor
1,2,3,6,7,8,9,11,13,14,15,16,18,20,22,25,26,27,29,30. Sedangkan soal yang tidak
valid yakni pada nomor 4,5,10,12,17,19,21,23,24,28. Dari 20 item yang valid
tersebut, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,924 dengan demikian dapat
dikatakan bahwa instrumen soal evaluasi siklus I sangat reliabel.
3.6.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II
Tabel 3.7
Validitas Soal Evaluasi Siklus II
No Kriteria No. Soal Jumlah
1 Valid 1,2,3,6,7,8,9,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,23,25 ,26,27,29,30
25
2 Tidak
Valid
4,5,10,19, 28 5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 butir soal evaluasi yang
diujicobakan 5 soal dinyatakan tidak valid dan 25 soal dinyatakan valid. Adapun
soal yang dinyatakan valid yakni soal nomor
1,2,3,6,7,8,9,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,23,25,26,27,29,30. Sedangkan soal
yang tidak valid yakni pada nomor 4,5,10,19, 28. Dari 20 item yang valid
tersebut, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,889 dengan demikian dapat
dikatakan bahwa instrumen soal evaluasi siklus II sangat reliabel.
3.7 Uji Taraf kesukaran Soal Evaluasi
Tingkat kesukaran soal menurut Slameto dalam Wardani (2012: 338) adalah
angka yang menunjukkan proporsi peserta didik yang menjawab betul suatu butir
sebaliknya semakin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar
(Wardani, 2012: 338). Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat
kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah,
sedang dan sukar (Sudjana, 2011: 137). Untuk menentukan indeks kesukaran
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = Jumlah siswa
Kriteria indeks kesulitan sol sebagai berikut:
I = 0,00-0,30 masuk dalam kategori sukar
I = 0,31-0,70 masuk dalam kategori sedang
I = 0,71-1,00 masuk dalam kategori mudah
Tabel 3.8
Taraf Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I
Indeks kesukaran No. item Jumlah item
Mudah 1,3,6,9,15,29,30 7
Sedang 2,7,8,11,13,14,16,18,20,22,25,26,27 13
Sukar - -
Total item 20
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 20 item valid, yang
memiliki indeks kesukaran kategori mudah berjumlah 7 item yaitu pada nomor
Item 1,3,6,9,15,29,30. sedangkan item yang memiliki indeks kesukaran dengan
kategori sedang berjumlah 13 item yakni pada item nomor
2,7,8,11,13,14,16,18,20,22,25,26,27. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dari 20 item soal valid yang terdapat pada soal evaluasi siklus I, 7 item memiliki
indeks kesukaran mudah dan 13 item memiliki indeks kesukaran sedang.
Selanjutnya, hasil uji taraf kesukaran soal evaluasi siklus II dapat dilihat pada
Tabel 3.9
Taraf Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II
Indeks kesukaran No. item Jumlah item
Mudah 6,9,11,12,15,17,21,29,30 9
Sedang 1,2,3,7,8,13,14,16,18,20,22,23,24,25,26 ,27
16
Sukar
Total item 25
Berdasarkan tabel 3.8 dapat dijelaskan bahwa dari 25 item valid, yang
memiliki indeks kesukaran kategori mudah berjumlah 9 item yaitu pada nomor
Item 6,9,11,12,15,17,21,29,30. sedangkan item yang memiliki indeks kesukaran
dengan kategori sedang berjumlah 16 item yakni pada item nomor
1,2,3,7,8,13,14,16,18,20,22,23,24,25,26,27. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dari 25 item soal valid yang terdapat pada soal evaluasi siklus II, 9 item
memiliki indeks kesukaran mudah dan 16 item memiliki indeks kesukaran sedang.
3.8 Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan harapan terjadinya peningkatan hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika yang didasarkan pada kenaikan nilai
rata-rata siswa satu kelas dari siklus I ke siklus II. Penggunaan PBL dalam penelitian
ini dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika 80% dari jumlah siswa mendapat nilai ≥ KKM yakni 65.
3.9 Teknik Analisis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
berupa hasil tes evaluasi kemampuan pemecahan masalah pada siswa di setiap
akhir siklus dan data kualitatif yang berupa hasil observasi aktivitas guru dan
siswa. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskripsi
komparatif. Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil penelitian pra
siklus dan tiap siklus yang telah dilakukan. Setelah memperoleh data, langkah
selanjutnya adalah mengolah data dan menganalisis data hasil tes evaluasi
kemampuan pemecahan masalah dan lembar observasi terhadap aktivitas guru dan