• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pela"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan membahas tentang kajian teori yang terdiri dari hakekat matematika, pembelajaran matematika, pembelajaran matematika di SD, tujuan pembelajaran matematika di SD, Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang terdiri dari Hakekat Pembelajaran Teams Games Tournament, langkah - langkah Pembelajaran Teams Games Tournament, kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Teams Games Tournament, implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament, hasil belajar (hakekat hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, penilaian hasil belajar), hubungan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan hasil belajar, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis tindakan secara lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut.

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika

2.1.1.1 Hakikat Matematika

(2)

berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari . Mungkin juga kata ini berhubungan erat dengan kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.

Kata matematika diambil dari salah satu kata dalam bahasa latin “mathemata” yang memiliki arti “sesuatu yang dipelajari”. Sedangkan matematika didalam bahasa Belanda dengan sebutan “wiskunde” yang memiliki arti “ilmu pasti” dalam (Ahmad Susanto, 2013:184) Menurut Ali Hamzah, (2014:47) mengatakan bahwa “matematika memiliki aspek teori dan aspek terapan atau praktis dan penggolongannya atas matematika murni, matematika terapan dan matematika sekolah”. Umumnya matematika dikenal dengan keabstrakannya, karena hal itu juga berkaitan dengan realita kehidupan manusia. Sedangkan dalam (Ali Hamzah,2014:48) definisi matematika adalah “cara atau metode berfikir dan bernalar, lambang bilangan yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya, seni seperti pada seni musik yang penuh dengan simetri, pola dan irama yang dapat menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator luar angkasa, pembuat mesin dan akuntan”.

Jadi secara umum matematika dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pasti yang dapat dipelajari yang terdiri dari aspek teori, murni dan terapan yang mengandung metode penalaran, lambang bilangan sehingga dapat dipahami oleh semua bangsa yang berbudaya yang mendasari ilmu dalam semua aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu matematika sangat dibutuhkan dan penting dalam semua aspek kehidupan manusia, apalagi siswa SD sehingga matematika sangat diperlukan cara berfikir yang lebih serius lagi untuk mengetahui makna yang terkandung dalam matematika tersebut. Banyak persoalan dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan matematika. Sebagai contoh kecil untuk mengetahui jumlah jari tangan kita, siswa SD pasti menghitung berapa jumlah jari

(3)

kita akan belajar menalar secara kritis, aktif dan kreatif. Piaget dalam teorinya bahwa siswa SD berada pada tahap operasional kongkrit yaitu mengembangkan pemikiran logis, masih terikat fakta perseptual, mampu berfikir logis tapi terbatas pada objek kongkrit, dan mampu malakukan konsevasi. Intinya bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa SD, mereka mempunyai karakteristik sendiri dimana dalam proses berfikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal yang faktual. Dalam arti lain bahwa matematika memiliki fungsi yang praktis dalam kehidupan manusia sehari- hari dan dengan semua

masalah yang kaitannya dengan matematika harus diselesaikan dengan matematika secara cermat dan teliti.

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika

Menurut Dimyati dalam (Ahmad Susanto, 2013:186) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan “kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif”. Dan menurut Kimble dan Germey dalam (Thobroni, 2015:17), mengatakan bahwa pembelajaran yaitu “suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang”. Pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Hal ini dikarenakan bahwa subjek atau yang sering disebut peserta didik atau pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar mengajar. Peserta didik yang menjadi pusat kegiatan belajar mengajar dituntut untuk aktif mencari, aktif menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah dan menyimpulkan suatu masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Thobroni, 2015:16), pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mempunyai arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diikuti, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara yang menjadikan makhluk hidup belajar. Sehingga dari

(4)

aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik mampu menemukan, menyelesaikan dan menyimpulkan suatu masalah.

Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dibimbing oleh guru sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didik, pemahaman tentang konsep-konsep matematika supaya dapat digunakan untuk memahami dan memggunakan matematika sebagai alat untuk menyesaikan soal yang ada kaitannya dengan matematika dalam kehidupan sehari- hari.

Dalam kegiatan ini guru dapat memposisikan diri untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, kreatif, aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Dalam kegiatan belajar ini tercipta interaksi yang seimbang dan dinamis antara peserta didik dengan guru, maupun dengan lingkungan pada saat pembelajaran matematika sedang berlangsung.

2.1.1.3 Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan suatu ilmu pasti yang dapat dipelajari yang terdiri dari aspek teori, murni dan terapan yang mengandung metode penalaran, lambang bilangan sehingga dapat dipahami oleh semua bangsa yang berbudaya yang mendasari ilmu dalam semua aspek kehidupan manusia. Pemahaman terhadap peranan pengajaran matematika di Sekolah Dasar sangat membantu para guru untuk memberikan pembelajaran matematika secara proporsional sesuai dengan tujuannya. Sebagaimana tercantum dalam dokumen BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 2) mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik

dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

(5)

perseptual, mampu berfikir logis tapi terbatas pada objek kongkrit, dan mampu melakukan konsevasi. Intinya bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa SD, mereka mempunyai karakteristik sendiri dimana dalam proses berfikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal yang faktual.

Menurut Bruner bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda- benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep

matematika. Sehingga pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan pemahaman anak dalam mempelajari suatu konsep misalnya konsep matematika, maka materi pelajaran perlu disajikan oleh guru dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif atau pengetahuan agar dapat dipahami oleh peserta didik itu sendiri.

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) harus memperhatikan karakteristik matematika. Sumarno (2002:2) mengemukakan beberapa karakteristik matematika, yaitu materi matematika menekankan penalaran yang bersifat deduktif, matematika bersifat hirarkis dan terstruktur, dan dalam mempelajari matematika dibutuhkan ketekunan, keuletan serta rasa cinta terhadap matematika. Karena matematika bersifat hirarkis dan terstruktur, maka dalam belajar matematika tidak boleh putus-putus dan urutan materi harus diperhatikan. Artinya, perlu mendahulukan belajar tentang konsep matematika yang lain terlebih dahulu. Misalnya sebelum mempelajari perkalian, peserta didik harus mempelajari dan memahami konsep penjumlahan.

2.1.1.4 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Secara umum tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Menurut

Depdiknas (2001:9) kompetensi umum pembelajaran matematika adalah sebagai berikut;

(6)

2) Menentukan sifat dan unsur sebagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk menggunakan sudut, keliling, luas, dan volume.

3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

4) Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran.

5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.

6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan

gagasan secara matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan penekanan penataran nalar dalam penalaran matematika.

Adapun tujuan matematika sekolah, menurut Depdiknas (2001:9) tujuan khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut;

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

(7)

pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, hasil-hasil pembelajaran matematika berdampak kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan matematika sebagai salah satu alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika

sangatlah penting.

Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjadi bahwa “salah satu karakteristik matematika adalah berpola pikir deduktif yang merupakan salah satu tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan kepada penataan nalar.” Meskipun pola pikir ini penting, namun dalam pembelajaran matematika terutama pada jenjang SD masih diperlukan pola pikir deduktif, sedangkan jenjang sekolah menengah penggunaan pola pikir induktif dalam penyajian suatu topik sudah semakin dikurangi. Di samping cara berpikir, dalam proses pembelajaran siswa juga dilatih untuk mengembangkan kreatifitasnya melalui imajinasi dan intuisi. Setiap siswa punya kemampuan yang berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahan yang dikembangkan, inilah yang disebut dengan pemikiran divergen yang perlu terus dikembangkan.

Berdasarkan penjelasan tujuan pengajaran di atas dapat disimpulkan bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini. Masalah itu baik mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) 2.1.2.1 Hakikat TGT

(8)

Vries dan Keth Edward pada tahun 1995 (Trianto, 2010: 83). TGT merupakan sebuah model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan kemampuan heterogen untuk berkompetisi dalam suatu permainan. Tujuan TGT adalah untuk menciptakan suasana kelas yang efektif sehingga siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan termotivasi untuk mengupayakan keberhasilan tim. Slavin (2009:166) menyatakan bahwa TGT dapat meningkatkan kemampuan dasar, prestasi belajar siswa, interaksi positif antar siswa, penerimaan keanekaragaman teman sekelas dan kepercayaan diri.

Terdapat lima komponen utama dalam model pembelajaran TGT (Slavin, 2009:166 - 168), yaitu: class–presentation, Team, Game, Tournament dan Team-Recognize. Tahap class–presentation, guru menyampaikan secara klasikal pokok materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta memberikan gambaran singkat tentang langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Team, pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam beberapa tim yang terdiri dari 3-4 siswa dengan kemampuan kognitif yang heterogen. Selanjutnya setiap tim diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi dan mengerjakan soal latihan. Tahap Game, tahap ini merupakan tahap permainan antar tim. Guru mengadakan kompetisi antar tim yang didesain dalam bentuk permainan. Games ini terdiri dari 3 babak, yaitu babak pertanyaan wajib, pertanyaan bergilir dan pertanyaan rebutan. Tahap selanjutnya adalah tahap Tournament. Tahap ini merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur kemampuan setiap anggota tim. Masing-masing dari anggota tim, dikelompokkan pada suatu meja turnamen untuk berkompetisi dengan anggota tim lain yang memiliki kemampuan yang sepadan (homogen). Langkah terakhir TGT adalah Team–Recognize, tahap pemberian penghargaan bagi tim yang mendapat hasil terbaik dari proses kompetisi baik kompetisi dalam tahap Team, Games maupun Tournament.

(9)

encourages active learning, as well as collaboration, and interactivity”. Selain itu, TGT mempunyai sistem kontrol yang baik, yaitu setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk kesuksesan kelompoknya. Dalam model ini siswa memainkan permainan dengan anggota- anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto,2010: 84).

Menurut pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Teams Games Tournamaent merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yamg menekankan pada bentuk permainan kelompok

atau kompetisi antar tim yang terdiri dari anggota heterogen yang berjumlah antara 5-6 orang dan dapat menciptakan suasana belajar menyenangkan dalam bentuk kerjasama yang positif.

2.1.2.2 Langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournament

Secara umum ada 5 komponen atau langkah-langkah dalam pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menurut De Vries dan Slavin dalam Alkrismanto (2005:18) meliputi;

1. Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada tahap class–presentation, guru menyampaikan secara klasikal pokok materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta memberikan gambaran singkat tentang langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar- benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor permainan akan sangat menentukan skor kelompok.

2. Belajar dalam kelompok (Teams)

(10)

bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau permainan. Selanjutnya setiap tim atau kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi dan mengerjakan soal latihan atau lembar kerja siswa (LKS).

3. Permainan (Games)

Games, tahap ini merupakan tahap permainan antar tim. Guru mengadakan kompetisi antar tim tau kelompok yang didesain dalam bentuk permainan. Games atau permainan ini terdiri dari pertanyaan- pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk meguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari

penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permaian terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan tersebut akan mendapat skor. Skor ini nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan. 4. Pertandingan atau lomba (Turnamen)

Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya tournament atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Turnamen atau lomba, pertama guru membagi peserta didik dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para peserta didik dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

5. Penghargaan kelompok (Team Recognition)

(11)

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Teams Games Tournament

(TGT)

a. Kelebihan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Mencermati model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menurut De Vries dan Slavin dalam Alkrismanto (2005:18) mengemukakan bahwa, kelebihan dari model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antara lain;

1) Melatih siswa untuk mengungkap atau menyampaikan gagasan atau idenya. 2) Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain.

3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.

4) Melatih siswa untuk mampu mengaktualisasikan dan mengoptimalkan potensi dirinya mengahadapi perubahan yang terjadi.

5) Melatih siswa untuk mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif dan bertanggung jawab.

b. Kelemahan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menurut De Vries dan Slavin dalam Alkrismanto (2004:18) mengemukakan bahwa, kelemahan dari model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antara lain;

1) Terkadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompoknya.

2) Kendala teknis, misalnya tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung untuk diatur keanggotaan kelompoknya.

(12)

2.1.2.5 Sintak Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Tabel 1

Sintak Pembelajaran Teams Games tournament (TGT)

Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Fase1

Peserta didik mendengarkan guru dan semangat dalam menanggapi apersepsi dari guru kelas, dan penjelasan singkat tentang LKS yang diberikan materi yang disampaikan guru. Supaya peserta didik dapat bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat permainan karena skor game atau permainan akan

Dalam kelompok belajar ini peserta didik peserta didik mendiskusikan lembar soal yang diberikan guru.

Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. menunjuk siswa atau membagi peserta didik untuk berada pada meja turnamen.

Masing-masing kelompok masuk meja turnamen dan mengerjakan soal turnamen, tapi tidak boleh memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

(13)

Tabel 2

Pemetaan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

No Fase TGT Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi Penutup 1 Pra / awal

Berdasarkan penjabaran sintaks Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Slavin dalam Rachmat (2003 : 15) dan pemetaan langkah- langkah TGT berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, selanjutnya

(14)

Tabel 3

Implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

Sintak TGT Tahapan/Langkah

Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan motivasi

Eksplorasi 1. Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas.

2. Guru menyampaikan penjelasan singkat tentang LKS yang diberikan kepada kelompok / tanya jawab

3. Guru juga memberikan kartu soal/ lembar kerja siswa (LKS)

1. Guru membagi kelas menjadi kelompok- kelompok Kelompok atau tim bertugas untuk mempelajari lembar kerja.

2. Guru mengarahkan aturan permainannya. Gamenya terdiri atas pertanyaan- pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa 2. Presentasi kelas yang diperoleh dari

presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.

3. Setelah selesai menghitung skor permainan

Pengumuman skor pemenang lomba

Konfirmasi 1. Guru mengumumkan kelompok yang menang

2. Masing-masing tim atau kelompok mendapat hadiah /mendapat umpan balik yang positif

3. Guru penguatan dalam bentuk lisan untuk memperoleh pengalaman belajar.

Penghargaan kelompok

Penutup 1. Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan mengambil kesimpulan 2. Guru memberikan umpan balik dan

penguatan terhadap proses dan hasil pembelajaran.

(15)

2.1.2.6 Implementasi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam

pembelajaran

Pada penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) sebagai awal pembelajaran disampaikan materi dalam penyajian kelas sebagai awal pembelajaran. Pemberian materi dan penjelasan singkat tentang lembar kerja siswa (LKS) digunakan sebagai stimulus pembelajaran yang selanjutnya, siswa diarahkan atau dibimbing guru untuk kerja kelompok. Dengan menggunakan model game aatau permainan dapat membantu peserta didik bekerja lebih baik

pada saat kerja kelompok. Karena fungsi kelompok dapat mendorong atau memotivasi peserta didik agar proses pembelajaran mengacu pada bekerja sama dalam belajar kelompok, hal ini dikarenakan permaianan atau games terdiri dari pertanyaan- pertanyaan sederhana bernomor.

Pada pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) harus sesuai dengan langkah- langkah dan tujuan supaya peserta didik mampu mampu bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya yang diberikan oleh guru. Sehingga dengan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam belajar kelompok ini peserta didik dapat mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa dan memperbaiki kesalahan- kesalahan konsep temannya jika kelompoknya melakukan kesalahan, serta dirancang untuk menguji pengetahuan peseta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Maka dalam pembelajaran dibutuhkan sebuah pembelajaran yang memfasilitasi agar siswa mempunyai keberanian dalam bersaing, bisa bekerjasama hingga kemudian siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Karena pembelajaran ini menekankan adanya kompetisi yang dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antara anggota dalam suatu bentuk turnamen atau perlombaan agar siswa memperoleh pemahaman akan materi pelajaran yang lebih baik .

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

(16)

diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.” Sama halnya menurut Suprijono (dalam Thobroni, 2015:20), mengatakan bahwa hasil belajar adalah “pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Merujuk pada pemikiran Gagne bahwa hasil belajar hal- hal berikut; (1) Informasi verbal, kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulis. (2) Keterampilan intelektual, kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. (3) Strategi kognitif, kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. (4)

Keterampilan motorik, kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap, kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Selain itu, menurut Lindgren (dalam Thobroni, 2015:22), mengatakan bahwa hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan perubahan- perubahan dalam bidang pengetahuan atau pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap yang dicapai oleh siswa setelah belajar. Maka hasil belajar peserta didik disini adalah adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini merupakan suatu proses dimana peserta didik berusaha mendapatkan perubahan perilaku yang relatif tetap, meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tetapi dalam hal ini, penelitian akan mengukur kemampuan peserta didik dalam aspek kognitif.

2.1.4.2 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman (dalam Ahmad Susanto, 2013:12) mengatakan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. (1)

(17)

yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal ini meliputi, keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Sama halnya dengan teori Gestalt (dalam Ahmad Susanto, 2013: 12), belajar merupakan “suatu proses perkembangan”. Di dalam setiap peserta didik secara kodrati jiwa raga mengalami perkembangan. Perkembangan ini sendiri memerlukan sesuatu baik dari dalam diri peserta didik sendiri maupun dari lingkungannya. Berdasarkan teori tersebut bahwa, hasil belajar dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, peserta didik; dalam arti kemapuan berpikir atau intelektual, motivasi, minat dan kesiapan peserta didik baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; lingkungan merupakan sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreatifitas guru, sumber- sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Oleh sebab itu, semakin jelas bahwa hasil belajar peserta didik merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang mempengaruhi, baik peserta didik maupun lingkungan. Senada menurut Ruseffendi (dalam Ahmad Susanto, 2013:14) mengatakan bahwa mengidentifikasikan faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu; kecerdasan, kesiapan peserta didik, bakat pesert didik, kemauan belajar, minat peserta didik, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.

2.1.4.3 Penilaian Hasil Belajar

Dalam penilaian tentang hasil belajar dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran peserta didik yang telah dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi pesrta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian juga dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan

tes.

(18)

belajar dalam penelitian ini adalah; (1)memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus, (2) mengembangkan indikator sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, (3) membuat kisi-kisi soal, (4) melaksanakan tes, (5) mengolah hasil tes untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dan keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut.

Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan memberikan soal tes kepada peserta didik. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan

terhadap materi dan konsep pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan.

2.1.5 Hubungan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dengan Hasil Belajar.

Pembelajaran Teams Games Tournament merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat mengembangkan siswa agar mempunyai keberanian dalam bersaing, bisa bekerjasama hingga kemudian siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri. Namun dalam kenyataan dan pelaksanaanya masih banyak kekurangan, salah satu penyebabnya adalah jika siswa belum terlatih dengan cara belajar seperti ini, mereka akan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar.

Jika pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar pola pemikiran siswa masih dalam tahap operasional kongkret ini sangat kesulitan dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Di dalam langkah- langkah pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdapat kerja kelompok, diskusi kelompok, permainan, dan demonstrasi di depan kelas. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat mengembangkan pemahaman dan memunculkan aktivitas serta meningkatkan

(19)

2.1.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Harjoko (2014), dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Pada Siswa Kelas V SD N Kedungjambal 02 Kab. Sukoharjo Tahun Ajaran

2013/2014”. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian model Teams Games

Tournament (TGT) ini terbukti bahwa hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan dan siswa lebih aktif pada siswa kelas V SD N Kedungjambal 02 Kab. Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014.

Sri Wilujeng (2013), dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Teams Games Tournament (TGT)”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika materi Bangun Ruang pada siswa kelas IV dan meningkatkan performansi guru di SDN Muarareja 02 Tegal tahun pelajaran 2011/2012.

Juniari Purwantini, I Wyn Wiarta, I Kt. Adnyana Putra (2013), dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tipe TGT Berbantuan Media Qustion Box Terhadap Hasil Belajar ”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT berbantuan media question box berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V Sekolah Dasar Nomor 9 Jimbaran Tahun Ajaran 2012/2013.

Narsih (2016), dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD”. Kesimpulan penelitian yang didapat dari ketiga siklus yang dilaksanakan, maka dari tahapan setiap siklus, dimana siklus I mencapai 48,44%, siklus II 84,85% dari kedua siklus masing-masing mengalami peningkatan secara signifikan.

(20)

di atas dapat dijadikan bukti bahwa penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika di SD, serta dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan saat ini. Karena dalam penelitian ini menekankan pada penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri Bakaran Kulon 03.

2.1.7 Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan

menyusun kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian ini. Kerangka berfikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian, yaitu Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kegiatan belajar mengajar, guru cukup mendominasi hampir seluruh waktu pembelajaran dan menyampaikan materi melalui ceramah, walaupun terkadang belajar diskusi dan kelompok untuk mengerjakan tugas. Interaksi antara siswa dan guru dilakukan hanya ketika guru menerangkan materi kepada peserta didik. Hal ini menyebabkan siswa kurang semangat dalam proses pembelajaran, dan mempengaruhi terhadap hasil belajarnya. Sehingga banyak peserta didik yang banyak belum mencapai KKM (60) akibatnya hasil belajar peserta didik rendah. Padahal kegiatan belajar mengajar akan efektif apabila peserta didik ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik mungkin dapat membangun pemahaman akan materi pelajaran yang lebih baik.

(21)

Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini diterapkan melalui beberapa tahapan yaitu menyampaikan tujuan pelajaran materi pelajaran, dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan peserta didik, kegiatan kelompok ini peserta didik mendiskusikan masalah- masalah, membandingkan jawaban, memeriksa atau meneliti, memperbaiki kesalahan konsep jika temannya satu kelompok ada yang melakukan kesalahan. Selanjutnya permainan yang terdiri dari pertayaan- pertanyaan sederhana yang sesuai dengan

materi dan mencoba menjawab pertanyaan dengan benar dan akan mendapat skor yang nantinya dikumpulkan untuk turnamen. Dalam turnamen guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen. Setelah turnamen selesai, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang masing- masing kelompok akan mendapat hadiah apabila apabila rata- rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

(22)

SINTAK TGT

Proses Pembelajaran

1. Menyampaikan materi dalam penyajian kelas.

2. Belajar dalam kelompok, diskusi masalah, membandingkan jawaban, memeriksa dan memperbaiki kesalahan konsep.

3. Permainan yang berisi pertanyaan relevan dengan materi. 4. Pertandingan atau lomba.

5. Penghargaan kelompok .

Dampak Dampak Instruksional

1. Mampu melakukan pengukuran sudut 2. Mampu mengenal satuan, jarak dan

kecepatan

Dampak Pengiring 1. Kerjasama 2. Tanggung jawab 3. Komunikatif 4. Toleransi 5. Aktif 6. Kreatif 7. Mandiri

Prinsip sosial

1. Teacher center 2. Kerja Kelompok 3. Student center 4. Diskusi kelompok 5. Penghargaan

kelompok

Sistem pendukung 1. Fasilitas

kelas 2. Tatap muka

Prinsip reaksi

1. Penghargaan hasil pribadi

2. Penghargaan hasil kelompok

Gambar 1 Kerangka Pikir Penerapan Pembelajaran Teams Games Tournament

(23)

2.1.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan sebagai dugaan atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah

1. Penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Bakaran Kulon 03 tahun pelajaran 2016/2017.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Gambar 1 Kerangka Pikir Penerapan Pembelajaran Teams Games

Referensi

Dokumen terkait

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

Jika kita melihat korelasi atau hubungan antara terapis dan keluarga seharusnya berada dalam tahap keintiman yang cukup tinggi, dimana ketika seseorang

Based on significant testing result and path coefficient conversion, it can determine which variables belong to driving force, then rank it based on the table Table

Sehubungan dengan berita acara penetapan pemenang seleksi pemilihan penyedia jasa konsultansi nomor : 15/PPBJ-Pws PU 12/III/2016 tanggal 7 Maret 2016 berkaitan dengan

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of

Edna K., The Management, Quality Health Information Management, Tenth Edition AHIMA, (Berwyn, Illionis: Physician Record. Company ,

menikmati makanan dengan sihat dan selamat membuang sisa makanan pada pinggan mangkuk membuang sebarang kotoran pada tangan.. Gambar menunjukkan amalan kebersihan diri yang

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menerapkan pelaksanaan audit pendokumentasian rekam medis dengan model analisis secara kuantitatif dari berbagai kasus pelayanan