• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Eksplorasi Data Praktikum 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis dan Eksplorasi Data Praktikum 2"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Asumsi Model

Part 1 – Deteksi Pelanggaran Asumsi*

Wahyu Dwi Lesmono

(2)
(3)

Kapan Pengujian Asumsi Model

dilakukan?

Pengujian asumsi model dilakukan apabila

metode penduga parameter yang digunakan

adalah metode OLS (

Ordinary Least Square

).

Namun tidak menutup kemungkinan jika

(4)

Kenapa Perlu dilakukan Uji Asumsi?

Suatu model dapat dikatakan memiliki nilai penduga terbaik

apabila memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator) berdasarkan minimisasi iteratif dengan teorema

Gauss-Markov, yaitu:

1. Penduga parameter bersifat efisien (Nilai ragam yang

minimum)

2. Penduga parameter bersifat linear terhadap variabel

bergantung.

3. Penduga parameter bersifat tidak bias (Nilai rata-rata dari

penduga parameter sama dengan nilai parameter itu

(5)

Aturan dalam asumsi

1. Hubungan antara variabel bergantung dengan variabel bebas bersifat linear.

2. Variabel bebas bersifat tetap pada setiap observasi (tidak

berubah-ubah/tidak stokastik).

3. Nilai variabel bebas harus bervariasi.

4. Nilai rata-rata residual/galat dengan syarat dari masing-masing variabel

bebasnya adalah 0.

5. Ragam residual/galat adalah konstan atau bersifat homokedastisitas.

6. Tidak ada hubungan antar perbedaan observasi residual (

serial correlation

).

7. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan residual.

8. Variabel residual/galat berdistribusi normal.

9. Tidak ada korelasi-korelasi yang sempurna antar variabel bebas.

(6)

Definisi Autokorelasi

Autokorelasi (Korelasi Silang atau Korelasi Seri)

merupakan suatu kondisi adanya korelasi antar galat

pada observasi yang berbeda. Suatu model dikatakan

baik apabila bebas dari masalah autokorelasi.

Autokorelasi sering terjadi pada data time series (data

dengan variabel waktu), namun tidak menutup

(7)

Faktor Penyebab Autokorelasi

1. Data mengandung pergerakan naik-turun secara musiman.

2. Kekeliruan memanipulasi data.

3. Data yang dianalisis tidak bersifat stasioner.

4. Data yang digunakan bersifat runtut.

5. Adanya bias spesifikasi (Mengeluarkan variabel yang

benar dari persamaan model karena alasan-asalan

tertentu).

6. Adanya keterlambatan (Lag)

(8)

Indikasi dan Konsekuensi Akibat Autokorelasi

1. Metode penduga masih bersifat linear dan tidak bias

namun tidak efisien sehingga tidak mempunyai ragam

yang minimum. Akibatnya kriteri metode penduga

berubah menjadi LUE (Linear Unbiased Estimation).

2. Nilai standard error pada parameter menjadi

underestimated dan nilai statistik t, F, dan koefisien

determinasi menjadi overestimated sehingga

memberikan kesimpulan yang menyesatkan tentang

arti statistik dan hasil dari koefisien penduga

(9)

Cara Mendeteksi Adanya Autokorelasi

1. Menggambarkan korelogram autokorelasi

dan autokorelasi parsial.

2. Menggambarkan scatter plot antara residual

dengan residual pada observasi sebelumnya.

3. Menggunakan uji Durbin-Watson atau uji

(10)

Cara Penanggulangan Adanya Autokorelasi

1. Biarkan data apa adanya (Jika datanya Cross-Sectional)

2. Menambahkan data observasi

3. Melakukan transformasi data dengan melakukan lag,

differencing pada variabel bebas, atau transformasi

dengan fungsi tertentu.

4. Menggunakan metode penduga Maximum Likelihood,

Yule-Walker, Full Information Maximum Likelihood, atau

Unconstrained Least Square (ULS).

(11)

Definisi Heterokesdastisitas

Heterokesdastisitas (Kebalikan dari Homokesdastisitas)

merupakan suatu kondisi terjadinya keragaman

residual/galat dengan observasi dari satu observasi ke

observasi yang lainnya. Suatu model dikatakan baik

apabila rata-rata nilai residualnya adalah nol, residualnya

memiliki ragam yang konstan, dan tidak saling

berhubungan dengan residual observasi yang lainnya.

(12)

Faktor Penyebab Heterokesdastisitas

1. Adanya penggolongan antarobjek, baik secara numerik maupun

kategorik, yang menyebabkan nilai penduganya terlalu jauh.

2. Metode penduga dan pengumpulan sampel yang menghasilkan

nilai simpangan baku parameter yang semakin besar.

3. Adanya pencilan pada data sehingga menyebabkan terjadinya

keragaman yang tinggi.

4. Kemiringan (skewness) yang tidak merata.

5. Spesifikasi model yang tidak tepat.

(13)

Indikasi dan Konsekuensi Akibat

Heterokesdastisitas

1. Uji F pada persamaan model yang signifikan namun banyak uji t dari

masing-masing parameter yang tidak signifikan atau sebaliknya

sehingga mengakibatkan nilai simpangan baku dari setiap variabel

bebasnya tidak dapat dipercaya kebenarannya serta mengakibatkan

ragamnya tidak minimum.

2. Nilai penduga parameter model tidak efisien sehingga mengakibatkan

nilai penduganya menjadi LUE (Linear Unbiased Estimation).

3. Nilai residual pada beberapa observasi cukup besar sehingga

mengakibatkan model tidak cocok untuk dilakukan prediksi

(cross-sectional) atau peramalan (time series).

(14)

Cara Mendeteksi Adanya Heterokesdastisitas

1. Melihat scatter plot/scatter gram antara

kuadrat residual dengan penduga variabel

bergantung atau variabel bebas.

2. Menghitung korelasi antara variabel bebas

dengan variabel residual dengan metode

korelasi Spearman-Rank.

(15)

Cara Penanggulangan Adanya

Heterokesdastisitas

1. Menggunakan metode penduga Regresi Instrumen

Variabel (IV), Generalized Least Square (GLS), Generalized

Method of Moment (GMM), Feasible GLS (FGLS), dan

Weighted Least Square (WLS) (Jika ragam kelompok

observasinya diketahui).

2. Transformasikan data dengan fungsi yang sesuai.

3. Menggunakan metode koreksi Heteroskedasticity

Consistent Coefficient Covariance (Jika ragam kelompok

observasinya tidak diketahui).

(16)

Definisi Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu kondisi

adanya korelasi antarvariabel. Suatu model yang

baik “seharusnya” tidak terjadi korelasi di antara

variabel bebasnya.

Secara aljabar, multikolinearitas disebabkan oleh

adanya kombinasi linear dari salah satu atau

(17)

Faktor Penyebab Multikolinearitas

1. Metode pengumpulan data yang digunakan

terbatas pada populasi yang diambil sampelnya.

2. Retriksi yang ada pada model

3. Spesifikasi model yang minim atau berlebihan

4. Model yang

overdetermined

(Lebih banyak

jumlah parameternya dibandingkan jumlah

observasi)

5. Pergerakan nilai antar variabel yang sama dengan

(18)

Indikasi dan Konsekuensi Akibat

Multikolinearitas

1. Nilai koefisien determinasi tinggi namun banyak variabel

bebas yang tidak signifikan atau sebaliknya. Sehingga

menyebabkan selang kepercayaan nilai penduga

parameternya lebih lebar.

2. Nilai standard error yang sangat rendah dibandingkan nilai

penduga parameter atau sebaliknya. Sehingga

menyebabkan terjadi kesesatan prediksi yang tidak ak

3. Nilai ragam dan koragam antar variabel yang cukup besar,

sehingga variabel-variabel tersebut sulit digunakan untuk

estimasi. Walaupun sulit digunakan untuk estimasi,

(19)

Cara Mendeteksi Adanya Multikolinearitas

1. Melihat bentuk scatterplot antar variabel

2. Melihat adanya koefisien korelasi antar variabel bebas

yang tinggi.

3. Melihat adanya koefisien korelasi parsial antar variabel

bebas dengan antar variabel kontrol yang tinggi.

4. Menghitung nilai eigen dan indeks kondisi.

5. Menghitung nilai toleransi dan

Variance Inflating

Factor

(VIF)

(20)

Cara Penanggulangan Adanya

Multikolinearitas

1. Biarkan apa adanya.

2. Mengetahui adanya retriksi secara teoritis terdahulu pada model dari hasil penduga parameter dan menambahkan retriksi pada model.

3. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data time series. 4. Tambahkan jumlah observasi jika memungkinkan.

5. Hilangkan salah satu variabel bebas yang mengandung korelasi yang kuat terhadap variabel yang lain.

6. Transformasi variabel dengan fungsi resiprokal pada variabel yang memiliki korelasi kuat.

7. Transformasi variabel dengan melakukan differencing pertama. (Untuk data time series)

8. Menggunakan analisis faktor.

(21)

Contoh Kasus 1

Diketahui model regresi berganda yang didefinisikan sebagai berikut:

Dengan menetapkan tingkat kepercayaan sebesar 95%:

a. Buatlah persamaan Regresinya dengan metode penduga OLS dan lakukan pengujian signifikansi modelnya! b. Apakah metode penduga OLS dari

model tersebut terdapat asumsi yang dilanggar? Periksalah dengan uji

autokorelasi, heterokedastisitas, multikolinearitas!

(22)

-Analyze > Regression > Linear

-Masukkan variabel Y di kotak Dependent dan variabel X1 dan X2 di kotak Independent

-Statistics > Ceklis Estimates, Model Fit, R Squared Change, Collinearity Diagnostics, Durbin-Watson, Casewise Diagnostics pilih All cases > Continue

-Plot > Masukkan X sebagai ZPRED dan Y sebagai SRESID >

(23)

-Plot > di kotak Residuals ceklis Unstandardized > Continue

-Klik OK

-Uji normalitas (nilai statistik):

Analyze > Nonparametric Test > 1-Sample KS

Masukkan Unstandardized Residual ke Test Variable List > Ceklis Test Distribution Normal > OK

-Uji normalitas (visual):

(24)

Jawaban A

Berdasarkan nilai Adjusted R-Square

menunjukkan nilai 0.994 yang berarti 99.4% variasi dari Y dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel x1 dan x2, sisanya dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

Berdasarkan uji F dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap variabel y.

Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas secara terpisah memberikan pengaruh

terhadap variabel y.

N.B: Variabel bebas berpengaruh jika nilai Sig < Taraf Nyata . Baik uji F maupun uji t

1 2

9.261 0.261

1.187

Y

X

X

(25)

Jawaban A

Berdasarkan nilai Standard Error of the

Estimate adalah 0.1287 menunjukkan bahwa variasi Y yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 0.1287 satuan.

Berdasarkan uji F dapat disimpulkan bahwa nilai akar dari mean square residual yaitu 0.1287 yang

menunjukkan bahwa nilai error yang mungkin terjadi pada model sebesar 12.87%

Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa nilai simpangan baku untuk setiap penduga parameternya cukup kecil sehingga tidak berakibat banyak penyimpangan dalam menduga

variabel bergantung.

(26)

Prosedur Pengujian Autokorelasi dengan

Durbin-Watson

1. Tentukan banyaknya observasi (n) dan banyaknya variabel bebas pada model (k) 2. Hitung Durbin-Watson Statistik

3. Tentukan nilai Durbin-Watson Tabel (dL dan dU) dan selisih nilai 4 dengan Durbin-Watson batas atas (4-dU) dan batas bawah (4-dL)

(27)

Jawaban B (Uji Autokorelasi)

Pengujian dengan Durbin-Watson: -Banyaknya observasi n = 20

-Banyaknya variabel bebas k = 2

-Nilai Durbin-Watson statistik: DW=1.804

-Berdasarkan tabel Durbin Watson, diperoleh: 1. Batas bawah Durbin-Watson tabel:

dL = 1.1004

2. Batas atas Durbin-Watson tabel: dU = 1.5367

(28)

Jawaban B (Uji Autokorelasi)

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson didapat bahwa nilai Durbin-Watson

statistik berada diantara

dL

dan

4-dU

sehingga metode OLS pada model

regresi tidak mengalami masalah autokorelasi.

0

1.1004

1.5367

2

2.4633

2.8996

4

Terjadi autokorelasi positif

Tidak dapat disimpulkan

Tidak terjadi autokorelasi Terjadi autokorelasi negatif

1.804

(29)

Deteksi Heterokesdastisitas Secara Visual

dengan Scatter Plot

Untuk axis merupakan hasil estimasi dan ordinat merupakan kuadrat residual, gambar a tidak mengalami masalah heterokedastisitas, Gambar b, c, d, e mengalami masalah heterokedastisitas. Tidak adanya

(30)

Deteksi Heterokesdastisitas Secara

Visual dengan Scatter Plot

(31)

Jawaban B (Uji Heterokesdastisitas)

Dari scatter plot standardized predicted value dengan studentized

residual diperoleh pola yang tidak jelas sehingga dapat dikatakan bahwa

metode OLS pada model regresi tidak mengalami masalah

(32)

Deteksi Multikolinearitas

Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas

dapat menggunakan nilai Indeks Kondisi,

Toleransi, atau nilai

Variance Inflation Factor

(VIF).

Conditional

Index (CI) Toleransi(TOL)

Variance

(33)

Jawaban B (Uji Multikolinearitas)

(34)

Jawaban C (Uji Normalitas)

Dengan nilai P-Value = 0.721 > Taraf Nyata = 0.05 maka

residual berdistribusi normal sehingga tidak

(35)

Jawaban C (Uji Normalitas)

Berdasarkan P-P plot menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal.

Pada normal P-P Plot titik observasinya mendekati garis linear Z dan pada

detrended normal P-P plot titik observasinya menjauhi garis deviasi.

(36)

Jawaban C (Uji Normalitas)

(37)

Contoh Kasus 1 Versi SAS

(Input Program)

Keterangan:

fit untuk menduga parameter dari variabel bergantung

ols untuk metode penduga parameter

dw, dwprob, godfrey untuk uji autokorelasi

collin untuk uji multikolinearitas

white, breusch untuk uji heterokesdatisitas

(38)
(39)

Positif Negatif

Model Regresi dengan OLS seluruhnya normal, baik satu persamaan maupun sistem

Model Regresi dengan OLS seluruhnya tidak mengalami masalah autokorelasi, baik dengan metode Durbin-Watson maupun

Godfrey Model Regresi dengan OLS

(40)
(41)

Contoh Kasus 2

Penelitian yang dilakukan oleh Winda bertujuan

untuk mengetahui dampak volume maksimal

kebugaran tubuh berdasarkan faktor indeks

(42)

Kebugaran Gizi Aktiv fisik

a. Bentuklah model yang

menggambarkan tujuan

kasus tersebut dan dugalah

parameter model dengan

menggunakan metode OLS!

b. Lakukan pengujian asumsi

model untuk mengetahui

adanya pelanggaran asumsi

autokorelasi,

(43)
(44)

Jawaban A

Karena tujuannya ingin mengetahui pengaruh faktor indeks massa gizi

tubuh dan tingkat aktivitas fisik terhadap volume maksimal kebugaran

tubuh berdasarkan. Maka model dapat diformulasikan dengan model

regresi berganda:

0MAX 0 1 2

V

IMT

AF

Dengan menggunakan metode OLS diperoleh:

0MAX

48.7168 1.0224

8.3684

(45)

Jawaban B

Berdasarkan uji asumsi masalah heterokedastisitas dengan metode White dan

Bresuch-Pagan menunjukkan model tidak mengalami masalah heterokedastisitas.

(46)

Jawaban B

Berdasarkan nilai kondisi indeks menunjukkan bahwa variabel AF mengalami masalah multikolinearitas. Selain itu variasi proporsi parameter β3 terhadap parameter β2 dan β3 cukup tinggi sehingga metode OLS pada model regresi mengalami masalah multikolinearitas.

(47)

Contoh Kasus 3

Diketahui suatu sistem persamaan model yang didefinisikan sebagai berikut:

a. Dugalah parameter sistem model dengan metode OLS!

b. Lakukan pengujian asumsi untuk

(48)
(49)

Jawaban A

Nilai penduga parameter sistem model dengan metode

OLS didapat sebagai berikut:

(50)

Dari pengujian asumsi menunjukkan bahwa seluruh persamaan dengan penduga OLS tidak mengalami masalah heterokedastisitas namun y1 mengalami masalah autokorelasi

(51)

Check Point

1. Lakukan pengujian asumsi pada Modul ANEDA halaman 52!

(52)

Pertanyaan Tugas Besar Individu

1. Apakah yang dimaksud dengan masalah

asumsi endogenitas dan normalitas?

Sebutkan faktor penyebab, indikasi dan

konsekuensi, cara mendeteksi, dan cara

penanggulangan masalah endogenitas dan

normalitas!

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengestimasi parameter model pada teknik Regresi Linier Berganda tersebut, metode Ordinary Least Square (OLS) adalah salah satu metode yang dapat digunakan

Program untuk mencari posisi suatu data tertentu di larik Method untuk mendapatkan indeks array ke- yang terbesar Method untuk mendapatkan indeks array ke- yang terkecil Method

&lt; Penyerapan Tenaga Kerja usaha Mikro. Perbandingan diatas menunjukkan bahwa proporsi penyerapan tenaga kerja usaha kecil lebih besar dari usaha menengah dan gabungan

Tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai indeks kehandalan β tiap komponen sambungan yang dipilih berdasarkan fungsi performansi akhir kehandalan fatigue, parameter stokastik

Untuk pekerjaan pasangan batako mengalami penurunan harga pada kisaran volume pekerjaan diatas 2.5 m3, sedangkan untuk pekerjaan lainnya seperti pekerjaan batu

Pada gambar di atas diketahui bahwa terjadi hubungan kuat antar variabel prediktor, yakni hubungan antar total time dengan Moving Time , Avg Speed dengan Avg Moving

H6: Kebijakan Pengembalian tidak berpengaruh pada web brand trust Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel diatas, pengaruh kebijakan terhadap web brand

Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokinetika 2022 Suatu obat yang mengikuti model multi kompartemen dapat dilihat dari nilai r pada hasil persamaan regresi antara kadar obat dalam