BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kinerja Mengajar Guru
2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru.
Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris
Job performance atau actual performance yang artinya
sebagai prestasi kerja sesungguhnya yang dicapai seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan bahwa:
Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, motivasi, penga- laman, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan perannya dengan standar yang spesifik dan jelas yang ditetapkan oleh organisasi. Seorang guru dinyatakan berprestasi dalam kinerjanya apabila seorang guru memiliki: (1) Keterampilan mengajar, (2) Keteram- pilan menejemen, (3) Kedisiplinan dan ketertiban.
mengajar seorang guru menggunakan berbagai gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah, (d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai nilai yang baik.
2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b) dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan belajar mengajar selalu berusaha untuk mengem- bangkan diri.
guru selalu menerapkan beberapa metode. Hanif (2004) Menjelaskan bahwa:
Sekolah merupakan salah satu bentuk dari organisasi dan tujuan dari sekolah adalah menciptakan pendidikan yang berkualitas. Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru dan keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak efektif.
Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang efektif merupakan suatu keharusan untuk perkem- bangan pendidikan. Pekerjaan guru selain mengajar di dalam kelas juga bekerja dalam konteks organisasi sekolah. Guru mempunyai peran dan tanggungjawab yang luas terkait dengan mengajar, manajemen sekolah, perubahan kurikulum, inovasi pendidikan, pendidikan guru, bekerja dengan orang tua siswa dan pelayanan masyarakat (community services). Masih dalam Hanif (2004) berpendapat bahwa:
Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran,karena gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah. Faktor guru yang paling dominan yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran adalah kinerja mengajar guru. Hasil belajar siswa berhu- bungan dengan kinerja mengajar guru. Kinerja mengajar seorang guru sangatlah berhubungan dengan perilaku seorang guru yang didasarkan pada faktor intern yaitu motivasi dan kecakapan guru serta faktor eksternal yaitu faktor etos kerja dimana guru tersebut melaksanakan tugas mengajar.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Mengajar Guru
Kinerja mengajar guru secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, yaitu faktor status, jumlah siswa dalam kelas, pendapatan dan pengalaman kerja, sekolah negeri-swasta. Guru yang sudah menikah ditemukan memiliki kinerja yang rendah dibandingkan dengan guru yang belum menikah. Kinerja mengajar guru di kelas dengan jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan hasil belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat mempengaruhi kinerja guru, karena terbukti bahwa semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin baik kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang semakin banyak juga akan semakin meningkatkan kinerja guru menjadi semakin baik. Status sekolah ternyata juga dapat mempengaruhi kinerja guru, yang meneliti mengenai kinerja guru di sekolah negeri dengan di sekolah swasta di Pakistan menemukan bahwa kinerja guru di sekolah negeri adalah buruk, sedangkan kinerja guru di sekolah swasta adalah baik.
2.1.3. Mengukur Kinerja Mengajar Guru.
Perfomence Scale juga diadaptasi untuk mengukur kinerja mengajar guru. TJPS telah terbukti valid dan reliabel hasilnya adalah r (correctes item-total
correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71.
TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru di tempat kerja dan dapat membantu untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja mengajar guru pada tingkat individual dan organisa- sional serta membantu guru untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas dalam mengajar.
TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan mengukur 4 demensi, yaitu:
1. TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki kete- rampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar secara efektif di kelas dan memuaskan dalam gaya dan kualitas mengajarnya mencakup enam indikator, yaitu: (a) Menggunakan gaya mengajar yang berbeda-beda, (b) Kebanyakan siswa nilai perkembangan anak dengan baik, (c) Mengajar siswa sesuai kapasitas mereka, (d) Membuat persiapan dari rumah sebelum mengajar, (e) Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f) Menjawab pertanyaan dari siswa sebaik mungkin sehingga siswa merasa puas.
Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c) Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh oleh pekerjaan rumah, (d) Berusaha untuk mengembangkan diri.
3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara metoda-metoda di dalam kelas.
4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan kete- rampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a) Menolong siswa yang mengalami masalah selain masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru untuk memecahkan masalah di kelas, (e) Memo- tivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk pengembangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah memecahkan masalah disekolah.
Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher
Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban,
kategori pilihan jawaban dalam Teacher Job
Perfomence Scale karena dalam Sukardi (2008)
menyatakan bahwa:
Berdasar pada pengalaman di masyarakat di indonesia, ada kecenderungan seseorang atau responden memberikan pilihan jawaban pada katagori tengah bila menggunakan pilihan jawaban dengan katagori ganjil.
2.2
Gaya Kepemimpinan Demokratik
Kepala Sekolah
2.2.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Demokratik
Konsep pemimpin berasal dari kata leader dan kepemimpinan berasal dari kata leadership. Bennis (1989) mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisasikan, atau mengontrol usaha (upaya) orang lain atau melalui prestize, kekuasaan atau posisi. Menurut Gibson (2002) Kepemimpinan adalah suatu usaha untuk menggunakan gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive
Command dalam Samsudin (2006) yaitu,
Indrafachrudi (2006) mengartikan kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu. Sementara Rahman (2006) mengung- kapkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah.
Persepsi guru pada kepemimpinan kepala sekolah adalah proses penerimaan, penilaian, pengorgani- sasian dan penginterpretasian seorang guru terhadap kepala sekolah dalam mempengaruhi dan mengarah- kan dirinya untuk mencapai tujuan sekolah, melalui proses kognisi dan afeksi untuk menyimpulkan, menafsirkan pesan dan membentuk konsep.
2.2.2 Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Demokratik
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
1. Kelebihan pemimpin yang bergaya demokratik. a. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau mene-
b. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota- nya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. c. Ia selalu berusaha membangun semangat
anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendele- gasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
2. Kekurangan pemimpin yang bergaya demokratik. a. Proses pengambilan keputusan akan memakan
waktu yang lebih lama.
b.Sulitnya pencapaian kesepakatan.
Gaya kepemimpinan demokratik menurut Stevensen (1999) adalah:
Masih dalam Stevensen (1999) bahwa pengukuran variabel gaya kepemimpinan demokratik menggu- nakan indikator Democratic leadership questionere.
Penulis menguraikan sebagai berikut: (1) Saya selalu mempertahankan otoritas pengambilan keputusan akhir dalam organisasi atau tim saya, (2) Saya selalu mencoba untuk memasukkan satu atau lebih guru dalam menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Namun, saya mempertahankan otoritas pengambilan kepu- tusan akhir, (3) Saya dan guru saya selalu melakukan
voting setiap kali sebuah keputusan besar harus
mereka, (22) Saya suka kekuatan dimana posisi kepemimpinan saya mengendalikan lebih dari bawahan, (23) Saya ingin menggunakan kekuatan kepemimpinan saya untuk membantu bawahan berkembang, (24) Saya ingin berbagi kekuasaan kepemimpinan saya dengan bawahan saya, (25) Guru harus diarahkan atau diancam dengan hukuman agar membuat mereka mencapai tujuan organisasi, (26) Guru akan berlatih mengarahkan diri jika mereka berkomitmen untuk tujuan, (27) Guru memiliki hak untuk menentukan tujuan organisasi mereka sendiri, (28) Guru dan karyawan mencari keamanan, (29) Guru tahu bagaimana menggunakan kreativitas dan kecerdikan untuk memecahkan masalah organisasi, (30) Guru saya dapat memimpin dirinya sendiri sebaik yang saya bisa.
2.3
Etos Kerja
Perilaku kerja positif yang timbul sebagai akibat dari keyakinan tentang nilai baik kerja itu sendiri. Jadi etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang atau kelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudkan secara khas dalam perilaku kerja mereka. Untuk mengukur indikator etos kerja guru Sinamo (2000) dalam bukunya Strategi Adaptasi Abad ke 21 bahwa etos kerja adalah:
(1). Kerja itu rahmat, Kerja adalah terimakasihku, Aku sanggup bekerja tulus, (2). Kerja itu amanah, kerja adalah tanggung jawabku. (3). Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku. (4). Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras. (5). Kerja itu seni, kerja adalah kesuka- anku,aku sanggup bekerja kreatif. (6). Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdianku, aku sanggup bekerja serius. (7). Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja memuaskan. (8). Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewaji- banku, aku sanggup bekerja unggul.
Beberapa faktor yang berhubungan etos kerja seseorang antara lain: faktor usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, iklim alam, ras (suku), budaya, kondisi psikologis, dorongan hidup, sikap hidup, lingkungan pergaulan, kondisi keluarga, keadaan sosio-kultural, keadaan sosial-ekonomi, kesehatan, ajaran agama dan nilai-nilai transendennya. Jika dikelompokkan, faktor-faktor yang berhubungan etos kerja seseorang. Menurut Asifudin (2004) mengerucut menjadi empat kelompok, yaitu:
dengan dimensi lingkungan, dan (d) Faktor-faktor Memikat dan menahan sejumlah orang kedalam organisasi dalam jangka waktu tertentu. Organi- sasi harus meminimalkan perputaran pegawai, yang berkaitan dengan dimensi transcendental.
2.4
Kajian yang relevan
Berpijak pada telaah pustaka dan hasil penelitian terdahulu diatas, tentang variabel gaya kepemimpinan demokratik kepala sekolah dan etos kerja dengan kinerja mengajar guru, maka perlu kajian tentang hubungan dua variabel gaya kepemimpinan demo- kratik kepala sekolah, etos kerja dengan kinerja mengajar guru SD negeri di kecamatan Mranggen kabupaten Demak.
2.4.1 Hubungan Gaya Kepemimpinan Demokratik dengan Kinerja Mengajar
Makna kata leadership erat kaitannya dengan makna memimpin. Kata memimpin memiliki makna kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Mahendra (2006), dalam risetnya tentang hubungan motivasi, kepemimpinan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai menyimpulkan bahwa kepemimpinan berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
Penelitian yang dilakukan oleh Tumbol, Tewal, dan Sepang (2014) pada variabel gaya kepemimpinan demokratik dan prestasi kerja menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan demokratik terbukti berhubungan positif dan signifikan terhadap pretasi kerja. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2014) juga menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan demokratik terbukti memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
Dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2006), Tumbol, Tewal, dan Sepang (2014), dan Mardiana (2014) maka peneliti mengajukan hipotesis pertama (H1) bahwa gaya kepemimpinan
demokratik kepala sekolah berhubungan sangat positif dan signifikan dengan kinerja mengajar Guru SD Negeri di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
2.4.2 Hubungan Etos Kerja dengan Kinerja Mengajar Guru.
kerja tinggi, kinerjanya akan lebih baik. Pendapat diatas diperkuat oleh hasil penelitian Andhi (2010) yang mencari hubungan antara etos kerja dengan kinerja pegawai. Andhi menyimpulkan bahwa etos kerja memiliki hubungan yang erat dan signifikan dengan kinerja pegawai. Semakin tinggi etos kerja seorang pegawai, maka kinerjanya semakin bagus.
Penelitian yang dilakukan oleh Raudhoh dan Habib Muhammad (2013) pada variabel etos kerja dan kinerja dosen menunjukkan bahwa etos kerja terbukti memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja dosen. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajriani, Santoso, dan Ngadiman (2013) pada variabel etos kerja dan kinerja guru juga menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan dari etos kerja dengan kinerja mengajar guru.
2.5
Hipotesis
1. Ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru SD negeri di kecamatan Mranggen kabupaten Demak?
2. Ada hubungan yang signifikan antara etos kerja dengan kinerja mengajar guru SD negeri di kecamatan Mranggen kabupaten Demak?
2.6 Model Penelitian Pemikiran
Kerangka pemikiran yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan hasil telaah teoritis seperti yang telah diuraikan diatas. Selanjutnya guna memudahkan pemahaman, maka perlu dibuat model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Penelitian
Keterangan: X1 = Sebagai variabel bebas
X2 = Sebagai variabel bebas
Y = Sebagai variabel terikat
Gaya Kepemimpinan
Demokratik (X1)
Etos Kerja (X2)
Kinerja Mengajar Guru