• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KESEHATAN BAGI YANG TIDAK MAMPU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KESEHATAN BAGI YANG TIDAK MAMPU."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Men sana in corpore sano adalah ungkapan tepat bagi orang yang peduli terhadap kesehatannya. Ungkapan tersebut tepat pula diartikan sebagai, warganya sehat negara menjadi kuat ekonomi pun meningkat. Dan kini, urusan kesehatan rakyat terutama rakyat miskin menjadi kian penting. Sebab sektor kesehatan merupakan faktor utama keberhasilan pembangunan sebelum sektor pendidikan. Salah satu indikator makmurnya suatu kawasan atau wilayah bisa dilihat dari tingkat kesehatan warganya. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan menguraikan sedikit tentang bentuk-bentuk ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat miskin.

1.2 Alasan pemilihan judul

Saya memilih judul ini karena ingin mengetahui upaya dan program pemerintah untuk kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu

1.3. Tujuan penulisan makalah

1. Menambah wawasan dan pengetahuan 2. Untuk menambah nilai Bahasa Indonesia

3. Memenuhi persyaratan untuk naik ke semester II

1.4. Identifikasi Masalah

1. Pengertian dan arti pentingnya kesehatan

(2)
(3)

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

2.1. Pengertian Kesehatan

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun social dan bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup tiga aspek, yakni : fisik, mental dan social, tetapi menurut Undang-Undang No. 23/1992, kesehatan itu mencakup empat aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), social dan ekonomi.

(4)

kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan social saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan itu bersifat holistic atau menyeluruh.

2.2 Bentuk Pelayanan Kesehatan

Jamkesda adalah suatu program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan berbasis kewilayahan dengan tujuan utama mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Pemerintah provinsi/kabupaten/kota wajib memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Jadi, dengan adanya program Jamkesda kita patut bangga memiliki pemerintah yang benar-benar memperhatikan urusan kesehatan rakyatnya yang papa.

Dinkes dalam menjalankan kegiatan programnya memiliki kompetensi yang jelas, serta memahami seluk beluk implementasi sektor kesehatan mulai sisi administrasi hingga klaim biaya layanan kesehatan.

(5)

asuransi akan memunculkan kekhawatiran terjadi pemborosan keuangan besar-besaran, lemahnya kontrol bupati sebagai pimpinan daerah, dan terjadinya penolakan klaim biaya layanan kesehatan hingga penelantaran pasien secara terstruktur. Dengan model asuransi, Pemda bisa cuci tangan bila ada ketidakberesan dalam implementasi pengelolaan klaim biaya layanan kesehatan.

Pemerintah dibuat terlena dengan mantapnya presentasi rekanan dalam memperebutkan peluang mengelola jatah uang rakyat papa. Pada akhirnya mudah ditebak, dalam implementasi Jamkesda sebagai pemenang lelang, rekanan tentu membuat sederet aturan syarat dan ketentuan berlaku. Hal tersebut jelas akan dilakukan pihak rekanan dengan tujuan utama meminimalisasi kerugian. Dan, penerapan model kartu sebagai kendali Jamkesda akan menjadi pilihan paling logis sebab dengan model kartu pengadministrasian dan monitoring-nya relatif mudah, ringkas, efektif, dan uang pun tetap mengalir ke perusahaan.

Kekhawatiran terjadinya pemborosan keuangan pun bisa diketahui, jika dalam satu tahun anggaran terdapat sisa anggaran bisa dipastikan sisa tersebut tidak akan dikembalikan kepada pemerintah. Belum lagi jika muncul persoalan ketidakberesan dalam pengadministrasian pengelolaan Jamkesda seperti penolakan klaim asuransi, maka Pemda tidak bisa langsung jewer, meminta pertanggungjawaban atau memberi peringatan.

(6)

Kini, pemerintah makin dituntut serius menangani kesehatan rakyat dengan tidak menerapkan pola asuransi pada pengelolaan Jamkesda, dan menyerahkan urusan Jamkesda tetap kepada Dinas Kesehatan. Dan ternyata tidak ada manfaatnya menerapkan sistem asuransi dalam pengelolaan Jamkesda. Paparan di atas penting diketahui dan dipahami sebagai bahan masukan oleh seluruh penyelenggara pemerintahan.

2.3 Pelayanan Kesehatan di Mata Masyarakat

Sudah jatuh tertimpa tangga. Demikian pepatah yang pas ditujukan untuk keluarga miskin yang dibelit kasus kesehatan di Indonesia. Sudah miskin tak punya uang, mendapat pelayanan kesehatan yang buruk lagi. Inilah yang menimpa masyarakat miskin di Indonesia. Kisah tragis dialami Suharni dan Santi berikut dua bayi mereka yang masih tertahan di Rumah Sakit Bersalin Sofa Marwa, Jl. Bina Warga, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Suharni tertahan sejak dua minggu lalu. Mereka tidak sanggung bayar biaya persalinan sebesar Rp 5 juta lebih (Surya, 9/9/2009).

Masyarakat miskin menjadi korban kedua kalinya, sudah miskin dan dimiskinkan oleh kebijakan rumah sakit yang tidak adil, di tambah lagi pelayanan kesehatan yang mengecewakan. Kondisi ini yang memunculkan anekdot sosial “orang miskin di larang sakit”.

Kejadian yang menimpa Bu Suharni dan kawan-kawan yang senasib merupakan potret buruknya pelayanan kesehatan dari rumah sakit terhadap pasien dari keluarga miskin. Perlakuan dan pelayanan kesehatan sungguh sangat mengecewakan dan tidak manusiwi. Para pasien Gakin ”dipaksa” untuk melunasi biaya persalinannya. Tidak tak kalah manusiawi, pihak rumah sakit teganya “menahan” ibu dan bayinya yang tak mampu melunasi biaya persalinannya..

(7)

bermasalah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di dua rumah sakit di Surabaya, yakni di RSUD Dr. Soewandi dan Dr. Soetomo. Masyarakat miskin mengalami kesulitan dalam mengakses jaminan kesehatan. Menurutnya, satu Maskin meninggal dunia akibat keterlambatan dan diskriminasi saat mendapatkan pelayanan kesehatan. Kasus di atas semakin menunjukkan kepada publik, praktik-praktik diskriminasi di institusi kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas masih sering terjadi dan dirasakan Maskin. Akses kesehatan bagi masyarakat miskin kita masih sangat terbatas. Dan persoalan klasik yang dihadapi oleh masyarkat miskin adalah masalah uang. Persoalan uang ini sering kali menjadi “pembeda” dalam pelayanan kesehatan antara orang miskin dengan orang kaya.

Selama ini pemerintah telah membuat program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) untuk Msyarakat Miskin. Program masih ini belum menyentuh secara riil masyarakat misikin. Keluarga miskin masih kesulitan mendapat pelayanan gratis. Saat ini beberapa kab/kota akan mengeluarkan kartu kesehatan untuk keluarga Gakin (green card). Inipun masih menimbulkan masalah dilapangan, karena terjadi diskriminasi. Tidak sedikit Gakin yang belum mendapatkan kartu kesehatan tersebut. Apalagi bagi Gakin yang tidak memiliki KTP sangat kesulitan mendapatkannya. Padahal mereka juga sangat membutuhkan kartu kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan secara gratis. Prosedur yang telalu rumit dan mbulet inilah yang menyebabkan banyaknya Gakin tidak bisa mendapatkan akses jaminan kesehatan yang baik dan layak.

Satu persoalan lagi, meskipun ada pelayanan gratis bagi Gakin, namun bukan berati persoalan kesehatan bagi Gakin selesai. Gakin masih menghadapi persoalan perlakuan dari petugas rumah sakit atau puskesmas. Secara psikologis, sangat berbeda pelayanan yang diterima oleh Gakin ketika berobat atau periksa misalnya. Pelayanan hanya ala kadarnya. Bahkan ada cemoohan dari sebagian masyarakat yang mengatakan ada uang anda sehat, tak ada uang anda sekarat.

(8)

pelayanan kesehatan. Belum lagi kalau misalnya muncul pungutan-pungutan yang tidak jelas alias pungli. Sudah miskin, dimiskinkan lagi oleh pelayanan yang mengecewakan.

(9)

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009

Bab VI pasal 46 dan 47 bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Untuk keberhasilan upaya pembangunan kesehatan tersebut maka masyarakat perlu diikuti sertakan agar berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

Dalam konsitusi dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Bab IV tentang rumah sakit bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk dalam hal ini menjamin pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.2. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin (Mukti, 2008).

(10)

masyarakat tidak memiliki KTP sebanyak 2.629.309 jiwa. Propinsi X sendiri 944.972 rumah tangga miskin dan 4.124.247 jiwa anggota rumah tangga miskin dan Kabupaten X 158.194 jiwa masyarakat miskin.

3.3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 228/MENKES/SK/III/2002,

Bahwa rumah Sakit sesuai dengan tuntutan daripada kewenangan wajib yang hams dilaksanakan oleh rumah sakit propinsi/kabupaten/kota, maka hams memberikan pelayanan untuk keluarga miskin dengan biaya ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Permasalahan lain adalah penghalang masyarakat mengakses pelayanan kesehatan, seperti transportasi, letak geografis, keterbatasan jumah obat sehingga masyarakat miskin harus menebus obat di luar dengan menggunakan dana sendiri, keterbatasan infrastruktur kesehatan untuk masyarakat miskin, mutu pelayanan yang rendah, berbagai keluh kesah terhadap keramahan dokter dan perawat ketika berhadapan dengan pasien miskin, bahkan banyaknya kasus korupsi pada pelayanan kesehatan juga memperberat persoalan ini.

(11)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Masyarakat miskin menjadi korban kedua kalinya, sudah miskin dan dimiskinkan oleh kebijakan rumah sakit yang tidak adil, di tambah lagi pelayanan kesehatan yang mengecewakan. Kondisi ini yang memunculkan anekdot sosial “orang miskin di larang sakit”.

 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), walaupun agak terlambat dibandingkan beberapa negara Asia lainnya. Kini, kewajiban semua kelompok masyarakat harus mendorong pendulum jaminan kesehatan bergerak lebih cepat dengan mengatasi berbagai persoalan yang menyelimutinya. Ke depan, jika berbagai persoalan tersebut teratasi maka bukan saja masyarakat miskin, akan tetapi seluruh rakyat Indonesia semakin mudah mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

4.2. Saran

1. Bagi para pejabat Dinas Kesehatan harap mengoreksi kinerja para dokter dan perawat yang telah ditugaskan di setiap Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada di seluruh pelosok Indonesia.

(12)

M A K A L A H

MEMINTA PERHATIAN PEMERINTAH DALAM

MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI

MASYARAKAT YANG TIDAK MAMPU

D I S U S U N

OLEH :

ULFA HUSNA

XII-IPS 4087

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

PERSATUAN AMAL BAKTI (PAB) – 6

HELVETIA MEDAN

(13)

M A K A L A H

MEMINTA PERHATIAN PEMERINTAH DALAM

MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI

MASYARAKAT YANG TIDAK MAMPU

D I S U S U N

OLEH :

ULFA HUSNA

XII-IPS 4087

Helvetia, Oktober 2012

Nama Penulis Di Setujui oleh Guru Pembimbing

(14)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dalam penulisan makalah ini kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang atas Berkat,Rahmat dan Hidayah-nya. Maka makalah ini dapat di selesaikan.Dan tak lupa saya penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Khususnya penulis ucapkan terimakasih kepada orangtua ku tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya,dorongan,semangat dan pengorbanan yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Juga kepada saudara – saudara ku yang telah memberikan dukungan kepada ku.

2. Ibu Hertika Maya Sari, S.Pd selaku guru pembimbing yang telah banyak membantu penulis hingga biasa menyelesaikan makalah ini.

3. Devi Fitri Hidaya Selaku Rekan

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih banyak terdapat kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang.

Helvetia, Agustus 2012 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i

Daftar Isi ...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Alasan pemilihan judul...1

1.3 Tujuan penulisan makalah...1

1.4 Identifikasi Masalah ...1

1.5. Batasan Masalah... 2

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAl …....…3

2.1. Pengertian Kesehatan...5

2.2. Bentuk Pelayanan Kesehatan...7

2.3. Pelayanan Kesehatan di Mata Masyarkat…...8

BAB III PEMBAHASAN...9

3.1. Undang – Undang Kesehatan...9

3.2. Jankesmas...9

3.3 Keputusan Mentri...10

BAB IV PENUTUP...11

4.1. Kesimpulan...11

4.2. Saran...11

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:

Alfabeta.

Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia:

Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Bandung:

(17)

LEMBAR PENGESAHAN

MEMINTA PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI WARGA

YANG KURANG MAMPU

DIAJUKAN SEBAGAI SYARAT KENAIKAN SEMESTER - II

17

PEMBIMBING

HERTIKA MAYA SARI, S.Pd

WALI KELAS

Referensi

Dokumen terkait

“D” arah melinta an sama atau nkan pada se n lebih besa alur 5,50 m n truk semi tr njadi 2 beb mukaan lanta batan putus agar asing-masin alam kedud 44,0 kN/m). terjadi peng ng

Jelas bahwa kesepakatan nikah itu harus dinyatakan secara legitim (menurut hukum- ilahi, kodrati), dilakukan oleh subjek yang mampu untuk membuat perkawinan (dua orang yang

Dari Gambar 22 terlihat, terdapat peningkatan yang dinilai banyak oleh lulusan sebelum dan setelah lulus dari UT, yaitu pada aspek: pengembangan diri,

So the writer accomplished my skripsi entitle “The Mastery of Using English Vocabulary in Descriptive Text of The Seventh Grade Students of MTs Matholi’ul Gebog Kudus in

Konsumsi energi listrik Rescreening pada 19 Februari 2016 dengan produksi pulp sebesar 1343,52 adt... Pemanfaatan Water Output

van Oortmeersen. c) Hasil analisa stabilitas menunjukkan bahwa kapal memiliki nilai GZ maksimum terjadi pada kondisi VII atau pada saat kapal bersandar didermaga

bahwa banyak terjadi penangkapan ikan ilegal oleh kapal-kapal ikan berbendera asing. Faktor yang menjadi penyebab adalah lemahnya pengawasan negara Indonesia terhadap

Hasil mean rank uji Wilcoxon pada tabel 10 menunjukan bahwa sekuens T2 PROPELLER memiliki nilai yang lebih tinggi pada kriteria anatomi struktur intraforamen, nerve root