KATA PENGANTAR
Penyusun Panjatkan puji dan syukur ke Khadirat Allah Swt yang telah
memberikan Rahmat-Nya kepada penyusun, karena dengan Rahmat-Nya
penyusun bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan tidak
lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi
Muhammad SAW dan kepada para sahabat-Nya dan kita selaku umatnya.
Penyusun merasa bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka
penyusun berharap kritik dan saran dari pembaca sekalian yang bersifat
membangun supaya makalah ini bisa sempurna di waktu yang akan datang.
Dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya pembaca sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...
...1
DAFTAR
ISI...
...2.
BAB I.
PENDAHULUAN...
...3
1. Latar
belakang...
...3-4 2. Rumusan
masalah...
...4
3. Tujuan...
...4
BAB II.
PEMBAHASAN...
A.apa yang menjadi Dasar Hukum
JKN...5-6
B.apa Perbedaan Askese Kesehatan sosial dengan Askes
Kesehatan komersial.6-15
C.seperti Sistem pembayaran kepada fasilitas
kesehatan...16
D.seperti apa Kondisi mutu dan kendali biaya
jkn...17-20
BAB III. KESIMPULAN DAN
SARAN...21
1. Kesimpulan...
...21-22
2. Saran...
...22
DAFTAR
PUSTAKA...
...23
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemahaman tentang asuransi kesehatan di Indonesia masih sangat
beragam. Dahulu banyak yang menganggap bahwa JPKM bukan asuransi
kesehatan, apalagi asuransi kesehatan komersial; perkembangan
selanjutnya menyebutkan JPKM sebagai asuransi sosial karena dijual
umumnya kepada masyarakat miskin di daerah-daerah.
Padahal dilihat dari definisi dan jenis programnya, JPKM jelas bukan
asuransi kesehatan social. Asuransi kesehatan sosial (social health
insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan pelayanan kesehatan yang
semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem ini
menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara.
Namun di Indonesia pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih
sangat rendah karena sejak lama kita hanya mendapatkan informasi yang
bias tentang asuransi kesehatan yang di dominasi dari Amerika yang
didominasi oleh asuransi kesehatan komersial. Litetarur yang mengupas
asuransi kesehatan sosial juga sangat terbatas.
Kebanyakan dosen maupun mahasiswa di bidang kesehatan tidak
memahami asuransi sosial. Pola pikir (mindset) kebanyakan sarjana kita
sudah diarahkan kepada segala sesuatu yang bersifat komersial, termasuk
dalam pelayanan rumah sakit. Sehingga, setiap kata “sosial”, seperti
sebagai pelayanan atau program untuk orang miskin. Sesungguhnya
asuransi sosial bukanlah asuransi untuk orang miskin.
Fungsi sosial bukanlah fungsi untuk orang miskin. Pendapat tersebut
merupakan kekeliruan besar yang sudah mendarah daging di Indonesia yang
menghambat pembangunan kesehatan yang berkeadilan sesuai amanat
UUD45. Bahkan konsep Undang-undang Kesehatan yang dikeluarkan tahun
1992 (UU nomor 23/1992) jelas memerintahkan Pemerintah untuk
mendorong pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) yang diambil dari konsep HMO (Health Maintenance Organization)
yang merupakan salah satu bentuk asuransi kesehatan komersial.
2. Rumusan Masalah
A.apa yang menjadi Dasar Hukum JKN ?
B.apa Perbedaan Askese Kesehatan sosial dengan Askes Kesehatan
komersial ?
C.seperti Sistem pembayaran kepada fasilitas kesehatan ?
D.seperti apa Kondisi mutu dan kendali biaya jkn. ?
3. Tujuan
B. Menjelaskan Perbedaan Askese Kesehatan sosial dengan Askes Kesehatan komersial
C. Menjelaskan Kondisi mutu dan kendali biaya jkn D. Menjelaskan Kondisi mutu dan kendali biaya jkn
BAB II
PEMBAHASAN
A.Dasar Hukum JKN
Yang menjadi dasar landasan dan dasar hukum dari jaminan kesehatan
nasional ini adalah Undang - undang No 40 Tahun 2004 tentang sistem
jaminan sosial nasional ( SJSN ) , Undang- undang No 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ), PP No 101/ 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran ( PBI ) , Perpres No 12 / 2103 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional , Roadmap JKN, Rencana aksi pengembangan pelayanan
Peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Pembiayaan Kesehatan
diantaranya dalam pembiayaan operasional fasilitas kesehatan akan dibiayai
dari hasil pendanaan jaminan kesehatan, namun pada masa transisi untuk
fasilitas sistem pelayanan kesehatan daerah masih membutuhkan subsidi
operasional dari pemerintah daerah.
Sedangkan ASKES yang dibawahi pusat akan tetap menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat. Ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan
termasuk pendistribusiannya menjadi tanggung jawab pusat dan daerah.
Kementerian Kesehatan (pusat) akan fokus pada pengaturan termasuk
pedoman, standar-standar dan penyeimbang anggaran berdasarkan fiskal
daerah.
Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan
perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20, pasal 28, pasal 34.
1. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.
2. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan informasi tentang
Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Dan juga semoga program Jaminan Kesehatan Nasional
dari Kementerian Kesehatan yang berlaku nasional dan wajib bagi
seluruh penduduk Indonesia bisa berjalan lancar dan sukses. Serta
manfaatnya akan bisa langsung dirasakan oleh rakyat Indonesia.
B. Perbedaan Askes Kesehatan sosial dengan Askes Kesehatan komersial
1. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)
Prinsip asuransi kesehatan sosial adalah bahwa kesehatan merupakan
pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak semata-semata diberikan
berdasarkan status sosial masyaakat sehingga semua lapisan berhak untuk
memperoleh jaminan pelayanan kesehatan. Banyak pihak di Indonesia yang
Kebanyakan orang beranggapan bahwa asuransi sosial adalah suatu
program asuransi untuk masyarakat miskin atau kurang mampu. Pada
berbagai kesempatan interaksi dengan masyarakat di kalangan sektor
kesehatan, banyak yang beranggapan bahwa Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang diperkenalkan Departemen Kesehatan
(Depkes) juga merupakan program jaminan untuk masyarakat miskin.
Hal ini barangkali terkait dengan program JPKM dalam rangka Jaring
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) dimana Depkes memberikan
insentif kepada organisasi di kabupaten yang disebut pra bapel (badan
penyelenggara) untuk mengembangkan JPKM. Program JPSBK ini
memberikan dana Rp 10.000 per tahun untuk tiap keluarga miskin (gakin)
kepada pra bapel yang berjumlah 354 di seluruh Indonesia.
Dana tersebut digunakan untuk membiayai administrasi pra bapel
sebesar Rp.800, dan sisanya untuk membiayai pelayanan kesehatan peserta
yang dikelolanya.
Diharapkan setelah dua tahun program berjalan, pra bapel dapat membuat
produk JPKM dan menjualnya kepada masyarakat selain gakin. Mungkin
dengan program inilah maka terbentuk pemahaman bahwa program JPKM
Dalam Undang-Undang No 2/92 tentang asuransi disebutkan bahwa
program asuransi sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan
secara wajib berdasarkan suatu undang-undang, dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam UU
tersebut disebutkan bahwa program asuransi sosial hanya dapat
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (pasal 14).
Namun demikian, tidak ada penjelasan lebih rinci tentang asuransi
sosial dalam UU tersebut. Untuk lebih menjelaskan tentang apa, mengapa
dan bagaimana asuransi sosial dilaksanakan, berikut ini akan dijelaskan
berbagai rasional dan contoh-contoh program asuransi sosial di dunia dan di
Indonesia.
Asuransi sosial bertujuan untuk menjamin akses semua orang yang
memerlukan pelayanan kesehatan tanpa mempedulikan status ekonomi atau
usianya. Prinsip itulah yang disebaut sebagai keadilan sosial (social
equity/social justice) yang menjadi falsafah hidup semua orang di dunia.
Asuransi sosial memiliki fungsi redistribusi hak dan kewajiban antara
berbagai kelompok masyarakat: kaya–miskin, sehat-sakit, muda-tua, risiko
rendah-risiko tinggi, sebagai wujud hakikat peradaban manusia.
Oleh karenanya, tidak ada satu negarapun di dunia-- baik negara
liberal seperti Amerika Serikat, maupun negara yang lebih dekat ke sosialis,
negara. Di Amerika misalnya, semua orang—tanpa kecuali, yang mempunyai
penghasilan harus membayar premi Medicare.
Medicare adalah program asuransi sosial kesehatan untuk orang
tua/pensiunan (usia 65 tahun keatas) dan orangorang yang menderita
penyakit terminal (penyakit yang tidak bisa sembuh). Setiap yang
berpenghasilan otomatis dipotong sebesar 1,45% penghasilannya untuk
premi Medicare. Pekerja yang membayar kontribusi/premi untuk Medicare
tersebut baru akan mendapatkan manfaat setelah berusia 65 tahun.
Kewajiban membayar kontribusi/premi Medicare tidak hanya untuk pekerja,
melainkan juga untuk majikannya (pemberi kerja), yang juga wajib
membayar kontribusi/premi sebesar 1,45% dari gaji/penghasilan
karyawannya, sehingga total premi Medicare adalah 2,9% dari
gaji/upah/bulan.
Asuransi kesehatan sosial dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
sebagai berikut:
1. Keikutsertaannya bersifat wajib
2. Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
3. Iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Untuk Jamsostek
(Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dipotong 6-8% bagi yang sudah
premi hanya 2% dari gaji pokok PNS. Idealnya , anggaran kesehatan
harus dihitung 5% dari GDP.
4. Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi
kerja dan tenga kerja.
5. Premi tidak ditentukan oleh risiko perorangan, tetapi didasarkan pada
risiko kelompok (collective risk sharing).
6. Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.
7. Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh
(universal coverage)
8. Peran pemerintah sangat besar untuk medorong berkembangnya
asuransi kesehatan sosial di Indonesia. Semua pegawai negeri
diwajibkan mengikuti asuransi kesehatan.10
2. Asuransi Kesehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)
Seperti telah dijelaskan dimuka, asuransi komersial berbasis pada
yang berarti berdagang. Dalam berdagang tentu tidak boleh ada paksaan.
Dasarnya adalah pedagang menawarkan barang atau jasanya dan sebagian
masyarakat yang merasa memerlukan barang atau jasa tersebut akan
seorang pedagang menjual barang yang tidak diminati masyarakat, maka
barang atau jasa yang dijualnya tidak akan laku dan pedagang tersebut akan
merugi.
Sebaliknya jika pedagang tersebut sangat jeli melihat minat
masyarakat calon konsumennya, maka ia dapat menjual barang/jasanya
dalam jumlah besar dan memperoleh laba yang besar pula. Oleh karena itu
model pedagang perorangan atau perusahaan for profit sangat cocok terjun
di dunia komersial tersebut.
Dasar inilah yang membedakan sistem asuransi komersial yang
berbasis pasar dengan asuransi sosial yang berbasis regulasi, bukan pasar.
Asuransi komersial merespons demand (permintaan) masyarakat sedangkan
asuransi sosial merespons terhadap needs (kebutuhan) masyarakat.
Tujuan utama penyelenggaaan asuransi kesehatan komersial ini adalah
pemenuhan keinginan (demand) perorangan yang beragam. Dengan
mencapai ribuan jenis produk, yang sesuai dengan permintaan masyarakat.
Secara teoritis bahkan dapat dibuat lebih dari satu juta produk, apabila
variasi demand masyarakat memang sebanyak itu. Hal itu akan
menimbulkan pemborosan, tidak efisien karena untuk dapat menjual produk
yang sangat bervariasi tersebut dibutuhkan biaya besar. Biaya besar
tersebut dibutuhkan untuk riset pasar, perancangan produk, pengembangan
sistem informasi, penjualan,komisi agen atau broker, dan keuntungan
perusahaan. Jangan heran jika ada perusahaan asuransi yang mematok
biaya pelayanan sebesar 50% dari premi yang dijual. Artinya, setiap 100
rupiah premi yang diterima, hanya Rp 50 saja yang akan dibayarkan sebagai
manfaat/benefit peserta/pemegang polis.
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli
preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke
atas.Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja
sebagai berikut:
1. Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela
2. Iuran/ premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis
tanggungan yang dipilih
3. Premi didasarkan atas risiko perorangan dan ditentukan oleh faktor
4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
5. Santunan diberikan sesuai dengan kontrak
6. Peranan pemerintah rela
3. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Private Health Insurance).
Jenis asuransi ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan
komersial dengan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1. Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
2. Iuran/ preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
3. Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk
kelompok masyarakat
4. Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan
kontrak
5. Tidak diperlukan pemeriksaan awal
6. Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat peraturan
ASURANSI SOSIAL
pasar Monopoli Monopoli Bebas Bebas
kepesertaan
kepesertaan Universal coverage Semua Universal coverage Semua ikut
ikut Parsial Yang mampu yang ikut Parsial Yang mampu yang ikut
Respon
Respon Respon terhadap need. Respon terhadap need. Pemenuhan hak
Produk Uniform (sesuai dengan Uniform (sesuai dengan medical need)
medical need) Bervariasi tergantung demand (Risk based)Bervariasi tergantung demand (Risk based)
Premi
Beban premi
Beban premi ProgresifProgresif Regresif (sama utk Regresif (sama utk produk yg sama) Berat
Premi/iuran berdasar prosentasi pendapatan/ gaji.
Premi/iuran ditanggung bersama oleh tempat bekerja/perusahaan dan
tenaga kerja. Solidaritas
Solidaritas Kaya – miskin Kaya – miskin Sehat -- sakit
Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh jaminan
pemeliharaan kesehatan.
Peserta/tenaga kerja memperoleh kompensasi selama sakit.
Peranan Pemerintah besar.
PRINSIP-PRINSIP ASURANSI KESEHATAN KOMERSIAL
Kepesertaan bersifat sukarela.
Premi/iuran berdasar angka absolut, sesuai dengan perjanjian/kontrak.
Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh santunan biaya
pelayanan kesehatan sesuai perjanjian/kontrak (tidak komprehensif).
Peranan Pemerintah relatif kecil.
Setelah kita mengetahui tentang apa itu jaminan kesehatan berupa asuransi,
baru kita dapat memutuskan yang mana yang akan kita pilih apa asuransi
seperti prudential, jiwasraya atau misalkan layanan asuransi kesehatan
C. Sistem pembayaran kepada fasilitas kesehatan
a. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan
Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan,
asuransi kesehatan terbagi atas:
1. Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta yang
demikian jumlah peserta berbanding lurus dengan jumlah uang yang
diterima oleh penyelenggara pelayanan kesehatan.
2. Pembayaran berdasarkan kapitasi yaitu berdasarkan jumlah
anggota/penduduk yang dilayani, berdasarkan konsep wilayah.
b. Ditinjau dari waktu pembayaran terhadap PPK
Ditinjau dari waktu pembayaran terhadap PPK, asuransi kesehatan terbagi
atas:
1. Pembayaran setelah pelayanan kesehatan selesai diselenggarakan
(Retrospective Payment), biasanya dihitung berdasarkan service by
service atau patient by patient.
2. Pembayaran di muka (pre payment) yaitu diberikan sebelum
pelayanan diselenggarakan, biasanya perhitungan berdasarkan
kapitasi dengan pelayanan komprehensif dengan tujuan penghematan
dan mengurangi moral hazard dari penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Dalam JKN ada standar pelayanan dan standar mutu yang ditetapkan.
Penyelenggara pelayanan kesehatan (dokter swasta, klinik, puskesmas,
rumah sakit) yang ikut serta harus mengikuti standar. Dalam sistem ada
empat pihak terkait, yaitu peserta asuransi, badan administrasi, badan
pengelola dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam sistem itu ada
ikatan kerja/kontrak, siklus kendali mutu, pemantauan utilisasi dan
penanganan keluhan. Dengan demikian ada kendali biaya dan mutu.
Nantinya tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat atau tindakan
yang berlebihan. Misalnya, bedah caesar tanpa indikasi. Sebaliknya,
pelayanan kesehatan tak boleh kurang dari standar. Peserta berhak
mengadu dan keluhan akan ditangani. Jika terbukti, penyelenggara
pelayanan kesehatan kena sanksi
Penyelenggara pelayanan kesehatan akan terdorong meningkatkan mutu
pelayanan, jika tidak ikut sistem mereka sulit mendapatkan pasien, karena
hampir tak ada lagi orang yang membayar dari kantung sendiri seperti saat
ini. (ATK)
untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit harus dilakukan
penyesuaian sistem pelayanan kesehatan dari konvensional menjadi
managed care suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang (1)
pembiayaan kesehatan, (2) meliputi upaya promotif dan preventif, kuratif
dan rehabilitatif, serta (3) menerapkan manajemen pengendalian utilisasi
dan biaya serta program jaga mutu pelayanan kesehatan. Dengan demikian,
pelayanan dan pembiayaan akan terintegrasi. Akan terjadi pula peralihan
dari sistem fee for service menjadi kapitasi untuk jenjang pelayanan primer
dan paket INA CBGs untuk jenjang pelayanan sekunder dan tersier. Hal ini
akan menuntut institusi penyedia pelayanan kesehatan lebih efektif dan
efisien dalam melakukan pelayanannya. Kendali mutu dan kendali biaya
yang seimbang akan memacu rumah sakit untuk memberikan pelayanan
yang bermutu dengan biaya yang terjangkau, tambah Menkes.
Upaya Pemerintah untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
harus diikuti pula oleh semua praktisi perumahsakitan, termasuk rumah sakit
pendidikan. Dalam menyongsong dimulainya pelaksanaan JKN pada tahun
2014, Menkes minta agar seluruh rumah sakit termasuk rumah sakit
pendidikan melakukan langkah-langkah untuk mendapatkan akreditasi
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebab, terpenuhinya jaminan mutu
pelayanan melalui akreditasi merupakan dasar bagi BPJS untuk menentukan
apakah suatu fasilitas pelayanan kesehatan memenuhi syarat atau tidak
untuk dijadikan mitra dalam pemberian pelayanan jaminan kesehatan.
Pada kesempatan ini, Menkes juga mengingatkan tentang Konsensus Global
di London, Inggris yang disepakati oleh 130 organisasi pendidikan
kedokteran dari seluruh dunia. Konsensus global ini menyepakati bahwa
untuk dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, pendidikan profesi
kedokteran dituntut untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Agar
tanggap terhadap kebutuhan dan permasalahan pelayanan kesehatan di
masyarakat saat ini dan di masa depan, (2) Agar pelayanan, pendidikan dan
penelitian berorientasi pada prioritas sesuai kebutuhan masyarakat, (3) Agar
memperkuat tata kelola institusi pendidikan dan memperkuat kemitraan
dengan para pemangku kepentingan, (4) Agar menggunakan sarana evaluasi
dan akreditasi untuk menilai kinerja dan dampak mutu pendidikan.
Lebih lanjut, Menkes mengimbau semua pihak yang terkait dalam pendidikan
profesi kedokteran di Indonesia dan mempersiapkan anak didiknya agar
mampu mendedikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya untuk
berperan aktif di era Jaminan Kesehatan Nasional. Tanamkanlah kebanggaan
pada generasi penerus kita untuk melayani dengan hati (pride to service).
Budaya tolong menolong merupakan warisan leluhur kita yang harus kita
lestarikan.
Menkes juga menginstruksikan semua rumah sakit yang digunakan sebagai
wahana pendidikan tetapi belum ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan
oleh Kementerian Kesehatan agar segera mengambil langkah yang perlu
Dewasa ini, sebanyak 322 rumah sakit serta 16 rumah sakit akademik
digunakan sebagai wahana pendidikan dari 72 fakultas kedokteran di tanah
air. Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan ini sedang disiapkan menjadi
rumah sakit pendidikan. Saat ini ada 43 rumah sakit pendidikan di seluruh
Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sesuai Kepmenkes No. 1069
tahun 2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit
Pendidikan, tambah Menkes.
Pada 1 Januari 2014, pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
akan dimulai, Selanjutnya, akan dilakukan peningkatan cakupan jaminan
kesehatan secara bertahap dan pada tahun 2019 akan terwujud Jaminan
Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage), sesuai amanat
Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS), jelas Menkes.
Menurut Menkes, saat ini pemerintah bersama masyarakat sedang
melakukan persiapan pelaksanaan JKN mencakup, penyiapan regulasi,
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana, sumber daya termasuk
sumber daya manusia dan sosialisasi. Kelak, dengan terwujudnya jaminan
kesehatan semesta, maka seluruh penduduk Indonesia akan mempunyai
jaminan kesehatan yang berarti dapat memperoleh pelayanan kesehatan
masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu
BAB III
KESMIPULAN DANA SARAN
1. Kesimpulan
Penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk AKN atau JKN merupakan
mekanisme pengaman dalam mengoreksi kegagalan mekanisme pasar
dalam mencapai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Banyak orang
mengkritik penyelenggaraan jaminan sosial karena tidak menggunakan
mekanisme pasar.
Tidak banyak yang memahami bahwa penyakit mekanisme pasar tidak
bisa dikembalikan ke mekanisme pasar. Oleh karenanya, instrumen yang
dibentuk dalam rangka merespons mekanisme pasar, seperti PT dan
Koperasi, tidak bisa (tidak efektif dan tidak efisien) digunakan untuk
penyelenggaraan jaminan sosial.
Badan Penyelenggara yang sesuai adalah suatu Badan Hukum khusus,
yang dibentuk khusus dengan suatu UU BPJS atau perubahan UU SJSN yang
menambahkan bentuk badan hukum dan mekanisme kerja BPJS. Hal tersebut
sesuai dengan amanat UUD45 pasal 23A yang mengharuskan pungutan
yang bersifat memaksa (wajib) diatur dengan sebuah UU.
Badan hukum ini terpisah kekayaan maupun manajemennya dari
kekayaan dan manajemen pemerintahan (pusat maupun daerah) untuk
(jaminan sosial/AKN) untuk seluruh rakyat. Pelajaran dari berbagai negara
menunjukan bahwa memang semakin banyak negara yang memisahkan
pengelolaan jaminan sosial (termasuk JKN) dengan membentuk Badan Publik
Nirlaba, yang berbeda dengan perusahaan BUMN atau perusahaan go public.
Badan ini juga bukan milik Pemerintah dan bukan milik pemda.
Badan ini dapat diberikan otonomi manajemen di daerah tetapi
mempunyai sistem informasi tunggal secara nasional. Pelajaran dari
berbagai negara menunjukan bahwa badan tunggal dengan atau tanpa
otonomi di daerah atau sistem informasi tunggal menjamin stabilitas dana,
keadilan bagi seluruh rakyat, dan efisien. Awalnya memang banyak
kontroversi karena pemahaman yang masih lemah akan manfaat dan potensi
program Nasional.
Di Sektor pendidikan, kita sudah punya UU BHP yang merumuskan BHP
sebagai badan khusus penyelenggara pendidikan. Hanya saja, karena
layanan BHP tidak seumur hidup rakyat, maka BPJS harus berbeda dengan
BHP. Diperlukan orang kuat untuk mengubah pemahaman konsep BPJS agar
jaminan sosial/JKN dapat menjadi tulang punggung kesejahteraan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan sekaligus menjadi Identitas
Nasional, sebagaimana Social Security Number (karena penyelenggaraan
jaminan sosial secara Nasional oleh Social Security Administration di tingkat
Federal) di Amerika.
Kemajuan tekonlogi informasi dan komunikasi telah mampu
maupun ketidak-seimbangan fasilitas di berbagai daerah. Jika kita mau,
program besar Nasional dapat kita wujudkan.
2. SARAN
Penyusun berharap dengan bergantinya nama dari BPJS ke JKN, juga harus
diikuti dengan pelayanan kesehatan yang harus semakin ditingkatkan,
jangan ada lagi diskriminatif dalam pelayanan kesehatan, khusunya di
indonesia
DAFTAR PUSTAKA
http://askep-net.blogspot.com/2013/08/program-jaminan-kesehatan-nasional-jkn.html
http://asuransikeluargacerdas.wordpress.com/2012/01/02/artikel-asuransi-kesehatan-pengertian-asuransi-kesehatan/
http://mabanget.wordpress.com/2013/07/12/asuransi-kesehatan/
http://www.jkn.depkes.go.id/detailberita.php?id=9