• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASURANSI syariah dan asuransi konvension (15)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASURANSI syariah dan asuransi konvension (15)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Penyusun Panjatkan puji dan syukur ke Khadirat Allah Swt yang telah

memberikan Rahmat-Nya kepada penyusun, karena dengan Rahmat-Nya

penyusun bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan tidak

lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi

Muhammad SAW dan kepada para sahabat-Nya dan kita selaku umatnya.

Penyusun merasa bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka

penyusun berharap kritik dan saran dari pembaca sekalian yang bersifat

membangun supaya makalah ini bisa sempurna di waktu yang akan datang.

Dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan

umumnya pembaca sekalian.

Penyusun

(2)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR...

...1

DAFTAR

ISI...

...2.

BAB I.

PENDAHULUAN...

...3

1. Latar

belakang...

...3-4 2. Rumusan

masalah...

...4

3. Tujuan...

...4

BAB II.

PEMBAHASAN...

(3)

A.apa yang menjadi Dasar Hukum

JKN...5-6

B.apa Perbedaan Askese Kesehatan sosial dengan Askes

Kesehatan komersial.6-15

C.seperti Sistem pembayaran kepada fasilitas

kesehatan...16

D.seperti apa Kondisi mutu dan kendali biaya

jkn...17-20

BAB III. KESIMPULAN DAN

SARAN...21

1. Kesimpulan...

...21-22

2. Saran...

...22

DAFTAR

PUSTAKA...

...23

(4)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemahaman tentang asuransi kesehatan di Indonesia masih sangat

beragam. Dahulu banyak yang menganggap bahwa JPKM bukan asuransi

kesehatan, apalagi asuransi kesehatan komersial; perkembangan

selanjutnya menyebutkan JPKM sebagai asuransi sosial karena dijual

umumnya kepada masyarakat miskin di daerah-daerah.

Padahal dilihat dari definisi dan jenis programnya, JPKM jelas bukan

asuransi kesehatan social. Asuransi kesehatan sosial (social health

insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan pelayanan kesehatan yang

semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem ini

menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara.

Namun di Indonesia pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih

sangat rendah karena sejak lama kita hanya mendapatkan informasi yang

bias tentang asuransi kesehatan yang di dominasi dari Amerika yang

didominasi oleh asuransi kesehatan komersial. Litetarur yang mengupas

asuransi kesehatan sosial juga sangat terbatas.

Kebanyakan dosen maupun mahasiswa di bidang kesehatan tidak

memahami asuransi sosial. Pola pikir (mindset) kebanyakan sarjana kita

sudah diarahkan kepada segala sesuatu yang bersifat komersial, termasuk

dalam pelayanan rumah sakit. Sehingga, setiap kata “sosial”, seperti

(5)

sebagai pelayanan atau program untuk orang miskin. Sesungguhnya

asuransi sosial bukanlah asuransi untuk orang miskin.

Fungsi sosial bukanlah fungsi untuk orang miskin. Pendapat tersebut

merupakan kekeliruan besar yang sudah mendarah daging di Indonesia yang

menghambat pembangunan kesehatan yang berkeadilan sesuai amanat

UUD45. Bahkan konsep Undang-undang Kesehatan yang dikeluarkan tahun

1992 (UU nomor 23/1992) jelas memerintahkan Pemerintah untuk

mendorong pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(JPKM) yang diambil dari konsep HMO (Health Maintenance Organization)

yang merupakan salah satu bentuk asuransi kesehatan komersial.

2. Rumusan Masalah

A.apa yang menjadi Dasar Hukum JKN ?

B.apa Perbedaan Askese Kesehatan sosial dengan Askes Kesehatan

komersial ?

C.seperti Sistem pembayaran kepada fasilitas kesehatan ?

D.seperti apa Kondisi mutu dan kendali biaya jkn. ?

3. Tujuan

(6)

B. Menjelaskan Perbedaan Askese Kesehatan sosial dengan Askes Kesehatan komersial

C. Menjelaskan Kondisi mutu dan kendali biaya jkn D. Menjelaskan Kondisi mutu dan kendali biaya jkn

BAB II

PEMBAHASAN

A.Dasar Hukum JKN

Yang menjadi dasar landasan dan dasar hukum dari jaminan kesehatan

nasional ini adalah Undang - undang No 40 Tahun 2004 tentang sistem

jaminan sosial nasional ( SJSN ) , Undang- undang No 24 tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ), PP No 101/ 2012 tentang

Penerima Bantuan Iuran ( PBI ) , Perpres No 12 / 2103 tentang Jaminan

Kesehatan Nasional , Roadmap JKN, Rencana aksi pengembangan pelayanan

(7)

Peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Pembiayaan Kesehatan

diantaranya dalam pembiayaan operasional fasilitas kesehatan akan dibiayai

dari hasil pendanaan jaminan kesehatan, namun pada masa transisi untuk

fasilitas sistem pelayanan kesehatan daerah masih membutuhkan subsidi

operasional dari pemerintah daerah.

Sedangkan ASKES yang dibawahi pusat akan tetap menjadi tanggung jawab

Pemerintah Pusat. Ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan

termasuk pendistribusiannya menjadi tanggung jawab pusat dan daerah.

Kementerian Kesehatan (pusat) akan fokus pada pengaturan termasuk

pedoman, standar-standar dan penyeimbang anggaran berdasarkan fiskal

daerah.

Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan

perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20, pasal 28, pasal 34.

1. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.

2. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI

untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.

(8)

Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan informasi tentang

Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS). Dan juga semoga program Jaminan Kesehatan Nasional

dari Kementerian Kesehatan yang berlaku nasional dan wajib bagi

seluruh penduduk Indonesia bisa berjalan lancar dan sukses. Serta

manfaatnya akan bisa langsung dirasakan oleh rakyat Indonesia.

B. Perbedaan Askes Kesehatan sosial dengan Askes Kesehatan komersial

1. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)

Prinsip asuransi kesehatan sosial adalah bahwa kesehatan merupakan

pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak semata-semata diberikan

berdasarkan status sosial masyaakat sehingga semua lapisan berhak untuk

memperoleh jaminan pelayanan kesehatan. Banyak pihak di Indonesia yang

(9)

Kebanyakan orang beranggapan bahwa asuransi sosial adalah suatu

program asuransi untuk masyarakat miskin atau kurang mampu. Pada

berbagai kesempatan interaksi dengan masyarakat di kalangan sektor

kesehatan, banyak yang beranggapan bahwa Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang diperkenalkan Departemen Kesehatan

(Depkes) juga merupakan program jaminan untuk masyarakat miskin.

Hal ini barangkali terkait dengan program JPKM dalam rangka Jaring

Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) dimana Depkes memberikan

insentif kepada organisasi di kabupaten yang disebut pra bapel (badan

penyelenggara) untuk mengembangkan JPKM. Program JPSBK ini

memberikan dana Rp 10.000 per tahun untuk tiap keluarga miskin (gakin)

kepada pra bapel yang berjumlah 354 di seluruh Indonesia.

Dana tersebut digunakan untuk membiayai administrasi pra bapel

sebesar Rp.800, dan sisanya untuk membiayai pelayanan kesehatan peserta

yang dikelolanya.

Diharapkan setelah dua tahun program berjalan, pra bapel dapat membuat

produk JPKM dan menjualnya kepada masyarakat selain gakin. Mungkin

dengan program inilah maka terbentuk pemahaman bahwa program JPKM

(10)

Dalam Undang-Undang No 2/92 tentang asuransi disebutkan bahwa

program asuransi sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan

secara wajib berdasarkan suatu undang-undang, dengan tujuan untuk

memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam UU

tersebut disebutkan bahwa program asuransi sosial hanya dapat

diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (pasal 14).

Namun demikian, tidak ada penjelasan lebih rinci tentang asuransi

sosial dalam UU tersebut. Untuk lebih menjelaskan tentang apa, mengapa

dan bagaimana asuransi sosial dilaksanakan, berikut ini akan dijelaskan

berbagai rasional dan contoh-contoh program asuransi sosial di dunia dan di

Indonesia.

Asuransi sosial bertujuan untuk menjamin akses semua orang yang

memerlukan pelayanan kesehatan tanpa mempedulikan status ekonomi atau

usianya. Prinsip itulah yang disebaut sebagai keadilan sosial (social

equity/social justice) yang menjadi falsafah hidup semua orang di dunia.

Asuransi sosial memiliki fungsi redistribusi hak dan kewajiban antara

berbagai kelompok masyarakat: kaya–miskin, sehat-sakit, muda-tua, risiko

rendah-risiko tinggi, sebagai wujud hakikat peradaban manusia.

Oleh karenanya, tidak ada satu negarapun di dunia-- baik negara

liberal seperti Amerika Serikat, maupun negara yang lebih dekat ke sosialis,

(11)

negara. Di Amerika misalnya, semua orang—tanpa kecuali, yang mempunyai

penghasilan harus membayar premi Medicare.

Medicare adalah program asuransi sosial kesehatan untuk orang

tua/pensiunan (usia 65 tahun keatas) dan orangorang yang menderita

penyakit terminal (penyakit yang tidak bisa sembuh). Setiap yang

berpenghasilan otomatis dipotong sebesar 1,45% penghasilannya untuk

premi Medicare. Pekerja yang membayar kontribusi/premi untuk Medicare

tersebut baru akan mendapatkan manfaat setelah berusia 65 tahun.

Kewajiban membayar kontribusi/premi Medicare tidak hanya untuk pekerja,

melainkan juga untuk majikannya (pemberi kerja), yang juga wajib

membayar kontribusi/premi sebesar 1,45% dari gaji/penghasilan

karyawannya, sehingga total premi Medicare adalah 2,9% dari

gaji/upah/bulan.

Asuransi kesehatan sosial dilaksanakan dengan menggunakan prinsip

sebagai berikut:

1. Keikutsertaannya bersifat wajib

2. Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya

3. Iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Untuk Jamsostek

(Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dipotong 6-8% bagi yang sudah

(12)

premi hanya 2% dari gaji pokok PNS. Idealnya , anggaran kesehatan

harus dihitung 5% dari GDP.

4. Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi

kerja dan tenga kerja.

5. Premi tidak ditentukan oleh risiko perorangan, tetapi didasarkan pada

risiko kelompok (collective risk sharing).

6. Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.

7. Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh

(universal coverage)

8. Peran pemerintah sangat besar untuk medorong berkembangnya

asuransi kesehatan sosial di Indonesia. Semua pegawai negeri

diwajibkan mengikuti asuransi kesehatan.10

2. Asuransi Kesehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)

Seperti telah dijelaskan dimuka, asuransi komersial berbasis pada

(13)

yang berarti berdagang. Dalam berdagang tentu tidak boleh ada paksaan.

Dasarnya adalah pedagang menawarkan barang atau jasanya dan sebagian

masyarakat yang merasa memerlukan barang atau jasa tersebut akan

seorang pedagang menjual barang yang tidak diminati masyarakat, maka

barang atau jasa yang dijualnya tidak akan laku dan pedagang tersebut akan

merugi.

Sebaliknya jika pedagang tersebut sangat jeli melihat minat

masyarakat calon konsumennya, maka ia dapat menjual barang/jasanya

dalam jumlah besar dan memperoleh laba yang besar pula. Oleh karena itu

model pedagang perorangan atau perusahaan for profit sangat cocok terjun

di dunia komersial tersebut.

Dasar inilah yang membedakan sistem asuransi komersial yang

berbasis pasar dengan asuransi sosial yang berbasis regulasi, bukan pasar.

Asuransi komersial merespons demand (permintaan) masyarakat sedangkan

asuransi sosial merespons terhadap needs (kebutuhan) masyarakat.

Tujuan utama penyelenggaaan asuransi kesehatan komersial ini adalah

pemenuhan keinginan (demand) perorangan yang beragam. Dengan

(14)

mencapai ribuan jenis produk, yang sesuai dengan permintaan masyarakat.

Secara teoritis bahkan dapat dibuat lebih dari satu juta produk, apabila

variasi demand masyarakat memang sebanyak itu. Hal itu akan

menimbulkan pemborosan, tidak efisien karena untuk dapat menjual produk

yang sangat bervariasi tersebut dibutuhkan biaya besar. Biaya besar

tersebut dibutuhkan untuk riset pasar, perancangan produk, pengembangan

sistem informasi, penjualan,komisi agen atau broker, dan keuntungan

perusahaan. Jangan heran jika ada perusahaan asuransi yang mematok

biaya pelayanan sebesar 50% dari premi yang dijual. Artinya, setiap 100

rupiah premi yang diterima, hanya Rp 50 saja yang akan dibayarkan sebagai

manfaat/benefit peserta/pemegang polis.

Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli

preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke

atas.Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja

sebagai berikut:

1. Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela

2. Iuran/ premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis

tanggungan yang dipilih

3. Premi didasarkan atas risiko perorangan dan ditentukan oleh faktor

(15)

4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal

5. Santunan diberikan sesuai dengan kontrak

6. Peranan pemerintah rela

3. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Private Health Insurance).

Jenis asuransi ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan

komersial dengan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

1. Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok

2. Iuran/ preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut

3. Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk

kelompok masyarakat

4. Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan

kontrak

5. Tidak diperlukan pemeriksaan awal

6. Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat peraturan

(16)

ASURANSI SOSIAL

pasar Monopoli Monopoli Bebas Bebas

kepesertaan

kepesertaan Universal coverage Semua Universal coverage Semua ikut

ikut Parsial Yang mampu yang ikut Parsial Yang mampu yang ikut

Respon

Respon Respon terhadap need. Respon terhadap need. Pemenuhan hak

Produk Uniform (sesuai dengan Uniform (sesuai dengan medical need)

medical need) Bervariasi tergantung demand (Risk based)Bervariasi tergantung demand (Risk based)

Premi

(17)

Beban premi

Beban premi ProgresifProgresif Regresif (sama utk Regresif (sama utk produk yg sama) Berat

 Premi/iuran berdasar prosentasi pendapatan/ gaji.

 Premi/iuran ditanggung bersama oleh tempat bekerja/perusahaan dan

tenaga kerja. Solidaritas

Solidaritas Kaya – miskin Kaya – miskin Sehat -- sakit

(18)

 Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh jaminan

pemeliharaan kesehatan.

 Peserta/tenaga kerja memperoleh kompensasi selama sakit.

 Peranan Pemerintah besar.

PRINSIP-PRINSIP ASURANSI KESEHATAN KOMERSIAL

 Kepesertaan bersifat sukarela.

 Premi/iuran berdasar angka absolut, sesuai dengan perjanjian/kontrak.

 Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh santunan biaya

pelayanan kesehatan sesuai perjanjian/kontrak (tidak komprehensif).

 Peranan Pemerintah relatif kecil.

Setelah kita mengetahui tentang apa itu jaminan kesehatan berupa asuransi,

baru kita dapat memutuskan yang mana yang akan kita pilih apa asuransi

seperti prudential, jiwasraya atau misalkan layanan asuransi kesehatan

(19)

C. Sistem pembayaran kepada fasilitas kesehatan

a. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan,

asuransi kesehatan terbagi atas:

1. Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta yang

(20)

demikian jumlah peserta berbanding lurus dengan jumlah uang yang

diterima oleh penyelenggara pelayanan kesehatan.

2. Pembayaran berdasarkan kapitasi yaitu berdasarkan jumlah

anggota/penduduk yang dilayani, berdasarkan konsep wilayah.

b. Ditinjau dari waktu pembayaran terhadap PPK

Ditinjau dari waktu pembayaran terhadap PPK, asuransi kesehatan terbagi

atas:

1. Pembayaran setelah pelayanan kesehatan selesai diselenggarakan

(Retrospective Payment), biasanya dihitung berdasarkan service by

service atau patient by patient.

2. Pembayaran di muka (pre payment) yaitu diberikan sebelum

pelayanan diselenggarakan, biasanya perhitungan berdasarkan

kapitasi dengan pelayanan komprehensif dengan tujuan penghematan

dan mengurangi moral hazard dari penyelenggara pelayanan

kesehatan.

(21)

Dalam JKN ada standar pelayanan dan standar mutu yang ditetapkan.

Penyelenggara pelayanan kesehatan (dokter swasta, klinik, puskesmas,

rumah sakit) yang ikut serta harus mengikuti standar. Dalam sistem ada

empat pihak terkait, yaitu peserta asuransi, badan administrasi, badan

pengelola dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam sistem itu ada

ikatan kerja/kontrak, siklus kendali mutu, pemantauan utilisasi dan

penanganan keluhan. Dengan demikian ada kendali biaya dan mutu.

Nantinya tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat atau tindakan

yang berlebihan. Misalnya, bedah caesar tanpa indikasi. Sebaliknya,

pelayanan kesehatan tak boleh kurang dari standar. Peserta berhak

mengadu dan keluhan akan ditangani. Jika terbukti, penyelenggara

pelayanan kesehatan kena sanksi

Penyelenggara pelayanan kesehatan akan terdorong meningkatkan mutu

pelayanan, jika tidak ikut sistem mereka sulit mendapatkan pasien, karena

hampir tak ada lagi orang yang membayar dari kantung sendiri seperti saat

ini. (ATK)

untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit harus dilakukan

penyesuaian sistem pelayanan kesehatan dari konvensional menjadi

managed care suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang (1)

(22)

pembiayaan kesehatan, (2) meliputi upaya promotif dan preventif, kuratif

dan rehabilitatif, serta (3) menerapkan manajemen pengendalian utilisasi

dan biaya serta program jaga mutu pelayanan kesehatan. Dengan demikian,

pelayanan dan pembiayaan akan terintegrasi. Akan terjadi pula peralihan

dari sistem fee for service menjadi kapitasi untuk jenjang pelayanan primer

dan paket INA CBGs untuk jenjang pelayanan sekunder dan tersier. Hal ini

akan menuntut institusi penyedia pelayanan kesehatan lebih efektif dan

efisien dalam melakukan pelayanannya. Kendali mutu dan kendali biaya

yang seimbang akan memacu rumah sakit untuk memberikan pelayanan

yang bermutu dengan biaya yang terjangkau, tambah Menkes.

Upaya Pemerintah untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

harus diikuti pula oleh semua praktisi perumahsakitan, termasuk rumah sakit

pendidikan. Dalam menyongsong dimulainya pelaksanaan JKN pada tahun

2014, Menkes minta agar seluruh rumah sakit termasuk rumah sakit

pendidikan melakukan langkah-langkah untuk mendapatkan akreditasi

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebab, terpenuhinya jaminan mutu

pelayanan melalui akreditasi merupakan dasar bagi BPJS untuk menentukan

apakah suatu fasilitas pelayanan kesehatan memenuhi syarat atau tidak

untuk dijadikan mitra dalam pemberian pelayanan jaminan kesehatan.

Pada kesempatan ini, Menkes juga mengingatkan tentang Konsensus Global

(23)

di London, Inggris yang disepakati oleh 130 organisasi pendidikan

kedokteran dari seluruh dunia. Konsensus global ini menyepakati bahwa

untuk dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, pendidikan profesi

kedokteran dituntut untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Agar

tanggap terhadap kebutuhan dan permasalahan pelayanan kesehatan di

masyarakat saat ini dan di masa depan, (2) Agar pelayanan, pendidikan dan

penelitian berorientasi pada prioritas sesuai kebutuhan masyarakat, (3) Agar

memperkuat tata kelola institusi pendidikan dan memperkuat kemitraan

dengan para pemangku kepentingan, (4) Agar menggunakan sarana evaluasi

dan akreditasi untuk menilai kinerja dan dampak mutu pendidikan.

Lebih lanjut, Menkes mengimbau semua pihak yang terkait dalam pendidikan

profesi kedokteran di Indonesia dan mempersiapkan anak didiknya agar

mampu mendedikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya untuk

berperan aktif di era Jaminan Kesehatan Nasional. Tanamkanlah kebanggaan

pada generasi penerus kita untuk melayani dengan hati (pride to service).

Budaya tolong menolong merupakan warisan leluhur kita yang harus kita

lestarikan.

Menkes juga menginstruksikan semua rumah sakit yang digunakan sebagai

wahana pendidikan tetapi belum ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan

oleh Kementerian Kesehatan agar segera mengambil langkah yang perlu

(24)

Dewasa ini, sebanyak 322 rumah sakit serta 16 rumah sakit akademik

digunakan sebagai wahana pendidikan dari 72 fakultas kedokteran di tanah

air. Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan ini sedang disiapkan menjadi

rumah sakit pendidikan. Saat ini ada 43 rumah sakit pendidikan di seluruh

Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sesuai Kepmenkes No. 1069

tahun 2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit

Pendidikan, tambah Menkes.

Pada 1 Januari 2014, pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia

akan dimulai, Selanjutnya, akan dilakukan peningkatan cakupan jaminan

kesehatan secara bertahap dan pada tahun 2019 akan terwujud Jaminan

Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage), sesuai amanat

Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan

Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS), jelas Menkes.

Menurut Menkes, saat ini pemerintah bersama masyarakat sedang

melakukan persiapan pelaksanaan JKN mencakup, penyiapan regulasi,

pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana, sumber daya termasuk

sumber daya manusia dan sosialisasi. Kelak, dengan terwujudnya jaminan

kesehatan semesta, maka seluruh penduduk Indonesia akan mempunyai

jaminan kesehatan yang berarti dapat memperoleh pelayanan kesehatan

(25)

masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu

(26)

BAB III

KESMIPULAN DANA SARAN

1. Kesimpulan

Penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk AKN atau JKN merupakan

mekanisme pengaman dalam mengoreksi kegagalan mekanisme pasar

dalam mencapai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Banyak orang

mengkritik penyelenggaraan jaminan sosial karena tidak menggunakan

mekanisme pasar.

Tidak banyak yang memahami bahwa penyakit mekanisme pasar tidak

bisa dikembalikan ke mekanisme pasar. Oleh karenanya, instrumen yang

dibentuk dalam rangka merespons mekanisme pasar, seperti PT dan

Koperasi, tidak bisa (tidak efektif dan tidak efisien) digunakan untuk

penyelenggaraan jaminan sosial.

Badan Penyelenggara yang sesuai adalah suatu Badan Hukum khusus,

yang dibentuk khusus dengan suatu UU BPJS atau perubahan UU SJSN yang

menambahkan bentuk badan hukum dan mekanisme kerja BPJS. Hal tersebut

sesuai dengan amanat UUD45 pasal 23A yang mengharuskan pungutan

yang bersifat memaksa (wajib) diatur dengan sebuah UU.

Badan hukum ini terpisah kekayaan maupun manajemennya dari

kekayaan dan manajemen pemerintahan (pusat maupun daerah) untuk

(27)

(jaminan sosial/AKN) untuk seluruh rakyat. Pelajaran dari berbagai negara

menunjukan bahwa memang semakin banyak negara yang memisahkan

pengelolaan jaminan sosial (termasuk JKN) dengan membentuk Badan Publik

Nirlaba, yang berbeda dengan perusahaan BUMN atau perusahaan go public.

Badan ini juga bukan milik Pemerintah dan bukan milik pemda.

Badan ini dapat diberikan otonomi manajemen di daerah tetapi

mempunyai sistem informasi tunggal secara nasional. Pelajaran dari

berbagai negara menunjukan bahwa badan tunggal dengan atau tanpa

otonomi di daerah atau sistem informasi tunggal menjamin stabilitas dana,

keadilan bagi seluruh rakyat, dan efisien. Awalnya memang banyak

kontroversi karena pemahaman yang masih lemah akan manfaat dan potensi

program Nasional.

Di Sektor pendidikan, kita sudah punya UU BHP yang merumuskan BHP

sebagai badan khusus penyelenggara pendidikan. Hanya saja, karena

layanan BHP tidak seumur hidup rakyat, maka BPJS harus berbeda dengan

BHP. Diperlukan orang kuat untuk mengubah pemahaman konsep BPJS agar

jaminan sosial/JKN dapat menjadi tulang punggung kesejahteraan dan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan sekaligus menjadi Identitas

Nasional, sebagaimana Social Security Number (karena penyelenggaraan

jaminan sosial secara Nasional oleh Social Security Administration di tingkat

Federal) di Amerika.

Kemajuan tekonlogi informasi dan komunikasi telah mampu

(28)

maupun ketidak-seimbangan fasilitas di berbagai daerah. Jika kita mau,

program besar Nasional dapat kita wujudkan.

2. SARAN

Penyusun berharap dengan bergantinya nama dari BPJS ke JKN, juga harus

diikuti dengan pelayanan kesehatan yang harus semakin ditingkatkan,

jangan ada lagi diskriminatif dalam pelayanan kesehatan, khusunya di

indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://askep-net.blogspot.com/2013/08/program-jaminan-kesehatan-nasional-jkn.html

http://asuransikeluargacerdas.wordpress.com/2012/01/02/artikel-asuransi-kesehatan-pengertian-asuransi-kesehatan/

http://mabanget.wordpress.com/2013/07/12/asuransi-kesehatan/

http://www.jkn.depkes.go.id/detailberita.php?id=9

Referensi

Dokumen terkait

Namun, ketika pengujian dikaitkan dengan tingkat pengungkapan dari transaksi derivatif dan perusahaan pengguna derivatif dikelompokkan menjadi pengguna derivatif yang

saat t; ABN_AKRU t = abnormal akrual yang diestimasi dari model Jones secara cross sectional ; DAR t = rasio utang terhadap aset total pada saat t; SKEP t = variabel dummy

Kegiatan praktik pengalaman lapangan di sekolah ini, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan, serta sikap dalam

Citilink Indonesia .Tbk sebagai sumber (source) mampu menciptakan pesan yang disampaikan bahwa partisipasi Citilink dalam jasa transportasi udara untuk segmen

Hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian Bettman dan Weitz (1983) yang menunjukkan faktor internal yang menjadi penyebab kinerja perusahaan bersifat stabil dan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

[r]

Di sisi lain, hasil penelitian yang mengindikasikan dominansi pengaruh power eksternal dibandingkan power profesional terhadap penerapan sistem pengendalian administratif