• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AATHP SEBAGAI HASIL DARI KEBIJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS AATHP SEBAGAI HASIL DARI KEBIJA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS AATHP SEBAGAI HASIL DARI KEBIJAKAN GEOPOLITIK

DAN MEMBENTUK REGIONALISME ASIA TENGGARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kawasan

Dosen Pengampu: Dr. Siti Muti’ah Setiawati

Disusun Oleh :

Adam Chaesar (15/384125/SP/26837)

Ade Tri Widodo (15/384126/SP/26838)

Adimas Maulana M (15/384127/SP/26839) Grace Lolona Hutapea (15/381320/SP/26783) Ratih Dwi Hapsari (15/381321/SP/26784)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia di kawasan Asia Tenggara memiliki posisi yang penting dan strategis. Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah yang paling besar dan memiliki garis perbatasan yang panjang dibandingkan dengan berbagai negara di kawasan Asia tenggara. Segala aktivitas dan peristiwa yang terjadi di dalam wilayah Indonesia tentunya akan mempengaruhi wilayah lain yang berdekatan atau berbatasan, salah satunya mengenai permasalahan kabut asap dan kebakaran hutan. Indonesia.

Kebakaran Hutan skala besar mulai terjadi di Indonesia pada 1982-1983 dan 1984 disebabkan oleh El-Nino dan kebijakan pengelolaan hutan Presiden Soeharto pada masa itu1. Kebakaran hutan ini pada 1982-1993 menghanguskan sekitar 3,2 juta Ha hutan Indonesia. Kebakaran hutan tahun 1991 menghanguskan sekitar 5 juta Ha hutan Indonesia yang mengganggu arus transportasi udara dan laut di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Pada 1997-1998 kebakaran hutan menjadi semakin parah dan menelan sekitar 10 juta Ha hutan Indonesia2. Kebakaran hutan terus berlanjut, pada 2005-2006 diperkirakan 65.167,1 Ha, kemudian terus berlanjut hingga tahun 2007-2009. Kebakaran hutan pada 2011 terjadi antara bulan Januari hingga Juli yang merupakan musim kemarau, pola-pola kebakaran hutan di musim kemarau mulai lazim terjadi. Pada kebakaran hutan 2011 juga didapatkan fakta bahwa 71% dari wilayah yang terbakar merupakan wilayah indusri masyarakat3. Hal tersebut menunjukkan kebakaran hutan banyak terjadi akibat dari buruknya pengelolaan dan alih fungsi hutan. Asap kebakaran hutan menyebabkan kualitas udara menjadi sangat buruk dan kondisi jarak pandang yang rendah, hal ini tidak hanya menggangu arus transportasi tetapi juga menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan utamanya yang berhubungan dengan saluran pernapasan. Kebakaran hutan Indonesia seringkali menuai protes dari negara-negara sekitar yang terkena dampak.

1 FWI/GFW. 2002. The State of the Forest: Indonesia. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia, and Washington DC: Global Forest Watch. p.53.

2 FWI/GFW. p.54.

3 Fire Bulletin Special Edition-End of Year_Des 06-Draft.

(3)

Sumber: ASEAN website4

Bila kita melihat pada peta kawasan Asia Tenggara dan negara-negara anggota ASEAN, Indonesia menempati wilayah yang paling luas, selain itu kawasan di sekitar Pulau Sumatera, khususnya Pantai Timur Sumatera berada dekat dengan wilayah Selat Malaka yang sangat terkenal dan sibuk oleh arus perdagangan dunia. Pulau Sumatera dan Kalimantan juga sangat dekat dengan wilayah Malaysia, Thailand, Singapura dan Brunei Darussalam sehingga ketika wilayah pulau Sumatera dan Kalimantan ini dilanda kebakaran hutan maka wilayah– wilayah tersebut akan dengan sangat mudah terkena dampak.

ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution (AATHP) adalah sebuah kesepakatan untuk mengurangi polusi udara di kawasan Asia Tenggara5. Kesepakatan di antara negara-negara Asia Tenggara ini berawal dari keprihatinan negara-negara di kawasan Asia Tenggara terhadap krisis lingkungan yang terjadi, utamanya berkaitan dengan kebakaran hutan dan kerusakan alam di Pulau Sumatera yang berdampak luas bagi kawasan. Definisi haze polution menurut ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution (AATHP);

“Haze pollution” means smoke resulting from land and/or forest fire which causes deleterious effects of such a nature as to endanger human health, harm living

4ASEAN. ASEAN Member States (Daring). http://www.asean.org/asean/asean-member-states/ (diakses April 30, 2016).

5ASEAN agreement on transboundary haze pollutions. http://www.aseansec.org/pdf/agr_haze.pdf/

(4)

resources and ecosystems and material property and impair or interfere with amenities and other legitimate uses of the environment6

Sehingga jelas apa yang dimaksud dengan haze polution dalam kesepakatan ini adalah asap yang berasal dari tanah dan atau kebakaran hutan yang menyebabkan berbagai efek yang dapat membahayakan kesehatan manusia, mengganggu sumberdaya, ekosistem, materi dan mengganggu pemanfaatan lingkungan. Selain itu AATHP juga mendefinisikan mengenai apa yang dimaksud dengan Transboundary haze pollution;

“Transboundary haze pollution” means haze pollution whose physical origin is situated wholly or in part within the area under the national jurisdiction of one Member State and which is transported into the area under the jurisdiction of another Member State7.

Perjanjian tersebut mendefinisikan transboundary haze pollution sebagai polusi yang berasal dari seluruh atau sebagian wilayah negara yang berpindah/bergerak ke wilayah yurisdiksi negara lain. Dari definisi-definisi yang mengawali persetujuan itu dapat terlihat bahwa persetujuan yang berusaha dicapai melalui AATHP ini sangat menyasar dan berkaitan dengan kepentingan-kepentingan negara-negara di kawasan Asia Tenggara mengenai permasalahan pencemaran udara dan kabut asap akibat kebakaran hutan, khususnya hutan Indonesia meski tanggung jawab perjanjian ini berlaku bagi semua yang telah menyetujui, menandatangani, dan meratifikasinya.

AATHP ini menjadi penting mengingat pentingnya wilayah Indonesia dan besarnya dampak yang dihasilkan akibat dari kabut asap. Akibat dari kerusakan hutan di Indonesia yang merupakan paru-paru kedua di dunia setelah Brazil menjadi tanggung jawab bersama dan tidak dapat diselesaikan oleh satu negara saja, demikian juga dengan permasalahan polusi lintas batas yang tidak dapat diselesaikan oleh satu negara saja. Permasalahan ini telah menjadi isu kawasan dan pentingnya kerjasama antara negara-negara dalam satu kawasan untuk menyelesaikan permasalahan bersama ini.

Pada 2010, Singapura mengirimkan nota protes kepada Indonesia mengenai masalah kabut asap karena menyebabkan gangguan kesehatan bagi warga Singapura dan buruknya kualitas udara di Singapura. Hal tersebut menunjukkan pentingnya permasalahan ini bagi

(5)

Singapura dan negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia yang juga terkena dampak masalah polusi akibat kebakaran hutan ini.8

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pertimbangan geopolitik negara-negara dalam AATHP dan dampaknya terhadap regionalisme di Asia Tenggara?

1.2 Landasan Teori 1.2.1 Geopolitik

Teori geopolitik merupakan suatu teori yang mempelajari mengenai hubungan antara kondisi geografis suatu negara dengan kebijakan politik yang diambil negara tersebut. Teori geopolitik mempelajari ruang dari sudut pandang suatu negara. Dengan kata lain, teori geopolitik adalah sebuah teori yang mempelajari sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh faktor-faktor geografis (kepentingan negara bertumpu pada pertimbangan geografi, wilayah atau teritorial dalam arti luas) suatu negara. Apabila kebijakan-kebijakan tersebut berhasil dilaksanakan maka akan berdampak langsung kepada sistem politik negara tersebut. Sebaliknya, hal tersebut secara langsung akan berdampak kepada geografis negara yang bersangkutan. Geopolitik berakar dari ilmu geografi sosial (hukum geografi), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu negara.9

1.2.2 Regionalisme

Teori regionalisme merupakan suatu teori yang mengkaji mengenai pertumbuhan identitas dan kesadaran regional. Regionalisme sendiri merupakan hasil dari pengaliran barang, orang, dan ide dalam suatu entitas spasial yang kemudian menjadi lebih terintegrasi dan kohesif. Regionalisme dapat berkembang dari atas dan bawah. Regionalisme sendiri memiliki 3 unsur yaitu: adanya pengalaman historis bersama dan sense of shared problems di antara kelompok negara dalam suatu wilayah. Kemudian adanya close linkages dari perbedaan-perbedaan di antara negara-negara tersebut. Lalu adanya proximity dan intensitas hubungan antar negara-negara yang berada dalam suatu wilayah geografis tertentu. Kerjasama yang biasa dilakukan dalam regionalisme dapat

8 B. Siwi Tri Puji. Terganggu Kabut Asap, Singapura Kirim Nota Protes ke Jakarta. Republika (Daring). 23 Oktober 2010.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/10/23/141844-terganggu-kabut-asap-singapura-kirim-nota-protes-ke-jakarta/

(diakses April 1,2016).

(6)

meliputi ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Di dalam regionalisme sendiri sudah berdiri suatu organisasi regional yang digunakan untuk semakin mengintensifkan hubungan yang terjalin.

1.4 Argumentasi Utama

Untuk menjawab rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, kami percaya bahwa kehadiran atau diratifikasinya AATHP (Asean Agreement on Transboundary Haze Pollution) membawa dampak yang signifikan terhadap regionalisme yang terjadi di antara negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Dampak tersebut berupa dampak positif yang kemudian diimplementasikan dalam tindakan tiap-tiap negara dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, khususnya permasalahan asap. Negara-negara anggota ASEAN kini menjadi lebih terbuka dan transparan tanpa adanya perilaku saling menuduh yang dahulu kerap kali dialamatkan pada salah satu negara saja yakninya Indonesia. Tuduhan kesalahan yang dialamatkan pada salah satu negara tersebut tentunya dapat membawa pada perpecahan yang akan memperburuk atau menghancurkan regionalisme yang terjalin di dalam ASEAN.

Walaupun berfokus pada satu bidang yakni permasalahan asap, namun isu yang diangkat oleh AATHP tersebut merupakan salah satu isu yang krusial dan sensitif bagi kebanyakan negara anggota ASEAN. Hal ini dikarenakan permasalahan asap dari hasil kebakaran hutan yang terjadi seringkali menyebabkan banyak kerugian bagi negara-negara lain yang berada di dekat lokasi kebakaran. Kerugian yang ditimbulkan mulai dari aspek kesehatan, ekonomi, bahkan kehidupan sosial masyarakat negara lain. Dan apabila kebakaran tersebut terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, maka asap yang merugikan pun akan semakin lama mengganggu kehidupan dalam negara-negara tersebut.

(7)

semakin intens dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat negara mereka masing-masing.

(8)

PEMBAHASAN

2.1 Pertimbangan Geopolitik Negara-Negara ASEAN selain Indonesia terkait Kebijakan AATHP (Asean Agreement On Transboundary Haze Pollution)

Dalam menyikapi permasalahan asap yang terjadi, negara-negara di kawasan Asia Tenggara memiliki pertimbangan politik tersendiri yang seringkali didasarkan atas dasar letak geografisnya. Pertimbangan-pertimbangan politik yang dipikirkan suatu negara tentunya diperuntukkan bagi kepentingan warga negara dan demi keberlangsungan negara tersebut sendiri. Apalagi jika permasalahan asap sudah berada pada level yang serius dan perlu adanya penyelesaian secara sungguh-sungguh seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 2015. Pada waktu itu, negara-negara Asia Tenggara yang secara wilayah berbatasan secara langsung dengan Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam terkena imbas dari kebakaran hutan di Indonesia yang terpusat di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Sebagian besar atau bahkan seluruh wilayah beberapa negara tersebut tertutup oleh kabut asap yang mengganggu kehidupan masyarakat di negara-negara tersebut.

(9)

sumber-sumber api sudah terlalu banyak dan tersebar luas dalam puluhan hektar lahan. Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat untuk dapat memadamkan kebakaran hutan dengan cepat. Selain faktor dari manusia tersebut, adanya dampak dari siklus El-Nino yang juga semakin memperlambat proses pemadaman api. El-Nino sendiri merupakan siklus angin yang mengakibatkan musim kemarau panjang dan kekeringan di hampir seluruh wilayah Indonesia.10 Tahun 2015 merupakan tahun El Niño dimana suhu laut yang lebih tinggi di perairan selatan menimbulkan perubahan cuaca ekstrim secara global. Di Indonesia sendiri, El Nino menyebabkan kemarau panjang dan gagal panen di berbagai lokasi. Dalam situasi kering seperti ini, hutan dan lahan gambat sangat rawan terbakar. Akibat adanya El Nino, musim hujan yang datang terlambat diperkirakan akan lebih singkat.11

Peta sebaran titik panas kebakaran hutan di Indonesia (19 Oktober 2015)

Sumber: cnnindonesia.com

Permasalahan kebakaran hutan telah membawa dampak bagi negara-negara yang berbatasan di Indonesia dengan adanya pencemaran asap lintas batas (transboundary haze pollution). Pencemaran ini memiliki dampak bagi tiap negara khususnya di bidang-bidang seperti kesehatan, transportasi, pendidikan, akomodasi makanan dan minuman dan sebagainya yang akhirnya berdampak pada sektor ekonomi. Aspek-aspek tersebut merupakan

10 Supari. Sejarah Dampak El Nino Di Indonesia, Badan Metereologi, Klimatologi Dan Geofisika

(daring).

http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/lain_lain/artikel/Sejarah_Dampak_El_Nino_di_Indonesia.bmkg, (diakses April 30, 2016).

11 World Bank. Krisis Kebakaran dan Asap Indonesia (daring). 2015.

(10)

dimensi vital bagi masing-masing negara yang terdampak atas asap kebakaran hutan yang semakin meluas.

Tingkat API Singapura dan Malaysia (19 Oktober 2015)

Sumber: aqicn.org

Berdasarkan laporan dari MAPI (Malaysia Air Pollutant Index) dan PSI (Pollutant Standard Index) menjelaskan bahwa polusi udara mengandung sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon, karbon monoksida, dan zat-zat tertentu.12 Apabila dihirup oleh manusia maka akan berefek pada penurunan kesehatan masing-masing individu. Kejadian ini apabila terjadi secara kolektif maka juga akan berimbas pada tingkat kesehatan penduduk di beberapa wilayah negara yang terkena dampak langsung atas asap kebakaran hutan tersebut. Dalam jangka cepat, asap kebakaran hutan akan mengakibatkan iritasi selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, sehingga menimbulkan gejala mata perih dan berair, hidung berair dan rasa tidak nyaman di tenggorokan, mual, sakit kepala, dan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang mana dapat menyerang golongan rentan terpapar asap yaitu bayi, balita, ibu hamil, lanjut usia dan penderita masalah kesehatan pada paru-paru atau jantung.13

12 J. Cotton. The "Haze" over Southeast Asia: Challenging the ASEAN Mode of Regional Engagement. Pacific Affairs. Vol. 72, No. 3. Autumn. 1999. p.332.

13 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Masalah akibat kabut asap dan kebakaran hutan, Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI (daring).

(11)

Di bidang transportasi khususnya transportasi udara juga berdampak serius atas terjadinya fenomena kabut asap ini. Berbagai penerbangan antar wilayah maupun antar negara yang terdampak kabut asap kebakaran hutan juga sangat terganggu dengan kemampuan jarak pandang yang sangat minim dengan ketebalan asap yang cukup bervariasi. Hal ini tentu saja berpengaruh pada keamanan dan keselamatan penerbangan yang mana dapat memicu aspek-aspek lain seperti penurunan produktivitas masyarakat, turunnya jumlah wisatawan yang ingin berkunjung ke destinasi wisata tertentu yang merugikan perekonomian negara.

Pada bidang pendidikan terjadi kerugian dimana akibat adanya asap yang mengancam kesehatan bagi siswa maka banyak sekolah di negara-negara tersebut diliburkan. Seperti yang terjadi di Singapura pada tanggal 24 September 2015, indeks standar polutan mencapai angka lebih dari 200. Hal ini sangat berbahaya bagi pernapasan manusia karena menurut National Environmental Agency (NEA), kategori udara sehat yang bisa dihirup manusia maksimal mencapai angka 100. Seluruh sekolah dasar dan menengah pertama di Singapura diliburkan dan akibatnya ujian nasional yang dijadwalkan pada waktu itu terpaksa ditunda.14 Hal ini tentu merugikan baik bagi pihak siswa, sekolah, maupun pemerintah karena diperlukan adanya penyusunan ulang jadwal ujian yang menyesuaikan kondisi asap yang menyelimuti negara tersebut.

Dalam sektor akomodasi makanan dan minuman, fasilitas antar makanan (delivery) juga untuk sementara ditiadakan oleh pengusaha di Singapura. Hal ini berkaitan dengan kesehatan para pengantar atau pengirim makanan dan minuman yang dikhawatirkan akan terganggu dan mengidap efek yang berbahaya apabila tetap turun ke jalan untuk bekerja.15 Hal ini memunculkan suatu permasalahan baru yang cukup kompleks dimana ketika asap menyelimuti negara tersebut maka orang akan cenderung untuk menghindari keluar atau bepergian dari rumah di mana orang-orang akan memanfaatkan jasa delivery restoran untuk mengantarkan makanan mereka. Namun di satu sisi, kesehatan dari pengantar makanan dan minuman juga harus diperhatikan karena mereka juga warga negara yang berhak memperoleh perlindungan kesehatan dari negara.

14 Ericssen. Kabut Asap Dekati Level Beracun, Sekolah di Singapura Diliburkan. 25 September 2015.

http://internasional.kompas.com/read/2015/09/25/02580061/Kabut.Asap.Dekati.Level.Beracun.Sekola h.di.Singapura.Diliburkan/ (diakses Mei 1, 2016).

(12)

Apabila disimpulkan dari beberapa bidang yang terkena dampak negatif dari kabut asap yang menyelimuti negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia, khususnya titik api di Sumatera dan Kalimantan, kebanyakan akan berujung pada kerugian dari sektor ekonomi. Dengan terbatasnya gerak dan kegiatan masyarakat maka akan menyebabkan penurunan tingkat produktivitas dari warga negara. Tingkat produktivitas ini akan berpengaruh pada penurunan sumber pemasukan untuk negara. Ditambah lagi, negara masih harus menyediakan berbagai program dan fasilitas untuk setidaknya mengurangi dampak buruk asap pada warga negaranya seperti pembagian masker gratis oleh pemerintah Malaysia bagi ribuan warganya setiap hari selama asap masih menyelimuti negaranya.16

Berdasarkan pertemuan Kuching dari Kementrian Lingkungan ASEAN pada 1998, para peneliti menyimpulkan bahwa kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Indonesia pada 1997 sebesar total biaya 4,5 milyar Dollar AS, yang terbagi menjadi kerusakan kebakaran sebesar 3,1 milyar Dollar AS dan biaya kabut asap yang mencapai 1,4 milyar Dollar AS.17 Sedangkan untuk kebakaran tahun 2015, World Bank melakukan perkiraan awal kerugian ekonomi yakni melampaui 16 milyar Dollar AS. Jumlah ini dua kali lebih besar dari kerugian dan kerusakan akibat tsunami tahun 2004 di Aceh. Estimasi ini mencakup kerugian pertanian, kehutanan, transportasi, perdagangan, industri, pariwisata, dan sektor-sektor lainnya. Sebagian dari kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh kerusakan dan kerugian langsung terhadap hasil panen, kehutanan, perumahan dan infrastruktur, dan biaya yang ditimbulkan untuk menangani kebakaran.18 Bukti tersebut telah menunjukkan bahwa dampak asap dari kebakaran hutan di Indonesia merupakan permasalahan cukup besar yang menyebar di kawasan regional Asia Tenggara. Negara-negara yang terkena dampak asap pun memiliki suara mereka masing-masing yang meminta Indonesia untuk dapat segera menyelesaikan permasalahan asap ini untuk menghidari kerugian lebih besar yang akan ditanggung negara-negara tersebut dalam jangka waktu yang lebih lama nantinya.

16Ibid.

17 Cotton.The "Haze" over Southeast Asia: Challenging the ASEAN Mode of Regional Engagement.

p. 333.

18 World Bank, Krisis Kebakaran dan Asap Indonesia (daring). 2015.

(13)

2.2 Pertimbangan Geopolitik Indonesia Terkait Kebijakan AATHP (Asean Agreement

On Transboundary Haze Pollution)

Dalam meratifikasi suatu perjanjian internasional, aspek-aspek tertentu yang mendukung penyusunan kebijakan luar negri suatu negara perlu untuk diperhatikan. Begitu pun halnya dengan Indonesia dengan pertimbangannya meratifikasi AATHP dalam upaya menentukan sikap dan aktivitasnya mengatasi dan menimbang cost and benefits dari lingkungan eksternalnya. Pada kasus polusi atau pencemaran lingkungan hidup ini, Indonesia melakukan beberapa pertimbangan dalam tindakannya yang pada awalnya enggan meratifikasi AATHP mengingat posisi Indonesia sebagai negara anggota dan pengekspor utama asap di ASEAN. Adapun pertimbangan Indonesia tersebut dapat dilihat dari kepentingan politik dan kepentingan ekonomi dalam negri.

Berdasarkan faktor politik, Isu utama Indonesia dalam meratifikasi AATHP tidak terletak pada detail perjanjian melainkan terletak pada ketidaksiapan Indonesia menerima prinsip dalam perjanjian tersebut. Keterlambatan Indonesia menyepakati perjanjian tersebut dipandang sebagai bentuk adu strategi politik di regional ASEAN diakibatkan oleh tuntutan negara-negara anggota ASEAN kepada Indonesia untuk meningkatkan awareness terhadap penanganan hutan yang faktanya perusakan hutan tersebut juga disebabkan oleh perusahaan-perusahaan asing yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN di Indonesia. Parlemen Indonesia, yakninya DPR kerap meminta perjanjian kabut asap ini dikaitkan dengan isu-isu lingkungan lainnya, seperti illegal logging, illegal fishing, dan pengiriman limbah beracun dikarenakan masih banyak ditemukannya perusahaan asing yang melakukan praktik illegal loging, deforestasi, dan limbah beracun di Indonesia. Direktorat Tindak Pidana Tertentu Badan Reserse Kriminal Polri mencatat 7 perusahaan modal asing yang terlibat dalam pembakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan pada 2015 lalu, di antaranya PT ASP (China) di Kalimantan Tengah; PT KAL (Australia) di Kalimantan Barat; PT IA (Malaysia), PT Hi (Singapura), PT MBI (Malaysia) di Sumatra Selatan; PT PAH (Malaysia) serta PT AP (Malaysia) di Jambi19

19 Irawan, Dika. 7 Perusahaan Asing Terjerat Kasus Kebakaran Hutan Dan Lahan. 20 Oktober 2015.

Referensi

Dokumen terkait

〔商法二八七〕 従業員は退職時に従業員持株制度によって得た株式

Hal ini terlihat jelas dari usaha petani dalam pengolahan dan persiapan lahan serta pembuatan lubang tanam, kemudian dengan aktifnya petani mengikuti seluruh kegiatan yang

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul : ”Konselin g Kesehatan Pra Nikah Terhadap Minat Penundaan Kehamilan Berisiko Pada Calon Pasangan Usia Subur Dibawah

Skripsi ini bermanfaat bagi Santri Dan desa Kamulan kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek sebagai sumbangan pikiran dalam rangka pembinaan dan peningkatan kualitas

1. Menjelaskan hal-hal yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Muhammad Saw untuk membangun masyarakat Madinah. Menjelaskan Prinsif-prinsif dasar sistem ekonomi Islam 3.

dan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Ratna Rohaetin pada tahun 2012 lalu dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep