• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Globalisasi pada Desain Busana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Globalisasi pada Desain Busana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

23 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2

Pengaruh Globalisasi pada Desain Busana

Pengantin Wanita di Indonesia

Oleh: Arini Arumsari

Program Studi Kriya Tekstil dan Mode STISI Telkom email: arini@stisitelkom.ac.id

Abstract

Beside the main function of clothes in everyday life to protect and cover the body, through clothes people can express their identity, opinions and tastes of each person. Devinitiflyclothes or fashion can be defined as an item worn on the human body for the purpose to protect our physical, ethical, and aesthetical and symbolic which appropriate with the environment, social and cultural values.

Wedding dress is a kind of clothes that can not be worn arbitrary. Because it symbolize a hopes that would only be used once in a lifetime. And it will only be used by the right people at the right time for the right reasons. And involving many other things such as culture, religion, ideology and others. So all the meaning and majesty contained therein that attract many people to better understand, analyze, and process.

In this discussion I will discuss the impact of globalization on the bride's dress design in Indonesia. Currently, many people of Indonesia especially women who prefer to use modern dress (european / west) wther than use kebaya or other traditional dress. Although initially these dresses are derived from European culture and especially Christians, but along with the times and cultural globalization that occurred in Indonesia, the use of modern wedding dresses is also being rapidly adopted.

With the increasing of this modern dresses needs, in Indonesia fashion industry people were competing in this business, with weighing the benefits to be derived from this field. Modern wedding dresses can be very varied in the model or style. Can also combine different types of styles, not just consist of one style only. Due to the design of a wedding gown involves many factors such as religion, culture, traditions, tastes, trends and other

Keywords: wedding dress, globalization, modern

1. Pendahuluan

Dalam bukunya Fashion From Concept to Costumer, Gini Stephens Frings menjelaskan definisi fashion dari konsep dasarnya, yaitu fashion

sebagai sebab akibat dan refleksi yang

(3)

24 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a P e n g a n t i n W a n i t a I n d o n e s i a

menceritakan kejadian prasejarah atau kejadian-kejadian sosial yang berdampak pada bagaimana orang bepakaian dan berubah secara periodik sesuai berkembangnya keadaan sosial dan faktor lainnya yang mempengaruhi di atas. Seluruh ruang ganti dari zaman ke zaman mampu menceritakan dan mencerminkan siklus trend pada bagaimana cara orang berfikir dan hidup. Maka busana atau pakaian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia dan selalu berubah mengikui perkembangan zaman. Hal ini berlaku juga terhadap busana pengantin terutama busana pengantin wanita.

2.1 Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.

Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.

1. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan

barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO). 3. Peningkatan interaksi kultural

melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Globalisasi terdiri dari:

(4)

25 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2

Perkembangan desain busana pengantin ini masuk dalam kategori globalisasi kebudayaan. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini (Lucian W. Pye, 1966 ).

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan yaitu:

1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.

2. Penyebaran prinsip multi kebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

3. Berkembangnya turisme dan pariwisata.

4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.

5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.

6. Bertambah banyaknya kegitan-kegiatan berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.

2.1 Gaun Pengantin Modern

(5)

26 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a P e n g a n t i n W a n i t a I n d o n e s i a

Pernikahan tersebut disebarluaskan besar-besaran, maka para wanita pun menjadi terinspirasi untuk melakukan hal yang sama pada pernikahannya.

Pernikahan Ratu Victoria dengan Albert of Saxe-Coburg

Dan tradisi tersebut berlanjut hingga kini. Walaupun sebelumnya para wanita menikah dengan gaun pengantin berwarna apapun selain hitam.Tetapi warna putih telah menjadi simbol kesucian hati dan kepolosan.Lalu seiring berjalannya waktu ditambahkan bahwa putih juga melambangkan keperawanan, yang justru merupakan pendapat yang salah karena seharusnya warna biru. (The History of the White Wedding Dress by Kelsey McIntyre)

Pada kebudayaan timur, misalnya Cina gaun pengantin biasanya berwarna merah yang melambangkan keberuntungan, tetapi saat ini para pengantin wanita lebih memilih gaun pengantin modern berwarna putih untuk pernikahannya.Juga di India bagian utara, warna gaun pernikahan tradisional mereka adalah merah. Orang India Selatan menggunakan warna putih atau krem pada sari yang mereka gunakan sebagai gaun pengantin.

Kelsey McIntyre dalam tulisannya

berjudul “The History of White Wedding Dress“ juga mengemukakan

pendapat yang sama jika tradisi gaun pengantin putih ini dimulai oleh Ratu Victoria pada pernikahannya, dan memberikan pengaruh yang sangat besar. Pada buku “Godey’s Lady’s

Book”, 1849, terdapat kalimat ini:

Custom has decided, from the earliest ages, that white is the most fitting hue, whatever may be the material. It is an emblem of the purity and innocence of girlhood, and the unsullied heart she now yields to the chosen one.”

Juga terdapat puisi kuno tentang bagaimana warna memberikan pengaruh terhadap masa depan:

(6)

27 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2

town. Married in pink, your spirits will sink.”

Revolusi Industri juga membawa dampak perubahan. Mulai tahun 1890 dan kemunculan department store, hampir semua wanita dapat mewujudkan impiannya untuk menikah dengan mengenakan gaun pengantin yang baru. Gaun pengantin putih menjadi populer, dan pada tahun 1890, Ladies Home Journal menulis: “That from times immemorial

the bride’s gown has been white”.

Walaupun pernyataan ini kurang tepat, namun ini menunjukan betapa sangat diterimanya jika gaun pengantin berwarna putih.

Pada saat pesta pernikahan, gaun pegantin eropa ini biasanya dilengkapi oleh beberapa aksesoris yang merupa kan ciri khas utama yaitu:

1. Veil / kerudung.

Bangsa Yunani dan Romawi Kuno percaya bahwa veil dapat menjaga pengantin perempuan dari kekuatan jahat. Pada budaya timur, pemakaian veil berkaitan dengan mitos bahwa pengantin pria tidak boleh melihat wajah pengantinnya sebelum upacara pernikahan, untuk menghindari hal-hal yang buruk. Di Zaman Victoria, veil menjadi bagian penting dari sebuah gaun pengantin. Pernikahan Ratu Victoria memang menjadi acuan dalam tradisi pernikahan di abad 19. Ia memadukan veil dengan bunga

orange blossom yang kemudian

menjadi tren.

Pada masa kini, bahan yang biasanya digunakan sebagai bahan veil adalah kain tulle. Veil berbahan kain tulle ini pertama kali digunakan oleh Nellie Curtis, anak perempuan dari George Washington, presiden Amerika Serikat yang pertama. Berawal saat Nellie sedang duduk dibalik tirai tulle saat ayahnya berjalan memasuki kamarnya.

(7)

28 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a P e n g a n t i n W a n i t a I n d o n e s i a

Sejak zaman Mesir dan Yunani kuno, tiara, yang awalnya menyimbolkan kedaulatan dan kekuasaan, hanya dipakai oleh raja-raja dan pemuka agama yang dianggap tinggi dan terhormat. Seiring berjalannya waktu, penggunaan tiara menjadi semakin popular. Pemakaiannya berkembang mulai dari zaman Napoleon, sampai setelah restorasi monarki di Prancis.

Wedding Tiara adalah adaptasi dari tradisi kuno. Sebelumnya, baju pengantin tradisional tidak memakai tiara. Tiara pertama kali dipakai sebagai aksesori yang melengkapi gaun pengantin oleh para pengrajin perhiasan di Inggris pada abad ke-19. Ini merupakan simbol kekayaan seseorang pada masa itu.

3. Sarung tangan

Di zaman Victoria, pemakaian sarung tangan yang dipadankan dengan gaun pengantin menyiratkan seorang perempuan yang mempunyai tata

karma. Sejak abad pertengahan, sarung tangan memang memiliki arti yang berhubungan dengan cinta dan kesetiaan. Ada tradisi yang mengharuskan calon pengantin pria menghadiahkan sarung tangan sebagai hadiah pertunangan, dan pengantin perempuan memakainya di hari pernikahan mereka. Walaupun sempat menghilang, pemakaian sarung tangan bagi pengantin perempuan kembali hidup pada tahun 1930-an.

4. Buket bunga

(8)

29 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2

rambut sebagai simbol kehidupan baru dan kesuburan.

3. Analisa Data

Walaupun seperti telah diketahui dari keterangan diatas bahwa pada awalnya gaun pengantin ini memang berasal dari kebudayaan Eropa dan terutama umat Kristiani, namun seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi budaya yang terjadi di Indonesia, saat ini mulai bayak wanita Indonesa yang lebih memilih menggunakan gaun pengantin modern (Eropa/barat) dibandingkan kebaya ataupun pakaian daerah lainnya.

Salah satu buktinya adalah fenomena beberapa tahun belakangan ini, mulai berkembangnya industri penyelenggara pernikahan (wedding organizer), bridal, dan desain gaun pengantin. Tahun ini saja banyak diadakan pameran–pameran bridal (wedding exhibition) di kota-kota besar di Indonesia, dan masyarakat pun menyambutnya dengan sangat antusias. Seperti pameran Bridal World, Bridal Vaganza, Wong Hang Wedding Exhibition, dan lain-lain yang diadakan hampir setiap bulan dengan megah di gedung-gedung besar ataupun di ballroom hotel berintang di Kota Bandung. Karena pada saat ini gaya hidup masyarakat telah berubah dan jasa bridal ini kini sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat di kota-kota besar di Indonesia.

Suasana pada pameran ‘Bridal World’

(9)

30 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a P e n g a n t i n W a n i t a I n d o n e s i a

Dengan mulai dibutuhkannya industri gaun pengantin modern ini di Indonesia, maka orang pun berlomba-lomba untuk menggeluti usaha ini, dengan menimbang-nimbang keuntungan besar yang akan diperoleh dari bidang ini. Sebagai contoh saat ini banyak desainer terkemuka Indonesia anggota APPMI dan IPMI yang membuat line khusus

wedding dress pada rumah modenya seperti Adjie Notonegoro, Deden Siswanto, Biyan, Rusly Tjohnardi, Harry Ibrahim, Ferry Sunarto dan lain-lain seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap gaun pengantin modern ini.

Dokumentasi karya para desainer anggota APPMI Jawa Barat, pada acara Fahion

Tendence APPMI Jawa Barat 2011 di Hotel Hyatt, Bandung

(10)

31 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2

Namun dibalik maraknya penggunaan gaun pengantin modern ini, bukan berarti busana pengantin daerah Indonesia ditinggalkan begitu saja. Busana pengantin daerah tetap menjadi pilihan utama misalnya kebaya, tetapi desain kebaya saat ini sudah berkembang menjadi sangat beragam dan cenderungsemakin modern.sebagai contoh, karya kebaya modern paling popular saat ini adalah kebaya modern karya Anne Avantie, desainer anggota APPMI asal Semarang, Jawa tengah. Yang karyanya selalu dipakai oleah para selebritis dan kaum sosialita, termasuk selalu digunakan untuk Putri Indonesia pada ajang pemilihan Miss Universe pada sesi busana daerah. Ia bahkan berhasil mencatatkan prestasi tak hanya di dalam negeri namun hingga ke mancanegara. Pelanggannya datang dari kalangan pejabat hingga selebritis. Beberapa Miss Universe yang datang ke Indonesia juga pernah mengenakan kebaya rancangan Anne. Mereka antara lain, Jennifer Hawkins (Miss Universe 2004 asal Australia), Chyntia Ollavaria (runner up 1 Miss Universe 2005 asal Puerto Rico), Zulyeka Rivera Mendoza (Miss Universe 2006 asal Puerto Rico), Riyo Mori (Miss Universe 2007 asal Jepang), serta Dayana Mendoza (Miss Universe 2008 asal Venezuela)

Di tangan Anne Avantie ini, kebaya yang awalnya cenderung dianggap sebagai busana konvensional yang ketinggalan zaman, diubah menjadi adibusana yang menembus garis batas kedaerahan tanpa meninggalkan akar

budaya bangsa. Kebaya hasil kreativitasnya memberi warna baru bagi perkembangan dunia fashion Indonesia karena keberaniannya menerobos aturan baku tentang kebaya yang terkesan kuno dan kaku. Dengan ciri khas tersebut, ia telah menciptakan trend yang merupakan tonggak baru eksplorasi garis rancang dan siluet kebaya.

(11)

32 | A r i n i A r u m s a r i : P e n g a r u h G l o b a l i s a s i p a d a D e s a i n B u s a n a P e n g a n t i n W a n i t a I n d o n e s i a

Kebaya modern karya Anne Avantie

Kebaya modern karya desainer Indonesa lainnya

4. Kesimpulan

Melihat betapa gemerlap dan megahnya gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini yang dapat dilihat dari penggunaan gaun pengantin yang mewah ini. Walaupun sebagai pembenaran sering dikatakan bahwa gaun pengantin ini kan memang sangat istimewa karena hanya dikenakan satu hari pada saat pernikahan yang merupakan momen yang sangat istimewa dan sakral dalam kehidupan manusia.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dampak globalisasi budaya ini bukan hanya terdapat pada tradisi dan desain gaun pengantinnya saja, tetapi secara umum sangat mempengaruhi gaya hidup orang Indonesia menjadi berbudaya konsumerisme. Budaya konsumerisme adalah budaya konsumsi yang dikonstruksi kapitalisme melalui proses

penciptaaan ‘diferensi’, ‘citra’, gaya dan gaya hidup.Budaya belanja

didorong oleh logika ‘hasrat’ (desire) dan ‘keinginan’ (want) yang jauh lebih besar daripada logika kebutuhan (need). Orang dikondisikan tidak sekedar membeli barang, tetapi membeli citra, ilusi, status simbol, prestise, dan gaya hidup. Hal ini dikembangkan rasa ketakutan untuk tidak mengikuti yang baru (trend, fashion, mode).

‘Budaya konsumerism’ (the culture of

consumerism) adalah kegiatan

(12)

33 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 3 N o 1 2 0 1 2

penciptaaan ‘diferensi’ secara terus

menerus lewat penggunaan ‘citra’

dan tanda dalam proses konsumsi. Konsumsi adalah aktivitas menghabiskan nilai tanda (sign/

value). Maka dapat disimpulkan

bahwa pengaruh globalisasi yang mengakibatkan konsumerisme pada masyarakat ini salahsatu contohnya dapat dilihat dari fenomena perubahan desain gaun pengantin ini.

Daftar Pustaka

Agus Sachari & Yan Yan Sunarya Sejarah dan Perkembangan Desain dan Dunia Kesenirupaan di Indonesia Penerbit ITB 2002 Bandung

Andrean, Tina. 2006. Wedding Inspiration by Tina Andrean. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Frings, Gini Stephens. 1987. Fashion

From Concept To Consumer. New

Jersey – USA : Prentice Hall, Inc

Hitchcock, Michael. 1991. Indonesian Textiles. Singapore : Peripilus Edition (HK) Ltd

Hottenroth, Friedrich. 2002, L’Art du

Costume, Prancis: L’Aventurine.

O’Hara, Georgina. 1989. The Encyclopedia of Fashion. London: Thames and Hudson Ltd

Tim Penyusun Seri Buku Indonesia Indah, 1997, Indonesia Indah Seri

Busana Daerah, Jakarta: Yayasan

Referensi

Dokumen terkait

seperti siswa membolos, datang terlambat, berkelahi, merokok dilingkungan sekolah, dan lain-lain. Disiplin yang dikehendaki disini adalah disiplin yang muncul karena

Fiqih lingkungan ( Fiqh al-Bi‘ah ) dapat dipahami sebagai produk hukum Islam berkaitan dengan hukum taklifi yang dihasilkan dalam proses istinbat hukum melalui

Tingkat signifikasi dari variabel kapasitas sumber daya manusia (X1) adalah 0,017 < 0,1, hasil penelitian ini mendukung hipotesis keempat yang telah dirumuskan yaitu kapasitas

Reaktor 4 (media pasir, karbon aktif, dan geotekstil) didapatkan waktu optimum pada menit ke-30 dengan prosentase penurunan kekeruhan sebesar 73%.. Kata kunci: slow sand filter

Gambar 5-2 Tampilan Pengujian Kontrol Kamera dan Kursor Sesudah Klik Objek pada Perangkat Desktop ...43 Gambar 5-3 Tampilan Pengujian Kontrol Kamera dan Kursor

Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan yang harus dilakukan secara berurutan guna mencapai hasil yang maksimal seperti studi literatur,

Secara metode, hal-hal yang dipertimbangkan sebagai kriteria inklusi dalam pengambilan jurnal sebagai bahan review yang digunakan adalah membandingkan natural

Konversikan 3 digit Data RF dan 3 digit Data biaya ke dalam nilai.