• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNACE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENTINGNYA PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNACE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

30

PENTINGNYA PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNACE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH

Oleh : Maria Fransiska Owa da Santo, SH., M.Hum.

A B S T R A K

Dalam upaya penguatan penerimaan daerah yang bersumber dari kekayaan daerah yang dipisahkan, maka peranan investasi Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Daerah yang diwujudkan dalam bentuk Perusahaan Daerah sangat diharapkan, selain sebagai sumber PAD, BUMD diharapkan juga sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Perusahaan daerah memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan pendapatan bagi daerah. Dalam Perda Nomor 13 Tahun 2009 sebagai peraturan yang mengatur peralihan status badan usaha PD Flobamor menjadi PT dalam Pasal 6 telah mengatur bahwa dalam penyelenggaran perusahaan PT Flobamor adalah mendukung pelaksanaan prinsip good corporate governance yaitu, kewajaran (fairness), keterbukaan informasi (tranparency), dapat dipertanggungjawabkan (accuntability), pertanggungjawaban

(responsibility) sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas. Lahirnya artikel ini bertolak dari adanya keraguan bahwa Perusahaan Daerah (PD) milik pemerintah Provinsi NTT telah dapat menjalankan usahanya dengan baik sesuai yang diamanatkan oleh peraturan perudang-undangan dan dapat meningkatkan pendapatan asi daerah. Hal ini dapat dilihat dari terus meruginya PT Flobamor dalam menjalankan usahanya bahkan banyak terjadi kasus korupsi terhadap dana-dana subsidi dari pemerintah.

Kata Kunci : Prinsip Good Corporate Goverance yaitu Kewajaran (fairness), Keterbukaan Informasi (tranparency), Dapat Dipertanggungjawabkan (accuntability), Pertanggungjawaban (responsibility); Pengelolaan Perusahaan; Perusahaan Daerah.

Tulisan ini merupakan sebagaian temuan dari Penelitian Hibah Bersaing Tahun I (2014) berjudul “Menuju Model Perusahaan Daerah Berbasis Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada Badan Usaha Milik Daerah Provinsi NTT, yang dibiayai oleh Kopertis Wilayah VIII Bali-Nusra Kerjasama Dengan Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan NAsional RI 2014. Penelitian ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Tesis berjudul : “Akibat Hukum Perubahan Status Badan Usaha Perusahaan Daerah Flobamor – Provinsi NTT Menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas Dalam Mendukung Penyelenggaraan Prinsip Good Corporate Governance” di Program Pasca Sarjana Undana Tahun 2010, dibawah bimbingan Dr. Kotan Y. Stefanus, SH.MHum dan Dr. Yustinus Pedo, SH.MHum.

(2)

31

IMPORTANCE OF COOPERATIVE PRINCIPLES OF GOOD GOVERNANCE IN LOCAL MANAGEMENT COMPANY

Oleh : Maria Fransiska Owa da Santo, SH., MHum.

ABSTRACT

In efforts to strengthening of reception area which sourced from excluded areas, the role of government investment through state-owned enterprises embodied in the highly anticipated, as a source of pad, bumd, public enterprises as a driver also expected major regional economic growth and development. The company has important role in revenue for local produce. Perda in number 13 of 2009 as a transitional rules governing agency status PT flobamor being pt of article 6 arrange that has been in the operation of the company is PT Flobamor principles of good support cooperate cogernance, fairness, transparency, accuntability, responsibility, as provided in the law number 40 of this article on the company. This artikel depart from doubt that company of regional (PD) of NTT government have operated their business well according to mandated by laws invitation and can increase local revenue. This can be seen from continuing damage PT Flobamor in running the business happen even many cases of corruption in funds subtitusion of government.

Keywords: Principles Of Good Cooperate Governance Namely Fairness, Transparency, Acceptability, Accountability, Responsibility, Organizer Of Company; Regional Companies.

A. PENDAHULUAN

Isu corporate governance muncul sejak diperkenalkannya pemisahan

antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Namun istilah corporate

governance itu sendiri secara eksplisit muncul pertama kali pada tahun 1984

dalam tulisan Robert I. Tricker1.

Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah

stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory dibangun di atas

1

(3)

32

asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya

dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab memiliki,

integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan

yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory

memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada

khususnya.

Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson,

seorang professor dari Harvard, memandang bahwa manajemen perusahaan

sebagai ‘agents’ bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh

kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan

bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam

stewardship model. Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory

memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders

pada khususnya2.

Agency theory mendapat respons lebih luas karena dipandang lebih

mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai corporate

governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa

pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan

ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency

costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan

peningkatan biaya enforcement-nya.

Meskipun demikian, potensi untuk munculnya agency problem tetap ada

karena adanya pemisahan antara kepengurusan dengan kepemilikan perusahaan,

khususnya di perusahaan-perusahaan publik. Bagaimana perbandingan kegiatan

antara corporate governance dan corporate management memperlihatkan bahwa

corporate governance sangat terkait dengan aspek pengawasan dan akuntabilitas,

2

(4)

33

sementara corporate management terkait dengan keputusan-keputusan dan

pengendalian eksekutif serta manajemen operasional.

Istilah Good Corporate Governance (selanjutnya disingkat GCG)

pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee tahun 1992 dalam

laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report3. Terdapat banyak definisi

tentang GCG yang pendefinisiannya dipengaruhi oleh teori yang melandasinya.

Berkaitan dengan perusahaan/korporasi defenisi GCG dapat dipandang dari dua

teori, yaitu (a) teori pemegang saham (shareholding theory), dan (b) teori

stakeholder (stakeholding theory).

Shareholding theory mangatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik/pemegang saham

sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya. Shareholding theory ini sering

disebut sebagai teori korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh Adam Smith

pada tahun 1776. Definisi GCGyang berdasar pada shareholding theory diberikan

oleh Monks dan Minow (1995) yaitu hubungan berbagai partisipan

(pemilik/investor dan manajemen) dalam menentukan arah dan kinerja korporasi.

Definisi lain diajukan oleh Shleifer dan Vishny (1997) yang menyebutkan bahwa

GCG sebagai cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam

memperoleh hasil (return) yang sesuai dengan investasi yang ditanamkan.

Stakeholding theory, diperkenalkan oleh Freeman (1984), menyatakan bahwa perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang

berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi

stakeholder ini termasuk karyawan, pelanggan, kreditur, suplier, dan masyarakat

sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Sebagai sebuah konsep, GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal.

Center for European Policy Studies (CEPS), punya formula lain. GCG, menurut

pusat studi ini, merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right),

proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen

perusahaan. Sebagai catatan, hak di sini adalah hak seluruh stakeholders, bukan

terbatas kepada shareholders saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki

3

Sri Sulistyanto dan Haris Wibisono; 2003; Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan di

(5)

34

stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses, maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian

merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholders menerima informasi

yang diperlukan seputar aneka kegiatan perusahaan4.

Sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri tentang GCG.

Beberapa negara mendefinisikannya dengan pengertian yang agak mirip walaupun

ada sedikit perbedaan istilah. Kelompok negara maju (OECD)5, mendefinisikan

GCG sebagai cara-cara manajemen perusahaan bertanggung jawab pada

shareholder-nya. Para pengambil keputusan di perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah

bagi shareholders lainnya. Karena itu fokus utama di sini terkait dengan proses

pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-nilai

transparency, responsibility, accountability, dan tentu saja fairness.

Sementara itu, ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa

GCG mengandung empat nilai utama yaitu: Accountability, Transparency,

Predictability dan Participation. Pengertian lain datang dari Finance Committee on Corporate Governance Malaysia. Menurut lembaga tersebut GCG merupakan

suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus

mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis

dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai

saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan

para stakeholder lainnya6.

Corporate governance juga dapat juga diartikan sebagai suatu konsep

yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan

dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yang

membentuk struktur perseroan, dan mekanisme yang harus ditempuh oleh

masing-masing unsur dari perseroan tersebut, serta hubungan-hubungan antara

unsur-unsur dari struktur perseroan itu mulai dari RUPS, direksi, komisaris, juga

mengatur hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan dengan

unsur-unsur di luar perseroan yang pada hakekatnya merupakan stakeholders dari

(6)

35

perseroan, yaitu negara yang sangat berkepentingan akan perolehan pajak dari

perseroan yang bersangkutan, dan masyarakat luas yang meliputi para investor

publik dari perseroan itu (dalam hal perseroan merupakan perusahaan publik),

calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan. Corporate governance

adalah suatu konsep yang luas7.

Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan

perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi

kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. Selain itu

berdasarkan definisi-definisi tersebut, nampak dengan jelas bahwa GCG

merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan

kewajibannya masing-masing.

Bagaimana dengan definisi GCG di Indonesia? Di tanah air, secara

harfiah, governance kerap diterjemahkan sebagai “pengaturan.” Adapun dalam

konteks GCG, governance sering juga disebut “tata pamong”. Selanjutnya GCG

ini didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan

oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham

secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma

yang berlaku8.

Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi GCG, antara lain oleh

FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) tahun 2000 yang

mendefinisikan GCG sama seperti Cadbury Committee, sedangkan The

Indonesian Institute for Corporate Governance atau IICG (2000) mendefinisikan

7

Sutan Remy Sjahdeini; Pengembangan Fungsi Pengawasan Menuju Good Corporate Governance pada Milenium baru; Makalah disajikan pada Seminar yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan Internal Auditor (YPAI), Graha Sucofindo, Jakarta pada Tanggal 29 September 1999, tidak diterbitkan.

8

Ahmad Rivai. 2006; Analisis Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja PT Kalbe Farma, Tbk. (Online)

(7)

36

CG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan,

dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang,

dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.

Pengertian lain GCG menurut Surat Keputusan Menteri Negara/Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. 23/M PM/BUMN/2000

tentang Pengembangan Praktik GCG dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO),

Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi

menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan

perusahaan. Sedangkan dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 maupun UU Nomor 40

Tahun 2007, pengaturan tentang GCG tidak disebutkan secara limitatif dalam satu

pasalpun, pengaturan tentang GCG hanya terdapat dalam penjelasan Pasal 4 UU

Nomor 40 Tahun 20007, yaitu : berlakunya UU ini, anggaran dasar perseroan

dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain, tidak mengurangi

kewajiban setiap perseroan untuk menaati asas itikd baik, asas kepantasan,

asas kepatutan, dan prinsip tata kelola perseroan yang baik (good corporate

governance) dalam menjalankan perseroan.

Defenisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate

Governance merupakan :

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan

komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.

2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang

salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,

berikut pengukuran kinerjanya.

B. ARTI PENTING PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PENGELOLAAN PERUSAHAAN

Istilah GCG semakin populer dan mendapatkan tempat di bidang hukum

korporasi karena terwujud dalam dua keyakinan, yaitu : Pertama, GCG

(8)

37

dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global, terutama

bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka.

Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini

muncul karena kegagalan penerapan GCG9.

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) 10

pada tahun 1998 yang lalu telah mengeluarkan seperangkat prinsip-prinsip

GCG yang dikembangkan secara umum. Prinsip-prinsip GCG ini disusun untuk

digunakan sebagai referensi di berbagai negara yang mempunyai karakteristik

sistem hukum, budaya, serta lingkungan yang berbeda. Dengan prinsip yang

universal ini dapat dijadikan pedoman oleh semua negara dalam menyelaraskan

undang-undang atau peraturan-peraturan maupun nilai-nilai yang berlaku di

negara masing-masing bilamana diperlukan. Prinsip-prinsip GCG yang

dikembangkan OECD adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham. Kerangka yang dibangun

dalam corporate governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham. Hak-hak tersebut meliputi hak-hak dasar pemegang saham, yaitu hak untuk;

a. menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan ;

b. mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya ;

c. memperoleh informasi yang relevan mengenai perusahaan secara berkala dan

teratur ;

d. dapat ikut berperan dan memberikan suara dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) ;

e. memilih anggota dewan komisaris dan direksi, dan selanjutnya ;

f. memperoleh pembagian keuntungan perusahaan/ deviden.

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham Kerangka corporate

governance harus dapat menjamin adanya perlakuan sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk para pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki, kesempatan untuk mendapatkan penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang berada dalam satu kelas, melarang praktek-praktek insider trading dan self dealing serta mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).

9

Dyah Permata Budi Asri; Pelaksanaan Good Corporate Governance Dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PT; (http://janabadra.cic.id/ujb/00-2411-7401-pdf).

10

Herwidayatmo; 2000; Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik

Indonesia.(Online), (http://www.imfeui.com/uploads/ file110-XXIX-Oktober-2000.PDF; hlm.

(9)

38

3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Kerangka corporate

governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders, seperti yang telah ditentukan dalam undang-undang, dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan para stakeholders tersebut dalam rangka menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan masyarakat dan kesinambungan usaha.

4. Keterbukaan dan Transparansi. Kerangka corporate governance harus dapat

memberikan jaminan adanya pengungkapan yang tepat waktu akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan prusahaan. Pengungkapan ini meliputi informasi tentang keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. Selain itu informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan perusahaan.

5. Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors). Kerangka corporate

governance harus dapat menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris serta akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangankewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris beserta kewajiban-kewajiban profesionalnya kepada para pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Selain prinsip-prinsip corporate governance dari The Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD), terdapat juga prinsip-prinsip corporate governance lain yang juga mengatur tentang penerapan GCG pada

perusahaan public untuk memperkuat daya tahan perusahaanperusahaan yaitu dari

The Australia Stock Exchange (ASX). The ASX Corporate Governance Council

didirikan pada tanggal 15 Agustus 2002, sedangkan anggota-anggota The ASX

Corporate Governance Council terdiri dari perusahaan-perusahaan dan organisasi lain dari berbagai sektor bisnis di Australia. Organisasi ini membawa misi yaitu

menciptakan kerangka dasar GCG yang dapat dipergunakan sebagai bahan

rujukan bagi perusahaan publik, para investor, maupun yang bergerak dalam

bidang pasar uang dan pasar modal serta masyarakat bisnis Australia pada

umumnya.

Prinsip-prinsip GCG ciptaan The ASX Corporate Governance yang juga

biasa disebut The Principles of Good Corporate Governance and Best Practice

Recommendation adalah sebagai berikut11 :

11

Lestariningsih; Peranan Penerapan Good Corporate Governance Dalam Pengembangan Perusahaan Publik dalam Jurnal Spirit Publik Volume 4 Nomor 2; 2008;

(10)

39

1. Membangun landasan kerja yang kuat bagi manajemen perusahaan dan Board of

Directors (Establish solid foundation for management and over Sight by the

Board) untuk dapat mencapai tujuan bisnis mereka secara berhasil, perusahaan wajib membangun kesadaran para anggota manajemen atas hak dan tanggungjawab mereka. Board of Directors wajib menghayati dan melaksanakan hak mereka serta mengendalikan dan mengawasi kegiatan bisnis perusahaan.

2. Menyusun struktur organisasi the Board of Directors yang dapat menjamin

efektivitas kerja dan meningkatkan nilai perusahaan (Structure the Board to add

value).

3. Mengembangkan kebiasaan mengambil keputusan yang etis dan dapat

dipertanggung jawabkan (Promote ethical and responsibly decision making).

Kebiasaan tersebut harus dimulai dari tingkat atas dalam organisasi perusahaan.

4. Menjaga integritas laporan keuangan (Safeguard integrity in financial reporting)

The ASX Corporate Governance Council menganjurkan manajemen perusahaan public menyusun laporan keuangan tengah tahunan dan menyampaikannya kepada Board of Directors dan selanjutnya the Board akan meneruskannya kepada para pemegang saham.

5. Mengungkapkan semua informasi tentang kondisi dan perkembangan

perusahaan kepada para pemegang saham secara tepat waktu dan seimbang

(Make timely and balanced disclosure).

6. Menghormati hak dan kepentingan para pemegang saham (Respect the right of

shareholders).

7. Mendasari adanya resiko bisnis dan mengelolanya secara profesional (Recognize

and manage risk). Perusahaan yang ditata kelola secara sehat tentu menyusun prosedur serta mengevaluasi resiko bisnis dan investasi yang mungkin akan mereka hadapi, oleh sebab itu mereka harus mengelola resiko bisnis secara profesional.

8. Mendorong peningkatan kinerja Board of Directors dan manajemen perusahaan

(Encourage enhanced performance).

9. Menjamin pemberian balas jasa pimpinan dan karyawan perusahaan secara adil

dan dapat dipertanggung jawabkan (Remunerate fairly and responsibly).

10.Memahami hak dan kepentingan para pemegang saham atau stakeholders yang

sah.

Penerapan prinsip-prinsip GCG dapat menciptakan suasana kondusif

bagi kelancaran pengelolaan bisnis perusahaan, termasuk meningkatkan daya

saing. GCG menjadi salah satu daya tarik investor dan para kreditor untuk mau

meminjamkan dananya kepada perusahaan. Walaupun demikian tidak ada jaminan

bahwa setiap perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip GCG akan terhindar

dari kesalahan dan kegagalan, karena perbedaan faktor-faktor intern dan ekstern

perusahaan, yakni prinsip-prinsip GCG dapat diterapkan secara berhasil di suatu

perusahaan belum tentu dapat berhasil jika diterapkan di perusahaan lain.

Penerapan prinsip-prinsip GCG pada tiap negara dipengaruhi dua faktor

(11)

40

kepemilikan perusahaan, sedangkan faktor ekstern antara lain adalah budaya

lokal, peranan serta kebijakan pemerintah dalam kehidupan ekonomi dan bisnis

serta perkembangan pasar modal pada masing-masing negara.

Good corporate governance memiliki nilai-nilai positif untuk menjaga konsistensi serta profesionalisme perusahaan dalam melakukan berbagai macam

tindakan menuju kearah kinerja yang lebih baik. Hal ini didasarkan bahwa dalam

GCG terdapat empat prinsip, yaitu pinsip kewajaran, keterbukaan informasi, dapat

dipertanggungjawabkan dan pertanggungjawaban, yang jika diterapkan secara

baik dan benar oleh suatu perusahaan maka akan membawa perusahaan tersebut

kearah kemajuan dan apabila perusahaan tidak mau bekerja dengan menerapkan

prinsip GCG maka berbagai potensi negatif akan berkembang dan selanjutnya

dapat mempengaruhi etika kerja dari sumber daya perusahaan.

Sejak Indonesia berada dalam krisis ekonomi beberapa tahun silam,

maka good corporate governance menjadi bagian yang sangat penting dalam

melakukan pembenahan dan pengembangan pengelolaan perusahaan. Setiap organ

perusahaan harus berusaha mencerminkan prinsip-prinsip GCG tersebut.

Sebagian besar perusahaan yang tidak stabil, disebabkan oleh sikap dan

cara pengelolaan yang tidak menerapkan nilai-nilai GCG secara tepat sehingga

untuk menjaga agar perusahaan tetap stabil, maka semua kekuatan sumber daya

perusahaan secara keseluruhan dan utuh harus mampu menjaga efektivitas,

efisiensi dan produktivitas dari asset–liability–equity perusahaan, termasuk cash

flow dan profit perusahaan dalam keseimbangan yang tepat dengan cara-cara pengelolaan yang patuh pada penerapan prinsip-prinsip GCG.

Ketika perusahaan mengalami kegagalan dalam bekerja dengan

menerapkan prinsip GCG, maka sistem pengendalian perusahaan sulit mengukur

semua resiko secara baik, sistem keuangan perusahaan akan menjadi tidak

konsisten, para pelanggan beserta stakeholders lainnya akan mempertanyakan

etika dan moral pelayanan, serta ada beberapa hal lain yang dapat menyebabkan

perusahaan berada dalam pengaruh potensi negatif dan semuanya akan

mempengaruhi daya saing, cash flow, sumber daya manusia, produksi serta jasa

(12)

41

Peranan penerapan GCG sangat penting untuk meningkatkan daya saing

perusahaan dalam kompetisi pasar global yang semakin kuat pengaruhnya.

Melalui penerapan GCG perusahaan akan mempunyai kemampuan dan kekuatan

dalam menciptakan pertumbuhan maupun perkembangan bisnis sesuai target yang

telah direncanakan.

Peranan GCG selain dapat membuat perusahaan menjadi kuat dan kokoh

juga dapat melakukan semua kewajiban-kewajibannya kepada para pemegang

saham maupun stake holders seperti gaji karyawan, biaya-biaya opersional rutin,

biaya bunga pinjaman, baik biaya- biaya tetap maupun biaya-biaya tidak tetap

lainnya, dengan melalui sistem dan kultur atau budaya korporasi yang terkait

dengan etika dan moral serta nilai-nilai penerapan prinsip-prinsip GCG.

Di samping hal-hal tersebut di atas, manfaat praktis penerapan GCG juga dapat12:

1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang

saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai

akibat penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya

pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari

pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.

3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra

perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.

4. Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan)

dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.

Manfaat GCG ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka

panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan

sekaligus pilar pemenang era persaingan global.

Aspek penting dari GCG yang perlu dipahami beragam kalangan di

dunia bisnis13, yakni;

12

Herwidayatmo; Loc.Cit.

(13)

42

a. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan di

antaranya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan direksi. Keseimbangan ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut (keseimbangan internal)

b. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis

dalam masyarakat kepada seluruh stakeholder. Tanggung jawab ini meliputi

hal-hal yang terkait dengan pengaturan hubungan antara perusahaan dengan

stakeholders (keseimbangan eksternal). Di antaranya, tanggung jawab

pengelola/pengurus perusahaan, manajemen, pengawasan, serta

pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dan stakeholders

lainnya.

c. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi yang tepat dan

benar pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan. Kemudian hak berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perkembangan strategis dan perubahan mendasar atas perusahaan serta ikut menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam pertumbuhannya.

d. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama

pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan informasi yang material dan relevan serta melarang penyampaian informasi

untuk pihak sendiri yang bisa menguntungkan orang dalam (insider

information for insider trading).

C. PELAKSANAAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN DAERAH PT FLOBAMOR NTT

Perusahaan Daerah sebagai badan hukum merupakan subyek hukum

yaitu pendukung hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum yang bersifat

memberikan jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, serta memupuk

pendapatan, yang tidak mengutamakan mencari keuntungan semata, melainkan

ditujukan kepada terwujudnya fungsi pelayanan umum.

Kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata,

dan bertanggung jawab kepada daerah merupakan langkah strategis karena secara

khusus otonomi daerah menginginkan daerah memiliki kemampuan dalam

menggali dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki sehingga derajat

kapasitas fiskalnya mampu memenuhi tuntutan pembiayaan pembangunan di

daerahnya.

Dalam upaya penguatan penerimaan daerah yang bersumber dari

kekayaan daerah yang dipisahkan, maka peranan investasi Pemerintah melalui

Badan Usaha Milik Daerah (selanjutnya disingkat BUMD) sangat diharapkan,

(14)

43

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (engine of growth), sehingga

mampu menimbulkan efek multiplier yang besar.

Perusahaan daerah sebagaimana layaknya perusahaan pada umumnya

ditujukan untuk mendapatkan keuntungan (profit oriented). Keuntungan yang

diperoleh tersebut merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang

ditujukan untuk membiayai pembangunan di daerah. Dengan cara ini perusahaan

daerah mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itulah banyak daerah yang

mengharapkan perusahaan daerah sebagai salah satu sumber pemasukan

daerahnya.

Menurut Westra14, Perusahaan Daerah dewasa ini memiliki kedudukan,

peran dan fungsi strategis sebagai sumber keuangan daerah namun belum mampu

memberikan kontribusi yang optimal dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

Perusahaan Daerah dalam kedudukannya sebagai sumber keuangan daerah belum

dapat menjalankan fungsi ekonominya secara optimal, dikarenakan perusahaan

daerah masih bersifat dwi fungsi (public service dan profit oriented), belum

dikelola secara profesional dan bentuk usaha perusahaan daerah tidak sesuai

dengan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah.

Mengingat Perusahaan Daerah berada pada dua ranah hukum yaitu

hukum publik dan hukum privat, maka kewenangan dan tanggung jawab berkaitan

dengan perusahaan daerah meliputi: Ranah hukum publik pemerintah daerah

memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap segala kegiatan, penguasaan

dan pengurusan perusahaan daerah, sepanjang berkaitan dengan pembentukan,

kepemilikan modal, dan pengawasan perusahaan daerah. Sedangkan Ranah hukum

privat direksi selaku organ perusahaan memiliki kewenangan dan tanggung jawab

penuh dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan daerah dalam hal

berinteraksi dengan pihak ketiga seperti mengadakan perjanjian, mewakili

perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan15.

Secara konseptual, BUMD didirikan atas dasar dualisme fungsi dan

peranan, yang keduanya sangat sulit, jika tidak dapat dikatakan mustahil, untuk

14

I Ketut Westra; 2012; disertasi yang berjudul "Kedudukan Hukum Perusahaan Daerah Sebagai Badan Usaha Milik Daerah untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah".

15

(15)

44

dipadukan. Seperti BUMN, ia punya tugas dalam mengembangkan perekonomian

daerah melalui peranannya sebagai institusi public service. Namun pada saat yang

sama, BUMD juga diharapkan mampu menghasilkan laba dari usahanya selaku

pelayan masyarakat. Secara implisit, BUMD dijadikan sumber dana APBD.

Dalam ketentuan, BUMD diwajibkan menyetorkan bagian labanya sebagai dana

pembangunan daerah sebesar 55% dari laba bersih tahunan. Dalam tataran

operasionalnya, peran dan fungsi ini dilaksanakan secara distortif. Fungsi service

lama-kelamaan bergeser sebagai fungsi ekploitatif16.

Undang-Undang Perseroan Terbatas mewajibkan setiap perusahaan yang

berbentuk PT melakukan kegiatan usahanya dengan mengikuti prinsip tata kelola

perusahaan yang baik sehingga perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai

perusahaan yang sehat (sebagaimana yang diatur dalam penjelasan Pasal 4 UU

PT) . Badan Usaha Milik Daerah dalam hal ini Perusahaan Dearah Flobamor yang

telah berubah bentuk menjadi PT Flobamor (berdasarkan Perda Nomor 13 tahun

2009 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah (PD)

Flobamor menjadi Perseroan Terbatas (PT)), dalam pelaksanaan kegiatan

korporasinya belum menggunakan prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, hal

ini ditandai dengan terus meruginya PT Flobamor, pertanggungjawaban keuangan

yang tidak akurat, kurang berfungsinya komisaris sebagai pengawas perusahaan.

Hal ini disebabkan juga oleh karena modal yang diperoleh PT Floamor berasal

dari dana kekayaan daerah yang dipisahkan dari APBD yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah, sehingga walaupun perusahaan mengalami kerugian namun

tetap mendapat penyertaan modal dari pemerintah, disamping itu masalah yang

ada dalam PT Flobamor adalah penyertaan modal yang diberikan oleh pemerintah

daerah tidak diberikan secara langsung sesuai dengan jumlah yang telah

ditetapkan dalam perda, namun diberikan secara bertahap kepada manajemen

bergantung kepada kehendak pemerintah sehingga perusahaan tidak dapat bekerja

secara maksimal, selain itu keberadaan PT Flobamor pada awal dibentuknya

adalah dalam rangka penyertaan modal pemerintah dalam pembangunan PT

Semen Kupang, sehingga pemerintah tidak memberikan perhatian yang cukup

dalam pengawasan dan evaluasi perusahaan. Selain persoalan-persoalan diatas PT

Flobamor juga menghadapi sejumlah masalah korupsi yang dilakukan oleh

16

(16)

45

manajemen perusahaan yang untuk sementara ini kasus-kasus korupsi tersebut

sementara disidangkan di Pengadilan Negeri Klas I A Kupang khususnya dalam

Peradilan Tipikor.

Undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan menegaskan

tentang prinsip-prinsip Good Corporate Governance atau prinsip tata kelola

perusahaan yang baik dalam pengelolaan perusahaan, korporasi yang baik harus

mencerminkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Fairness (kewajaran)

Prinsip keadilan menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang

diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepetingan baik itu

pelanggan, shareholders ataupun masyarakat luas.

Prinsip keadilan ini tercermin dalam Pasal 53 ayat 2 bahwa : “ Setiap

saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak

yang sama.” Pasal ini menunjukkan unsur fairness (non diskriminatif) antar

pemegang saham dalam klasifikasi yang sama untuk memperoleh hak-haknya,

seperti hak untuk mengusulkan dilaksanakannya RUPS, hak untuk

mengusulkan agenda tertentu dalam RUPS dan lain-lain. Dalam menjalankan

usahanya PT Flobamor berusaha untuk memberikan perlakuan yang adil dan

setara dalam pemenuhan hak-hak shareholders maupun stakeholders dengan

memperhatikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan,

sedangkan dalam memberikan perlindungan kepada pemegang saham

minoritas manajemen PT Flobamor harus berpedoman pada penjelasan tentang

perlindungan terhadap pemegang saham minoritas pada perusahaan perseroan

terbatas sebagaimana yang telah dijelaskan.

2. Transparansi (keterbukaan informasi)

Yaitu keterbukaan, yang diwajibkan oleh Undang-undang seperti

misalnya mengumukan pendirin PT dalam Tambahan Berita Negara Republik

Indonesia ataupun Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh

perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal

proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi

mengenai perusahaan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada

shareholders maupun stakeholder. Hakikat dari pengumuman itu sendiri

sebenarnya dalam rangka sarana publikasi dan pemenuhan aspek transparansi

(17)

46

dengan status sebagai suatu badan hukum. Dengan pengumuman ini

diharapkan pihak ketiga mengetahui eksistensi PT beserta status hukumnya.

Oleh karena itu, pengumuman PT pada dasarnya dimaksudkan untuk menjaga

agar khalayak tidak dirugikan.

Hal ini berkaitan juga dengan wajib daftar perusahaan yang ditentukan

oleh perturan perundang-undangan, yaitu bahwa sebuah perusahaan setelah

mendapat ijin usaha wajib mendaftarkan perusahaannya sesuai dengan UU

Wajib Daftar Perusahaan pada instansi terkait sehingga keberadaan perusahaan

tersebut diketahui oleh pemerintah dan pihak ketiga, dan juga termasuk

didalamnya adalah tentang pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah.

Kewajiban pendaftaran PT ini merupakan amanat dari UU WDP yang

mengatur kewajiban pendaftaran perusahaan di Indonesia. Di dalam Pasal 5

UU WDP ditentukan bahwa:

(1) Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.

(2) Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan

yang bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan

memberikan surat kuasa yang sah.

(3) Apabila perusahaan dimilki oleh beberapa orang, pemilik

berkewajiban untuk melakukan pendaftaran. Apabila salah seorang

daripada mereka telah memenuhi kewajibannya, yang lain dibebaskan

dari kewajiban tersebut.

Dengan memperhatikan ketentuan di atas, direksi PT tidak boleh

bertindak semaunya, bahwasanya dengan pengesahan akta pendirian perseroan

oleh Menteri maka bagi pemegang saham pertanggungjawabannya sudah

menjadi terbatas dan tanggung jawab direksi masih mensyaratkan adanya

pendaftaran perseroan ke dalam Daftar Perusahaan dalam jangka waktu 30

hari. Namun, pendaftaran dan pengumuman perseroan ini tentu tidak

mempengaruhi keabsahan dari kelahiran perseroan sebagai badan hukum.

Status Badan hukum itu secara konstitutif timbul setelah akta pendirian

perseroan disahkan Menteri, sementara pendaftaran dan pengumuman

(18)

47

masyarakat umum, bukan sebagai syarat tambahan untuk kelahiran status

badan hukum perseroan.

3. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan)

Adanya keterbukaan informasi dalam bidang finansial, dalam hal ini ada

dua pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Direksi

menjalankan operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan

pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan

keuangan. Sehingga sudah sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris

Independent mutlak diperlukan kehadirannya. Sehingga adanya jaminan

tersedianya mekanisme, peran dan tanggung jawab jajaran manajemen yang

professional atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan

dengan aktivitas operasional perseroan. PT Flobamor telah memilih direkur

melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan dan terhadap dewan komisaris

dipilih dari orang-orang yang indepent dalam melakukan pengawasan terhadap

perusahaan, namun keberadaan kedua organ (orang-orang yang telah dipilih

untuk menjabat direktur dan komisaris) setelah berubah bentuk menjadi PT

Flobamor harus diuji dengan melihat kinerja manajemen dalam RUPS.

4. Responsibility (pertanggungjawaban)

Pertanggungjawaban perseroan dilakukan dengan tidak merugikan

kepentingan para stakeholder dan shareholders maupun anggota masyarakat

secara luas. Undang-Undang mewajibkan perseroan haruslah berpegang pada

hukum yang berlaku. Berpegang pada hukum yang berlaku adalah yang

berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlidungan lingkungan

hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian dan persaingan

yang sehat. Sebelum berubah bentuk menjadi PT, salah satu contoh : jumlah

karyawan pada perusahaan PD Flobamor adalah 33 orang dan dalam sistem

penggajian karyawan (karyawan PD Flobamor bukan PNS) bergantung kepada

profit atau keuntungan dari perusahaan walaupun memang diatas UMR

Provinsi. Setalah berubah status badan usaha PT Flobamor akan memperbaiki

sistem pertanggungjawabannya yaitu tentang sistem perpajakkan perusahaan,

hubungan industrial antara direksi dan karyawan, perlidungan lingkungan

hidup tempat perusahaan melakuan investasi, kesehatan dan keselamatan kerja

(19)

48

PT Flobamor dengan perusahaan lain sehingga dapat menjadi perusahaan yang

sehat.

Dalam hal penerapan prinsip GCG harus disadari bahwa penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan

dalam kegiatan bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran

manajemen dan kemudian diikuti oleh segenap karyawan. Melalui penerapan

yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari seluruh pelaku bisnis.

Dengan beralihnya status badan hukum PD menjadi PT Flobamor,

implementasi GCG diharapkan akan terwujud dan hal ini bergantung pada

penerapan dan kesadaran dari perseroan akan pentingnya prinsip GCG dalam

dunia usaha, sehingga pada akhirnya PT Flobamor mampu meningkatan kinerja

perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dengan adanya kewajaran,

keterbukaan informasi, akuntabilitas dan pertanggungjawaban manajemen

terhadap pemegang saham dan stakeholders, selain itu, Prinsip Tata Kelola

Perusahaan yang Baik memungkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga

tercipta mekanisme cecks and balances di perusahaan PT Flobamor NTT.

Secara umum17, ada sejumlah alasan PT Flobamor menderita kerugian

akibat rendahnya kinerja, antara lain disebabkan oleh :

a. Faktor Internal

1. SDM karyawan yang kurang produktif, mengakibatkan lemahnya

manajemen perusahaan;

2. Struktur permodalan yang belum memadai, dan masih mengandalkan

penyertaan modal yang bersumber dari APBD;

3. Struktur Perusahaan yang statis dan tidak berorientasi pasar;

4. Perusahaan tidak memiliki asset tetap;

5. Tingginya beban biaya operasional (gaji), karena besarnya jumlah pegawai

dengan kualitas yang rendah (inefisiensi);

6. Tidak memiliki core bussines yang terfokus;

7. Visi perusahaan masih dualisme orientasi (profit dan pelayanan publik).

b. Faktor eksternal

17

(20)

49

1. Kurangnya kemandirian BUMD dalam mengambil kebijakan-kebijakan

strategis perusahaan;

2. Dominasi kepentingan sosial lebih besar dari pada orientasi profit

perusahaan;

3. Penempatan karyawan kurang didasarkan atas pertimbangan

profesionalisme.

Dari penjelasan di atas, jika dilihat secara umum maka penilaian terhadap

PTFlobamor saat ini, adalah18 :

1. Ketertutupan dari pengusaha, baik pemilik maupun manager;

2. Tidak mempergunakan kaedah-kaedah usaha dengan baik dalam

mengerjakan usaha melainkan lebih menyenangi lobi;

3. Kurangnya kesiapan menjadi enterpreneur yang mampu membawanya ke

dunia usaha murni.

Hal-hal tersebut di atas membawa organ perusahaan jauh dari prinsip

GCG sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas,

sehingga tingkat kepercayaan dan kekuatan yang diterima dari relasi usaha

rendah, oleh sebab itu mudah di pengaruhi oleh perekonomian global, di saat

situasi usaha bekerja dalam kondisi perekonomian baik memang pengaruh ini

tidak tampak namun apabila kondisi perekonomian kurang baik maka yang terjadi

adalah kehancuran perusahaan.

D. PENUTUP

Penerapan prinsip-prinsip GCG dapat menciptakan suasana kondusif

bagi kelancaran pengelolaan bisnis perusahaan, termasuk meningkatkan daya

saing. GCG menjadi salah satu daya tarik investor dan para kreditor untuk mau

meminjamkan dananya kepada perusahaan.

Good corporate governance memiliki nilai-nilai positif untuk menjaga konsistensi serta profesionalisme perusahaan dalam melakukan berbagai macam

tindakan menuju kearah kinerja yang lebih baik. Hal ini didasarkan bahwa dalam

GCG terdapat empat prinsip, yaitu pinsip kewajaran, keterbukaan informasi,

18

Banjarmasin Post; http://202.146.4.120/18365/Hidup Enggan, Mati pun Tak Mau; © 2008 – 2010;

(21)

50

dapat dipertanggungjawabkan dan pertanggungjawaban, yang jika diterapkan

secara baik dan benar oleh suatu perusahaan maka akan membawa perusahaan

tersebut kearah kemajuan dan apabila perusahaan tidak mau bekerja dengan

menerapkan prinsip GCG maka berbagai potensi negatif akan berkembang dan

selanjutnya dapat mempengaruhi etika kerja dari sumber daya perusahaan.

Badan Usaha Milik Daerah dalam hal ini Perusahaan Dearah Flobamor

yang telah berubah bentuk menjadi PT Flobamor dalam pelaksanaan kegiatan

korporasinya belum menggunakan prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, hal

ini ditandai dengan terus meruginya PT Flobamor, pertanggungjawaban keuangan

yang tidak akurat, kurang berfungsinya komisaris sebagai pengawas perusahaan.

Hal ini disebabkan juga oleh karena modal yang diperoleh PT Floamor berasal

dari dana kekayaan daerah yang dipisahkan dari APBD yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah, sehingga walaupun perusahaan mengalami kerugian namun

tetap mendapat penyertaan modal dari pemerintah, disamping itu masalah yang

ada dalam PT Flobamor adalah penyertaan modal yang diberikan oleh pemerintah

daerah tidak diberikan secara langsung sesuai dengan jumlah yang telah

ditetapkan dalam perda, namun diberikan secara bertahap kepada manajemen

bergantung kepada kehendak pemerintah sehingga perusahaan tidak dapat bekerja

secara maksimal. Selain persoalan-persoalan diatas PT Flobamor juga

menghadapi sejumlah masalah korupsi yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan yang untuk sementara ini kasus-kasus korupsi tersebut sementara

disidangkan di Pengadilan Negeri Klas I A Kupang khususnya dalam Peradilan

Tipikor.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rivai; 2006; Analisis Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance

Terhadap Kinerja PT Kalbe Farma, Tbk. (Online)

(22)

51

Dyah Permata Budi Asri; Pelaksanaan Good Corporate Governance Dalam UU

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PT;

(http://janabadra.cic.id/ujb/00-2411-7401-pdf;)

Herwidayatmo; 2000; Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan

Publik Indonesia. (Online), (http://www.imfeui.com/uploads/ file110-XXIX-Oktober-2000.PDF

I Ketut Westra; 2012; disertasi yang berjudul "Kedudukan Hukum Perusahaan

Daerah Sebagai Badan Usaha Milik Daerah untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah"; (Http://prasetya.ub.ac.id/berita/11109-id.html)

Lestariningsih; Peranan Penerapan Good Corporate Governance Dalam

Pengembangan Perusahaan Publik dalam Jurnal Spirit Publik Volume 4 Nomor 2; 2008

Sri Sulistyanto dan Haris Wibisono; 2003; Good Corporate Governance: Berhasilkah

Diterapkan di Indonesia? (Online) ( http://re-searchengines.com/hsulistyanto3.html

Sutan Remy Sjahdeini; Pengembangan Fungsi Pengawasan Menuju Good Corporate

Governance pada Milenium baru; Makalah disajikan pada Seminar yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan Internal Auditor (YPAI), Graha Sucofindo, Jakarta pada Tanggal 29 September 1999, tidak diterbitkan

Tricker, Robert I; 1984; Corporate Governance – Practices, Procedures, and Power

in British Companies and Their Board of Directors, UK,

Gower; dalam G. Suprayitno, et all. 2004. Komitmen

Menegakkan Good Corporate Governance: Praktik Terbaik Penerapan GCG Perusahaan di Indonesia. Jakarta: The Institute for Corporate Governance (IICG)

Turiman Fachturahman Nur; 2009; Terobosan Hukum Memajukan Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) Dala Era Otonomi Daerah; Rajawali

Garuda Pancasila;

(Http://Rahawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/04/html )

(23)

52

Banjarmasin Post; http://202.146.4.120/18365/Hidup Enggan, Mati pun Tak Mau; ©

2008 – 2010; Perusahaan Daerah Flobamor Tidak Sehat.

Referensi

Dokumen terkait

Jika perawat dan perawat khusus lansia EPA melakukan tugas kerja selain kewajiban yang ditentukan, baik di luar ataupun di perusahaan yang sama, maka harus mendapatkan izin

organisasi dengan memergerkan Ditlaptik dengan Ditifdok menjadi satu yaitu Direktorat Data dan Teknologi Informasi Komunikasi (DETIK), yang fungsinya sebagai regulator -

Persentase jumlah keluarga yang memiliki jamban pribadi sebanyak 97% serta masih ada sebagian masyarakat yang membuang tinjanya di kebun, sungai, selokan, lubang galian,

Melalui proses optimasi dengan menggunakan metode Simplex Lattice Design, berapakah perbandingan konsentrasi dari kombinasi basis karbomer dan CMC- Na yang dapat menghasilkan

Orang yang mampu mengalahkan Ki Ageng Mangir Wonoboyo hanyalah Ratu Pembayun yang tidak lain putri sulung Sinuhun sendiri,” jawab Ki Juru Mertani dengan penuh keyakinan..

Tahapan awal pada penelitian ini yakni mengidentifikasi kompleks HKS Purworejo dan permasalahannya. Adapun data yang akan diidentikasi data primer dan data sekunder. Data

Puji syukur saya panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya, sehingga dapat tersusun dan terselesaikan Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul

Tingginya frekuensi bencana gempa bumi akhir-akhir ini telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa maupun harta benda yang tidak sedikit. Rumah tinggal sebagai bangunan