• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANGKUMAN HAK ATAS TANAH pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RANGKUMAN HAK ATAS TANAH pdf"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

RANGKUMAN HAK ATAS TANAH

AliranCollectivisme

Aliran ini menitik beratkan kepada sifat kodrat manusia sebagai mahluk sosial. Menurut aliran ini hanya masyarakatlah yang dapat mempunyai hubungan langsung dengan tanah (hak milik). Tokoh aliran ini adalah JJ.Rousseau, Henry Goerge dan Van Openheimer.

Para tokoh ini berpandangan bahwa adanya hak milik perseorangan akan menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan dalam hubungan manusia dengan tanah. Sebagian manusia dapat memiliki tanah dan sebagian lain tidak. Adanya perbedaan tersebut menimbulkan kesengsaraan dan kejahatan dalam masyarakat. Satu-satunya jalan untuk menghilangkan hal tersebut ialah meniadakan hak milik perseorangan. Tanah harus dimiliki secara bersama-sama oleh masyarakat. Menurut JJ Rousseau masyarakatlah (Negara) yang dapat mempunyai hak milik agar kesejahteraan manusia dapat terpenuhi. 1. Aliran I ndividualisme

Aliran ini lebih menitik beratkan manusia sebagai mahluk individu. Sebagai mahluk individu manusia mempunyai hak untuk mempertahankan diri termasuk kehidupannya. Manusia harus memelihara hidupnya, untuk itu manusia membutuhkan benda diluar dirinya. Tanah merupakan salah satu atau benda yang dibutuhkan manusia. Agar supaya tanah dapat mendukung kebutuhan hidup manusia maka antara manusia dengan tanah harus ada hubungan langsung ( manusia harus mempunyai tanah secara privat) . Tokoh- tokoh aliran individualisme ialah: Thomas Aquino, Rerum

Novarum, Qadraqesimo AnNo. Alasan-alasan yang diakukan para tokoh ini adalah: a. Apabila hak milik perorangan tidak diakui maka masing-masing individu akan

kehilangan hak atas pekerjaannya termasuk dalam mengolah tanah. Hilangnya hak untuk memiliki tanah dan menikmati hasil pekerjannya menjadi penghalang terpenuhinya kesejahteraan individu.

(2)

2. AliranTeoritis

Notonagoro1 mengajukan empat faktor penyebab sebagai pertimbangan teoritis I . Faktor Pertimbangan Teoritis

a. Faktor manusia

- Manusia mempunyai sifat dwi tunggal yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk social yang tidak dapat dipisahkan.

- Hubungan manusia dengan tanah bersifat relative artinya kekuasaan manusia atas tanah yang dimiliki itu harus ada batasannya yaitu kepentingan sosial masyarakat.

b. Faktor tanah

- Perbandingan jumlah manusia dengan tanah sangat tidak seimbang

- Usaha yang harus dilakukan ialah bagaimana menjalin hubungan sebanyak mungkin manusia dengan tanah.

- Bagi manusia yang tidak dapat memiliki tanah harus diberi kemungkinan untuk memperoleh manfaat atau menikmati hasil dari tanah tersebut.

c. Faktor masyarakat (Negara)

- Konsep negara disini adalah Negara yang memperhatikan kedua sifat kodrat manusia yang disebut sebagai Negara kebudayaan.

- Tugas Negara ini meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan individu dan masyarakat.

- Pemilikan tanah diserahkan pada masing-masing individu tetapi Negara berhak menentukan kewajiban sosial yang dibebankan kepada hak milik perseorangan tersebut.

d. Faktor hukum

- I ndonesia merupakan Negara hukum kebudayaan

- Kaitannya hubungan manusia dengan tanah, hukum harus mengatur tentang pengalokasian tanah untuk kepentingan Negara, masyarakat dan perseorangan serta kepentingan perdamaian.

I I . Faktor Pertimbangan Dasar Falsafah Pancasila

Pancasila merupakan sumber dari sumber hukum pembentukan hukum di I ndonesia, sehingga pancasila dapat dipandang sebagai dasar khusus pembentukan hukum

(3)

agrarian nasional. Adapun dari hakikat dari sila-sila pancasila yang menjadi tata hubungan antara manusia I ndonesia dengan tanah adalah:

- Sila I (Hubungan antara manusia I ndonesia dengan tanah bersifat kodrati) - Sila I I (Hubungan antara manusia I ndonesia dengan tanah bersifat dw itunggal

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain).

- Sila I I I ( Manusia I ndonesia dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan tanah di wilayah I ndonesia)

- Sila I V (Setiap manusia I ndonesia mempunyai kesempatan yang sama dalam pengusaan tanah)

- Sila V (Setiap manusia I ndonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat dari tanah).

I I I . Pertimbangan dari segi Yuridis

- Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 Sebagai dasar dari politik hukum agraria nasional - Pasal 27 Ayat (2).

Ketiga teori diatas penulis sependapat dengan Notonegoro bahwa pemenuhan kebutuhan sesorang terhadap tanah diletakkan dalam rangka kebutuhan seluruh masyarakat sehingga hubungan tidak bersifat individualism semata, tetapi lebih bersifat kolektif dengan tetap memberikan tempat dan penghormatan terhadap perseorangan. Cara berpikir yang serba berpasangan tersebut diperkenalkan di Amerika Serikat oleh Gregory Alexander yang mengemukakan pemikirannya sebagai Post Modern dialectic of propherty2, yang berusaha menepis pandangan individualistic semata dalam hubungan manusia dengan tanah (self regarding vision), dengan menawarkan communitarian vision of propherty sebagai alternatif.

Cara berpikir dan konsep communitarian vision of propherty yang diusung oleh Negara barat tersebut bukanlah menjadi hal yang istimewa jauh dari konsep itu lahir I ndonesia sebenarnya juga mempunyai nilai-nilai pancasila yang pada era kekinian ini sudah mulai bergeser dan kehilangan maknanya. Padahal apabila dikaji lebih dalam makna sila I (Ketuhanan Yang Maha Esa) diintegrasikan dalam Pasal 1 Ayat (2) sebagai pengajuan bahwa bumi air dan kekuasaan alam didalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa I ndonesia dan merupakan kekayaan nasional.

(4)

-Hubungan antara manusia dengan tanah yang menempatkan individu dan masyarakat sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan ( kedwitunggalan) hal ini didasarkan pada sila kedua. Hubungan antara manusia dengan tanah yang bersifat kolektif dapat dijumpai pasal 1 ayat (1) dan pasal (2) yang menegaskan bahwa seluruh wilayah I ndonesia merupakan kesatuan tanah air dari seluruh rakyat I ndonesia yang bersatu sebagai bangsa I ndonesia, dan bahwa bumi, air dan kekayaan alam itu dalam tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. 3 sedangkan hubungan manusia yang bersifat individual diatur dalam pasal 2 ayat (2) jo. Pasal 4 ayat (1) dan (2) dan pasal 16. Benang merah yang dapat disimpulkan bahwa Negara sebagai organisasi kekuasaan yang diberi kepercayaan oleh rakyat untuk menguasai bumi, air dan kekayaan yang ada didalamnya berwenangan menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang dengan bumi, air, dan kekayaan alam, dalam bentuk macam-macam hak atas tanah dengan isi wewenang masing-masing dan perbuatan hukum berkenaan dengan bumi, air dan kekayaan alam dengan memerhatikan bahwa semua hak atas tanah itu mempunya fungsi sosial (pasal 6).

Terkait dengan sila ketiga, dalam hubungan antara manusia sebagai individu dengan tanah, status kewarganegaraan berpengaruh terhadap hak atas tanah yang dipunyai. Pasal 9 ayat (1) menentukan bahwa Warga Negara I ndonesia (WNI ) yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan (bara). Sedangkan Warga Negara Asing (WNA) hanya dapat menjadi pemegang hak pakai (pasal 42).

Dua sila terakhir yakni kerakyatan dan keadilan sosial diberi makna melalui pasal 7, pasal 10 dan pasal 17. Prinsip utama dalam kaitan hubungan antara individu dengan tanah pertanian harus mengerjakan sendiri tanahnya secara aktif. Oleh karena itu pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan karena hal itu dapat merugikan kepentingan umum. Konsekuensinya ditentukan batas maksimum pemilikan dan penguasaan tanah pertanian.

Pasal 1 ayat (1) UUPA menegaskan bahwa “ seluruh wilayah I ndonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat I ndonesia yang bersatu sebagai bangsa I ndonesia” . Kata seluruh

(5)

dalam kalimat tersebut menunjukkan bahwa tidak ada sejengkal tanah pun di Negara I ndonesia yang merupakan apa yang disebut “res nullius” atau “tanah yang tidak bertuan” . 4

A. Macam-macam Hak Penguasaan Atas Tanah

Hak atas tanah dalam UUPA diatur dalam pasal 4 UUPA yang menegaskan sebagai berikut :

(1) Atas dasar mengusai Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut dengan tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang , baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum

(2) Hak atas tanah yang dimaksud dalam pasal (1) pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Secara hirarki tata susunan hak penguasaan tanah ialah sebagaimana berikut :

Sumber : Muhammad Bakri, 2007. (Di olah oleh penulis)

Gambar piramida diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hak penguasaan tanah terdapat hirarki yang memposisikan Hak Bangsa I ndonesia berada di paling atas, hal ini sesuai

4Samun Ismaya, Pengantar Hukum Agraria, Graha Ismuya Yogyakarta :2011, hlm.42 Hak Bangsa Indonesia

Hak Menguasai Oleh Negara Atas Tanah Hak-Hak Masyarakat

Hukum Adat

(6)

dengan amanah konstitusi yang tertuang dalam pasal 1 UUPA yang menegaskan bahwa “ Seluruh Wilayah I ndonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat I ndonesia yang bersatu sebagai Bangsa I ndonesia5” . Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya seluruh bumi, air dan kekayaan yang ada didalamnya termasuk tanah di I ndonesia adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh Bangsa I ndonesia.

Kemudian pada urutan yang kedua yang kita kenal dengan Hak Menguasai Negara, menurut Muhammad Bakri susunan istilah Hak Menguasai Negara tidak jelas siapa subyek dan obyeknya sehingga penulisan yang benar adalah Hak Menguasai Tanah Oleh Negara. Lain halnya dengan Winahyu Erwiningsih yang menggunakan istilah Hak Menguasai Negara Atas Tanah. Pada intinya maksud dari dua istilah tersebut sama- sama benar, karena berangkat dari pemahaman Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria yang menyebutkan bahwa : Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

Apabila di renungkan lebih dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dua kata yang menentukan, sebagaimana dikutip oleh Winahyu Erwiningsih yaitu perkataan “dikuasai” dan “dipergunakan”6.

Perkataan dikuasai sebagai dasar wewenang Negara. Negara adalah badan hukum publik yang dapat mempunyai hak dan kewajiban layaknya manusia. Perkataan digunakan mengandung suatu perintah kepada Negara untuk mempergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Perintah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 berisi keadaan berbuat, berkehendak, agar sesuai dengan tujuannya.

Selanjutnya Boedi Harsono menjabarkan pasal 33 ayat (3) mengenai hubungan manusia dengan tanah sebagaimana berikut:

5Lihat Muhammad Bakri. Hak bangsa merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dalam hukum tanah nasional. Hak-hak penguasaan atas tanah yang lain, secara langsung maupun tidak langsung bersumber padanya. Hak bangsa mengandung dua unsur, yaitu kepunyaan dan unsure tugas kewenangan untuk mengatur dan memimpin penguasaan dan penggunaan tanah yang dipunyainya. Hak bangsa atas tanah bersama tersebut bukan hak pemilikan dalam pengertian yuridis. Maka dalam rangka Hak Bangsa ada hak milik perorangan atas tanah. Tugas kewenangan untuk mengatur penguasaan dan memimpin penggunaan tanah bersama tersebut pelaksanaannya dilimpahkan kepada Negara. Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk Reforma Agraria), Citra Media Hukum: Yogyakarta: 2007, hlm.42.

(7)

1. Pernyataan bahwa bumi, air, dan ruang angkasa dalam wilayah I ndonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat I ndonesia yang bersatu sebagai bangsa I ndonesia.(pasal 1 ayat(1) hubungan tercipta adalah bersifat abadi pasal 1 ayat (3). 2. Pernyataan bahwa bumi, air dan ruang angkasa yang demikian itu sebagai karunia

Tuhan Yang Maha Esa. Dan merupakan kekayaan nasional pasal 1 ayat (2).

3. Pernyataan bahwa bumi, air dan ruang angkasa pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat (pasal 2 ayat (1).

4. Perintah bahwa hukum agraria yang mengatur tentang bumi, air dan ruang angkasa harus mewujudkan penjelmaan dari asas kerohanian Negara dan cita-cita bangsa yang terkadung dalam pancasila(penjelasan umum UUPA)

5. Perintah agar Negara : a)mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa; b) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi,air dan ruang angkasa; c) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa pasal 2 ayat (2).

6. Perintah agar wewenang bersumber dari hak menguasai Negara tersebut digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat.

7. Perintah agar Negara melalui pemerintah :

a. Mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang, masyarakat dan Negara pasal 11 ayat (1)

b. Membuat aturan untuk mengusahakan tanah secara bersama berdasar kerjasama dan untuk kepentingan bersama. Pasal 12.

c. Membuat aturan yang bertujuan dapat meningkatkan kemakmuran rakyat serta menjamin bagi setiap warga Negara I ndonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia baik bagi dirinya maupun keluarganya. d. Membuat aturan yang melarang penggunaan tanah melampaui batas,

(8)

8. Pemerintah juga diharuskan membuat rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah untuk kepentingan Negara, kepentingan peribadatan dan keperluan suci lainnya serta untuk kepentingan pusat -pusat kehidupan masyarakat, sosial, budaya dan lain-lain kesejahteraan untuk produksi pertanian, perikanan dan peternakan termasuk jaminan sosial perburuhan dengan memperhatikan golongan ekonomi lemah serta perkembangan industri trasmigrasi dan pertambangan. Pasal 13 dan 14 ayat (1)

9. Pemerintah secara koordinatif dan berjenjang harus bekerjasama untuk menjabarkan tugas dan fungsi kewenangan yang diembannya berdasarkan asas taat asas. Pasal 14 ayat (2) dan (3).

Pendapat Boedi Harsono tersebut memerlukan jabaran yang tertuang dalam peraturan undangan secara sistematis dan sinkron dalam suatu peraturan perundang-undangan untuk dapat mengatur, mengurus dan mengawasi setiap peruntukan persediaan tanah untuk kepentingan masyarakat yang didasari norma hukum yang baik dan benar.

Hirarki tata susunan hak penguasaan tanah yang ketiga adalah hak-hak masyarakat hukum adat. Hal ini tertuang dalam pasal 3 UUPA yang mengatakan bahwa “ Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak serupa itu dari masyarakat -masyarakat hukum adat , sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasioanal dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang dan peraturan lain yang lebih tinggi.7 Apabila dikaitkan dengan pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatakan bahwa Negara mengakui dan menghormati dan kesatuan masing-masing hukum adat dan hak-hak tradisionilnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik I ndonesia, yang diatur dalam Undang-Undang. Hirarki yang terakhir adalah Hak-hak Perorangan. I stilah yang dipakai I rma Devita Purnamasari Hak I ndividual yang bersifat perdata8, didalamnya terdapat hak primer dan hak sekunder. Menurut Supriadi hak atas tanah primer adalah hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki atau dikuasai secara langsung oleh seseorang atau badan

7Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah,Djambatan: Jakarta, 2006,hlm. 6

(9)

hukum yang mempunyai waktu lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau ahli warisnya. Dalam UUPA terdapat beberapa hak atas tanah yang bersifat primer yaitu 9:

1. Hak Milik atas Tanah (HM) 2. Hak Guna Usaha (HGU) 3. Hak Guna Bangunan (HGB) 4. Hak Pakai (HP)

Sedangkan yang dimaksud hak atas tanah yang bersifat sekunder adalah hak-hak atas tanah yang bersifat sementara. Dikatakan sementara karena hak-hak tersebut dinikmati dalam waktu terbatas, lagi pula hak-hak itu dimiliki oleh orang lain. Adapun hak atas tanah yang bersifat sementara adalah :

1. Hak Gadai

2. Hak Usaha Bagi Hasil 3. Hak Menumpang

4. Hak Menyewa atas tanah Pertanian.

B. Pengertian Hak Atas Tanah

Hak atas tanah memberikan wewenang untuk mempergunakan tanah, (baik tanah sebagai permukaan bumi (the surface of the earth) dan sekedar diperlukan untuk kepentingan langsung berhubungan dengan penggunaan tanah). Sehingga dapat menggunakan tubuh bumi, air dan ruang yang ada diatasnya. Tegasnya meskipun dalam perpektif pemilikan tanah hanya atas permukaan bumi, maka penggunaan selain permukaan tanah juga atau bumi, air dan ruang yang ada diatasnya. Hal ini sangat logis dan rasional, karena suatu hak atas tanah tidak akan bermakna apapun jika kepada pemegang haknya tidak diberikan kekuasaan untuk mempergunakan sebagian dari tubuh bumi, air dan ruang diatasnya tersebut. Seperti hak untuk membuat sumur serta hak untuk menerbangkan layangan dan lain-lain.10

Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif penulis akan menjabarkan macam -macam hak atas tanah sebagaimana berikut :

I . HAK MI LI K

9Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika: Jakarta, 2008, hlm.64

(10)

a. Pengertian hak milik atas tanah seperti yang diurai dalam pasal 20 ayat (1) dan (2) UUPA yang berbunyi sebagai berikut : “ Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan pasal 6. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Parlindungan memberikan penegasan terhadap kata-kata terkuat dan terpenuh itu bermaksud untuk membedakannya dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, hak pakai dan hak lainnya, yaitu untuk menunjukkan bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai orang lain, hak miliklah yang “ ter” (paling kuat dan terpenuh).11 Lain halnya apa yang diistilahkan oleh Urip Santoso bahwa istilah Turun temurun, memiliki makna bahwa hak milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan apabila pemiliknya meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang memenuhi syarat sebagai subyek hak milik. Sedangkan Terkuat, memiliki makna bahwa hak milik memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada hak atas yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari gangguan pihak lain, dan tidak mudah hapus. Terpenuh, artinya Hak milik memberikan wewenang kepada pemiliknya paling luas apabila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain. Kelebihan hak milik dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain.

b. Peralihan Hak Milik atas tanah diatur dalam pasal 20 ayat (2) UUPA, yaitu hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Pengertian beralih menurut Urip Santoso artinya berpindahnya hak milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan suatu peristiwa hukum. dengan meninggalnya pemilik tanah, maka hak miliknya secara hukum berpindah kepada ahli warisnya sepanjang ahli warisnya memenuhi syarat sebagai subyek hak milik. Sedangkan pengertian dialihkan adalah berpindahnya hak milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan adanya suatu perbuatan hukum. contoh perbuatan hukum yaitu jual beli, tukar menukar, hibah, penyertaan (pemasukan) dalam modal perusahaan, lelang.12

(11)

c. Subyek Hak Milik atau siapa saja yang boleh memiliki tanah dengan status hak milik ? yang pertama adalah, Warga Negara I ndonesia ( WNI ) , hanya WNI aja yang bisa mempunyai tanah yang berstatus hak milik. Hal ini sesuai dengan amanah konstitusi pasal 21 ayat (1) UUPA. Sedangkan subyek yang kedua adalah Badan- badan Hukum, pemerintah menetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik seperti bank-bank yang didirikan oleh Negara (Bank Negara), koperasi pertanian, badan keagamaan, dan badan sosial (pasal 1 PP No 38 Tahun 1963 tentang penunjukan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah). Sedangkan menurut pasal 8 ayat (1) Permen Agraria/ Kepala BPN No 9 Tahun 1999 tentang cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah negara dan hak pengelolaan, badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik adalah bank pemerintah, badan keagamaan, dan badan sosial yang ditunjuk oleh pemerintah.

Bagi pemilik tanah yang tidak memenuhi syarat -syarat sebagai subyek hak milik atas tanah maka dalam jangka waktu satu tahun harus melepaskan atau mengalihkan hak milik atas tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Pertanyaan kemudian kenapa WNA atau orang yang menikah dengan orang asing tanpa membuat suatu perjanjian pranikah tidak boleh memiliki tanah yang berstatus hak milik, Hak Guna Bangunan, dan Hak Guna Usaha?. Hal ini disebabkan adanya asas “ larangan pengasingan tanah” atau dalam bahasan Belanda disebut Gronds Verponding Verbood yaitu tanah-tanah di I ndonesia tidak boleh dimiliki oleh orang asing. Hal ini beralasan bahwa konsep Hak Bangsa menekankan bahwa pada dasarnya tanah di I ndonesia hanyalah milik bangsa I ndonesia yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Asas tersebut juga memberikan proteksi bagi bangsa I ndonesia agar tanah-tanah yang berada di wilayah I ndonesia tidak sampai jatuh ke tangan bangsa asing, yang bisa saja berimplikasi bangsa I ndonesia suatu saat terpaksa harus membayar kepada pihak asing untuk mengusahakan tanah miliknya sendiri.

(12)

(pembukaan hutan)13 atau terjadi karena timbulnya lidah tanah (Aanslibbing)14. Terjadinya hak milik menurut hukum adat ini tidak dapat didaftarkan pada kantor pertanahan Kabupaten/ Kota setempat untuk mendapatkan sertifikat Hak Milik Atas Tanah. Ketentuan ini akan diatur oleh Peraturan Pemerintah yang sampai sekarang belum terbentuk. (2)Hak Milik atas tanah terjadi karena Penetapan Pemerintah Hak Milik atas tanah ini terjadi karena permohonan pemberian Hak Milik atas tanah oleh pemohon dengan memenuhi prosedur dan persyaratan yang telah ditentukan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Apabila persyaratan telah terpenuhi maka BPN akan menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH). SKPH ini wajib didaftarkan oleh pemohon kepada Kepala Kantor Pertahan Kabupaten dan Kota setempat untuk dicatat dalam buku Tanah dan diterbitkan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah. (3) Hak Milik atas tanah terjadi karena ketentuan Undang-Undang. Hak milik atas tanah yang terjadi karena Undang-Undang lah yang menciptakannya, sebagaimana yang diatu dalam pasal I pasal I I , dan pasal VI I ayat (1) ketentuan-ketentuan konversi UUPA. Terjadinya hak milik atas tanah ini atas dasar ketentuan konversi (perubahan) menurut UUPA . Sejak berlakunya UUPA pada tanggal 24 September 1960, semua hak atas tanah yang ada harus dirubah menjadi satu hak atas tanah yang diatur dalam UUPA.

e. Hapusnya hak milik atas tanah. Pasla 27 UUPA menetapkan faktor-faktor penyebab hapusnya hak milik atas tanah dan tanhanya jatuh kepada Negara yaitu :

i. Karena pencabutan hak berdasarkan pasal 1815

ii. Karena penyerahan dengan suka rela oleh pemiliknya;16

13Yang dimaksud dengan pembukaan tanah (pembukaan hutan) yang dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat hukum adat yang dipimpin oleh ketua adat melalui 3 sistem penggarapan yaitu matok sirah matok galeng, matok sirah gilir galeng, dan sistem bluburan. Lihat Urip Santoso : 2008, hlm. 94

14 Yang dimaksud dengan lidah tanah (Aanslibbing) adalah tanah yang timbul atau muncul karena berbelokny arus sungai atau tanah yang timbul dipinggir pantai, dan terjadi dari lumpur, lumpur tersebut makin lama makin tinggi dan mengeras sehingga akhirnya menjadi tanah.

15Pasal 18 UUPA Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan member ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang.

(13)

iii. Karena diterlantarkan17

iv. Karena subyek haknya tidak memenuhi syarat sebagai subyek hak milik atas tanah.

v. Karena peralihan hak yang mengakibatkan tanahnya berpindah kepada pihak lain tidak memenuhi syarat sebagai subyek hak milik atas tanah. Hak milik atas tanah juga dapat hapus karena tanahnya musnah, misalnya terjadi bencana alam.

I I . HAK GUNA USAHA

Pengertian HGU, Hak untuk menguasahan tanah yang dikuasai oleh Negara guna

perusahaan, pertanian perikanan atau peternakan.

Ciri-ciri HGU dapat dilihat sebagaimana berikut; HGU tergolong hak atas tanah

yang kuat, HGU bisa diwariskan; HGU dapat dijadikan jaminan utang; dapat diperalihkan kepada orang lain; dapat dilepaskan oleh empunya; hanya dapat dipergunakan untuk keperluan usaha pertanian, perikanan dan peternakan.

Terjadinya HGU, Terjadinya HGU dengan Penetapan Pemerintah. HGU terjadi melalui permohonan pemberian HGU oleh pemohon kepada kepada BPN. Apabila persyaratan yang ditentukan dipenuhi, maka BPN menerbitkan surat keputusan pemberian hak (SKPH).

Luas HGU . luas tanah HGU adalah untuk perseorangan luas minimalnya 5 hektar

dan luas maksimalnya 25 hektar. Sedangkan untuk badan hukum luas minimalnya 5 hektar dan luas maksimalnya ditetapkan oleh Kepala BPN (pasal 28 ayat (2) UUPA jo. Pasal 5 PP No 40 tahun 1996).

Subyek HGU. Yang dapat mempunyai HGU menurut pasal 30 UUPA jo. Pasal 2 PP No 40 Tahun 1996, adalah:

1. Warga Negara I ndonesia

tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Urip Santoso,Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah,Kencana Prenada Media Group : Jakarta, 2010. Hlm. 71

(14)

2. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum I ndonesia dan berkedudukan di I ndonesia (badan hukum I ndonesia).

Jangka w aktu. Jangka waktu untuk pertamakalinya adalah 35 tahun dan dapat

diperpanjang 25 tahun (pasal 29 UUPA).Pasal 8 PP No 40 tahun 1996 mengatur jangka waktu HGU untuk pertamakalinya paling lama 35 tahun , dapat diperpanjang paling lama 25 tahun, dan diperbaharui 35 tahun.

Pembebanan Hak Guna Usaha dengan Hak Tanggungan

HGU dapat dijadikan jaminan utang dengan diibebani hak tanggungan (pasal 33 UUPA jo. Pasal 15 PP No 40 Tahun 1996. Prosedur Hak tanggungan adalah :

1. Adanya perjanjian ut ang piutang yang dibuat dengan akta notariil atau akta dibawah tangan sebagai perjanjian pokoknya.

2. Adanya penyerahan Hak Guna Usaha sebagai jaminan utang yang dibuktikan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang dibuata oleh PPAT.

3. Adanya pendaftaran akta Pemberian Hak Tanggungan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota setempat untuk dicatat dalam buku tanah dan diterbitkan sertifikat hak tanggungan.

Hapusnya Hak Guna Usaha,berdasarkan pasal 34 UUPA

1. Jangka waktunya berakhir

2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu syarat tidak dipenuhi.

3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir, 4. Dicabut untuk kepentingan umum

5. Diterlantarkan 6. Tanahnya musnah

7. Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2) I I I . HAK GUNA BANGUNAN

Pengertian HGB menurut pasal 35 UUPA yaitu hak untuk mendirikan dan

mempunyai bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20 tahun.

(15)

tahun 1996 menegaskan bahwa tanah yang dapat diberikan HGB adalah tanah Negara, tanah hak pengelolaan atau tanah hak milik.

Subyek HGB, yang dapat mempunyai HGB menurut pasal 36 UUPA jo. Pasal 19 PP

No 40 tahun 1996 adalah: 1. Warga Negara I ndonesia

2. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum I ndonesia dan berkedudukan di I ndonesia.

Terjadinya HGBberdasarkan asal tanahnya dapat dijelaskan sebagaimana berikut: 1. HGB Atas Tanah Negara

2. HGB Atas tanah Hak Pengelolaan 3. HGB atas tanah Hak Milik

Jangka w aktu HGB, jangka waktu HGB diatur dalam pasal 26 dampai dengan

pasal 29 PP No 40 tahun 1996 :

4. HGB Atas Tanah Negara berjangka waktu untuk pertamakali paling lama 30 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun dapat diperbaharui 30 tahun.

5. HGB Atas tanah Hak Pengelolaan berjangka waktu untuk pertama kalinya 30 tahun dan dapat diperpanjang 20 tahun dan dapat diperbaharui paling lama 30 tahun

6. HGB atas tanah Hak Milik berjangka waktu paling lama 30 tahun, tidak ada perpanjangan waktu. Namun atas kesepakatan antara pemilik tanah dengan pemegang HGB dapat diperbaharui dengan pemberian HGB baru dengan akta yang dibuat oleh PPAT dan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan Kabupaten / Kota setempat.

Hapusnya HGB,

1. Jangka waktunya berakhir

2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu syarat tidak dipenuhi.

3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir, 4. Dicabut untuk kepentingan umum

5. Diterlantarkan 6. Tanahnya musnah

(16)

Akibat Hapusnya HGB

1. Hapusnya HGB atas tanah Negara mengakibatkan tanahnya menjadi tanah Negara.

2. Hapusnya HGB atas tanah hak pengelolaan mengakibatkan tanahnya kembali kedalam penguasaan pemegang hak pengelolaan.

3. Hapusnya HGB atas tanah hak milik mengakibatkan tanahnya kembali kedalam penguasaan pemilik tanah (pasal 36 PP No 40 tahun 1996).

I V. HAK PAKAI

Pengertian Hak Pakai, hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengelolaan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UUPA.

Perkataan “ menggunakan” dalam hak pakai menunjuk pada pengertian bahwa hak pakai digunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan. Sedangkan kata “ memungut hasil” dalam hak pakai menunjuk pada pengertian bahwa hak pakai digunakan untuk kepentingan selain mendirikan bangunan, misalnya pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan.

Subyek Hak Pakai: 1. WNI

2. Orang asing yang berkedudukan di I ndonesia

3. Badan hukum yang didirikan menurut Hukum I ndonesia dan berkedudukan di I ndonesia

4. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di I ndonesia.

Terjadinya HPberdasarkan asal tanahnya dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

1. HGB Atas Tanah Negara

2. HGB Atas tanah Hak Pengelolaan 3. HGB atas tanah Hak Milik

(17)

1. HP Atas Tanah Negara berjangka waktu untuk pertamakali paling lama 25 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun dapat diperbaharui 25 tahun.

2. HP Atas tanah Hak Pengelolaan berjangka waktu untuk pertama kalinya 25 tahun dan dapat diperpanjang 20 tahun dan dapat diperbaharui paling lama 25 tahun 3. HP atas tanah Hak Milik berjangka waktu paling lama 25 tahun, tidak ada

perpanjangan waktu. Namun atas kesepakatan antara pemilik tanah dengan pemegang HGB dapat diperbaharui dengan pemberian HGB baru dengan akta yang dibuat oleh PPAT dan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan Kabupaten / Kota setempat.

Hapusnya Hak Pakai.

Berdasarkan pasal 55 PP No 40 tahun 1996, faktor-faktor penyebab hapusnya hak pakai :

1. Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian atau perpanjangan atau dalam perjanjian pemberiannya.

2. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang hak pengelolaan atau pemilik tanah sebelum jangka waktunya berakhir karena :

a. Tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak pakai dan atau dilanggarnya ketentuan-ketentuan dalam hak pakai.

b. Tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian hak pakai antara pemegang hak pakai dengan pemilik tanah atau perjanjian penggunaan hak pengelolaan. Atau c. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

3. Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir

4. Hak pakainya dicabut 5. Diterlantarkan. 6. Tanahnya musnah

(18)

DAFTAR PUSTAKA

A.P. Parlindungan, Komentar Atas Undang- Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung.

Boedi Harsono, Hukum Agraria I ndonesia, Himpunan Peraturan- Peraturan Hukum Tanah,Djambatan: Jakarta.

Darwin Ginting, Hukum Pemilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis, Hak Menguasai Negara dalam Sistem Hukum Pertanahan I ndonesia, Ghalia I ndonesia: Bogor.

I rma Devita Purnamasari, Panduan lengkap hukum praktis popular, kiat cerdas, mudah dan bijak mengatasi masalah Hukum pertanahan, Kaifa: Bandung, 2010.

Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Hak- hak atas tanah. Kencana Prenada Media Group : Jakarta, 2003.

Maria SW Sumardjono, Tanah perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Kompas, Jakarta : 2008.

Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk Reforma Agraria), Citra Media Hukum: Yogyakarta: 2007.

Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika: Jakarta, 2008

Samun I smaya, Pengantar Hukum Agraria, Graha I smuya Yogyakarta : 2011.

Urip Santoso,Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group : Jakarta, 2010.

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak- Hak Atas Tanah, Prenada Media Group : Jakarta, 2008.

Gambar

Gambar piramida diatas dapat disimpulkanbahwa dalam hak penguasaan tanah

Referensi

Dokumen terkait

38 Dalam Pasal 1 ayat (1) UUHT, disebutkan bahwa Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

Pada Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan, dijumpai ada satu pasal yang berkenaan dengan hukum adat yaitu Pasal 3 Ayat (3) yang menyatakan bahwa pelaksanaan

Pengertian musyawarah menurut Pasal 1 ayat (10) dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Sehubungan dengan apa yang dikemukakan dalam uraian di atas, dalam rangka memberi kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah, dalam pasal 32 ayat (1)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 4 ayat (1), untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum

Oleh karena itu hak atas tanah yang diberikan adalah Hak Guna Bangunan, hal tersebut adalah tidak sesuai dengan prinsip hukum tanah Nasional yang dituangkan dalam Pasal 21 ayat

(2) Dalam hal tanah yang akan diberikan dengan hak guna bangunan atas tanah negara berasal dari tanah ulayat masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat

Bukti kepemilikan hak-hak atas tanah yang dapat diajukan sebagai kelengkapan persyaratan permohonan hak atas tanah sebagaimana diatur dalam Penjelasan Pasal 24 ayat 1 Peraturan