ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN INSTRUMENT DERIVATIF PADA PT Bank Artha Graha Internasional
Tbk
Arimbi Kris Satya Dewi
UNIVERSITAS TRILOGI
1. Pendahuluan
Hubungan antara bank dan nasabah adalah hubungan timbal balik. Nasabah membutuhkan kredit dari bank untuk melakukan kegiatan ekonominya, sedangkan bank membutuhkan dana dari nasabah yang diperoleh melalui bunga kredit untuk menunjang kegiatan operasionalnya, agar dapat selalu melayani nasabah. Dengan demikian pelaksanaan pemberian kredit kepada nasabah perlu diawasi dan dikendalikan dengan baik dan benar. Hal itu diperlukan karena bank selalu dihadapkan pada situasi yang tidak pasti mengenai nasabah yang mengambil kredit. Misalnya nasabah gagal dalam pengembalian kredit, melebihi jangka waktu yang ditentukan, atau pengembalian tidak sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. Situasi seperti ini yang disebut Kredit Bermasalah (Non-Performing Loan).
2. Tujuan Penulisan
Penulisan ini memiliki tujuan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi jenis risiko yang muncul pada kegiatan perbankan pada PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk dengan menentukan dan menganalisis instrument derivative untuk mengatasi resiko kredit
3. Literatur
Widigdo Sukarman yang dikutip oleh Taswan (2006:296), berpendapat bahwa manajemen risiko perbankan adalah keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian risiko yang dihadapi oleh bank yang terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen dan organisasi yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan dalam corporate plan. Sedangkan Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko sebagai serangkaian prosedur dan metoda yang digunakan untuk mengidentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. (Taswan 2006:296) Jadi dapat diartikan bahwa manajemen risiko merupakan suatu proses identifikasi, pengukuran, pemilihan alternatif terbaik, penerapan alternatif pilihan dan pemantauan hasil atas risiko-risiko yang terjadi dengan tujuan untuk mengendalikan risiko-risiko-risiko-risiko tersebut.
A. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank. Risiko kredit ini menggunakan Non Performing Loan
NPL 2016 2017
NPL Gross 2,78% 6,11%
NIM 4,5% 5,6%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Artha Grha Int.
NPL rendah maka bank dalam keadaan semakin baik. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa, tahun 2016 bank Artha Graha memiliki angka 2,78%, dimana angka tersebut lebih rendah ketimbang pada tahun 2017. Berdasarkan BEI Tahun 2016 Penurunan NPL terjadi akibat penurunan laba bersih disebabkan beban operasional selain bunga yang naik, Kenaikan beban operasional melebihi pendapatan bunga bersih Kenaikan biaya operasional berasal dari beban tenaga kerja, dan beban operasional umum dan administrasi. Penurunan kredit ini disebabkan beberapa sektor seperti pertanian dan pertambangan, industri, transportasi dan komunikasi. Untuk rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) gross hingga kuartal III 2016 sebesar 1,64%, atau turun 211 bps dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan NPL ini disebabkan bank menaikkan rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)
Lalu dilihat dari Tahun berikutnya 2017 rasio NPL mengalami kenaikan, dimana kenaikan ini perusahaan dianggap mengalami masalah pada Kredit Bermasalah dimana berdasarkan BEI, NPL naik dikarenakan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk memiliki laba bersih sepanjang 2017 sebesar Rp 68 miliar atau turun 5,6% secara tahunan atau year on year (yoy). Penurunan laba bersih ini karena biaya operasional mengalami kenaikan Kenaikan biaya operasional ini lebih tinggi dari kenaikan pendapatan bunga bersih Kenaikan pendapatan bunga bersih ini dipicu oleh realisasi penyaluran kredit yang Seiring kenaikan penyaluran kredit, bank juga mencatat rasio kredit bermasalah (NPL) juga naik 334bps yoy menjadi 6,11%. Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) bank juga naik.
dengan rasio NPL tahun 2011-2013, bank umum swasta nasional devisa memperoleh nilai dibawah 5%.
4. Rekomendasi
Dalam laporan Batasan Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) kepada Bank Indonesia pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016, tidak terdapat pemberian pinjaman Bank yang melanggar melampaui ketentuan BMPK Bank Indonesia. Bank Artha Graha memiliki Rasio kredit bermasalah -neto pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 masingmasing adalah sebesar 4,47% dan 1,59%. Rasio kredit bermasalah -kotor pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 masing-masing adalah sebesar 6,11% dan 2,78%. Pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016, seluruh kredit yang diberikan kepada pihak berelasi tidak lewat jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai.
5. Kesimpulan
Dalam menjalankan Resiko Kredit , Sistem manajemen risiko yang efektif merupakan salah satu komponen dan usaha yang penting dalam manajemen bank dan landasan untuk menjalankan organisasi bank dengan sehat, aman dan baik. Sistem manajemen risiko akan mengarahkan aktivitas pada misi dan tujuan bank yang sudah ditetapkan, yaitu untuk mencapai target laba jangka panjang yang terus meningkat dan berkesinambungan, serta meningkatkan alokasi permodalan secara optimal yang mendukung aktivitas operasional yang sehat.
Di dalam melaksanakan strategi operasional maka Manajemen senantiasa berupaya untuk dapat menyelaraskan antara:
Pertumbuhan bisnis dan peningkatan pangsa pasar kredit dan portofolio pendanaan.
Peningkatkan efisiensi operasional Bank.
Menjaga tingkat kebutuhan likuiditas dan moda minimum sesuai ketentuan regulator.
Implementasi manajemen risiko yang berorientasi bisnis.
yang berorientasi risiko dan mempunyai unit manajemen risiko yang berorientasi bisnis. Dalam menjalankan bisnis yang berorientasi risiko, Bank melaksanakan penerapan manajemen risiko yang efektif dengan mempertimbangkan segala aspek sesuai dengan rencana kerja Bank dan prinsip kehati-hatian (prudential principles) serta sesuai dengan ketentuan regulator.
6. Referensi
1) Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and Commerce.Vol.22, No. 3,2017.
2) Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189
3) Kisman, Z. Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and Evidence. Transylvanian Review. Vol XXIV, No. 08,2016.
4) www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Co rporate_Actions/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Lapor an_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Lapora n%20Keuangan%20Tahun%202017/Audit/INPC/Audit %20Report%20BAGI%2031%20Desember
%20%202017.pdf
5) download.portalgaruda.org/article.php? article=188973&val=6467&title=ANALISIS
%20MANAJEMEN%20RISIKO%20KREDIT%20SEBAGAI %20ALAT%20UNTUK%20MEMINIMALISIR%20RISIKO %20KREDIT%20(Studi%20pada%20PT.%20Bank %20Rakyat%20Indonesia%20(PERSERO)%20Tbk. %20Cabang%20Malang%20Kawi)