• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS FILSAFAT HUKUM OLEH ALI ASGAR TUHU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS FILSAFAT HUKUM OLEH ALI ASGAR TUHU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

FILSAFAT HUKUM OLEH :

ALI ASGAR TUHULELE NIM :

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU HUKUM UNIVERSITAS JAYABAYA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(3)

Keragaman itu menjadi suatu kekayaan dan potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dalam kehidupan bermasyarakat, hukum dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ibi ius ibu societas, dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu aturan hukum untuk mengatur kehidupan bermasyarakat demi mencapai ketertiban umum. Aturan hukum tersebut ada yang tertulis maupun tidak tertulis. Berlaku secara nasional maupun kedaerahan, di dalam lapangan hokum publik maupun hukum privat.1

Dilihat dari perkembangan hidup manusia, terjadinya hukum itu mulai dari pribadi manusia yang diberi Tuhan, akal pikiran dan perilaku. Perilaku yang terus menerus dilakukan perorangan menimbulkan “kebiasaan pribadi”. Apabila kebiasaan pribadi itu ditiru orang lain, maka ia akan juga menjadi kebiasaan orang itu lambat laun diantara orang yang lain didalam kesatuan masyarakat ikut pula melaksanakan perilaku kebiasaan itu. Kemudian apabila seluruh anggota masyarakat melakukan perilaku kebiasaan tadi, maka lambat laun kebiasaan itu menjadi “adat” dari masyarakat itu.

Antara hukum dengan kehidupan masyarakat, memang berkaitan erat, hukum berperan besar dalam mewujudkan kehidupan yang tertib dan aman. Apabila terjadi hal-hal yang menyimpang, maka peran hukum dapat dilihat secara lebih konkrit. Didalam lapangan hukum pidana, ada dua hukum yang berbeda yang digunakan oleh masyarakat, yaitu pidana yang bersumber pada

(4)

peraturan tidak tertulis lainnya dan hukum yang bersumber pada KUHP serta peraturan yang tertulis ataupun kebiasaan yaitu Hukum Pidana Adat.

Adat dan Hukum Adat kemudian secara historis-filosofis dianggap sebagai perwujudan atau pencerminan kepribadian suatu Bangsa dan merupakan penjelmaan dai jiwa bangsa (Volkgeist) suatu masyarakat Negara yang bersangkutan dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, setiap bangsa yang ada didunia memiliki adat (kebiasaan) adanya ketidaksamaan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa adat (kebiasaan) merupakan unsur yang terpenting dan memberikan identitas kepada bangsayang bersangkutan disamping bangsa lainnya yang ada didunia.2

Disamping berlakunya KUHP sebagai paying hukum pidana, juga terlihat pada aspek-aspek tertentu dalam kehidupan bermasyarakat, penerapan hukum adat yang bersifat pidana dalam bentuk pemberian sanksi berupa sanksi denda, diusir dari kampung, serta dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Masyarakat mengakui sanksi tersebut memiliki kekuatan berlaku yang sama dengan hukum pidana dalam KUHP, sebab sanksi tersebut merupakan kesepakatan yang telah ditetapkan oleh pemuka adat-adat sebelumnya.

Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang

(5)

tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hokum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis.

Keberadaan hukum adat tidak pernah akan mundur atau tergeser dari percaturan politik dalam membangun hukum nasional, hal tersebut terlihat dari terwujudnya kedalam hukum nasional yaitu dengan mengangkat hukum rakyat/hukum adat menjadi hukum nasional terlihat pada naskah sumpah pemuda pada tahun 1928 bahwa hukum adat layak diangkat menjadi hokum nasional yang modern.3

Dalam dunia zaman modern seperti ini, kita sering dihadapkan dengan masalah-masalah yang kerap menodai agama dengan pergaulan yang tanpa dibatasi dengan aturan atas hukum yang mengikat kepada penganut agama. Sehingga menjadi sebuah keprihatinan bagi kita umat yang beragama Islam dengan kebiasaan orang yang tidak perduli dengan aturan yang dalam hal ini menurutnya sebagai penghalang atas apa yang ingin dilakukan atau dengan kata lain untuk menuruti keinginan hawa nafsunya.4

Padahal agama sama sekali tidak melarang hambanya untuk melakukan sesuatu yang jika hal itu tidak merusak atau menjadi mudharat bagi yang membangkang. Betapa banyak orang-orang yang melakukan hubungan seks

3 Chairul Anwar,1997. Hukum Adat Indonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau. Jakarta:Rineka Cipta,hal

11

(6)

secara bebas, terjangkit hubungan secara bebas terjangkit oleh penyakit yang mematikan, adakah renungan tentang semuaitu, itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal.

Apalagi pada era millennium dengan berbagai pencapaian teknologi sekarang ini, telah memberikan perubahan yagn cepat. Proses ini semakin dipercepat dengan semakin maju dan luasnya media masa berbagai belahan dunia. Dari arus informasi ini, telah memberikan dampak negatifnya tidak bias dihindari.

Dan ini merupakan dilemma dari dampak kemajuan peradaban manusia.dampak negative ini, mengarah pada cara hidup orang barat yang berpola pada pergaulan bebas. Dan ini merupakan “sampah” dari penyaringan informasi yang salah, yang terwujud dari ungkapan kuno,” ketinggalan zaman” jika tidak mengikuti pola hidup orang barat.

Inilah yang menjadi permasalahan yang dialami oleh generasi khususnya muda-mudi Islam Indonesia saat ini. Pergaulan bebas yang mengarah pada free sex (zina)sudah mencapai kea rah mengkhawatirkan, tingkat kehamilan pra-nikah terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan perilaku free sex telah terjadi pada generasi muda yang masih belia. Bahkan pada usia15 tahun telah melakukan hubungan seks (zina) pra-nikah. Dan bahkan beberapa media diberitakan usia jatuh lebih muda, bahkan seusia anak Sekolah Dasar.5

(7)

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang.

Sama halnya dengan Provinsi Maluku, hukum adat sangatlah berperan penting dalam tatanan kearifan local serta kehidupan sosial. Semua ini tidak lain hanya untuk menjaga nilai-nilai kultur pada masyarakat setempat yang telah ada sejak zaman dahulu sekaligus sebagai perekat dalam aktifitas kehidupan social.

Negeri Tenga-Tenga, merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari kultur yang ada di Provinsi Maluku, khususnya di Kabupaten Maluku Tengah. Hukum adat yang dijalankan di Negeri Tenga-Tenga merupakan satu kebiasaan yang telah ada sejak zaman dahulu. Hukum adat di Negeri Tenga-Tenga ini dijalankan, apabila ada permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam Negeri Tenga-Tenga sendiri, dan setiap jenis hukum adat yang diberikan disesuaikan dengan masalah-masalah atau perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat seempat, bahkan dalam pelaksanaan hukum adat sendiri selalu dikaitkan dalam pertimbangan sebelum putusan adat itu terjadi.

(8)

sebuah proses hukum yang dapat membuat jera para pelaku tindak asusila (zina) tersebut, baik lewat proses hukum pidana maupun hukum adat.

B. Perumusan Masalah

Dilihat dari perkembangan hidup manusia, terjadinya hokum itu mulai dari pribadi manadatusia yang diberi Tuhan, akal pikiran dan perilaku. Perilaku yang terus menerus dilakukan perorangan menimbulkan “kebiasaan pribadi”. Apabila kebiasaan pribadi itu ditiru orang lain, maka ia akan juga menjadi kebiasaan orang itu lambat laun diantara orang yang lain didalam kesatuan masyarakat ikut pula melaksanakan perilaku kebiasaan itu. Kemudian apabila seluruh anggota masyarakat melakukan perilaku kebiasaan tadi, maka lambat laun kebiasaan itu menjadi “adat” dari masyarakat itu.6

Antara hukum dengan kehidupan masyarakat, memang berkaitan erat, hokum berperan besar dalam mewujudkan kehidupan yang tertib dan aman. Apabila terjadi hal-hal yang menyimpang, maka peran hukum dapat dilihat secara lebih konkrit. Didalam lapangan hokum pidana, ada dua hukum yang berbeda yang digunakan oleh masyarakat, yaitu pidana yang bersumber pada peraturan tidak tertulis lainnya dan hukum yang bersumber pada KUHP serta peraturan yang tertulis ataupun kebiasaan yaitu Hukum Pidana Adat.

(9)

Adat dan Hukum Adat kemudian secara historis-filosofis dianggap sebagai perwujudan atau pencerminan kepribadian suatu Bangsa dan merupakan penjelmaan dai jiwa bangsa (Volkgeist) suatu masyarakat Negara yang bersangkutan dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, setiap bangsa yang ada didunia memiliki adat (kebiasaan) adanya ketidaksamaan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa adat (kebiasaan) merupakan unsur yang terpenting dan memberikan identitas kepada bangsayang bersangkutan disamping bangsa lainnya yang ada didunia.

Dari latar belakang diatas, maka dapat rumuskan permasalahannya adalah :

Apakah dengan diterapkannya hukum adat “Tita Aiyi atau Arak Keliling

Negeri” mempunyai kekuatan hukum tetap serta rasa jera atautidak pada kasus

tindak pidana asusila (zina/palaisou) di Negeri Kulur?

C. Landasan Teori

(10)

hukum tersebut ada yang tertulis maupun tidak tertulis. Berlaku secara nasional maupun kedaerahan, di dalam lapangan hokum publik maupun hukum privat.

Keberadaan Hukum Pidana Adat pada masyarakat merupakan pencerminan kehidupan masyarakat tersebut dan pada masing-masing daerah memiliki Hukum Pidana Adat yang berbeda sesuai dengan adat-istiadat daerah tersebut dengan ciri khas tidak tertulis ataupun terkodifikasikan.

Dari sudut pandang psikologis, kehamilan pra-nikah telah menjadi aib bagi keluarga. Sehingga sering terjadi, orang tua berupaya untuk menikahkan anak putrinya yang hamil dengan laki-laki yang menghamilinya atau dengan pria lain, sehingga cucunya lahir ada ayahnya.7

Dalam Grand Theory Fungsional yang dicetuskan oleh Durkheim, A. Comte, M. Weber, T. Parsons, H. Spenser, menekankan bahwa Di setiap masyarakat selalu dijumpai adanya saling keterkaitan (kohesi) antar lembaga-lembaga dalam pengelompokan-pengelompokan tertentu yang dalam skala lebih luas membentuk suatu struktur, di mana dalam struktur tersebut tersusun posisi-posisi, fungsi-fungsi, peran-peran, mekanisme dan kegiatan-kegiatan dari suatu masyarakat. 8

7Ibid. Hal 1

(11)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Pidana, Asusila dan Zina

a. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hokum pidana Belanda yaitu stafbaar feit. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan tindak pidana tersebut. Karena itu, para ahli hokum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu.9

Menurut D.Simon, tindak pidanaadalah tindakan melanggar hokum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.10

Rumusan pengertian tindak pidana (stafbaar freit) juga diatur dalam asas hukum pidana Indonesia, yaitu asas legalitas (principle of legality) atau dalam bahasa latin biasanya dikenl dengan Nullum Ddelictum Noella Poena Sine Praevia Lege Poenali, maksudnya bahwa tidak ada perbuatan yang

9Rifai dalam Artikel Azas-Azas Tindak Pidana,2004. Hal. 14

(12)

dilarang dan diancam dengan pidana jika tisak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan.

b. Asusila

Menurut de Daniel dalam tulisannya berpendapat bahwa, Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi di kalangan masyarakat, terutama remaja.11

Asusila adalah perbuatan atau tingka laku yang menimpang dari norma-norma atau kaidah-kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi di kalangan masyarakat.12

c. Zina

Kata “Zina” dalam Bahasa Inggris disebut “adultery”. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Zina dimuat artinya sebagai berikut :

“ Perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yagn tidak terikat oleh hubungan pernikahan atau perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang terikat perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya,atau seorang perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.”

11http://id.shvoong.com/writers/kumplanistilah.com.deDaniel/2001

(13)

Dalam pengertian lain, zina bisa dipilah menjadi dua macam pengertian, yaitu pengertian zina yagn bersifat khusus dan yang dalam pengertian yang bersifat umum, yakni :

1. Zina dalam pengertian yang bersifat umum meliputi yang berkonsekuensi dihukum huddud dan yang tidak. Yaitu hubungan seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan haknya pada kemaluannya. Dan dalam pengertian khusus adalah yang semata-mata mengandung konsekuensi hokum huddud.

2. Zina mengandung pengertian khusus, sedangkan yang dalam pengertian khusus hanyalah yang berkonsekuensi pelaksanaan hokum huddud.

Zina adalah hubungan kelamin antara laki-laki dengan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan syang sah dan dilakukan dengan sadar serta tanpa adanya unsur subhat.13

B. Pengertian Hukum Adat dan Tita Aiyi

a. Hukum Adat

Istilah hukum adat merupakan terjemahan dari ‘adatrecht”, yang untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh C.Snouck Hurgonje di dalam karyanya

(14)

yang masing-masing berjudul “De Atjehers” “Het Gajolanden Zinje Bewoner”.

Mr. B. Terhaar, Hukum Adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat. Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hokum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar, maka istiadat itu sudah meruapakn hukum adat.14

Snouck Hurgonje, memberikan arti hukum adat sebagai “ Die rechtsgevolgen hebben”(adat-istiadat yang mempunyai akibat hukum).

Soeroyo Wingyodipuro berpendapat bahwa, Hukum Adat adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat karena mempunyai akibat hukum (sanksi).

(15)

Dengan mellihat betapa besarnya konstribusi hukum adat didalam system hukum nasional, maka keberadaan hukum adat tidak dapat diabaikan. Perlu diingatkan lagi bahwa hukum adat yang dimaksudkan disini adalah hukum adat yang telah bersih/memenuhi syarat.

b. Tita Aiyi

Dalam tata bahasa di Negeri Kulur, kata Tita sendiri memiliki tiga pemaknaan arti yang berbeda, kalau salah dilafadzkan. Ketiga pemaknaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tita

Kata Tita dalam kehidupan sosial masyarakat di Negeri Kulur dalam berinteraksi dapat diartikan sebagai himbauan Raja.

2. Tita’e

Sementara kata Tita’e sendiri, dalam pemaknaan kata diartikan sebagai

Putusan Raja.

3. Tita Aiyi

Sedangkan kata Tita Aiyi adalah, Ketetapan Raja untuk diarak keliling negeri.15

(16)

C. Persiapan Pelaksanaan Penyelesaian Tindak Pidana Asusila (zina/palaisou)

Sebelum proses penyelesaian tindak pidana asusila (zina) ini berjalan, biasanya di Negeri Tenga-tenga harus ada perangkat siding. Perangkat-perangkat sidang ini sendiri terdiri dan memiliki tugas masing-masing dalam penyelesaian sebuah kasus, misalnya kasus tindak pidana asusila (zina) ini sendiri.

Perangkat-perangkat sidang itu sendiri terdiri dan memiliki tugas sebagai berikut :

a. Kepala Pemerintahan Negeri (Raja)

Posisi Kepala Pemeritahan Negeri (Raja) pada saat proses penyelesaian masalah tindak pidana asusila (zina) ini, adalah sebagai orang yang memutuskan serta menetapkan penerapan hukum adat terhadap para pelaku tindak pidana asusila (zina) ini sendiri.

(17)

b. Saniri Negeri

Saniri Negeri memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Menjaga, memelihara, mengayomi dan melestarikan adat-istiadat, hukum adat dan budaya masyarakat dilingkungannya yang hidup, tumbuh dan berkembang.

2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

3. Menetapkan Peraturan Negeri berama-sama dengan Kepala Pemerintahan Negeri.

4. Melakukan pengawasan dan menetapakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negeri.16

Merujuk pada poin 1 tentang fungsi saniri negeri, yakni Menjaga, memelihara, mengayomi dan melestarikan adat-istiadat, hukum adat dan budaya masyarakat dilingkungannya yang hidup, tumbuh dan berkembang.

Sama halnya di Negeri Kulur, peranan saniri dalam menjaga eksistensi hukum adat serta adat-istiadat di Negeri Kulur, bahkan dalam hal penyelesaian masalah tindak pidana asusila (zina) ini sendiri, peran Saniri Negeri sebagai penengah dan memberikan saran

(18)

serta arahan kepada para pelaku tindak pidana asusila (zina) terkait perbuatan yang dilakukan.

c. Penghulu Masjid

Peranan penghulu masjid sendiri dalam proses penyelesaian tindak pidana asusila (zina) di Negeri Kulur sendiri, tak dapat dilepas pisahkan sebagai rohaniawan/pemuka agama di dalam negeri sendiri.

Sebelum sampai pada tahapan pemutusan serta penetapan hukuman kepada para pelaku tindak pidana asusila (zina) ini dimulai, biasanya Kepala Pemerintahan (Raja) dan Saniri memberikan kesempatan kepada Penghulu Masjid memberikan arahan kepada para pelaku itu sendiri.

d. Pelaku

(19)

D. Sanksi Pidana Adat serta Mekanisme Pelaksanaan

a. Sanksi Pidana Adat

Dari perbuatan tindak pidana asusila (zina) yang dilakukan di Negeri Kulur, maka sanksi pidana adat yang diterapkan adalah Tita Aiyi atau arak keliling negeri sebagai proses hukum bagi pelakutindak pidana tersebut.

Sanksi yang diberikan ini sebagai efek jera bagi para pelaku dan sekaligus sebagai pelajaran bagi masyarakat Desa Kulur untuk tidak melakukan tindakan/perbuatan yang sama. Apalagi dalam kepercayaan masyarakat negeri Kulur bahwa perbuatan yagn demikian dapat menyebabkan “bahla”

bagi negeri sendiri.

Sanksi yang diterapkan oleh Pemerintah Negeri ini, merupakan ketetapan sanksi yang telah ada sejak dulu, dan setiap sanksi yang diberikan kepada para pelaku tindak pidana asusila (zina) ataupun tindak pidana apa saja juga menggunakan pendekatan hukum agama.

(20)

pidana agama, yaitu menggali lubang dan si pelaku dibuang di dalam lubang galian kemudiandilempar dengan menggunakan batu.17

b. Mekanisme Pelaksanaan

Dalam proses penyelesaian tindak pidana asusila (zina) ini, biasanya Kepala Pemerintahan Negeri di Kulur mendapatkan laporan awal dari warga dan kemudian bersama-sama dengan saniri negeri serta penghulu masjid untuk menangkap atau menggrebek (apabila masih berada di tempat kejadian) ataupun pelaku dalam hal ini wanita yang hamil sebelum menikah beserta lelaki yang menghamili tersebut.18

Setelah para pelaku ditangkap atau di grebek lalu dibawa ke baeleo untuk kemudian di proses. Biasanya, sebelum para pelaku di proses ataupun dimintai keterangan terkait perbuatan yang dilakukan, para perangkat sidang yang terdiri dari :

a. Kepala Pemerintahan Negeri Kulur (Raja) b. Saniri Negeri Kulur

c. Penghulu Masjid

(21)

d. Pelaku

Jika semua perangkat sidang telah ada, maka persidangan untuk menyelesaikan perkara tindak pidana asusila (zina) dimulai. Pada proses penyelesaian perkara tersebut, Kepala Pemerintahan yang langsung memimpin jalannya proses tersebut dan langsung sebagai orang pertama yang berbicara pada pelaku baik bersifat marah, teguran ataupun nasehat sebelum Kepala Pemerintahan langsung memutuskan dan menetapkan para pelaku tersebut bersalah serta memberikan hukuman kepada mereka.

Selain Kepala Pemerintahan berbicara, pada saat itu juga Saniri Negeri diberikan kesempatan untuk berbicara guna meminta keterangan dari para pelaku terkait perbuatan yagn dilakukan, jika kedua pelaku (pria dan wanita)yang belum menikah, maka mereka akan ditanya :

imi lua ti, tau mikawe isala, mula nala imi lua mioso zina amati ? (kalian berdua belum nikah, kenapa kalian berdua melakukan zina ini? )

(22)

Namun, jika yang mereka lakukan itu adalah orang yang telah kawin, mereka juga akan ditanya :

imi lua ti, mikawe inia, imi manawa (pertanyaan untuk perempuan) / imi leuto lo (pertanyaan untuk laki-laki) mula nala, imi lua miuna zina

amati, imi lua tau mi sayang luami mi keluarga ? (kalian berdua ini sudah

kawin, suami kami/istrikamu dimana, sampai kalian berdua melakukan zina

ini, kalian berdua tidak sayang pada keluarga kalian ?), sembari mendengar keterangan dari mereka berdua sampai mendengarkan putusan dan penetapan dari Kepala Pemerintahan terkait hukuman yang akan diberikan kepada para pelaku hingga proses pelaksanaan hukuman selesai, kedua pelaku tersebut dikembalikan kepada pihak keluarga.

Setelah putusan hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku, maka para saniri dibantu masyarakat sesuai perintah Kepala Pemerintahan untuk mengambil daun kelapa muda untuk dipakai (salele) dibadan kedua pelaku, setelah kedua pelaku dipakai daun kelapa dibadan mereka, lalu si pria (pelaku) diberikan gong untuk dipukul sepanjang negeri.

(23)

perjalanan kedua pelaku menyerukan kepada warga agar tidak boleh mengikuti jejak/perbuatan dari mereka berdua ( saudara-saudara, jangan kalaian melakukan perbuatan seperti kami berdua ini, perbuatan ini sangat

tidak baik, kami berdua melakukan perbuatan ini sementara kami sudah

kawin/belum kawin, jadi jangan lakukan perbuatan seperti ini, tidak boleh),

sambil si pria berjalan memukul gong dan mereka berdua berjalan bergantian bicara.

Setelah kedua pelaku diarak keliling negeri, lalu dikumpulkan kembali kedalam baeleo dan diatur secara bebrsama dengan keluarga pelaku. Apabila kedua pelaku belum kawin, maka saat itu juga para pelaku langsung dikawinkan untuk menghindari fitnahyang berlebihan, tapi jika mereka sudah berkeluarga maka mereka di kembalikan ke keluarga masing-masing dan apabila keluarga masing-masing belum juga menerima hukuman yang telah dilakukan maka dengan rekomendasi dari Pemerintah Negeri untuk di lanjutkan di jalur persidangan lewat Pengadilan Agama.

(24)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penyusunan Makalah yang di lakukan oleh penyusun, maka dapat disimpulkan dari pembahasan ini adalah :

1. Bahwa dengan diterapkannya hukum adat Tita Aiyi (Arak Keliling Negeri) dapat menjadi efek jera bagi para pelaku tindak pidana asusila (zina) yang ada di Negeri Kulur.

2. Hukum Adat Tita Aiyi (Arak Keliling Negeri) adalah suatu system hukum yang ada di Negeri Kulur yang sampai saat ini masih terjaga, serta tumbuh dan dilestarikan oleh Pemerintah Negeri, Saniri Negeri, Tokoh Agama serta masyarakat di Negeri Kulur.

B. Saran

(25)

2. Apapun bentuk hukum adat yang ada, harus tetap terjaga agar terus di lestarikan oleh anak cucu Negeri Kulur.

Referensi

Dokumen terkait

Asean-Korea Free Trade Area (AKFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan Korea Selatan

Pengendalian manual yang dilaksanakan oleh pemakai – Jika pengendalian manual yang dilakukan oleh pemakai sistem aplikasi mampu memberikan keyakinan memadai bahwa keluaran

Subyek yang digunakan pada penelitian ini adalah sales promotion girl event yang memiliki masa kerja lebih dari 1 tahun di CV APAPUN Media Komunika.. Teknik

organisasi yang jelas maka manajemen dari Oyot Godhong Cabaret Show akan.

[r]

PEMERINTAH PROVINSI BALI RUMAH SAKIT JIWA. PENANGANAN

To sum up the above explanation, the application of text to self-connection technique accomplished the research purposes as follows: firstly, the use of text to

Secara umum, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk Proses Belajar Mengajar (PBM) di SMP Negeri 39 Semarang cukup memadai, misalnya perpustakaan, unit kesehatan