• Tidak ada hasil yang ditemukan

EGALITARIANISME DALAM IBADAH HAJI. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EGALITARIANISME DALAM IBADAH HAJI. docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EGALITARIANISME DALAM IBADAH HAJI

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits

Dosen pengampu :

Tadjudin, M.Pd.i

OLEH :

AYU FARAH DHIA SUTIKNO

NIM : 1721143079

KELAS : PAI 2 A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

(2)

MUQADDIMAH

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Egalitarianisme dalam Ibadah Haji”. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, nabi agung, nabi besar, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh barakah, manfaat, dan zaman yang penuh akan cahaya ilmu.

Sebagai sumber hukum yang pokok setelah Al-Qur’an, Hadits mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Hadits juga merupakan penjelas dari Al-Qur’an dan menjadi sumber utama dalam menetapkan hukum dalam Islam. Disebut penjelas karena hadits menjelaskan ma’na dan kandungan yang ada dalam Al-Qur’an yang sekiranya belum jelas.

1. Rumusan masalah

1. Bagaimana hadits bab haji yang berhubungan dengan egalitarian?

2. Bagaimana pendapat pakar terkait hadits tersebut?

3. Bagaimana pembahasan dan analisa mengenai egalitarian dalam ibadah haji?

2. Tujuan masalah

(3)

2. Untuk mengetahui pendapat pakar terkait hadits tersebut.

3. Untuk mengetahui dan memahami pembahasan dan analisa mengenai egalitarian dalam ibadah haji.

PEMBAHASAN

A. Hadits Bab Haji yang Terkait dengan Egalitarian

~لاق :لاق ~امهنع هللا يضر ~ رمع نبا ثيدح

ىلع املإسلا ينب :ملإسو هيلع هللا ىلص هللا لوإسر

ههللا لوإسر اددممحم ننأو ههللإ هلإل ننأ ةهداهش :سمخ

ن

ن اضمر ام

ه وصو ججحلو ةهاَّكزنلا ءناتيإو ةهلص

ن ا ام

ه اقإو.

[

ب

ب اب {

2

} ِ،ن

ه اميلا باتَّك {

2

} :يف يراخبلا هجرخأ

مكن اميإ مَّكؤاعد]

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra,ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu: Kesaksian bahwa tidak ada Ilah yang hak diibadahi selain Allah dan Muhammad saw adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan shaum Ramadhan.” (Disebutkan oleh Al-Bukhari pada kitab ke-2 Kitab Iman, bab ke-2 Bab Doa Kalian Adalah Iman Kalian)1

د جر ن

م أ ~امهنع هللا يضر ~ رمع نب هللادبع ثيدح

لاق باينثجلا ن

ن م امرحملا سبلي ام هللا لوإسر اي لاق

لو صمقلا سبلي ل :ملإسو هيلع هللا ىلص هللا لوإسر

ل

م إ ِ،فافخلا لو سناربلا لو اتليوارس

م لا لو مئامعلا

نم لفإسأ امهعطقيلو ِ،نيفمخ سبليلف نيلعن دجي ل دحأ

(4)

وأ نارفعزملا هس

م م ادئيش بايثلا نم اوسبلت لو ِ،نيبعكلا

سرو.

[

باب {

21

} :جحلا باتَّك {

25

} :يف يراخبلا هجرخأ

بايثلا نم امرحملا سبلي ل ام]

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a , bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya “Wahai Rasulullah, pakaian apa yang dikenakan oleh orang yang sedang berihram?” Rasulullah saw bersabda, “ia tidak boleh memakai gamis, sorban, celana pendek, pakaian yang bertudung kepala, dan sarung kaki, kecuali orang yang tidak bisa mendapatkan sandal hendaklah ia mengenakan sarung kaki dan potonglah agar lebih pendek dari kedua mata kaki. Dan janganlah kalian memakai pakaian yang dicelup dengan safron (kunyit) atau wars.” (Disebutkan oleh Al-Bukhari pada kitab ke-25 Kitab Haji, bab ke-21 Bab Pakaian yang TIdak Boleh Dipakai Oleh Orang yang Sedang Berihram)2

B. Pendapat Pakar

Dalam hadits yang tersebut pada point A disimpulkan bahwa bila seorang laki-laki akan melakukan ihram, maka hendaknya melepaskan pakaian yang berjahit. Ada perbedaan pendapat mengenai hukum dari pakaian yang tidak berjahit. Menurut Imam Rofi’I, wajib melepas pakaian yang berjahit. Imam Nawawi juga merasa mantap dengan pendapat ini sebagaimana tersebut dalam kitab Syarah Muhazzab. Tapi apa yang tersebut dalam kitab Muharror dan Minhaj dapat dipahami bahwa melepas pakaian yang berjahit itu sunnah, dan hal ini ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Manasiknya.3

C. Egalitarian dalam Ibadah Haji

Haji berasal dari bahasa arab (

جحلا

)

Menurut bahasa ialah tujuan. Sedangkan menurut syariat ialah menuju ke Baitullah untuk melakukan amal. Haji merupakan salah satu rukun (tiang agama) Islam setelah syahadat, sholat, puasa, zakat. Perintah haji juga terdapat pada Kalamullah,

2 Ibid., hlm 307.

(5)

ررماض لجَّك ىلع و ل

د اجره كوتأي جمحلاب سانملا ىف ن ذمأ و

} .ق

ر يمهع

ن ججف ل

ج َّك نم نيتأي

22

جحلا :

}

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh”,4 (Q.S Al-Hajj : 27)

Sedangkan egalitarian adalah suatu paham bahwa semua orang sama rata dan dengan itu maka semua orang mendapat hak dan peluang yang sama.5

Sesungguhnya Allah swt dalam ibadah-ibadah kolektif mengisyaratkan untuk bersatu, berkumpul dalam satu kalimat, dan kaum muslimin berdiri berbaris dengan bahu saling berhimpitan. Hal ini juga mengisyaratkan rasa persaudaraan di antara umat Islam, saling memberi rasa cinta dan mengokohkan tali persaudaraan.

Dalam hadits kedua yang disebut pada point A, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap umat Muslim yang melaksanakan ibadah haji harus menggunakan pakaian yang serupa, yaitu pakaian yang tidak berjahit. Perintah ini berlaku untuk semua umat muslim dengan tidak memandang status sosialnya apakah dia dari kalangan terhormat atau tidak, kaya, miskin, jabatan, serta pekerjaan tidak menjadi pembeda dalam memperoleh hak dan kewajiban dalam pelaksanaan ibadah haji.

Dan pada pendapat pakar menyebutkan mengenai hukum perintah berpakaian tersebut selain sebagai perintah, cara berpakaian juga mengajarkan kesopanan, kerendahan hati dan merasa hina. Semua jama’ah haji dari berbagai negara dengan banyak perbedaan secara lahir maupun bathin serta bahasa yang berbeda berkumpul dalam satu tempat yang dimuliakan oleh Allah SWT, menyebut dan memuji-Nya dengan harapan dan tujuan yang sama yaitu ridho Ilahi. Jamaah akan merasa dirinya sangat hina dihadapan Tuhannya. Seolah-olah dalam keadaan demikian ia ingin mengatakan: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku tidak memiliki apa-apa dari diriku. Dan sesungguhnya segala sesuatu yang ada di alam ini, aku tidak memiliki sesumbupun. Sesungguhnya Engkaulah Pemilik dari semua yang ada dan yang akan ada. Dan inilah aku, ya Allah, sedang berdiri di hadapan-Mu, seperti pada hari ketika ibuku melahirkanku. Aku tidak memiliki apapun dari kekayaan dunia kecuali pakaian yang hanya bisa aku pakai untuk sekedar menutup aurat.”6

Seorang yang menyengaja berhaji, lalu bertaubat kepada Allah dan berniat tidak mengulangi dosa-dosa dan kefasikan lagi. Pada saat nafsunya membujuk untuk melakukan dosa, maka ia akan memerangi nafsu itu dan

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Pustaka Assalam, 2010)

5 V3nbaesy, http://v3nbaesy.blogspot.in/2010/04/egalitarian-atau-egalitarianisme_06.html

(6)

melepaskan diri dari nafsu yang selalu membawa kepada keburukan. Selain itu ia juga berusaha melakukan pengekangan terhadap nafsunya. Dalam keadaan demikian, ia akan terus merasa takut kepada Allah swt dan selalu merasa bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap hamba-Nya.

Sesungguhnya banyak pelajaran yang dapat diambil dari ibadah haji, mulai dari bersabar terhadap diri sendiri sampai bersabar terhadap orang lain karena tidak sedikit yang melaksanakan ibadah haji sehingga tidak jarang bila jama’ah saling berebut tempat untuk menunaikan ibadahnya. Bertengkar pun dilarang saat melaksanakan ibadah ini dan nafsu yang harus dilawan agar ibadah berjalan dengan baik. Pendidikan akhlak ini tidak hanya diamalkan saat ibadah haji saja namun diamalkan juga sepulang dari tanah suci. Sebab itu akan sangat baik bila bila perbaikan akhlak saat haji menjadi kepribadian yang baru dari umat muslim.

PENUTUP

Kesimpulan

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Alhusaini, Abubakar. Kifayatul Akhyar. Surabaya:Bina Ilmu.

Baqi’, Abdul.2011. kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim Al-Lu’lu’ wal Marjan. Solo:Insan Kamil.

Departemen Agama RI.2010. al-Qur’an dan Terjemahnya. Pustaka Salam. Sunarto, Achmad.2010. 161 Hikmah Dibalik Ajaran Islam. Surabaya: Karya Agung.

Referensi

Dokumen terkait

badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat adalah pengertian Farmasi Industri berdasarkanb. Surat Keputusan

Rincian persyaratan dan kemampuan badan usaha dan orang perseorangan untuk usaha jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi serta untuk usaha jasa pelaksanaan

Skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI BAWAH UMUR DALAM UPAYA KETERTIBAN BERLALU LINTAS ” , secara umum bertujuan untuk mengetahui

Secara garis besar ada dua kelompok yang layak dan berhak menjadi ahli waris, pertama yaitu kelompok orang-orang yang sudah ditentukan dalam Hukum dan Undang-undang yang

bahwa dalam prakteknya, ada orang yang berhaji, yang pada waktu pelaksanaan ibadah haji terkena musibah sakit sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah

Penilaian variabel ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem BRT terintegrasi dengan transportasi umum lain dalam lingkup operasionalnya. Integrase sistem BRT

mangrove Bandar Bakau Dumai juga tergolong tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, pada kawasan ini terdapat 7 jenis satwa, yaitu: burung, ikan,