Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Analisis Kasus Kekerasan Anak SD di Bukit Tinggi Berdasarkan Teori Fungsional-Struktural dan Teori Konflik
Diajukan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia
Disusun oleh:
Dewi Sri Tunjungsari
1111015000030
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kasus Kekerasan Anak di SD Bukit Tinggi Berdasarkan Teori Fungsional-Strutural dan Teori Konflik” tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Cut selaku dosen matakuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia yang telah membimbing penulis sehingga makalah ini dapat terwujud.
Penulis menyadari akan kemampuan yang penulis punya. Penulis yakin makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi kita di masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Jakarta, November 2014
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia, memiliki satu kesatuan yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila tersebut diintegrasikan ke dalam tingkah laku dan kepribadian rakyat Indonesia. Belakangan ini, Indonesia sedang menyemarakkan kurikulum karakter yang di dalamnya tentu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila tersebut. Sekolah merupakan salah satu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai yang terintegrasi dalam kurikulum tersebut. Adapun hal ini karena fungsi sekolah diantaranya adalah melatih anak di dalam keterampilan, afeksi dan pengetahuan.
Namun, sangat mengejutkan, kasus kekerasan siswa di Bukit Tinggi mengingatkan kita akan satu pernyataan masih bobroknya moral siswa. Banyak hal yang ditunjukkan disini, diantaranya adalah disfungsi sekolah di dalam menanamkan nilai-nilai moral, disfungsi peran guru sebagai pendidik dan lain sebagainya. Apalagi kasus ini terjadi saat mata pelajaran agama, yang seharusnya sudah berhasil menanamkan nilai dan akhlak terhadap siswa.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Atas dasar pemikiran tersebut, penulis mengangkat paper berjudul, “Analisis Kasus Kekerasan Siswa SD di Bukit Tinggi Berdasarkan Teori Fungsional-Struktural dan Teori Konflik”
1.2Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: a. Apa itu sekolah?
b. Bagaimana fungsi sekolah yang seharusnya?
c. Mengapa kasus kekerasan siswa di Bukit Tinggi terjadi?
d. Bagaimana pandangan teori struktural-fungsional dan konflik memandang kasus ini?
e. Bagaimana penyelesaian yang terbaik terhadap kasus ini?
1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui definisi sekolah yang sebenarnya
b. Mengetahui fungsi sekolah yang seharusnya
c. Mengetahui sebab kasus kekerasan siswa di Bukit Tinggi
d. Mengetahui bagaimana pandangan teori struktural-fungsional dan konflik memandang kasus ini
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Sekolah
Menurut KBBI, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran, usaha menuntut kepandaian atau bersekolah.1
Menurut Wikipedia, Sekolah adalah tempat didikan bagi anak anak. tujuan dari sekolah adalah mengajar tentang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa .Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. 2
Jadi dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar mengajar antara guru dan siswa, agar tercipta anak yang dapat memajukan bangsa.
2.2 Sekolah dan Fungsinya
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1, didownload di ebsoft.web.id
2
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Manfaat dan Fungsi Belajar di Sekolah dan di Perguruan Tinggi :
“1. Melatih Kemampuan Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar)
Dengan melatih serta mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan masalah, logika, dan lain sebagainya maka diharapkan seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik.
2. Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan Disiplin
Dengan mengharuskan seorang siswa atau mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan aturan yang berlaku maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan seseorang. Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk belajar secara terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik.
3. Memperkenalkan Tanggung Jawab
Tanggung jawab seorang anak adalah belajar di mana orangtua atau wali yang memberi nafkah. Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan bersekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan lain-lain.
4. Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
5. Sebagai Identitas Diri
Lulus dari sebuah institusi pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau ijazah khusus yang mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas yang baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang terpelajarlah yang akam mendapatkan pekerjaan tersebut.
6. Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas
Seorang siswa dapat mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap kegiatan akademis belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri seseorang. Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin baik pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator atau perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang itu sendiri.”3
2.3 Teori Struktural Fungsional
“Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar
3
Organisasi ORG. Kegunaan Manfaat Fungsi Sekolah dan Kuliah Pendidikan Formal di Indonesia.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial.
Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi analisa substantif Spencer dan penggerak
analisa fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana didalamnya terdapat bagian bagian yang dibedakan.
Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern.Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah :
Visi substantif mengenai tindakan sosial.
Strateginya dalam menganalisa struktur sosial.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Adapula asumsi dasar menurut Talcott Parsons. Menurut Parson, ada empat komponen penting dalam teori struktural fungsional, yaitu : Adaptation, Goal Atainment, Integration, dan Latency (AGIL).
a. Adaptation : sistem sosial (masyarakat) selalu berubah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara internal ataupun eksternal. b. Goal Attainment : setiap sistem sosial (masyarakat) selalu ditemui tujuan-tujuan bersama yang ingin dicapai oleh system sosial tersebut.
c. Integration : setiap system sosial selalu terintegrasi dan cendeung bertahan pada equilibrium (keseimbangan). Kecenderungan ini dipertahankan memalui kemampuan bertahan hidup demi system.
d. Latency : system sosial selalu berusaha mempertahankan bentuk-bentuk interaksi yang relatif tetap dan setiap perilaku menyimpang selalu di akomodasi melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperbaharui terus menerus.”4
2.4 Teori Konflik
”Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme struktural dan akibat sebagai kritik dari teori struktural fungsional. Teori konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel.”5
“Beberapa hal yang mendasari adanya teori konflik
4
Sanditricahyo, Teori Struktural Fungsional dan Teori Konflik,
http://sanditricahyo.blogdetik.com/2011/03/20/teori-struktural-fungsional-dan-teori-konflik/ (diakses 6
November 2014)
5
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
1) Masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir. Proses perubahan masyarakat adat sederhana menjadi modern.
2) Masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya (konflik antar individu, antar kelompok, individu dengan kelompok).
3) Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan terjadinya disintegrasi / perubahan sosial (sosek : perbedaan tingkat kemakmuran, status sosial, budaya : pruralisme etnis, agama, politik : simbolisme ketidak adilan).”6
Beberapa teori yang mendasari teori konflik Teori Konflik Karl Marx
“Marx melihat konflik sosial yang terjadi di antara kelompok atau kelas daripada di antara individu. Hakikat konflik antar kelastergantung pada sumber pendapatan mereka. Kepentingan ekonomi mereka bertentangan karena kaum proletariat memperoleh upah dari kaum kapitalis hidup dari keuntungan, dan bukan karena yang pertama melarat yang terakhir kaya raya.
Marx menegaskan, fungsi negara tidak lebih dari penjagaan kelas-kelas ekonomis yang berkuasa dengan jalan kekerasan. Pemerintah adalah sebuah manifestasi dan pertahanan dari kekuasaan ekonomi. Moralitas dan agama sebuah masyarakat adalah sarana bagi kelas yang berkuasa untuk mempertahankan kedudukannya dengan mempunyai ideologinya sendiri yang diterima sebagai kepentingan semua kelas, sebuah fenomena yang dilukiskan Marx sebagai “kesadaran palsu” karena semua kelas secara keliru yakin akan objektivitas dan universalis peraturan-peraturan dan cita-cita yang sebenarnya hanyalah ungkapan kepentingan-kepentingan kelas. Demikian juga institusi institusi legal sebuah
6
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
masyarakat hanyalah instrument dari sebuah negara. Marx melihat masyarakat berproses dari primitive kemasyarakat perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan akhirnya komunisme.
Asumsi yang mendasari teori Marx antara lain:
a. Manusia tidak memiliki kodrat yang persis dan tetap
b. Tindakan, sikap, dan kepercayaan individu tergantung pada hubungan sosialnya, dan hubungan sosialnya tergantung pada situasi kelasnya dan struktur ekonomis masyarakatnya.
c. Manusia tidak mempunyai kodrat, lepas dari apa yang diberikan oleh posisi sosialnya
d. Marx menyamakan basis sebab akibat dari masyarakat dengan kekuatan produksi yaitu dengan apa yang dihasilkan dan bagaimana sesuatu dihasilkan
e. Marx membedakan jenis masyarakat atas dasar cara-cara produksi masyarakat dari primitive, perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan komunisme.
Fenomena yang mendasari teori ini adalah
a. Negara terlibat dalam konflik melalui paksaan dalam bidang hukum untuk memelihara sosial (integrasi)
b. Kesenjangan sosial sumber utama konflik
c. Alienasi terjadi karena keterasingan dari sarana dasar produksi, sarana subsistem dan pekerjaan
d. Kelas adalah motor dari segala perubahan dan kemajuan
e. Sejarah kehiduan manusia tidak lebih dari pertentangan antar kelas dan golongan
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
hubungan pribadi dalam produksi mulai menggantikan pemilihan komunal atas kekuatan produksi.”7
Teori Konflik Dahrendorf
“Dalam karya dahrendorf, pendirian teori konflik disejajarkan. Menurut dahrendorf, setiap masyarakat harus siap tunduk dengan perubahan sosial.
Model konflik dahrendorf bisa dilihat dari tabel:
Model integrasi Model konflik
1. Setiap masyarakat secara relatif bersifat langgeng
1. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses perubahan, perubahan sosial ada dimana-mana
2. Setiap masyarakat merupakan struktur elemen yang terintegrasi dengan baik
2. Setiap masyarakat kapan saja memperlihatkan perpecahan dan konflik-konflik sosial ada dimana-mana
3. Setiap elemen dalam suatu masyarakat memiliki satu fungsi yaitu menyumbang
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
4. Setiap struktur sosial yang berfungi didasarkan pada konsensus nilai diantara para anggotanya
4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan atas beberapa anggotanya oleh orang lain
Menurut Dahrendorf, terdapat sejumlah syarat agar latent conflict dapat berubah jadi manifest conflict, yakni
Kondisi teknis, berupa munculnya pemimpin kelompok dan tindakan kolektif Kondisi politik, berupa tingkat kebebasan yang ada untuk membentuk kelompok dan tindaan kelompok
Kondisi sosial, berupa kondisi yang merupakan prasyarat terbentuknya konflik.
Meskipun begitu, Dahrendorf mengingatkan “kondisi tersebut tidaklah menjamin suatu kelompok konflik akan terbentuk. Konflik yang bersifat laten akan berubah menjadi manifest apabila masing-masing sadar akan kepentingannya, dan secara kolektif, berusaha memperjuangkan kepentingan itu melalui organisasi”
Selain itu,, bagan tersebut juga jelas menunjukkan bahwa model paksaann merupakan konsekuensi kehidupan sosial. Dahrendorf juga berkata bahwa konflik selalu terjadi dalam suatu struktur atau sistem tertentu yang secara umum dapat dilihat pada lapisan atas dengan lapisan bawah.”8
Teori Konflik Cooser
8
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
“Teori konflik Cooser merupakan sebuah sistem sosial yang bersifat fungsional. Bagi Lewis Cooser, konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak semata-mata menunjukkan fungsi negatifnya saja, tetapi menimbulkan dampak positif. Konflik pun bisa menguntungkan bagi sistem yang bersangkutan. Bagi Cooser, konflik merupakan bentuk interaksi dan tak perlu diingkari keberadaannya. Teori konflik cooser lebih menyoroti pada konsekuensi yang timbul bagi sistem sosial yang lebih besar dimana konflik tersebut terjadi.
Cooser menggambarkan konflik sebagai perselisihan mengenai nilai atau tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi. Pihak yang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang yyang diinginkan, tetapi juga memojokkan, merugikan, atau menghancurkan lawan mereka. Cooser menyatakan konflik bisa berlangsung antara individu, kumpulan atau antara individu dan kumpulan. Cooser menyatakan konflik merupakan unsure interaksi penting. Konflikk bisa mengintegrasikan orang, menghasilkan solidaritas dan keterlibatan dan membuat orang lupa akan perselisihan intern mereka sendiri.
Menurut Cooser, konflik mempertegas sistem sosial yang ada. Contoh yang paling jelas untuk memahami fungsi positif konflik adalah hal-hal yang menyangkut dinamika hubungan antara ingroup dan outgroup.
Berikut sejumlah proposisi yang dikemukakan Lewis A Cooser:
a. Kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam akan bertambah tinggi apabila tingkat permusuhan dan konflik bertambah besar
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
c. Di dalam kelompok itu ada kemungkinan berkurangnya toleransi akan perpecahan atau pengotakan dan semakin tingginya tekanan pada konsensus dan konformitas d. Para penyimpang dalam kelompok itu tidak lagi ditoleransi, kalau mereka tidak
dapat dibujuk ke jalan yang benar, mungkin akan diusir dan dimasukkan dalam pengawasan yang ketat
e. Sebaliknya, apabila kelompok itu tidak terancam konflik dengan kelompok luar yang bermusuhan, tekanan yang kuat pada kekompakan, konformitas, dan komitmen dalam kelompok tersebut makin berkurang.”9
Teori Konflik George Simmel
“Simmel melihat dalam kehidupan sosial, bahwa individu tidak hanya mau melibatkan diri dalam konflik, tetapi bersemangat untuk berkonflik. Kalau isu-isu yang penting tidak ada, orang mau berkonflik karena isu kecil atau sepele. Simmel membedakan antara konflik orang perorang secara langsung dan persaingan. Persaingan tidak perlu kontak antar pribadi secara langsung, sebaliknya mereka yang bersaing berjuang sendiri-sendiri untuk tujuan bersama dengan antagonism yang muncul dari kenyataan bahwa keuntungan seseorang merupakan kerugian bagi pihak lain. Simmel mengatakan, kalau hubungan intim mungkin cukup kuat untuk memungkinkan percekcokan atau malah untuk hidup bersama, maka tidak mengherankan bahwa intensitas konflik sering berbanding langsung dengan tingkat solidaritas atau persamaan dalam hubungan itu.”10
Teori Konflik Weber
9
Ibid, Hlm 83
10
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
“Weber mengistilahkan konflik sebagai suatu sistem “otoritas” atau sistem “kekuasaan”. Menurut weber, tindakan manusia itu didorong oleh kepentingan, tetapi bukan saja oleh kepentingan yang bersifat material seperti yang dikatakan karl mar, melainkan juga kepentingan ideal. Weber memandang bahwa pertentangan merupakan suatu prinsip sosial yang tidak dapat dihilangkan.”11
Teori Konflik Collins
“Collins mengatakan bahwa perselisihan relatif jarang terjadi, apalagi perusakan fisik, kondisi yang terjadi hanya maneuver untuk memisahkan hubungan organisasi. Teori konflik sama sekali tidak meninggalkan solidaritas sosial, cita-cita sosial, sentiment sosial dan perasaan. Mengacu pada simmel, Collins berpendapat bahwa kekuasaan, otoritas atau pengaruh merupakan sifat dari suatu proses interaksional, bukan merupakan sifat dari suatu proses interaksional, bukan merupakan sifat dari kepribadian individu.”12
2.5 Perbedaan Teori Konflik dengan Struktur Fungsional
A. Teori Struktural Fungsional
“Menurut teori struktural fungsionalisme, masyarakat pada dasarnya merupakan jaringan dari bagian-bagian yang saling terkait, setiap bagisan menyumbang pada pemeliharaan sistem secara keseluruhan. Masyarakat pada dasarnya akan selalu bergerak kea rah interaksi yang mempersatukan (integrative). Integrasi merupakan bentuk dasar interaksi masyarakat.
11
Ibid, hlm 69
12
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Meskipun integrasi merupakan bentuk dasar masyarakat, namun tidak berarti dalam masyarakat tidak ada ketegangan-ketegangan antarwarga. Karena berbagai sebab, ketegangan dan konflik akan terus terjadi dalam masyarakat. Namun demikian, ketegangan dan konflik tersebut akan lenyap. Masyarakat akan kembali berada dalam keseimbangan. Hal ini terjadi karena dala setiap sistem sosial terdapat konsensus atau kesepakatan di antara warga masyarakat mengenai nilai-nilsi dasar yang menjadi pondasi sistem sosial. Konsensus itulah yang menjadikan warga masyarakat memiliki komitmen untuk mengatasi perbedaan dan konflik mereka.
Selain itu, keseimbangan juga dapat terwujud karena setiap sistem sosial memiliki mekanisme yang mengarahka keinginan-keinginan warga menuju terpeliharanya sistem sosial. Mekanisme sosial tersebut adalah sosialisasi dan kontrol sosial. Melalui sosialisasi, warga masyarakat belajar tentang norma-norma sosial yang berlaku. Teori struktural fungsionalisme sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons dan para pengikutnya, dapat dikaji melalui sejumlah anggapan dasar, yaitu:
a. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain.
b. Dengan demikian hubunga pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik.
c. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis, menanggapi perubahan-perubahan yang datang dari luar dengan kecenderungan memelihara agar perubahan yang terjadi di dalam sistem sebagai akibatnya, hanya akan mencapai derajat yang minimal.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian-penyesuaian dan proses institusionalisasi. Dengan perkataan lain, sekalipun integrasi sosial pada tingkatnya yang sempurna tidak akan pernah tercapai, akan tetapi setiap sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu.
e. Perubahan-perubaha di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.
f. Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan: (a) penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar, (b) pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsionalisme, (c) penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat.
g. Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Di dalam setiap masyarakat selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap sebagian besar anggota masyarakat menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak benar.
Dengan cara lain dapat dikatakakan bahwa suatu sistem sosial pada dasarnya tidak lain adalah suatu sistem daripada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan melainkan tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Yang penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut adalah apa yang dikenal sebagai norma-norma sosial yang pada akhirnya membentuk struktur sosial.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Menurut paham ini, konflik selalu terkait dengan kekuasaan. Dalam masyarakat selalu ada kelompok warga yang memiliki kekuasaan dan yang tidak. Dengan kata lain ada ketidakmerataan pembagian kekuasaan, Kedua kelompok ini memiliki kepentingan berbeda, kelompok pemilik kekuasaan berkepentingan untuk memelihara dan mengukuhkan pola-pola hubungan kekuasaan yang ada dan menguntungkan mereka. Sedangkan kelompok yang tidak memiliki kekuasaan berkepentingan untuk mengubah pola-pola hubungan kekuasaan itu.
Pandangan teori konflik berpangkal tolak pada anggapan-anggapan dasar bahwa: 1.Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir atau dengan perkataan lain, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.
2.Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya atau dengan perkataan lain, konflik adalah merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.
3.Setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial.
4.Setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-orang yang lain.
Perubahan social oleh para penganut faham ini tidak saja dipandang sebagai gejala yang melekat di dalam kehidupan setiap masyarakat, akan tetapi lebih daripada itu malahan dianggap bersumber di dalam faktor-faktor yang ada di dalam masyarakat itu sendiri yang saling bertentangan.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Pada dasarnya konflik yang sering terjadi di dalam masyarakat terdiri atas sembilan tahap, yaitu :
a) sistem sosial tersusun atas sejumlah unit yang saling tergantung satu sama lain.
b) Ada ketidaksamaan distribusi mengenai sumber-sumber langkah yang bernilai di antara unit-unit tersebut.
c) Unit-unit yang menerima pembagian sumber-sumber secara tidak proporsional mulai mempersoalkan legitimasi dari sistem sosial yang ada. d) Masyarakat yang tidak berpunya mulai menyadari bahwa ada kepentingan
bagi mereka untuk mengubah sistem lokasi sumber-sumber yang ada. e) Mereka yang tidak berpunyai mulai menjadi emosional.
f) Secara berkala muncul ledakan frustrasi, seringkali tidak terorganisasi. g) Intensitas keterlibatan mereka dalam konflik semakin meningkat dan
keterlibatan tersebut semakin emsosional.
h) Berbagai upaya dibuat untuk mengorganisasikan keterlibatan kelompok tak berpunya dalam konflik tersebut.
i) Akhirnya, konflik terbuka dalam berbagai tingkat kekerasan terjadi diantara mereka yang tidak berpunya dan mereka yang berpunya.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
bertambah dan menimbulkan kekerasan yang memungkinkan terjadinya perubahan sosial.”13
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Kronologi Kasus
13
MuhakbarSyukur. Perbedaan Teori Konflik dan Struktur.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Inilah Kronologi Kasus Bully Anak SD di Bukittinggi
“REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah video yang menayangkan sejumlah murid laki-laki memukuli dan menendang teman perempuannya beredar di jejaring sosial. Dalam video tersebut, seorang siswi di pojok ruangan dihujani pukulan dan tendangan oleh sekitar dua siswa dan satu siswi.
Kepala Bidang TK SD Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, Erdi mengaku terkecoh dengan kejadian tersebut. Karena menurutnya, ia baru mengetahui hal itu pada Senin (6/10) lalu.
Keesokan harinya, Selasa (7/10), pihaknya mendatangi sekolah SD di Bukit Tinggi tersebut untuk mendalami kasusnya. Erdi mengatakan langsung mengumpulkan siswa kelas V SD dan pihak sekolah.
Saat diminta keterangan pada anak-anak siswa SD tersebut, mereka mengaku hanya iseng melakukan pemukulan. Setelah didesak, barulah anak-anak bercerita. Menurut salah seorang anak yang melakukan pemukulan itu, ia memukul atas dasar sakit hati kepada siswi berkerudung yang ia pukuli.
"Ibu saya dihina oleh teman ini. Ibu saya disamakan dengan sepatu," kata Erdi mengutip perkataan siswa pelaku pemukulan itu, dalam wawancara melalui telepon dengan Republika, Ahad (12/10).
Erdi mengatakan, peristiwa itu direkam oleh salah seorang siswa di kelas tersebut. Kemudian siswa tersebut memberikan video kepada ibunya. Lalu, ibunya memberikan rekaman tersebut kepada temannya hingga akhirnya beredar di dunia maya.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
pelajaran agama Islam. Namun, saat kejadian guru tersebut tengah mengajar di sekolah SMP di Agam.
Menurut Erdi, guru agama tersebut adalah guru tambahan dan merupakan PNS pada sekolah SMP di Agam. Atas kelalaian dan meninggalkan tugas, Erdi mengatakan pihaknya telah meminta kepala sekolah untuk menghentikan kontrak guru agama mengajar di SD tersebut. Ia juga menghimbau pada pihak sekolah agar lebih berhati-hati dalam menseleksi guru dan agar kejadian ini tidak terulang.
Atas kejadian tersebut, Erdi juga telah mengimbau kepada sekolah di Bukit Tinggi agar berhati-hati dalam proses pembelajaran di sekolah. Ke depan, katanya, ia akan membuat program kelompok kerja guru per gugus di masing-masing kecamatan di Bukit Tinggi. Di dalamnya menurutnya, berupa pemberian materi keragaan bagaimana menanamkan karakter yang baik sejak dini kepada anak-anak. Pembinaan guru tersebut menurutnya, diberikan dalam rangka memberikan pencerahan dan peningkatan implementasi karakter.”14
3.2 Analisis Kasus Berdasarkan Struktural Fungsional
14
Republika, Inilah Kronologi Kasus Bully Anak SD di Bukit Tinggi,
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Seperti yang sudah dibahas di dalam kajian teori tadi bahwa teori struktural fungsional adalah teori yang menggambarkan bahwa suatu hubungan masyarakat memiliki sesuatu pola struktur atau bersistem, dimana setiap bagian sistem tersebut memiliki suatu fungsinya masing-masing.
Berdasarkan kasus diatas, dapat dilihat bahwa terdapat kasus disfungsional, dimana itu terjadi dalam sekolah, guru, orangtua atau pemerintah dalam pengawasan belajar anak. Seorang guru yang seharusnya bertindak sebagai pengawas, sebagai pendidik yang menanamkan nilai dan akhlak, tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terbukti dari kejadian yang terjadi adalah saat guru tidak mengawasi pada jam pelajaran agama.
Disfungsi juga terjadi pada fungsi sekolah, dimana sekolah yang seharusnya berfungsi sebagai tempat penanaman pengetahuan, nilai dan moral malah tidak berfungsi secara sangat tidak efektif. Disini masih terlihat pihak sekolah yang masih masa bodoh apabila guru sedang tidak ada di dalam kelas.
Meskipun begitu, kita tak semata-mata menyalahkan guru atau sekolah. Hal ini bisa terjadi karena ada disfungsional juga di dalam keluarga atau pemerintah. Keluarga mengalami disfungsional, dimana seharusnya keluarga juga mengawasi anak, mendidik anak… disini malah kurang terlihat fungsinya. Seorang anak bisa belajar dari manapun, sehingga anak kurang bisa menyaring yang mana yang baik dan yang mana yang tidak. Disfungsional juga mungkin terjadi dalam pemerintah, dimana seharusnya pemerintah mencanangkan kurikulum 2013 yang baik, malah sebaliknya. Dengan adanya kasus ini, sebaiknya pemerintah berkaca apakah penyebab pendidikan Indonesia menjadi sebobrok itu dan bagaimana penyelesaiannya.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Jika kita mendengarkan kata konflik mungkin kita akan selalu berpikir bahwa konflik menimbulkan sesuatu yang negative, yang mampu menimbulkan percekcokan dan perpecahan, padahal sesungguhnya tidak. Dalam kasus ini terlihat adanya perpecahan antara orang tua yang anaknya bertikai, perpecahan yang mungkin timbul antara guru dan pihak sekolah, sekolah dan pihak hukum, atau lainnya. Namun, cobalah kita lihat, sebuah konflik juga bisa menimbulkan integrasi, seperti perkataan Cooser, dengan adanya konflik ini malah mempersatukan pemerintah untuk membuat pendidikan yang lebih baik. Dengan adanya konflik ini membuat para orang tua, guru pun tersadar untuk lebih memperhatikan anaknya dalam menyerap pengetahuan, atau dalam penanaman nilai moral. Dengan adanya kasus ini, setiap murid dapat tersadar bahwa perilaku yang mereka lakukan salah, sehingga timbullah fungsi dan struktural yang baik lagi diantara kesemua sistem. Jadi teori struktural-fungsional dan konflik, semuanya sangat berkaitan apabila kita melihat kasus ini. Atau mungkin juga tidak hanya dalam kasus ini saja, tetapi juga kasus lainnya.
Beberapa bukti bahwa kasus tersebut menimbulkan persatuan juga adalah sebagai berikut:
DPR Minta Kasus Kekerasan Anak SD di Bukittinggi Diusut Tuntas
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Agus Hermanto meminta kasus kekerasan yang dilakukan sejumlah siswa sekolah dasar di Bukittinggi, Sumatera Barat, diusut tuntas. Ia mendesak pihak terkait segera merespons peristiwa memprihatinkan tersebut.
"Secara internal, sekolahnya harus mengusut tuntas dengan seadil-adilnya," kata Agus, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (13/10/2014).
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
"Harus ada langkah strategis dan tidak boleh terjadi kembali karena semua ada aturannya," ucap Agus.
Aksi kekerasan terhadap pelajar terjadi di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. DAN (12), pelajar kelas V Sekolah Dasar Trisula Perwari Bukittinggi, menjadi korban pemukulan rekan satu kelasnya saat jam pelajaran berlangsung.
Kejadian itu diketahui setelah sebuah video diunggah ke situs YouTube, Sabtu (11/10/2014). Dalam waktu singkat, video tersebut menjadi pembicaraan di jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Saat ini, video itu sudah dihapus dari YouTube, tetapi diunggah kembali oleh akun lain.15
KPAI Wanti-wanti Video Kekerasan Anak Seperti di Bukittinggi Tak Diunggah Lagi
Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mewanti-wanti masyarakat agar tak sembarang mengunggah video kekerasan anak di media sosial. Mereka yang melakukannya bisa terancam pidana UU ITE.
"Diingatkan ada hak anak untuk dirahasiakan identitasnya, baik anak yang jadi korban, yang jadi saksi maupun jadi pelaku," jelas Ketua KPAI Asrorun Niam, Rabu (15/10/2014).
Sejauh ini KPAI belum akan mempidanakan pengunggah video kekerasan siswi SD di
15
Indra. DPR Minta Kasus Kekerasan Anak SD di Bukit Tinggi Diusut Tuntas.
http://regional.kompas.com/read/2014/10/13/10232211/DPR.Minta.Kasus.Kekerasan.Anak.SD.di.Bukittingg
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Bukittinggi itu. KPAI masih melakukan sosialisasi agar tak terulang. Bila terjadi peristiwa itu agar dilaporkan ke pihak berwenang.
"Ini pembelajaran bagi pengunggah. Mengingatkan kepada publik untuk cerdas menggunakan media sosial, untuk memperhatikan ketentukan hukum dan etis. Pembelajaran dan pengingat, ini tahap sosialisasi," terang Niam.
Menurut Niam, sosialisasi ini dilakukan agar publik tahu ada UU Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
"Makanya ini tahap sosialisasi agar publik mengetahui ada UU yang mengatur perlindungan terhadap hak anak untuk tidak dipublikasi. Kepolisian diminta agar juga jadikan untuk momentum sosialisasi UU 11 Tahun 2014 tentang sistem peradilan pidana anak. Sosialisasi dulu sebelum penindakan," tegas Niam.
Video aksi brutal siswa SD di Bukittinggi, Sumatera Barat, tersebar luas di dunia maya. Seorang siswa dikeroyok dan dianiaya rekan-rekannya. Tindakan para siswa itu membuat publik terperangah dan kaget. Kasus ini sudah ditangani sekolah dan pihak pemerintah setempat.16
Dirjen Dikdas Minta Kepsek dan Guru Siswi SD di Bukittinggi Disanksi
Jakarta - Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Hamid Muhammad turut berkomentar atas kasus kekerasan siswa-siswi di sebuah SD di Bukittingi. Menurut Hamid, guru dan kepsek di SD tersebut harus diberi sanksi.
16
News detik. KPAI Wanti-Wanti Video Kekerasan Anak di Bukit Tinggi Tak Diunggah Lagi.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
"Kami minta kepada kadis di sana untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di situ. Kalau kejadiannya karena kelalaian guru dan kepsek, kadis harus kasih sanksi, entah teguran atau teguran keras," ujar Hamid usai Lokakarya Nasional Kebijakan dan Pemerataan Guru di Hotel Sultan, Jl Sudirman, Jakarta, Selasa (14/10/2014).
Menurut Hamid, SD di Bukittinggi tersebut merupakan sekolah swasta, bukan negeri. Karena itu kepsek dan guru tidak bisa diberi sanksi dengan dipindah.
"Kalau negeri bisa dipindah. Jadi ini kita minta ke kepala sekolah dan kepada yayasannya. Termasuk minta komitmen sekolah, hal seperti itu jangan sampai terjadi lagi," kata Hamid.
Hamid berharap, kasus tersebut menjadi pembelajaran berharga bagi sekolah-sekolah. Kekerasan tidak hanya terjadi di SMA dan SMP, namun SD.
"Ini lampu merah untuk kita sekarang. Pendidikan karakter harus diberikan di sekolah. Termasuk dilakukannya pengawasan, karena anak-anak SD kemampuan mengkopi apa yang dilihat dan dialami melekat. Justru mencontoh kekerasan melalui video, tv, atau video games, termasuk kartun, luar biasa! Kemampuan menirunya luar biasa," beber Hamid.
Kekerasan anak-anak SD di Bukittinggi beredar di Youtube. Aksi brutal siswa-siswa anak SD terhadap seorang siswi dilakukan saat guru sedang tidak ada di kelas.17
17
News Detik. Dirjen Dikdas Minta Kepsek dan Guru Siswi SD di Bukit Tinggi Disanksi.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
Mendikbud Soal Video SD di Bukittinggi: Tangani Bullying Semua Harus Terlibat
Jakarta - Mendikbud M Nuh angkat bicara tentang video kekerasan yang dilakukan anak SD di Bukittinggi, Sumatera Barat. Menurutnya, menangani kasus bullying tidak serta merta seperti membalikkan telapak tangan. Semua pihak, selain sekolah, harus terlibat.
"Jadi urusan kekerasan, bullying kan kekerasan toh, tidak bisa serta merta diserahkan kepada sekolah. Tidak bisa serta merta. Tetapi harus semuanya ikut terlibat di situ," jelas M Nuh di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (14/10/2014).
Mencegah bullying, harus terus menerus, selama masa pendidikan anak dari dasar hingga tinggi dengan menanamkan nilai-nilai positif.
"Harus terus menerus kita upayakan pendidikan yang berbasis pada penanaman nilai-nilai cinta kasih, nilai-nilai kasih sayang, itu yang mendasarkan supaya orang itu tidak timbul kekerasan," jelas dia.
Untuk penanaman nilai, Kurikulum 2013 sudah memuat nilai-nilai dengan menambah jam pelajaran agama juga budi pekerti. Namun hal ini juga membutuhkan pelibatan masyarakat pula.
"Berulang kali saya sampaikan, kenapa di K13 itu kita tanamkan betul mengenai sikap. Agama pun kita tambah dengan budi pekerti. Harapannya apa? Harapannya supaya nilai-nilai kemuliaan itu tertanam sejak awal. Mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi. Dan itu harus terus-menerus, tapi itu saja tidak cukup. Harus juga diajak masyarakat secara keseluruhan," imbuh mantan rektor ITS ini.
Pengaruh tayangan televisi diakuinya juga bisa menjadi alat bantu atau sebaliknya, senjata yang merusak. Bila tayangan TV membangkitkan nilai kasih sayang, maka nilai ini bisa menular pada anak.
"Tapi kalau di tayangan-tayangan itu pun juga yang ditampilkan model-model benih-benih kekerasan, ya anak-anak akan tertular. Intinya itu," tegasnya.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
mengajak media untuk melihat langsung kondisi sekolah tempat terjadinya bullying itu agar tidak timbul spekulasi.
"Saya sudah berkomunikasi dengan kepala dinas di Sumbar, karena Ibu Kepala Dinas sedang haji, untuk segera ditangani dengan baik. Ajak kawan-kawan media ke sekolah langsung untuk supaya tahu duduk perkara secara persis. Ketemu murid, guru, kepala sekolah dan orang tua sekalian. Supaya tidak modelnya spekulasi, dispekulasi lagi. Kalau sudah selesai, jangan nanti ini tetap bergulir menjadi sesuatu yang sudah usang gitu," harap Nuh.18
Aksi Kekerasan di SD Bukittinggi, Kak Seto: Jangan Salahkan Anak
Jakarta - Aksi kekerasan yang dilakukan siswa-siswa di salah satu SD di Bukittinggi sempat menghebohkan jejaring sosial. Pemerhati anak, Kak Seto mengatakan bahwa kejadian tersebut tidak semata-mata ditudingkan kepada anak.
"Kejadian seperti ini sering luput dari pengamatan dan anak salah. Seharusnya guru, sekolah, dinas pendidikan, dan Mendikbud introspeksi apa yang salah dengan sistem pendidikan. Jangan hanya anak yang disalahkan," kata Kak Seto saat ditemui di daerah Ampera, Jakarta Selatan, Senin (13/10/2014).
Menurut Kak Seto, sistem pendidikan sekarang ini tidak ramah anak dan terkesan dipaksakan. Selain itu, peran orang tua juga harus dilibatkan secara penuh dalam pendidikan.
18
News Detik. Mendikbud Soal Video SD di Bukit Tinggi Tangani Bulliying Semua Harus
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
"Kalau semua diberikan dengan cara kekerasan, paksaan, anak menjadi robot. Maka harus ada pelatihan agar guru lebih kreatif, lebih ramah anak dan profesional gurunya," ucapnya.
"Sekolah juga orangtua dilibatkan, adakan pertemuan rutin. Sekolah yang benar adalah sekolah yang menyenangkan. Solusinya ya mendengar suara anak," tutupnya.19
19
News Detik. Aksi Kekerasan Di SD Bukit Tinggi: Kak Seto Berkata Jangan Salahkan
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup
Menurut saya, sebuah kasus, atau peristiwa di dalam kehidupan kita tidak hanya menimbulkan dampak negative, tetapi juga dampak positif. tidak semata-mata konflik menimbulkan pertentangan saja, tetapi juga menimbulkan integrasi.
4.2 Saran
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George dan J, Douglas. 2012. Edisi Keenam Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Penerbit Kencana
Wirawan, I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial,Definisi Sosial & Perilaku Sosial Jakarta: Penerbit Kencana
WEBSITE:
Indra. DPR Minta Kasus Kekerasan Anak SD di Bukit Tinggi Diusut Tuntas. http://regional.kompas.com/read/2014/10/13/10232211/DPR.Minta.Kasus.Kekerasan. Anak.SD.di.Bukittinggi.Diusut.Tuntas (diakses 6 November 2014)
MuhakbarSyukur. Perbedaan Teori Konflik dan Struktur. http://muhakbar-syukur.blogspot.com/2011/11/perbedaan-teori-konflik-dengan-struktur.html (diakses 6 November 2014)
News detik. KPAI Wanti-Wanti Video Kekerasan Anak di Bukit Tinggi Tak Diunggah Lagi. http://news.detik.com/read/2014/10/15/153338/2719556/10/kpai-wanti-wanti-video-kekerasan-anak-seperti-di-bukittinggi-tak-diunggah-lagi?n992204fksberita (diakses 6 November 2014)
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan IPS Semester 7
---. Mendikbud Soal Video SD di Bukit Tinggi Tangani Bulliying Semua Harus
Terlibat.http://news.detik.com/read/2014/10/14/183130/2718732/10/mendikbud-soal-video-sd-di-bukittinggi-tangani-bullying-semua-harus-terlibat?n992204fksberita (diakses 6 November 2014)
---. Aksi Kekerasan Di SD Bukit Tinggi: Kak Seto Berkata Jangan Salahkan
anak.http://news.detik.com/read/2014/10/13/140509/2717184/10/aksi-kekerasan-di-sd-bukittinggi-kak-seto-jangan-salahkan-anak?nd771104bcj (diakses 6 November 2014)
Organisasi ORG. Kegunaan Manfaat Fungsi Sekolah dan Kuliah Pendidikan Formal di Indonesia. http://www.organisasi.org/1970/01/kegunaan-manfaat-fungsi-sekolah-dan-kuliah-pendidikan-formal-di-indonesia.html (diakses 6 November 2014)
Republika, Inilah Kronologi Kasus Bully Anak SD di Bukit Tinggi, http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/10/12/ndbsmg-inilah-kronologi-kasus-bully-anak-sd-di-bukittinggi (diakses 6 November 2014)
Sanditricahyo, Teori Struktural Fungsional dan Teori Konflik, http://sanditricahyo.blogdetik.com/2011/03/20/teori-struktural-fungsional-dan-teori-konflik/ (diakses 6 November 2014)
Wikipedia.Sekolah. http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah (diakses 4 November 2014)
Aplikasi: