• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. Kata kuncl :s'!!em pendingin sekunder, laju penipisan pipa, prediksi umur pipa. Pengukuran Ketebalan Pipa...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. Kata kuncl :s'!!em pendingin sekunder, laju penipisan pipa, prediksi umur pipa. Pengukuran Ketebalan Pipa..."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengukuran Ketebalan Pipa ... (Pranto S,dkk}

PENGUKURAN KETEBALAN PIP A PENDING IN SEKUNDER UNTUK PEMANTAUAN ASPEK PENUAAN PIP A PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

Pranto Busono, Aep Saepudin Catur, Amril, Royadi

ABSTRAK

PENGUKURAN KETEBALAN PIPAPENDINGIN SEKUNDER UNTUK PEMANTAUAN ASPEK

PENUAAN PIP A PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS. Sistem pendingin sekunder didesain untuk membuang panas yang dilepaskan sistem primer termasuk panas yang ditimbulkan oleh pompa primer dan sekunder pada operasi reaktor dengan daya nominal ke atmosfir melalui menara pendingin evaporatif. Untuk menunjang keselamatan operasi reaktor, maka harus dilakukan pemeliharaan terhadap Struktur, Sistem dan Komponen (SSK) reaktor.Pipa pendingin sekullder merupa!~an aset yang penting pada pengoperasian reaktor, yaitu sebagai komponen dalam sistem penyaluran air pendingin reaktor. Tujuan penulisan untuk mengetahui kondisi pipa pendingin sekunder, laju penipisan pipa sekunder, prediksi umur pipa dalam rangka pemantauan aspek penuaan pipa.Pengukuran ketebalan pipa menggunakan metode Non Destructive Testing berupa Ultrasonic Testing (UT).Dari data hasil pengukuran diperoleh tebal rata-rata 7,323 mm (tahun 2009) dan tebal rata-rata 6,956'rom (tabun 2015). Perhitungan ketebalan pipa minimum dilakukan dengan memperhitungkan baban pipa, tekanan kerja dan dimensi pipa. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa ketebalan pipa minimum yang masih dijinkan adalah 4,766 mm. Perhitungan laju penipisan didasarkan pada perubahan ketebalan pipa berbanding waktu operasi. Besarnya laju penipisan pipa adalah 0,061 mm/tabun. Pipa pendingin sekunder diprediksi mampu berumur 35,9 tabun lagi.

Kata kuncl :s'!!em pendingin sekunder, laju penipisan pipa, prediksi umur pipa.

ABSTRACT

THICKNESS MEASUREMENT

OF SECONDARY COOLING PIPE FOR MONITORING ASPECTS OF

AGING OF THE RSG-GAS SECONDARY COOLING

Secondary cooling system is designed tu remove the heat that is released by primary system including the heat generated by the primary and secondary pumps in operation of the reactor with nominal power to the atmosphere through evc:porative cooling tower. To support the safe operation of ~he reactor, then it should do the maintenance of the structures, sy~t!3ms and components (S:;Cs) reactor. Secondary coolant pipe is an importmlt asset to the operation of the reactor at which the function is to deliver the water coolant system. The purpose of this paper is to determine the condition of the secondary coolant pipe, the rate nf depletion of the secondary pipe, the pipe life prediction in ot'der to monitor aspects of aging pipes. Measurement of the thickness of the pipe is using a method such as Non Destructive Testing U/trasomc Testing ([JT). From the measurement data obtained average thickness 7.323 mm (2009) mId the average thickness 6.956 mm (2015). The calculation of minimum pipe thickness is done by calculating the pipe material, work pressure and pipe dimensions. From the calculation it is obtained that the minimum

thickness of the pipe is still permitted of 4.766 mm. The calculation of the rate of depletion is based on changes in the pipe thickness versus operating time. The magnitude of the rate of depletion of the pipe is 0.061 mm / year. Seccr,dary coolant pipe predicted to operate 35.9 years old

KeywlH'ds: StXondiuy cooling system, the rale "f depletion of the pipe, the pipe life prediction.

1.

PENDAHULUAN

Salah satu pemanfaatan teknologi nuklir adalah pengoperasian reaktor riset atau reaktor non daya sebagai sarana pengemba:lgan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia.Reaktor Serba Guna G.A.Siwabessy (RSG-GAS) me;upakan reaktor riset dengan daya nominal 30 MW yang dalam

pengelolaannya harus memenuhi

persyaratankeselamatan. Struktur, Sistem dan Komponen (SSK) reaktor harus senantiasa dalam kondisi baik sehingga persyaratan keselamatan tetap terpenuhi.

Sistem pendingin sekunder merupakan rangkaian terbuka yang menyediakan air dingin untuk memindahkan dan membuang panas dari sistem pendingin primer hasil reaksi di teras reaktor, ke atmosfir melalui modul menara pendingin dengan cara penguapan.Sistem pendingin sekundcr dilengkapi beberapa komponen antara lain: 2 unit menara pendingin (7 modul), 3 buah pompa dan sistem perpipaan. Pip a sistem sekunder terdiri atas pipa isap utama yang paralel PA-Ol BR-OI dan PA-02 BR-Ol.

Pipa merupakan aset yang penting pada pengoperasian reaktor, yaitu sebagai komponen dalam sistem penyaluran air pendingin reaktor.Pipa yang mengalami kegagalan akan menyebabkan kerugian yang besar bagi semua pihak yang terkait pengoperasian reaktor tersebut. Oleh karena itu, 132

(2)

Prosiding Seminar Nasional Teknofogi dan Apflkasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2016

analisis terhadap ketebalan pip a tersebut sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya kegagalan pipa pada saat beroperasi.Pengukuran ketebalan dinding pipa sekunder akan terus dilakukan secara rutin untuk mengetahui laju penipisan pipa.Pemantauan ketebalan pipa ini sebagai implementasi dari:

• Program Perawatan RSG-GAS Nomor: 001.001/ RN 0002/ RSG 3, tertanggal, 21 Desember 2015. • Program Penuaan RSG-GAS Nomor: 002.001/ RN

00 02 / RSG 3, tertanggal 1 April 2015.

• Penilaian Keselamatan Berkala (PKB) bab V tentang Aspek Penuaan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kondisi pipa pendingin sekunder, sehingga dapatdiketahui laju penipisan pipa sekunder berdasarkan hasil pengukuran yang pernah dilakukan pada tahun 2009 dan 2015.Dengan diketahui laju penipisan pipa dan ketebalan minimum pipa, maka dapat diprediksi umur pipadalam rangka pemantauan aspek penuaan pipa.

Pemeriksaan dilakukan secara inspeksi visual dan pemeriksaan ketebalan pipa dengan menggunakan

ultrasonic thickness gauge

.Berdasarkan pcngukuran ketebalan pipayang tel an dilakukan (terutama di daerah kritis,

elbow, T-joint, atall reducer)

dan spesifikasi pipa sekundermaka ruang lingkup penulisan dibatasi pada perhitungan ketebalan minimum pipa yang diperbolehkan, perhitungan laju penipisan pipa dan prediksi umur pipa sekunder.

ISBN 976-602-6423-00-9

Sistem perpipaan pada reaktor RSG-GAS berfungsi untuk mengangkut dan mensirkulasikan air pendingin reaktor.Sistem pendingin sekunder menggunakan pipa baja karbon ASTM A53-B DN 500 Sch 10 dengan diameter nominal 508 mm. Spesifikasi pipa-pipa penyusun sistem pendingin sekunder RSG-GAS, ditunjukkan pada tabel 1.

20"

9 401 236

2.

DASAR TEORI

2.1.

Pengertian Dasar Pipa

Nomenklatur pipadidefinisikan berdasarkan suatu code/standard (ASME, DIN, API dan lain-lain).Ukuran pipadinyatakandalam NPS

(Nominal

Pipe Size),

dimana NPS menyatakan diameter luar dan

schedule

menyatakan ketebalan pipa.Dalam skala MetrikNPS setaradcng<!nDNatau"Nominal Diameter" .Dalam standarISOpenggunaan metrik berlakuuntuk semuapi!,a,-baikitupipa gas alam, pipa minyak, danpipa lain-lain.Tabel 2 menunjilkkan ukuran penyebutan pipa ukuran nominal pipa.

Tabel2. Diameter nominal dan ukuran normal pipa Diameter Nominal Nominal Pipe Size

DN (rom)6 NPS (inches) 1/8 8 1f4 10 3/8 15 Y2 20 % 25 1 32 I1f4 40 lYz 50 2 65 2Yz 80 3

Schedule menyatakan ketebalan pipa, dimana schedule tersebut dinyatakan dengan angka (5, 5S, 10, lOS, 20, 20S, 30, 40, 40S, 60, 80, 80S,100, 120, 140,160). Pipa dengan diameter nominal yang samabisa mempunyai ketebalan yang berbeda sesuai

Diameter Nominal Nominal Pipe Size DN (mm) NPS (inches) 100 4 150 6 200 8 250 10 300 12 350 14 400 16 450 18 500 20 550 22 600 24

dengan schedule. Sebagai contoh pipa dengan NPS 20 atau DN500 dengan schedule 10 maka tebalnya 6,350 mm, sedangkan schedule 20 tebalnya 9,525mm dan schedule 30 tebalnya 12,700 mm. Ketebalan pipa seperti ditunjukkan pada tabel 3 di bawah.

(3)

Tabel3. Ukuran diameter dan ketebalan pipa

Pengukuran Ketebalan Pipa ... (Pranto B, dkk)

BB

OD I

Wall thickness

I

(in (mm)]

(in (mm)]

I

SCH 5s

I~I

SCH 10s

II

SCll 10

JI

SCll 20

II

SCH 30

I

SCH

STD/40S

GI2501

10.75

0.134

0.165

0.134

0.165

0.250

0.307

0.365

(273.05)

(3.404)

(3.404)

(4.191)

(4.191)

(6.350)

(7.798)

(9.271)

013°°1

12.75

0.156

0.180

0.165

0.180

0.250

0.330

0.375

(323.85)

(3.962)

(4.191)

(4.572)

(4.572)

(6.350)

(8.382)

(9.525)

GI

350

I

14.00

0.156

0.188

0.156

0.250

0.312

0.375

0.375

(355.60)

(3.962)

(3.962)

(4.775)

(6.350)

(7.925)

(9.525)

(9.525)

GI4001

16.00

0.165

0.188

0.165

0.250

0.312

0.375

0.375

(406.40)

(4.191)

(4.191)

(4.775)

(6.350)

(7.925)

(9.525)

(9.525)

014501

18.00 ~

0.165

0.188

0.165

0.250

0.312

0.437

0.375

(457.20)

(4.191)

(4.191)

(4.775)

(6.350)

(7.925)

(11.100)

(9.525)

81500

I

20.00

0.188

0.250

0.188

0.218

0.375

0.500

0.375

(508.00)

(4.775)

(4.775)

(5.537)

(6.350)

(9.525)

(12.700)

(9.525)

!

22 !1550

I

22.00

0.188

0.218

0.250

0.188

0.375

0.500

0.375

(558.80)

(4.775)

(4.775)

(5.537)

(6.350)

(9.525)

(12.700)

(9.525)

016°°1

24.00

0.218

0.250

0.218

~o

0.375

0.562

0.375

(609.60)

(5.537)

(5.537)

(6.350)

(6.350)

(9.525)

(14.275)

(9.525)

J

2.2.

Prinsip Dasar Uji Ultrasonik

Keterangan :

Initial Pulse Crack Echo

m~rasonic Testing (UT) me;upakar. salah satu

metode_Non Destructive Testing yang mengguP:ikan

energi

suara

tTekuensi tinggi.Metode

UT

bisa

digunakan untuk <!eteksi cacat, evaluasi material,

pengukuran dimensi, analisis karakteristik materia:

dan lainnya.

Prinsip dasar pengujian ultrasonik (UT) seperti

ditunjukkan pada Gambar I.Prinsi~ yang digunakan

adalah prinsip gelombang suara.Gelombang suara

yang dirambatkan pada spesimen uji, kemudian sinyal

yang

ditransmisi

atau

dipantulkan diamati

d30

interpretasikan.Gelombang ultrasonik yang digunakan

memiliki ftekuensi 0.5 -

20 MHz. Gelombang

ultrasonik ini dibangkitkan olch transducer dari bahan

piezoelektrik yang dapat mengubah energi listrik

menjadi energi getaran mekanik kemudian menjadi

energi listrik lagi.

G"mbar 1. Prinsip dlUar ujl ultrasonik

=

Pulsa inisial yang pertama

=

Echo cacat pada material

Garak posisi dari kec!\catan

yang ada pada bahan)

Back Surfa.::eEcho

=

Echo pantulan balik dari

bahan (ketebaIan bahan)

Pemeriksaan tebal bahan atau adanya cacat

dalam bahan dengan gelombang ultrasonik dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu : teknik resonans~

teknik transmisi dan teknik gema. Dari ketiga teknik

tersebut, teknik gema kontak langsung paling sering

digunakan pada pemeriksaan di lapangan.

I1ustrasi pengukuran ketebalan pipa dengan uji

ultrasonik seperti ditunjukkan pada Gambar 2 di

bawah ini.

(4)

Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan ApIikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2016

Probe

Gambar 2. Pengukuran keteblilim pipa dengan uji •.dtrasonik

2.3.

Perhitungan

Ketebalan

Pipa

Minimum

dan Laju Penipisan Pipa

Perhitungan ketebalan pipa miilimumdapat dilakukan dengan memakai rumus berikut:

p.n

t

= -

2.S

(1)

Dimana :

S = tegangan ijin bahan P

=

tekanan keIja rada pipa D

=

diameter nominal pipa t

=

ketebalan pipa

Sedangkan untuk menghitung besarnya laju penipisan pipa dapat dihitung dengan cara :

L

=

t.-t'z

"

(2)

Dimana :

/

ISBN 976-602-6423"(){)·9

L

=

laju penipisan

t1

=

ketebalan pipa pengukuran awal t2

=

ketebalan pipa pengukuran awal s

=

selang waktu pengukuran

3. TATAKERJA

Implementasi kegiatan pemeriksaan ketebalan pipa dan perhitungan Jaju penipisan pipa sistem pendingin RSG-GAS dilakukan melalui beberapa tahap kegiatau, yaitu :

1. Pemilihan segmt:n 2. Penentuan titik pengukuran 3. Proses Pengukuran

4. Perhitungan ketebalan pipa minimum 5. Perhitungan laju penipisan dan prediksi umur

3.1.

Pemilihan Segmen

Untuk keperluan pengukuran rangkaian pemipaan sistem pendingin primer reaktor, dibagi menjadi beberapa bagian / segmen berdasarkan konstruksi pipa.Mulai dari pip a lurus, T-Joint, elbow,

expansion dan reducer.Karen11 banyak rangkaian pipa

pendingin sekunder. maka tidak seluruh pipa dilakukan pengukuran tetapi hanya beberapa bagian/segmen saja yang mewakili untuk konstruksi pipa sejenis.Pemilihan segmen didasarkan pada bagiail pipa yang mengalumi laju penipisan paling besar atau daemh kritis. Dat:rah kritis tersebut adalah:elbow, T-joint, expansion atau reducer.

Segmen atau bagian yang mewakili pengukuran berdasarkan konstruksi pipa tersebut sepel

ii

ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4 di bawah ini

(5)

Pengukuran Ketebalan Pipa •..{Pranto B. dkk)

Gambar 4. Segmen pengukuran pipa pad a pengukuran ta!11Ul 2015

3.2.

Penentuan Titik Pengukuran

Pcnetapan titik pcngukuran dilakuhn berdasarkan konstruksi pemipaan yang mewakili konstruksi pipa sejenis.Gambar 5 menunjukkan penentu-m titik pengukuran padaT -joint. Gambar 6 menunjukkan penentu:m titik pengubran pada

elbow.Sedangkan untuk penentuan titik pengukuran

padareducer, ditunjukkan pada Gambar 7.

/5

6

'Q9

3··

'\

"" ... ····7 ... / 8 2 1

Gambai' S.Titik pengukuran konstruksi pipa T -Join

A B ,Awallengkung

./

···· ..f··· ••••. · i E

Gamba •. 6. Titik pengukuran konstruksi pipa elbow

/1

8

l"~

7 ~23 X A C E E Y 6 ' '4 5

(6)

Prosiding Seminar NasionaJ TeknoJogi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2016

3.3.

Proses Pengukuran

Pengukuran ketebalan dilakukan dengan alat ukur ketebalan ultrasonik yang bekerja berdasarkan pantulan pulsa gelombang ultrasonik. Alat yang digunakan merek StressTell tipe T-MIKE EL. Probe yang digunakan adalah probe normal dengan kristal ganda (twin probe). Kuplan berupa jeli atau oli, adalah media perambat gelombang dari probe ke benda uji.

ISBN 976-602-6423-00-9

Sebelum dilakukan pengukuran, alat dikaJibrasi untuk menentukan kecepatan rambat gelombang ultrasonik di dalam material pipa. Untuk memperoleh hasil yang tepat, kalibrasi dilakukan menggunakan pipa dengan spesifikasi yang sarna serta ketebalan yang sudah diketahui. Proses kalibrasi seperti ditunjukkan pada Gambar 8 di bawah ini.

GlUJ'lbar 8.Proses kalibrasi ;;Jtrasonik tes Pengukuran dilakukan T-Joint, elbow, atau

reducer yang telah ditentukan b~rdasarkan point 3.1 dan 3.2

3.4. Perhitungan ketebalan pipa minimum

Perhitungan ketebalan minimum pipa menggunakan persamaan 1

3.5. Perhitungan laju penipisan dan prediksi umur

pipa

Perhitungan laju penipisan dan prediksi umur pipamenggunakan persamaan 2.

4.

BASIL DAN PEMBAHASAN

No. Identifikasi : 5

4.1. Basil

Telah dilakukan pengukuran ketebalan pipa pendingin sekunder pada berbagai posisi.Pengukuran ketebalan pipa pendingin sekunder yang dilakukan pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.Sedangkan hasil pengubran ketebalan pipa pendingin sekunder yang rlilakukan padatahun 2015 dapatdilihat pada tabel 5.

Tabel4.Hasil pengukuran ketebalan pendingin sckunder pada tahun 2009

Elbow: 90° 1 2345678

A

7,858,258,647,497,257,067,628,13

B

7,467,087,947,756,957,347,547,64 C 7,587,666,968,067,217,347,457,78

D

E 7,477,117,897,757,657,247,497,60 7,356,937,437,727,457,337,297,19

(7)

Pengukuran Ketebalan Pipa .•.(pranto B, dkk} -B 7,857,067,587,507,387,046,986,85 C 7,047,387,157,547,827,807,327,09

D

7,466,967,127,657,907,757,257,34

E

7,107,297,216,887,627,627,037,06

No. Identifikasi : 7

Elbow: 90°

1 2345678 A 6,656,736,826,447,017,167,117,01

B

6,746,656,726,947,187,347,126,71 C 6,866,667,027,017,147,157,156,82

D

E

6,916,856,816,856,957,366,757,15 6,876,766,526,856856,726,906,59

No. Identifikasi : 8 Reducer

1 234

A

9,609,498,739,76 C 10,1910,629,809,93

E

10,7510,9311,0510,42

No. Identifikasi : 9 Reducer

1 234 A 9,719,628,899,50 C 9,458,588,638,92

E

7,82 7,77 7,63 7,58

No. Identifikasi : 10 Reducer

1 234 A 11,8212,2512,1412,07 C 11,0911,0511,311] ,21

E

9,8910,239,939,91

No. Identifikasi : 21

Elbow: 90°

1 2345678 A 8,867,096,937,596,806,867,037,70

B

7,046,966,806,866,916,797,187,29 C 7,156,806,836,786,876,657,157,25

D

7,986,826,766,697,016,857,167,06

E

7,006,6S6,836,727,506,837,017,20

No. Iuentifikasi : 22

Elbow: 90°

1 2345678

A

7,657,337,094,927,306,837,247,53

-B

7,767,867,557,287,027,477,057,7 C 7,697,597,537,217,447,018,307,93

1)

7,137,697,326,897,357,087,417,66

E

7,327,307,136,707,567,337,257,30

No. Identifikasi : 23

Elbow: 90°

1 2345678 A 7,726,687,487,206,537,047,467,87

B

8,088,097,427,356,737,897,088,12 C &,197,317,187,586,906,937,278,11

D

8,077,237,036,657,387,567,357,97

E

7,287,227,127,077,667,407,417,91 138

(8)

Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2016

No. Identifikasi : 24 Elbow: 90°

ISBN 976-602-6423-00-9 1 2345678

A

9,1510,309,769,7010,459,389,529,48 B 9,6910,0410,1210,439,739,429,619,79 C 9,4710,0910,109,9810,389,869,489,81

Tabel5. Hasil pengukuran ketebalan pendingin sekunder pada tahun 2015 No. Identifikasi : 1 Nomor HasiIPengukuran No. Identifikasi : 2 Nomor HagiIPengukuran No. Identifikasi : 4 Nomor HasiIPengukuran No. Identifikasi : 7 Nomor HasiIPent;'Jkuran 4.2. Pembahasan

Dari data hasil pengukuran, ternyata tidak semua segmen dapat diukur. Sebingga hanya beberapa st:gmen ~aja yang memiliki data pengukuran yang lengkap (data pengukuran tabun 2009 dan 2015)

Elbow: 90° Elbow: 90° Elbow: 90° Elbow: 90° Elbow: 90° Elbow: 90°

berdasarkan pemilihan lokasi. Segmenyang bersesuai tersebut terdapat pada elbow setelahkeluar dari filter mekanik. Teb~l rata-rata hasil pengukuran tersebut riapat dilihat pada

tabel

6, berikut.

Tabel6.Segmen yang bersesuaian pad ••pengukuran tahun 2009 dan 2015. Jenis segmen Pengukuran tabunPengukurantabunTebal rata-rat& tahunTebal rata-rata tabun

2009 201520092015 elbow Segmen no 5Segmen no 2 7,523 6,738

+

0,300") elbow Segmen no 6Segmen no 5 7,471 6,745

+

0,300') elbow Segmen no 7Segmen no 8 6,974 6,485

+

0,300') reducer Segmen no 8Segmen no 10 10,105 Tidak ada data

reducer

Segmen no 9Segmen no 11 8,673 Tidak ada data

reducer

Segmen no 10Se!'men !'IO12 11,075 Tidak ada data

elbow

Seu;men no 21Segmen no 9 7,213 Tidak ada data

elbow

Segmen no 22Segmen no 6 7,664 Tidak ada data

elbow

Segmen no 23Segmen no 3 7,712 Tidak ada data

Rata-rata

7,323 6,656

+

0,300')

(9)

Dari data pengukuran diperoleh tebal rata-rata pada segmen yang saling bersesuaian adalah: 7,323 mm (hasil pengukuran tahun 2009) dan 6,956 mm (hasil pengukuran tahun 2015)

Perhitungan laju penipisan pipa

Berdasarkan hasil pengukuran di atas maka yang bisa ditentukan laju penipisan hanya pada segmen no 5, 6 dan 7 (pengukuran tahun 2009) dengan segmen no 2, 5 dan 8 (pengukuran tahun 2015). Dengan menggunakan persamaan 2, besamya laju penipis~n pipa yaitu sebesar :

l. _

t1-t::

!I

Dimana : L

=

laju penipisan

t}

=

ketebalan pipa pengukuran awal

=

7,323 mm t2 = ketebalan pipa pengukuran akhir = 6,656 mm s=selang waktu pengukuran =2015 - 2009 =6 tahun Sehingga besamya laju penipisan pipa L = (7,323 -6,956) mm/ 6 tahun = 0,061 mm/tahun.

Perhitungan tebal minimum pipa

Untuk menghitung tebal minimum pipa yang dijinkan dapat digunakaI! persamaan 1, yaitu :

P.D

t=--25

Dimana :

S

=

tegangan ijin bahan cry pipa=270 N/mm2

Ak

=

angka keselamatan beban dinamis (2,5 sid 7) diambil nilai 5

S =-tekanan ijin bahan = (~) =270 N/mm21 5=54

N/mm2

=

54.106 N/m2

P

=

tekanan keIja pompa

= 10 bar = 10 x 1,0133 . 10s Pa = 1,0133 . 106

N/m2

D

=

diameter nominal pipa (DN5CO) = 508 mm = 0,508 m

=

ketebalan pip a,

Pangukuran Kateba/an Pipa ... (Pranto B, dkk)

maka diperoleh nilai ketebalan pipa, adalah :

?.D

t=

z.s

=

(1,0133 . 106 x 0,508)/(2 x 54. 106)

=

0.004766 m

=

4,766 mm

Prediksi umur pipa

Dengan kondisi tebal pipa hasil pengukuran tahun 2015 rata-rata sebesar 6,956 mm, tebal minimum yang diijinkan sebesar 4,766 mm dan laju penipisan sebesar 0,061 mm/tahun, maka dapat diprediksi umur pipa mampu bertahan selama :

Prediksi umur pipa

=

(6,956 - 4,766)

mm/0,061 mm/tahun

=

35,9 tahun 5. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan di atas dapat diperoleb kesimpulan sebagai berikut:

Lajn penipisan pipa sekunder pad a bagian bagian yang paling kritis yaitu pada elbow sebesar 0,061 mm/tahun.

Dengan laju penipisan pada ketiga elbow sebesar 0,061 mm/tahun maka diprediksi umur pipa mampu bertahan selama 35,9 tahun.

6. DAFTAR PUSTAKA

1. ASME, Standard ASME B36.19M-2004. Revision of ANSI/ASME B36.19M-1985.

2. ROZIQ HIMA WAN, SRIYONO,

SY AFRUL, HENDRA PRASETY A,

"Analisis Ketebalan Pipa Pendingin Sekunder RSG-GAS" Sigma Epsilon Volume 12 No 3. Tahl!n 2008 ISSN 0853 - 9103.

3. ASME B31.3 Process Piping Guide Revision 2 Chapter 17 Pressure SafeLY Section D20-B31.3-G Rev. 2, 3/10109.

4. Laporan hasil pengukuran ketebalan pipa pada sistem pendingin sekunder reaktor serb a guna G.A. Siwabessy tabun 2009 dan tahun 2015.

Gambar

Gambar 2. Pengukuran keteblilim pipa dengan uji •.dtrasonik
Gambar 7. Titik pengukuran kOl15truksi plpa reducer

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Ukuran (Size) Daerah Terhadap Kualitas Pengungkapan Akuntabilitas Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota se- Indonesia)6. Penulisan skripsi ini

Dari command line diatas yang harus kita perhatikan dalam pengawasan trunk group exeption lost ialah CCT, %MB, MB dan LOST karena gangguan dapat terlihat dari ke empat

Panel Surya adalah alat yang terdiri dari sel surya, baterai yang mengubah cahaya menjadi listrik.. Panel surya

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Penjualan

Sistem urutan nada-nada yang terdiri dari lima nada (atau tujuh) nada dalam satu gembyang dengan menggunak an satu pola jarak nada yang tidak sama rata, yaitu tiga (atau lima)

Promosi merupakan suatu usaha atau aktivitas dalam melakukan sebuah pemasaran yang dimana dalam promosi tersebut dikomunikasikan berbagai keunggulan dari produk

Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah unggas dan hasil produksi unggas di Jawa Barat mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya.. Produksi kulit ternak pada tahun 2005

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1) Untuk mengetahui minat baca anak usia 4-5 tahun sebelum penerapan media kartu huruf di TK Sandhy Putra