• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TEKNOLOGI DAN PRODUKSI TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN TEKNOLOGI DAN PRODUKSI TANAMAN "

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN (PNA 3519)

ACARA I

PROFIL PTPN IX KRUMPUT

Kelas / Kelompok : B / 1

Nama Anggota (NIM) : 1. Sri Rahayu Ningsih (A1L014017) 2. Bagas Reganata (A1L014027) 3. Wahid Arifudin (A1L014028) 4. Atika Nur Solikhah (A1L014029) 5. Laily Tazkiyah Hidayati (A1L014031)

PJ Kelompok : Pardiyanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditas yang saat ini berkembang pesat di Indonesia. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Tanaman karet yang saat ini lebih banyak digunakan adalah adalah karet sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Beberapa bagian tanaman karet yang dapat dimanatkan yaitu bagian biji, kayu dan lateks. Bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan sebgai minyak cat, mebel, banbusa, benang dan lain sebagainya.

Mengingat banyaknya kebutuhan manusia yang digunakan dari bahan karet maka muncul berbagai perusahaan perkebunan baik tu milik swasta maupun milik Negara. Perusahaan ini kebnayakan merupakan perusahaan agrobisnis. Dengan adanya perusaan agrobisnis ini harapannya produk pertanian baik itu hortikultura maupun perkebunan memiliki nilai dan mutu yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan Negara-negara lainnya.

(3)

3 B. Tujuan

(4)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) bukan merupakan tanaman asli Indonesia melainkan berasal dari hutan lembah sungai Amazon, Brazil. Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Pada bagian ini banyak mengandung getah yang dinamakan lateks.

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang dapat tumbuh optimal pada daerah atau dataran rendah dengan ketinggian ± 0 – 200 meter diatas permukaan laut (mdpl). Makin tinggi tempat letak tempat, pertumbuhan karet makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman adalah kurang dari 2000mm/th dan optimalnya antara 2.500 – 4.000 mm/th (Setyamidjaja, 1993).

Menurut (Tirtoboma, 1981) taksonomi karet, yaitu: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Sub class : Tricoccae Familli : Euphorbiaceae Genus : Hevea

(5)

5

Tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya supaya pertumbuhan karet optimal. Menurut Damanik et al. (2010), syarat tumbuh tanaman karet sebagai berikut, diantaranya:

A. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

a. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 s/d 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 – 7 jam/hari.

b. Tinggi Tempat

(6)

6 c. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.

B. Tanah

Lahan kering (tanah) untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah daripada sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena perbaikan sifat kimia untuk syarat tumbuh tanaman karet perlakuan tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.

(7)

7

(8)

8

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lahan alat penyadapan, pemeliharaan, okulasi dan alat tulis. Bahan yang digunaan dalam praktikum yaitu perkebunan Krumput, bangunan PTPN IX Krumput dan pertanaman karet.

B. Prosedur Kerja

Prosedur yang dilakukan pada acara ini adalah:

1. Praktikan berangkat menuju PT. Perkebunan Nusantara IX dengan didampingi asisten dan dosen pengampu mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan.

2. Praktikan mendengarkan penjelasan dari Petugas perkebunan tentang pengolahan lahan.

(9)

9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

1. Sejarah Berdirinya PTPN IX Krumput

PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, merupakan peleburan dari PT Perkebunan XV-XVI dan PT Perkebunan XVIII. Pendirian PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) tersebut tertuang pada Akta Notaris Harun Kamil, S.H. nomor 42 tanggal 11 Maret 1996, yang disahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-8337.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996, diubah dengan Akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. No.1 tanggal 9 Agustus 2002 dan disyahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor: C-19302 HT.01.04.TH.2002 tanggal 7 Oktober 2002.

Pada tanggal 2 Oktober 2014, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan Holding BUMN Perkebunan yang beranggotakan PTPN I, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV dengan PTPN III sebagai induk Holding BUMN Perkebunan. Dengan resmi terbentuknya Holding Perkebunan, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) berubah nama menjadi PT Perkebunan Nusantara IX.

(10)

10

karet, kopi,dan teh. Kedua, Divisi Tanaman Semusim (Pabrik Gula) yang menghasilkan produk-produk dari tanaman tebu. Produk-produk PT Perkebunan Nusantara IX dipasarkan di pasar domestik maupun pasar luar negeri sebagian besar dalam bentuk bulk. PT Perkebunan Nusantara IX juga memproduksi dan memasarkan produk-produk hilir berupa teh kemasan, teh celup, serta gula pasir dan kopi bubuk dalam kemasan.

Selain usaha pokok tersebut di atas, PT Perkebunan Nusantara IX juga mengelola komoditi sampingan seperti Pala, Kelapa dan Horticultura dalam luasan areal yang terbatas serta agrowisata di Kebun Banaran, Kebun Semugih, Kebun Balong dan Kebun Kaligua. Agrowisata Kebun Banaran di lengkapi dengan Coffee Shop ”Kampoeng Kopi Banaran”. Coffee Shop dengan bahan baku berasal dari

kopi Banaran juga didirikan di Cikukun, di PG Gondang Baru, Kebun Krumput dan diperluas di tempat-tempat lain yang potensial; Wisata Loco Antik di PG Pangka serta wisata sejarah dan Museum Gula di PG Gondang Baru dan PG Tasikmadu.

Berdasar asal usulnya kebun-kebun yang saat ini milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan adalah Perkebunan yang dulu dibangun oleh Pemerintah Belanda dan Pengusaha Swasta, yaitu :

1. Mangkunegaran (1 Kebun)

2. Gouvernemen Landbouw Bedrijfen (GLB) (1 Kebun) 3. Kultuur Maatschappij (5 Kebun)

4. Th. Crone (4 Kebun)

(11)

11 7. John Piet & Co (1 Kebun)

8. Internatio (1 Kebun)

9. Mirandolle & Voute (1 Kebun) 10.Tieeman Bank (1 Kebun) 11.Kooy & Koster (1 Kebun)

Pada masa pendudukan Belanda ke dua tahun 1947 semua perkebunan dikuasai Pemiliknya kembali, tetapi sejak bulan September 1950 perkebunan milik Pemerintah Hindia Belanda pengelolaannya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara (PPN) sedang milik Swasta Asing tetap dikuasai pemiliknya. Bentuk organisasi perkebunan pada tahun 1950-1960 berubah menjadi PPN Lama/Baru yang dibagi menjadi Rayon/ Unit, tanggal 10 Desember 1957 seluruh perkebunan Belanda diambil alih penguasaannya oleh Pemerintah (Nasionalisasi). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Tahun 1961 bentuk PPN Lama/Baru dirubah menjadi PPN Jawa Tengah dan sejak Tahun 1963 dirubah lagi serta dipisahkan menjadi PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Karet XIII serta PPN Karet XIV. Bentuk perusahaan dirubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) sesuai dengan Peratran Pemerintah Tahun 1968 tanggal 13 April 1968, yang merupkan gabungan dari : PPN Aneka Tanaman XI, PPN Karet XIII, PPN Karet XIV, BPU-PPN Aneka Tanaman Perakilan Jawa Tengah dan BUP-PPN Karet Jawa Tengah.

2. Visi dan Misi

(12)

12

a. Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, kakao, gula dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan. b. Mengembangkan cakupan bisnis melalui difersifikasi usaha, yaitu produk hilir,

wisata agro dan usaha lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan.

c. Mengembankan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

3. Sarana dan prasarana A. Pabrik Krumput

1. Rumah Asap : 8 buah Kapasitas 4,5 ton/hari 2. Mesin Giling : 2 set kapasitas 360 kg/jam 3. Bak Pembeku : 46 unit

4. Balking Tank : 3 buah kapasitas 2,030 ltr B. Kubak

1. Rumah Asap : 5 buah Kapasitas 3 ton/hari 2. Mesin Giling : 1 set kapasitas 360 kg/jam 3. Bak Pembeku : 34 unit

4. Balking Tank : 2 buah kapasitas 2,030 ltr

C. Sortasi

1. Mesin prsbal planters : 3 buah D. Tanki Lateks

(13)

13 2. Dari Alumunium : 5 buah

Menurut saya, sarana dan prasarana di PTPN IX krumput dapat menunjang tercapainya visi misi perushaan tersebut karena kapasitas untuk produksi sangat besar sehingga dapat menghasilkan karet olahan yang banyak juga yang akan menambah pemasukan keuangan dalam perusahaan tersebut untuk kesejahteraan bersama.

4. Struktur organisasi

PT.Perkebunan Nusantara IX (Persero) terdiri dari 2 Divisi yaitu Divisi Tanaman Tahunan dan Divisi Tanaman Semusim. Divisi Tanaman Tahunan terdiridari 15 kebun dan Divisi Tanaman Semusim terdiri dari 8 PG. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut :

1. Administrator : Agung Prasetyo, SP M.M 2. Sinder Kepala : M. Ibrohim Fajri, SP 3. Sinder Teknik Kubak : Soenarto. B

4. Sinder Teknik Krumput : Wagiman 5. Sinder Kebun AFD Krumput : Triwidodo 6. Sinder Kebun AFD Tumiyang : Saridin

7. Sinder Kebun AFD Kubangkangkung : Aswin Asmawi, SP. 8. Sinder Kantor : Musriyanto

Susunan Komisaris PTPN IX (PERSERO)

(14)

14

Berdasarkan SK Menteri Negara BUMN RI Nomor : SK -94/ MBU/ 2012 tanggal 1 Maret 2012 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara IX

Adi Prasongko (Direktur Utama) Natsir Tarigan (Direktur Keuangan) Slamet Poerwadi (Direktur Produksi) Hanung Trihutomo (Direktur Renbang) Ishak Z. Soediredja (Direktur Sdm & Umum).

5. Kondisi Umum

(15)

15

(Badan Usaha Milik Negara) yang sudah ada sejak tahun 1916, namun baru mendapat akta pendirian pada tahun 1996.

Krumput adalah salah satu daerah yang berada di wilayah kecamatan Banyumas. Krumput termasuk dalam satu wilayah PT Perkebunan Nusantara IX (persero) Provinsi Jawa Tengah. Lahan perkebunan karet di Krumput memiliki bentuk toprogafi yang bergelombang (rolling) dengan kelerengan 8 sampai 15 %. Daerah ini terletak pada ketinggian 175 – 250 mdpl dengan perbedaan ketinggian 15 – 50 meter.

Kondisi lahan di kebun Krumput merupakan jenis tanah Latosol. Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu 1 – 5 meter. Warnanya merah, coklat sampai kekuning-kuningan dan mengandung bahan organik antara 3 % sampai 9 %. Reaksi tanah berkisar antara pH 4,5 – 6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tanah ini umumnya bertekstur liat sedangkan strukturnya remah dan memiliki konsistensi gembur. Infiltrasi dan perkolasi pada lahan latosol dari agak cepat sampai agak lambat, dahan menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi.

(16)

16

PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Krumput Banyumas melakukan usaha-usaha pengolahan lahan yang meliputi pengelolaan tanah untuk tanaman karet melakukan beberapa pekerjaan sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan 1) Penebangan Pohon

Penebangan pohon dilakukan terhadap tanaman yang sudah tidak menghasilkan, yaitu dengan cara pohon ditebang, tunggul dibersihkan (didongkel) beserta akar-akarnya. Tujuan dari pembersihan tersebut adalah untuk mencegah berkembangnya jamur akar putih.

2) Pemberantasan Gulma

Pemberantasan gulma secara dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Secara mekanik pembersihan gulma biasanya dilakukan menggunakan alat-alat seperti: sabit, cangkul, mesin pemotong rumput dan lainnya. Sedangkan secara kimiawi pemberantasan gulma di kebun karet krumput menggunakan herbisida sistemik seperti: round up dan lainnya.

3) Pembuatan atau Pemiliharaan Jalan

Pembuatan jalan bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pengawasan kebun dan transportasi produksi.

4) Pembuatan Saluran Air

(17)

17

dilakukan pembuatan selokan buntu (rorak), selokan pengurus (drainase) dan selokan tepi jalan.

2. Pencegahan Erosi

Sebagian besar areal perkebunan di krumput memiliki topografi yang bergelombang atau berbukit. Pencegahan erosi yang dilakukan di kebun krumput, adalah dengan cara mekanik dan pengaturan pola tanam (Garis kontur).

1) Cara Mekanik

(18)

18

jarak kesamping antara satu rorak dengan rorak lain berkisar antara 1-1,5 meter, sedangkan jarak horizontal berkisar antara 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Keadaan lahan pada kebun karet PT. Perkebunan Nusantara IX Krumput telah dibuat teras bangku atau tangga sesuai kontur dengan lebar 1 meter dan tinggi 60 cm pembuatan teras ini dengan cara dikecrut dan digacruk (pengolahan menggunakan cangkul alat sederhana lainnya untuk pengolahan tanah). Selain pembuatan teras mereka juga melakukan pola tanam atau penanaman secara kontur dan membuat rorak. Pengolahan lahan di kebun Krumput tidak perlu dilakukan langkah konservasi karena mereka sudah menerapkan pengolahan tanah sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

(19)

19

(20)

20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan perkebunan Karet PTPN IX Krumput merupakan perusahaan perkebunan yang telah dikelola dengan baik dengan ciri memiliki standar dan keamanan yang telah diterapkan dengan baik.

B. Saran

(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.

Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Setyamidjaja, M. Ed. 1993. Budidaya dan Pengolahan Karet. Lembar Info Pertanian (LIPTAN) Balai Pusat Penelitian (BIP). Sumatera Selatan. Tirtoboma, 1981. Teknik Bercocok Tanam Karet. Balai Penelitian Pertanian. Bogor. Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Balai

(22)
(23)

23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN (PNA 3519)

ACARA II

PENGOLAHAN LAHAN DI PTPN IX KRUMPUT

Kelas / Kelompok : B / 1

Nama Anggota (NIM) : 1. Sri Rahayu Ningsih (A1L014017) 2. Bagas Reganata (A1L014027) 3. Wahid Arifudin (A1L014028) 4. Atika Nur Solikhah (A1L014029) 5. Laily Tazkiyah Hidayati (A1L014031)

PJ Kelompok : Pardiyanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(24)

24

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, dan sering disebut dengan nama lain, seperti rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Supaya tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan lateks yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman ini. Produksi tanaman karet yang ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan terhambat dan tidak maksimal. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan produksi lateks menjadi rendah. Indonesia memiliki lahan terluas untuk dijadikan sebagai kawasan perkebunan untuk tanaman karet. Walaupun demikian produksi karet masih rendah yaitu sekitar 2,4 juta ton atau dibawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton.

(25)

25

Pengolahan lahan merupakan suatu upaya untuk menata tanah agar dapat menjadi media tanam yang optimum dan cocok untuk suatu tanaman yang dibudidayakan sehingga tanaman dapat memberikan hasil yang maksimal pula. Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Pengolahan tanah atau soil management merupakan pembinaan dalam hal pengolahan tanah. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi mahasiswa ataupun seseorang yang akan mendalami tentang perkebunan karet untuk mempelajari pengolahan tanah yang tepat untuk pertumbuhan karet sehingga produktifitas tinggi dan kontuinitas juga tinggi.

B. Tujuan

(26)

26

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Tirtoboma, 1981) taksonomi karet, yaitu: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Sub class : Tricoccae Familli : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.

(27)

27

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman, daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma . pengolahan tanah dengan tepat mampu menjadi pendukung atau langkah utama dalam upaya budidaya suatu tanaman agar mampu berproduksi dengan tinggi (Damanik, 2010).

Pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebangan, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan new planting meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan (Damanik, 2010).

(28)

28

Penyiapan lahan secara khemis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut: Penumbangan dan Pengumpulan pohon. Penumbangan pohon dilakukan dengan arah teratur menggunakan kapak atau chain saw pada ketinggian 50 cm. Peracunan tanggul. Peracunan dilakukan dengan menggunakan 2,4,5 T yang dilarutkan dalam minyak solar dengan dosis 5 % dengan atau garlon.Larutan 2,4,5 T dalam minyak solar dioleskan pada pangkal tunggul dengan ketinggian 20 cm dengan lebar 20 cm. Bila menggunakan garlon, terlebih dahulu kulit dikupas pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah lalu diracuni dengan garlon yang telah dilarutkan dalam solar dngan dosis 10 % (Sunarwidi, 1987).

Saat persiapan penanaman tanaman karet, kecuali penyediaan bibit perlu juga melaksanakan berbagai pekerjaan lainnya, yaitu pembukaan hutan atau pembongkaran tanaman tua, pembersihan sisa – sisa tanaman, pembersihan gulma, pengolahan tanah, pembuatan teras, pembuatan jalan dan sebagainya (Soetedjo, 1979). Tahapan pengolahan tanah diantaranya yaitu :

1) Ripper dimaksudkan untuk mengangkat tunggul dan sisa-sisa tanaman yang tetinggal menggunakan traktor rantai dengan kedalaman garpu sekitar 45 cm. 2) Meluku dilakukan dua kali dengan arah menyilang saling tegak lurus sedalam 40 cm menggunakan taktor luku. Interval waktu luku I dan luku II adalah 21 hari. 3) Ayap Akar. Semua sisa akar dan potongan karet yang masih tertinggal diayap secara manual dan dikumpulkan ditempat tertentu untuk memudahkan pemusnahannya.

(29)

29

Langkah awal yang dilakukan pada newplanting adalah memastikan lahan cukup sesuai untuk budidaya karet. Memastikan lahan tersebut sesuai atau tidak merupakan hal penting karena setiap tanaman memerlukan syarat-syarat untuk pertumbuhannya. Kegiatan pengoalahan lahan baik untuk newplanting ataupn replanting sebenarnya sama saja. Langkah awalnya adalah dengan membabat

pepohonan yang tumbuh. Pada newplanting jenis pohon yang tumbuh diareal relatif banyakdengan ketinggian dan diameter batang beragam. Sementara itu, pada repalanting pohon yang tumbuh hanya karet dengan ketinggian dan diameter yang

(30)

30

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi perkebunan karet PTPN IX Krumput Banyumas. Alat yang digunakan yaitu papan tulis, kertas folio, kamera dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum Acara I sebagai berikut:

(31)

31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada kebun Krumput dilakukan pengolahan tanah sebelum dilakukan penanaman langkah yang pertama yaitu pembuatan teras terlebih dahulu. Teras yang dibuat berukuran lebar 1,5meter. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60cm. jarak tanam yang umumnya digunakan untuk tanaman karet yaitu 3x6m atau 3x7m. Namun pada kebun krumput ini jarak tanam yag digunakan yaitu 3x7meter. Terasering berfungsi untuk mengurangi erosi dan memudahkan pemanenan. Jika sudah dilakukan pembuatan terasering hal berikutnya yang dilakukan yaitu pembuatan rorak dan gondang-gandung ukuran 40x50cm.

B. Pembahasan

Menurut kelompok kami, pengolahan lahan yaitu usaha yang dilakukan terlebih dahulu untuk melakukan manipulasi kondisi tanah yang ada supaya tanah yang ada dapat digunakan untuk budidaya tanaman karet dan yang paling utama tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Menurut Setiawan (2005), Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

(32)

32

perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma . pengolahan tanah dengan tepat mampu menjadi pendukung atau langkah utama dalam upaya budidaya suatu tanaman agar mampu berproduksi dengan tinggi.

Lahan perkebunan karet di Krumput memiliki bentuk toprogafi yang bergelombang (rolling) dengan kelerengan 8 sampai 15 %. Daerah ini terletak pada ketinggian 175 – 250 mdpl. Kondisi lahan di kebun Krumput merupakan jenis tanah Latosol. Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu 1 – 5 meter. Warnanya merah, coklat sampai kekuning-kuningan dan mengandung bahan organik antara 3 % sampai 9 %. Reaksi tanah berkisar antara pH 6 atau bersifat agak netral. Tanah ini umumnya bertekstur liat sedangkan strukturnya remah dan memiliki konsistensi gembur. Infiltrasi dan perkolasi pada lahan latosol dari agak cepat sampai agak lambat, dahan menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Menurut penggolongan iklim Schamidt dan Ferguson, kondisi iklim di daerah Krumput berdasarkan tabel pemantauan curah hujan rata-rata selama 5 tahun (2001 sampai 2005) wilayah kebun Krumput Banyumas memiliki tipe iklim B, artinya bulan basah dengan nilai rata-rata Q sebesar 38,23 dan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2002. Iklim yang ada secara umum tidak menentu dan dapat berubah-ubah setiap waktunya, kemungkinan kondisi iklim saat ini sudah berbeda.

(33)

33

menghasilkan secara optimal diperlukan syarat tumbuh tanaman karet tersebut, diantaranya :

1. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

a. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 s/d 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 – 7 jam/hari.

b. Tinggi Tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 mdpl. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet karena akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25⁰C sampai 35⁰C.

c. Angin

(34)

34

berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.

2. Tanah

Lahan kering (tanah) untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah daripada sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena perbaikan sifat kimia untuk syarat tumbuh tanaman karet perlakuan tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.

Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah aluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :

a. Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas b. Aerase dan drainase cukup

c. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air d. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

e. Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm

(35)

35 g. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5 h. Kemiringan tanah < 16% dan

i. Permukaan air tanah < 100 cm.

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. Bentuk tanah atau lahan yang miring akan memudahkan dalam membuat konsep penataan, karena tinggal menyusaikan derajat kemiringan tersebut, namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering. Ada banyak keutungan jika menggunakan konsep seperti ini, serta fungsi dari teras ini adalah untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian laju erosi akan berkurang (Yuliarta et al, 2002).

Menurut Dariah (2004), tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan pertanian di Indonesia adalah teras bangku atau teras tangga (bench terrace) dan teras gulud (ridge terrace). Teras kredit dapat dikembangkan untuk menanggulangi tingginya biaya pembangunan teras bangku. Bentuk teras lainnya, seperti teras kebun dan teras individu diterapkan pada tanah dengan jenis tanaman tahunan, khususnya tanama perkebunan dan tanaman buah-buahan. Pada kebun karet Krumput pembuatan teras dibuat dengan tingkat kemiringan 100.

(36)

36

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang ditanam searah kontur. Teras kredit berfungsi untuk menangkap air aliran permukaan dari areal bidang olah serta mengurangi erosi.

2. Teras Bangku atau Teras Tangga

(37)

37 3. Teras kebun (Orchad hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk tanaman khusus buah. teras ini dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Fungsi dari teras ini yaitu suatu upaya untuk mengefesienkan penerapan teknik konservasi tanah, memfasilitasi, mengefisienkan penerapan teknik.

4. Teras individu

(38)

38 5. Teras gulud (Contour ridges/ ridges terrace)

Teras gulud adalah barisn guludan yang dilengkapi dengan saluran air dibagian belakang guludan. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah. Fungsi dari teras gulud hampr sama dengan teras bangku yaitu menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air e dalam tanah.

(39)

39

ditanam sangat memungkinkan untuk dilakukannya pembuatan teras kebun. Penggunaan teras kebun ini sangat memudahkan penyadap untuk melakukan penyadapan serta petugas untuk melakukan pemeliharaan tanaman karet yang ada.

Berdasarkan kunjungan atau observasi yang sudah kami lakukan, Kebun Karet Krumput sudah menerapkan pola tanam yang tepat. Pengolahan dimulai dengan pembukaan hutan tanpa menimbulkan damak negatif bagi lingkungan. Penanaman karet dilakukan pada dataran yang cukup terjal pada lerengnya sehinga dibuat sistem teras untuk mencegah terjadinya erosi. Kemudia di Krumput juga menerapkan pola tanam sesuai kontur yang mengikuti arah lereng. Selain itu, di kebun Krumput juga menggunakan tanaman penutup dari legume guna mengurangi erosi dan menambah hara bagi karet. Oleh karena itu, kami rasa kebun karet Krumput tidak membutuhkan konservasi baik itu secara mekanis, kimiawi ataupun konservasi lanjutan karena sudah memenuhi syarat budidaya.

Sebagian besar areal perkebunan di krumput memiliki topografi yang bergelombang atau berbukit. Pencegahan erosi yang dilakukan di kebun krumput, adalah dengan cara mekanik dan pengaturan pola tanam (Garis kontur).

(40)

40

di Krumput yang meliputi kebun Entres, kebun TBM dan kebun TM. Untuk gondang-gandung (lubang) dibuat dengan lebar 40 cm, panjang 1 meter dengan kedalaman 60 cm, gundang-gandung biasanya dibuat diantara tanaman-tanaman karet.

Teras dibuat dengan kemiringan 100.Selain itu, Di kebun Krumput mereka juga menerapkan penanaman tanaman penutup tanah dengan tanaman jenis leguminose (legume cover crops) pada pertanaman karetnya yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi erosi dan sebagai kegiatan konservasi. Tanaman yang digunakan yaitu tanaman jenis Mucona. Pola tanam yang digunakan juga sudah tepat yaitu dengan mengikuti kontur. Cara penanaman tanaman yang searah garis kontur yaitu garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama pada tanah-tanah yang berlereng atau mempunyai kemiringan.

(41)

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pengolahan lahan di perkebunan krumput tidak perlu lagi dilakukan konservasi karena di perkebunan sudah menerapkan pengolahan tanah sesuai dengan aturan-aturan yang ada. 2. Kondisi lahan pada perkebunan karet krumput sangat baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan tanaman perkebunan.

B. Saran

(42)

42

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. Chairil, 2001. Pusat Penelitian Karet. MiG Corp. Medan.

Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. 86 hlm.

Dariah, A., A. Rachman, dan U. Kurnia. 2004. Erosi dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia. Dalam Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor: 11-34.

Nusyirwan, 2014, Optimalisasi Lahan Suboptimal Melalui Penanaman Mucuna braceata, Prosiding dalam Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2013 Palembang 26 - 27 September.

Setiawan, D. H. dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet, Agromedia Pustaka, Jakarta

Siagian, N.,M.Supriadi, dan C. Anwar, 2001. Potensi Produksi Kayu Karet Tua di Tingkat petani dan Perkebuan serta Kendala dalam Pemanfaatanya. Warta Perkaretan. Vol 20 (1-3) : 27-44.

Sunarwidi. 1987. Penyiapan/Pembukaan Lahan dan Penanaman. Warta Perkaretan. Vol 6(1) : 2-7.

Tirtoboma, 1981. Teknik Bercocok Tanam Karet. Balai Penelitian Pertanian. Bogor. Yuliarta et al, 2002. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadja

Mada Press. Yogyakarta.

(43)
(44)

44

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN (PNA 3519)

ACARA III

PEMBIBITAN TANAMAN KARET DI PTPN IX KRUMPUT

Kelas / Kelompok : B / 1

Nama Anggota (NIM) : 1. Sri Rahayu Ningsih (A1L014017) 2. Bagas Reganata (A1L014027) 3. Wahid Arifudin (A1L014028) 4. Atika Nur Solikhah (A1L014029) 5. Laily Tazkiyah Hidayati (A1L014031)

PJ Kelompok : Pardiyanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(45)

45

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet merupakan komoditas yang sangat strategis bagi perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari total areal, sumber devisa, jumlah penduduk yang mata pencahariannya bergantung pada perkebunan karet dan peranannya sebagai pelestari lingkungan. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menyumbang devisa besar bagi perekonomian Indonesia.

Usaha perkebunan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dimulai dari daerah-daerah jajahan negara-negara eropa, terutama Inggris dan Belanda. Mula-mula tanaman karet berkembang pesat di negara Malaysia dan Celylon (Setyamidjaja, 1993). Tanaman karet yang tumbuh di Indonesia merupakan tanaman yang berasal dari Brasil. Karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Awalnya tanaman karet ditanam di kebun raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya dikembangkan sebagai tanaman perkebunan.

(46)

46

Luas areal pertanaman karet di Indonesia sampai tahun 2000 seluas 3.601.036 ha dengan total produksi 1.607.109 ton yang terdiri atas perkebunan rakyat 3.120.089 ha dengan produksi 1.210.475 ton, perkebunan besar negara 216.617 ha dengan produksi 187.304 ton dan perkebunan besar swasta 273.009dengan produksi 209.330 ton.Tahun 2000 negara Indonesia menduduki kedua setelah Thailand sebagai produsen dan pengekspor karet alam dengan volume ekspor sebesar 1.482.051 dengan kontribusi 30,8%. Bagi negara Indonesia karet alat merupakan komoditas ekspor ketiga setelah minyak bumi dan kayu. Meskipun ekspor karet Indonesia terus mengalami fluktuasi, baik volume maupun nilai yang berakibat perubahan harga di pasar Internasional, tetapi komoditas ini memberi perolehan devisa cukup besar dari ekspor nonmigas. Ekspor Indonesia pada tahun 2003 naik dengan nilai 1.494,1 juta US$ dengan volume sekitar 1.650.343 ton.

Penggunaan karet alam dasawarsa terakhir ini mengalami perubahan selera konsumen dalam hal mutu. Mutu yang diinginkan khususnya untuk industri ban mobil dengan menggunakan teknologi canggih nampaknya semakin berat. Mutu teknis dan mutu konsisten yang tinggi, bebas kontaminan serta adanya jaminan mutu terpadu (Total Quality Assurance) mengacu pada ISO 9.000 dan 14.000 yang mengarah kepada permintaan karet alam sebagai bahan baku industri. Industri ban mobil menggunakan karet alam yang mempunyai keunggulan yaitu bersifat selling resistence dan fleck eracking yang sangat rendah dan mudah didaur ulang.

(47)

47

Banyumas. Usaha peningkatan produktivitas lahan dan kualitas lateks yang dihasilkan maka perlu dilakukan rehabilitasi, peremajaan, dan konversi tanaman karet. Salah satu langkah awal untuk meningkatkan produksi adalah dengan menciptakan bibit unggul. Keberhasilan pembibitan tanaman karet sangat dipengaruhi teknik dan pemeliharaan bibit yang baik, karena keberhasilan dalam pembibitan merupakan bagian yang sangat penting dalam produksi karet.

B. Tujuan

(48)

48

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi

Menurut Fauzi (2008), klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis 2. Morfologi

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Nazarrudin dan Paimin, 2006).

(49)

49

Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal“ kerontokan daun

pada setiap musim kemarau. Di musim rontok ini kebun karet menjadi indah karena daun – daun karet berubah warna dan jatuh berguguran (Nazarrudin dan Paimin, 2006).

Selanjutnya Nazarrudin dan Paimin (2006) menambahkan daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3 – 20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3 – 10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Nazarrudin dan Paimin, 2006).

3. Syarat tumbuh

Menurut Damanik (2010), syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya.

a. Iklim

Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 25 – 30oC.

b. Curah hujan

(50)

50

hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam/hari.

c. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30oC, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik.

d. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.

e. Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah terganggu. Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6. Batas toleransi pH tanah adalah 4-8.

(51)

51

Tanaman karet mempunyai masa produksi selama 30 tahun. Setelah masa itu, tanaman harus diremajakan. Bibit yang digunakan untuk peremajaan adalah bibit okulasi. Bibit okulasi diperoleh dari bibit asal biji sebagai batang bawahnya. Supaya mendapatkan tanaman karet dengan produktivitas tinggi penggunaan bibit tidak boleh sembarangan. Produktivitas tinggi diperoleh dari bibit klon unggul yang telah melewati uji coba di laboratorium.

Menurut Setyamidjaja (1993), langkah – langkah pembibitan tanaman karet adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan biji a. Bunga dan buah

Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (Monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk majemuk terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga betina tedapat pada ujung cabang sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Penyerbukan bunga dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan silang. Proses pemasakan buah berlangsung selama 5-6 bulan. Musim panen biji berlangsung pendek hanya sekitar 1,5 bulan.

b. Kebun induk biji

(52)

52 c. Benih

Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Biji yang akan digunakan untuk bibit adalah biji yang umumnya berasal dari kebun induk biji.

d. Penyediaan biji

Penyediaan biji yang dibutuhkan harus sesuai dengan keadaan iklim. Biji karet tidak tahan disimpan lama, karena daya kecambahnya cepat sekali menurun.

e. Pengepakan biji

Biji yang akan dikirim ke tempat lain yang jauh, maka pengirimannya harus dilakukan dengan cara dipak atau dikemas dalam peti kayu, agar biji tamapak segar dan tetap meiliki daya kecambah yang baik.

f. Pengiriman biji

Pengiriman biji karet harus dilaksanakan secara cepat. Bila pengiriman dalam jarak yang jauh dan waktu yang dibutuhkan lama, maka sebaiknya pengiriman dilakukan denga pesawat udara. Bila pengiriman dilakukan dengan angkutan darat, sebaiknya dilakukan pada malam hari agar terhindar dari sinar matahari.

2. Menyiapkan batang bawah a. Seleksi biji

(53)

53

memastikan kemurnian klon biji dari satu areal perkebunan agar tidak tercampur dengan klon dari areal lain. Cara menyeleksi biji dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode “pemantulan” dan “perendaman”.

b. Persemaian kecambah (Prenursery)

Persemaian perkecambahan adlah persemaian untuk mengecambahkan benih karet agar bibit tumbuh seragam dan untuk memisahkan biji yang pertumbuhannya lambat serta kurang baik.

c. Persemaian bibit (Nursery)

Persemaian bibit merupakan tempat untuk pemeliharaan bibit yang akan diokulasi. Biji yang sudah berkecambah segera dipindahkan ke tempat persemaian untuk meningkatkan pertumbuhannya (Setiawan, 2006).

3. Membuat kebun entres

Kayu okulasi atau entres adalah tunas muda dari pohon induk yang memiliki mata tunas untuk dijadikan bahan okulasi. Entres dapat disediakan dari kebun sumber kayu okulasi (kebun entres) yang dibuat sendiri atau dibeli dari balai-balai penelitian karet.

4. Okulasi

(54)

54 5. Pembibitan polybag

(55)

55

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum, yakni kamera, alat tulis, buku/block note, sedangkan bahannya yaitu lahan pembibitan tanaman karet Kebun Krumput.

B. Prosedur Kerja

1. Brown budding, disiapkan bibit tanaman karet yang berumur 9-10 bulan sebagai batang bawah, dan tidak berada pada stadium membentuk payung. 2. Kayu okulasi diambil dari kebun entres, yang kulitnya berwarna antara hijau

tua dan cokelat.

3. Pangkal batang bawah dibersihkan dari tanah, atau pada tempat yang akan dibuat keretan atau “jendela”

4. Dibuat jendela yang tingginya 10 cm dari permukaan tanah. Dibuat sayatan pada kulit, dengan dua keratan vertikal sepanjang 7 cm dan satu keretan horizontal 2 cm. Dibiarkan lateksnya keluar dari tempat sayatan

5. Disiapkan kayu okulasi dengan membuat perisai, dengan cara dibuat dua keratan memanjang sejajar dengan mata terletak di tengah.

(56)

56

7. Lateks yang keluar tadi, dibersihkan dengan kain lap. Kemudian jendela batang bawah dibuka dengan ekor pisau secara hati-hati, dan mata okulasi diselipkan pada kulit jendela dan kambium.

(57)

57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pembibitan karet yang di lakukan di PTPN Kebun kerumput yaitu dengan cara TABELA yaitu tanam benih langsung, dimana benih di tanam di dalam polybag ukuran 25 cm X 60 cm. Kelebihan pembibitan dengan sistem tabela adalah waktu yang singkat, murah , perakaran kuat, tahan kekeringan serta persentase tumbuh lebih tinggi. Namun perawatan nya lebih sulit.

Setelah 3 bulan di tanam, bibit di okulasi dengan rentang waktu 3-4 bulan setelah benih di tanam. Okulasi ini membutuhkan waktu selama 3 bulan, setelah itu baru dapat di pindah ke lapang. OPT yang menyerang tanaman pada tanaman ini setelah di tanam di lapang yaitu embun tepung. Pengendalian nya yaitu dengan cara penyemprotan belerang dan ditin di lakukan pada saat dini hari, minimal semunggu sekali. Umum nya tanaman di pindah ke lapang pada bulan November atau Desember.

(58)

58

Gambar 1. Proses pembibitan tanaman karet di PTPN kebun krumput

B. Pembahasan

(59)

59

dan dimasukkan ke polibag, ukuran polibag yang digunakan 60 x 20. Sistem tanam benih langsung (tabela) adalah penanaman tanaman tanpa melalui pesemaian dan pemindahan bibit. Budidaya tanam benih langsung padi pada dasarnya dapat dibedakan atas dua pilihan teknologi, yaitu tanam benih langsung secara merata (broad cast) pada areal pertanaman dan tanam benih langsung dalam larikan (on ows) .

Pembibitan tanaman karet di kebun kerumput dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Kebun Entres

Kebun entres yaitu kebun untuk perbanyakan calon batang atas. Pemanenan entres dilakukan disini. Bahan tanam yang digunakan yaitu stum mata tidur, stum mini dan bibit polibag. Mata entres terdiri dari dua jenis, yaitu mata tunas prima dan mata burung. Pada kebun Krumput ini memakai mata tunas prima.

Pembibitan pada kebun entres ini dilakukan dengan cara menanam bibit tanaman karet yang nantinya akan dipakai batang atasnya tepatnya entresnya untuk okulasi. Entres yang digunakan untuk okulasi adalah tanaman karet yang telah dilakukan peremajaan selama 6 bulan. Hal ini dilakukan agar entres tumbuh banyak dan dapat digunakan untuk bahan okulasi selanjutnya. Tanaman karet yang digunakan sebagai entres ini dapat digunakan hingga 8 tahun karena apabila lebih dari itu, tanaman karet tidak produktif lagi atau hasil produksinya berkurang.

(60)

60

ini bertujuan agar menutup luka pada tanaman karet agar lateks yang keluar tidak banyak dan menghindari tanaman karet menjadi layu. Setelah dioleskan parafin, ditutup dengan pelepah pisang dan diikat tidak terlalu kencang agar tidak bergeser. Apabila bergeser nantinya akan menimbulkan memar pada tanaman karet.

Kelebihan dengan cara okulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat dan pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon akan serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi (Sianturi, 2001).

Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu: terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini dan bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar (Sianturi, 2001).

2. Kebun Batang Bawah

(61)

61

Batang bawah memegang peranan yang sangat penting dalam proses okulasi. Kesalahan pemilihan dan penggunaan batang bawah dapat menurunkan produksi hingga 40%. Batang bawah ditumbuhkan dari biji. Biiji dapat berasal dari kebun biji yang kedua induknya diketahui atau juga berasa dari kebun produksi yang dirawat dengan baik. Biji yang digunakan sebagai calon batang bawah adalah biji yang minimal salah satu induknya diketahui. Biji sapuan tidak dianjurkan karena kedua pohon induknya tidak diketahui secara jelas. Pohon yang sudah berumur 15-25 tahun menghasilkan biji yang memiliki daya kecambah optimal.

Teknik pembiakan vegetatif dengan cara penyambungan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari proses penyambungan tanaman adalah sifat perkaran dari tanaman lebih kuat, buah yang di hasilkan sama dengan induk batang bagian atas, proses pembuhan lebih cepat di bandingkan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari proses penyambungan tanaman pembelahan batang serta perawatan yang susah, tingkat keberhasilan penyambungan sangat kecil, dan yang terakhir mudah terserang bakteri atau pantogen.

Berikut ini merupakan cara melakukan Okulasi di kebun karet Krumput: a. Membuat jendela berbentuk segi empat pada batang bawah dengan cara

mengiris kulit sampai batas kayu dari arah bawah ke atas, ukuran jendela tergantung dari besarnya pohon.

(62)

62

c. Membuka mata jendela batang bawah tetapi sebelum dilakukan pembukaan maka getah yang keluar dari irisan jendela harus dibersihkan dengan kain lap sampai kering. Setelah jendela dibuka kemudian menempelkan mata okulasi dan membalut tempelan tersebut dengan pembalut plastik.

Jenis – jenis mata okulasi yang berada di kebun karet Krumput diantaranya adalah mata sisik yang terdapat di ujung iternodia, pertumbuhannya paling lambat maka tunas ini tidak baik digunakan dalam okulasi, mata prima yaitu mata tunas yang terletak di ketiak daun. Mata ini yang baik digunakan untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Mata palsu yaitu mata tunas yang tidak terdapat pada ketiak daun, tetapi berada dibawah internodia, jumlahnya natara 3-5 mata. Mata ini tidak baik untuk dipakai dalam okulasi karena tidak akan tumbuh.

Hal-hal yang perlukan selama perawatan okulasi diantaranya adalah: 1. Pemeriksaan okulasi

Pemeriksaan okulasi ada 3 tahap, yaitu: (1) pemeriksaan pada saat okulasi berumur 21 hari, (2) pemeriksaan pada saat okulasi berumur 28 hari, (3) pemeriksaan pada saat okulasi berumur 35 hari.

2. Penyerongan atau pemotongan

Penyerongan atau pemotongan dilakukan 2 bulan setelah pemeriksaan terakhir. 2 – 3 minggu sebelum bibit dipindahkan ke polibag maka dilakukan penyerongan setinggi 5 cm diatas jendela okulasi.

3. Pendongkelan bibit

(63)

63

adalah pada saat tunas dalam stadia mlentis karena apabila tunasnya sudah tumbuh akan terjadi resiko kerusakan dalam pengangkutan maupun penanaman di polibag. Cara mendongkel bibit harus sampai ke ujung akar, kedalaman pendongkelan 60-70 cm, kemudian akar tunggangnya dipotong menyerong minimal sepanjang 40-45 cm dari leher akar..

Kelebihan pembibitan dengan sistem tabela adalah waktu yang relatif singkat yakni hanya membutuhkan waktu 6 bulan, murah , perakaran kuat, tahan kekeringan serta persentase tumbuh lebih tinggi. Namun perawatan nya lebih sulit. Bila dibandingkan antara penggunaan cara tanam pindah dengan cara tanam tabela, maka cata tanam tabela akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain : 1. Biaya tenaga kerja diluar panen 25–30 persen lebih rendah

2. Biaya sarana produksi 5–10 persen lebih rendah.

3. Hasil per hektar 10–25 persen lebih tinggi dan harga gabah maupun beras lebih tinggi (karena kualitas lebih baik).

4. Pendapatan bersih petani meningkat.

(64)

64

kedua dilakukan setelah 2 minggu pemerikasaan pertama. Okulasi yang tidak berhasil diberi tanda dengan mengikat plastik dibatangnya. Sehingga dapat dilakukan okulasi kembali pada sisi lain dari batang bawah. Sedangkan okulasi yang berhasil diberi tanda dengan warna cat yang disesuaikan dengan jenis tanamannya.

Penanaman tanaman karet di kebun Krumput ini menggunakan bibit karet klon unggul seperti PB 240. Selain PB 240, kebun karet Krumput ini juga menanam klon-klon karet seperti IRR 112, IRR 118 dan PB 260. Biasanya, perkebunan karet tersebut lebih dominan menggunakan klon PB 240 karena produksi lateks tinggi, mata prima yang banyak dan berkualitas baik dibandingkan dengan klon-klon karet lainnya. Seperti misalnya klon karet IRR 112 menurut Budiman (2012), klon tersebut memiliki mata prima yang sedikit atau jarang ditemukan pada calon batang atas tidak seperti klon PB 240 yang memiliki mata prima atau mata tunas yang banyak. Walaupun demikian, di kebun Krumput ini para petani menanam tanaman karet dengan klon-klon yang berbeda pada lahannya atau dapat dikatakan bahwa pada suatu lahan terdapat berbagai macam jenis klon karet. Hal ini dilakukan agar menghindari terjadinya penurunan produksi dan untuk meng-cover tanaman klon karet unggul tersebut.

(65)

65

1. Berasal dari kebun entres yang terawat baik sesuai anjuran.

2. Umur kayu okulasi setelah penyerongan kuran dari 3 hari dan jaringan masih segar.

3. Berasal dari klon anjuran dengan kemurnian 100%.

(66)

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Klon yang digunakan di Kebun Krumput adalah klon PB240

2. Proses pembibitan di kebun Krumput ini dengan sistem pembibitan tabela, setelah 6 bulan lalu di okulasi.

B. Saran

(67)

67

DAFTAR PUSTAKA

Amirin. 1982. Pengokulasian Karet. Balai Penelitian Perkebunan, Bogor.

Azwar, R., dan I. Suhendry. 1998. Kemajuan Pemuliaan Karet dan Dampaknya terhadap Peningkatan Produktivitas. Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet 1998 dan Diskusi Prospek Karet Alam Abad 21. Pusat Penelitian karet, Medan 8-9 Desember.

Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Damanik, dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan

Fauzi, A. 2008. Kesesuaian Lahan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

Berdasarkan Aspek Agroklimat di Sulawesi Tenggara. Skripsi.

Departemen Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Nazarrudin dan Paimin, 2006.Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Roshetko JM, Purnomosidhi P, Tarigan J, Setiawan A, Prahmono A, Surgana M. 2012. Pembuatan Pembibitan Tanaman. Lembar Informasi AgFor No 1. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Offi ce. 6p.

Setiawan, 2006. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustak, Solo. Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. Siagian, Nurhawaty. 2010. Sifat dan Penanganan Biji Karet. Pusat Penelitian Karet

(68)
(69)

69

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

(PNA 3519)

ACARA IV

TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN (TBM) DAN TANAMAN KARET MENGHASILKAN (TM) DI PTPN IX KRUMPUT

Kelas / Kelompok : B / 1

Nama Anggota (NIM) : 1. Sri Rahayu Ningsih (A1L014017) 2. Bagas Reganata (A1L014027) 3. Wahid Arifudin (A1L014028) 4. Atika Nur Solikhah (A1L014029) 5. Laily Tazkiyah Hidayati (A1L014031)

PJ Kelompok : Pardiyanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(70)

70

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet merupakan komoditas perkebunan yang penting bagi Indonesia. Tanaman ini sudah dikenal sejak masa penjajahan Belanda, Diperkirakan terdapat lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia. Bahkan sekitar 85% perkebunan karet di Indonesia merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta.

Karet merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka di Indonesia karena banyak menunjang perokonomian negara yaitu sebagai bahan yang diekspor dan menjadi sumber devisa negara. Perkembangan industry otomotif yang terus melaju menjadikan permintaan karet di tingkat nasional maupun internasional terus tinggi. Kondisi iklim di Indonesia juga sesuai untuk budidaya karet sehingga menjadikan tanaman karet menjadi komoditas yang sangan potensial untuk dikembangkan.

(71)

71

dalam praktikum ini dikenalkan hal-hal terkait pemeliharaan TBM dan TM sehingga dapat memberikan pemahaman kepada setiap praktikan dalam kajian budidaya tanaman karet.

B. Tujuan

(72)

72

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Havea Brasiliensis) berasal dari Brazil. Tanaman karet merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya, karet ditanam dikebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya, karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia (Setiawan dan Andoko, 2005). Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

(73)

73

Tanaman karet cocok ditanam pada daerah tropis antara 15o LS dan 15 o LU. Curah hujan tahunan tidak kurang dari 2000 mm, optimal antara 2.500 – 4.000 mm/tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Produksi karet akan menurun apabila terjadi hujan pada pagi hari. Tanaman karet tumbuh optimal pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Semakin tinggi tempat maka pertumbuhan karet akan semakin lambat dan hasilnya lebih rendah (Setyamidjaja, 1993). Tanaman karet relative toleran pada tanah-tanah marginal yang kurang subur. Tanaman karet menghendaki tanah dengan struktur ringan, sehingga mudah ditembus air. pH yang sesuai untuk tanaman karet adalah mendekati normal (4 - 9) dan untuk pertumbuhan optimal 5 – 6. Topografi tanah yang datar lebih baik dibandingkan dengan yang berbukit (Setiawan dan Andoko, 2005).

Menurut Situmorang dan Budiman (2003), tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Pertumbuhan karet di beberapa kebun condong arah tumbuh tanamanya agak miring k earah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks

(74)

74

(75)

75

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lembar pengamatan, alat tulis, dan recorder. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pupuk, benih karet, dan perkebunan karet TM dan TBM.

B. Prosedur Kerja

1. Mahasiswa mengunjungi perkebunan entres, TM, dan TBM 2. Mahasiswa mencatat penjelasan dari sinder kebun

(76)

76

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tanaman belum menghasilkan (TBM):

(77)

77

Gambar 2. Tanaman belum menghasilkan Tanaman menghasilkan (TM) :

Tanaman menghasilkan (TM) bisa disadap jika 60 % dari total TBM sudah memenuhi syarat. Tanman karet bisa disadap jika lilit batang sudah mencapai 45 cm. Penyadapan dilakukan pada irisan di batang karet dengan sudut sadap 40 - 450. Buka sadap dilakukan pada jarak 130 cm dari pertautan okulasi. Penyadapan dilakukan dengan kedalaman 0,7 – 1,5 mm. Rumus sadap yang digunakan adalah S2D3. Arti dari rumus tersebut adalah S2, berarti penyadapan setengah lingkaran batang pohon, D3 artinya pohon disadap 3 hari sekali. Penyadapan karet dilakukan pada pukul 05.00-06.00 pagi, sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 08.00-10.00

Urutan penyadapan sebagaimana yang dijelaskan oleh petugas lapang di kebun Krumput adalah sebagai berikut :

1. Mengambil scrab/sisa getah karet yang menempel di jalur irisan sadap. 2. Membuat garis depan dan belakang.

(78)

78

4. Menyayat batang karet. Sudut irisan 45o, batang disayat dengan pisau sadap. Kedalaman penyadapan optimum 0,7 mm, tidak boleh lebih dari 1,5 cm karena berdampak pada produksi lateks untuk jangka waktu ke depan.

5. Memasang mangkok/penampung.

Gambar 3. Tanaman menghasilkan

B. Pembahasan

(79)

79

micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga tanaman dapat tumbuh dengan

baik

Tanaman karet belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman karet menghasilkan (TM) harus selalu dijaga kondisinya agar dapat terus tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi. Pemeliharaan TBM merupakan pemeliharaan tanaman yang dilakukan pada tanaman karet muda yang masih belum berproduksi. Pemeliharaan ini bertujuan untuk menjaga tanaman agar pertumbuhan vegetatif tanaman tidak terhambat, sehingga saat berproduksi dapat menghasilkan lateks yang optimal. Sementara itu, pemeliharaan TM adalah pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman karet yang telah memasuki masa produksi. Hal ini dilakukan agar dapat tetap menjaga stabilitas produksi lateks dari tanaman karet yang telah memasuki usia produktif, sehingga memiliki umur produksi yang lama. TBM dan TM yang kurang terawat akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi karet, sehingga memengaruhi daya jual produksi karet di pasaran. Berdasarkan kondisi tersebut dapat kita pahami bahwa perawatan atau pemeliharaan karet di setiap fase pertumbuhannya begitu penting agar produksi yang dihasilkan sesuai yang diharapkan petani.

(80)

80

dilakukan petani dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM).

Kondisi TBM di kebun Krumput yang diamati masing-masing berumur 1 tahun. Beberapa hal yang dilakukan terkait pemeliharaan TBM di kebun Krumput diantaranya pemupukan, perawatan gondang-gandung dan rorak, perbaikan teras, dan pengendalian hama penyakit tanaman karet yang masih muda. Pemeliharaan pada tanaman karet muda di pembibitan ditujukan untuk menjaga kondisi karet sehingga dapat menurunkan kemungkinan kegagalan tunas pada masa pembibitan. Memasuki masa TBM, pemeliharaan pada tanaman karet bertujuan untuk menjaga kondisi karet agar optimal selama pertumbuhan menuju masa produksi.

Tindakan pemeliharaan TBM penting karena masa TBM akan mempengaruhi cepatnya pertumbuhan yang pada akhirnya berdampak pada waktu matang sadap. Matang sadap yang lebih cepat tentu akan menguntungkan bagi suatu produksi karet. Walaupun lebih banyak dipengaruhi oleh tipe klon, namun pemeliharaan dalam hal ini berperan dalam menjaga tanaman karet terhindar dari hama dan penyakit yang mungkin menyerang. Menurut Syakir et al. (2010), pemeliharaan tanaman karet belum menghasilkan terdiri dari lima komponen, yaitu penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, dan pemeliharaan tanaman dengan penutup tanah.

(81)

81

memperpanjang waktu sadap. Pemeliharaan yang baik dapat memperpanjang masa produksi dan meningkatkan kecepatan regenerasi kulit karet selanjutnya. Syakir et al., (2010) menyatakan bahwa pemeliharaan tanaman pada masa produksi hanya

meliputi penyiangan dan pemupukan.

Kondisi tanaman menghasilkan (TM) di kebun Krumput yang diamati sudah berumur sekitar 10 tahun. Lingkungan sekitar TM cukup rimbun, terdapat beberapa jenis gulma yang berada di sekitar pertanaman karet. Adapun kondisi tanaman penutup tanah/LCC di sekitar TM sudah langka. Tanaman penutup tanah dari family legume (Legume Cover Crop) lebih dominan terdapat di pertanaman karet yang masih muda atau belum menghasilkan. Fokus kajian dalam tanaman karet menghasilkan (TM) sebagaimana yang disampaikan petugas lapang pada praktikum ini adalah terkait penyadapan.

(82)

82

dalam suatu perkebunan, nutrisi dalam tanah dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.

Keterkaitan antara beberapa faktor tersebut dapat menjadi dasar dalam melaksanakan pemeliharaan tanaman. Syukur et al., (2014) menyatakan bahwa interaksi antara genetik tanaman dengan lingkungan akan menentukan hasil tanaman. Lebih lanjut dijelaskan juga oleh Yardha et al. (2007) misalnya dalam hal pemupukan tanaman. Perlu diketahui bahwa pemupukan merupakan bagian penting dalam pemeliharaan tanaman. Dosis pemupukan ditentukan oleh umur tanaman, kondisi tanah dan iklim, serta kondisi tanaman. Pemupukan perlu memerhatikan beberapa hal, yaitu tepat waktu, tepat jenis, tepat sasaran, dan tepat dosis. Kondisi tanah yang terlalu masam ataupun basa juga tidak sesuai untuk pemupukan karena memungkinkan terjadinya berbagai reaksi dalam tanah yang dapat menghambat terserapnya pupuk bagi tanaman.

Umur tanaman juga berpengaruh terhadap pemeliharaan tanaman, misalnya dalam hal pemupukan, penyiangan, seleksi, dan penjarangan. Kebutuhan tanaman karet dalam setiap fase pertumbuhannya berbeda-beda. Proses fisiologi tanaman karet akan terus mengalami fluktuasi seiring penambahan umur tanaman. Terkait factor iklim atau cuaca, hal ini juga menjadi perhatian dalam pemeliharaan tanaman. Sebagai contoh misalnya ketika kondisi hujan atau terjadi angin kencang, maka tindakan pemeliharaan tanaman seperti penyemprotan tanaman menjadi tidak efektif.

Gambar

Gambar 1. Proses pembibitan tanaman karet di PTPN kebun krumput
Gambar 2. Tanaman belum menghasilkan
Gambar 3. Tanaman menghasilkan
Gambar 4. Alur penyadapan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan model tersebut dan disesuaikannya dengan komponen- komponen yang berada dalam LAKIP, maka penelitian ini menggunakan faktor- faktor penentu yang memiliki

Beberapa hal yang dapat dikembangkan yaitu (1) sumber putaran penjatahan pupuk dan benih menggunakan poros roda traktor, (2) penggunaan metode pengolahan tanah tipe alur,

Luaran kegiatan program ini adalah kemampuan menangkap peluang Investor dan calon investor pada kegiatan kuliah umum pasar modal serta pengenalan pasar modal pada

Hibah Kompetensi, Hibah Strategis Nasional, Hibah Kerjasama LN dan Publikasi Int’l dan Penelitian

Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa karakteristik demografi usia, pendapatan, dan tingkat pendidikan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan

remaja yang memiliki identitas diri tidak tercapai yaitu sebanyak 57 rcmaja (48,7yo), pada awal proses pembentukan. identitas diri remaja dihadapkan pada krisis

Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan

Dalam dunia perbankan, yang dimaksud dengan konsep manajemen pemasaran adalah upaya untuk mencapai kepuasan nasabah terhadap penggunaan produk yang dikeluarkan oleh pihak bank,