RIWAYAT HIDUP
PENDIDIKAN FORMAL
Nama : Nova Ismiyanto
NIM : 51906057
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo, 10 Desember 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Cipicung, Darmajaya, Kec. Darmaraja. Rt/Rw, 03/01 No. 01,
Kab. Sumedang 45372 No. Telephone : (0262) 429544
Mobile Phone : 085720171172
E-mail : nova_ismiyanto@rocketmail.com
TAHUN PENDIDIKAN
1995-2001 SDN 1 DARMARAJA 2001-2004 SLTPN 1 DARMARAJA
2004-2006 SMAN 3 SUMEDANG
Pendidikan Sekarang : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung
Program Study : S-1
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR SEJARAH
KERAJAAN SUMEDANG LARANG
DK 38315/Tugas Akhir
Semester I 2012-2013
Oleh:
Nova Ismiyanto
51906057
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan hidayat-Nya penyusunan laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Laporan Pengantar Tugas Akhir berjudul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Sejarah Kerajaan Sumedang Larang” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Program Sarjana Strata I pada Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapai. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat adanya bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan menyumbangkan pemikiran, doa, baik secara moral maupun materil untuk kesempurnaan laporan dan tugas akhir ini.
Bandung, Februari 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB I PENDAHULAUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Fokus Masalah ... 3
1.4 Tujuan Perancangan ... 4
BAB II PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR SEJARAH KERAJAAN SUMEDANG LARANG ... 5
2.1 Media Informasi ... 5
2.1.1 Media ... 5
2.1.2 Informasi ... 5
2.1.3 Buku ... 5
2.1.4 Cerita Bergambar ... 6
2.1.5 Sejarah ... 6
2.1.6 Kabupaten Sumedang ... 7
2.2 Sejarah Kerajaan Sumedang Larang ... 7
2.2.1 Pemerintahan Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri ... 9
2.2.2 Pemerintahan Prabu Geusan Ulun ... 10
2.3 Peninggalan Budaya ... 13
2.4 Solusi Permasalahan ... 13
2.4.1 Target Audience ... 13
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 15
3.1 Strategi Perancangan ... 15
3.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 15
3.1.2 Pendekatan Visual ... 15
3.1.3 Pendekatan Verbal ... 16
3.2 Strategi Kreatif ... 16
3.2.2 Teknik Penceritaan ... 17
3.2.3 Storyline ... 17
3.3 Strategi Media ... 18
3.3.1 Media Utama ... 19
3.3.2 Media Promosi ... 20
3.3.3 Media Gimmick ... 20
3.4 Konsep Visual ... 20
3.4.1 Format Desain ... 20
3.4.2 Layout ... 21
3.4.3 Topografi ... 21
3.4.4 Illustrasi ... 23
3.4.4.1 Studi Karakter ... 23
3.4.4.2 Studi Properti ... 28
3.4.4.3 Studi Setting ... 30
BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 32
4.1 Proses Perancangan Buku Cerita Bergambar ... 32
4.2 Media Utama ... 33
4.3 Media Pendukung ... 34
4.4 Media Promosi ... 35
4.5 Gimmick ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 40
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. (2007). Perpustakaan Sekolah : pendekatan aspek manajemen dan tata kerja. Jakarta : Grasindo.
Ideralam, WD. Dharmawan. (2001). Benang Merah Sejarah Sumedang Larang. Sumedang : Kandaga Seni Budaya Sumedang.
Karaton Sumedang Larang. 2009 (5 September). Tersedia di : http://karatonsumedang.multiply.com/ [29 November 2012].
Kochhar, S.K. (2008). Teaching of History. Jakarta: Grasindo.
M.Kom, Kusrini., & Koniyo, Andri. (2007). Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi Dengan Visual Basic Dan Microsoft SQL Server. Yogyakarta
: C.V Andi Offset.
Nova, Firsan. (2009). Crisis public relations: bagaimana PR menangani krisis perusahaan. Jakarta : Grasindo.
Sulendraningrat, P.S. (1985). Sejarah Cirebon, Cirebon : PT Balai Pustaka.
Suganda, Her. (2009). Rengasdengklok : Revolusi dan pristiwa 16 Agustus 1945. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara.
Tjandrasasmita, Uka. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.
Pemerintah Kabupaten Sumedang. 2009. Sejarah singkat Kabupaten Sumedang. Tersedia di:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sejarah adalah merupakan salah satu bukti dari peristiwa yang terjadi dimasa lampau, berbagai peradaban dan peristiwa yang terjadi meninggalkan berbagai informasi baik secara lisan maupun tertulis. Berbagai peninggalan pada zaman dahulu merupakan salah satu bukti adanya peradaban dan peristiwa yang terjadi sehingga dapat dijadikan sebuah bukti sejarah yang nyata. Modernisasi dan kemajuan dunia teknologi saat ini berdampak pada kurangnya wawasan terhadap sejarah-sejarah penting, baik sejarah-sejarah nasional maupun sejarah-sejarah daerah.
Seiring dengan perkembangan zaman anak-anak yang sepatutnya menjadi generasi dan penerus bangsa di masa mendatang saat ini terjerumus dalam dunia serba canggih yang mengutamakan kecepatan dan kemudahan dalam penggunaannya dengan maksud mengikuti kemajuan zaman dan tidak mau disebut sebagai anak yang kampungan. Contoh yang sederhana adalah dalam kehidupan sehari-hari anak-anak sekolah dasar saat ini terkesan malas apabila membaca buku, baik buku pelajaran maupun buku cerita.
Anak-anak saat ini lebih tertarik bermain game, baik game online maupun game offline. Dengan banyaknya media-media yang menyajikan berbagai
Sumedang merupakan salah satu bukti sejarah yang nyata dari sekian banyaknya kota-kota yang ada di wilayah provinsi Jawa Barat, Sumedang adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat, Indonesia, sekitar 45 km timur laut Kota Bandung. Kabupaten Sumedang adalah sebuah kerajaan Islam yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-15 Masehi di Jawa Barat, Indonesia. Popularitas kerajaan ini tidak sebesar popularitas kerajaan Demak, Mataram, Banten dan Cirebon dalam literatur sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia khususnya Jawa Barat. Tapi, keberadaan kerajaan ini merupakan sebuah bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya dalam penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Barat, sebagaimana yang dilakukan oleh kerajaan Cirebon dan kerajaan Banten. Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda Galuh yang beragama Hindu, yang pertama kali didirikan oleh Prabu Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata.
Ideralam (2001) berpendapat bahwa:
Masyarakat yang tidak memiliki kesadaran akan sejarah adalah kelompok masyarakat yang tidak akan merasa tergugah oleh nilai-nilai kehormatan leluhurnya dan tidak akan pernah merasa kagum oleh kebudayaan masyarakatnya. Sebagian masyarakat memandang bahwa sejarah sebagai tragedy pahit, akan tetapi pada hakekatnya bahwa sejarah adalah sebagai khasanah pengetahuan dan pengalaman yang tersusun. (h. 3)
1.2Identifikasi Masalah
keberadan dari sejarah budaya kerajaan Sumedang Larang tersebut di tengah-tengah maraknya budaya modernitas dan kemajuan teknologi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut yaitu:
Kurangnya minat anak-anak dalam membaca buku, khususnya buku cerita bergambar sebagai media bermain dan belajar. Mengingat mereka lebih tertarik terhadap sesuatu media yang lebih canggih dimana seperti media komputer, playstation dan handphone sebagai media bermain mereka. Hal ini mengakibatkan media buku, khususnya buku cerita bergambar semakin kurang digemari sebagai media bermain dan belajar.
Minimnya pengetahuan anak-anak mengenai sejarah kerajaan Sumedang Larang di Kabupaten Sumedang. Yang dikhawatirkan sejarah budaya ini lama kelamaan akan terlupakan seiring dengan maraknya budaya modern dan kemajuan teknologi saat ini.
Minimnya media informasi mengenai sejarah kerajaan Sumedang Larang di Kabupaten Sumedang. Menyebabkan sejarah kerajaan Sumedang Larang kurang diketahui oleh masyarakat di Kabupaten Sumedang.
Pemerintah kurang proaktif dalam mensosialisasikan sejarah kerajaan Sumedang Larang, dan saat ini perhatian pemerintah terhadap sejarah kerajaan Sumedang Larang semakin berkurang.
1.3Fokus Permasalahan
1.4 Tujuan Perancangan
Sejarah kerajaan Sumedang Larang diketahui sebagai sejarah daerah yang berada di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Didalam sejarah kerajaan Sumedang Larang ini diketahui memiliki banyak cerita-cerita yang mengandung pesan moral.
BAB II
BUKU CERITA BERGAMBAR SEJARAH KEARAJAAN
SUMEDANG LARANG
2.1 Media Informasi
2.1.1 Media
Firsan, (2009) menyatakan “Media merupakan saluran penyampaian pesan dalam komunikasi antar manusia” (h. 204). Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu komunikasi, media bisa diartikan sebagai saluran, sarana penghubung, dan ala-alat komunikasi. Kalimat media sebenarnya berasal dari bahasa latin yang secara harafiah mempunyai arti perantara atau pengantar. yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran baik dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.
2.1.2 Informasi
Informasi adalah data yang diolah dan dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan keterangan atau pengetahuan. Kusrini, Koniyo, (2007) menjelaskan ”Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber Informasi” (h. 7). Maka dengan demikian sumber informasi adalah kesatuan/kumpulan data yang menggambarkan suatu kejadian.
2.1.3 Buku
(buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online).
2.1.4 Cerita Bergambar
Dari berbagai media, buku cerita bergambar atau yang lebih dikenal dengan sebutan picture book sebagai salah satu media alternative pewarisan cerita rakyat. Picture book merupakan sebuah media ilustratif yang menggabungkan narasi visual dan verbal dalam format buku, dan paling sering ditujukan pada anak. Picture book umumnya memiliki bahasa yang sangat dasar dan dirancang yang bertujuan membantu anak-anak mengembangkan belajar membaca & berimajinasi. Sebagian besar ditulis dengan kosakata yang sangat sederhana agar anak mudah mengerti.
2.1.5 Sejarah
Kata sejarah memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris),
“geschichte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya
mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. kata sejarah diserap dari bahasa Arab, “syajaratun” yang berarti pohon atau keturunan atau “asal-usul” yang kemudian berkembang dalam bahasa Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi sejarah. kata syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan. Kochhar (2008) menjelaskan “Sejarah juga merupakan dasar kajian filsafat, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan bahkan seni dan agama/religi. Tidak diragukan lagi bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang sangat diperlukan untuk pendidikan manusia seutuhnya.” (h. 1).
2.1.6 Kabupaten Sumedang
Kabupaten Sumedang. Sumedang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Sumedang, sekitar 45 km Timur Laut Kota Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di Utara, Kabupaten Majalengka di Timur, Kabupaten Garut di Selatan, Kabupaten Bandung di Barat Daya, serta Kabupaten Subang di Barat. Kabupaten Sumedang terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan dan luas wilayahnya adalah 1.522,21 km2 dengan jumlah penduduknya sekitar 1.043.000 jiwa dengan sebagian besar penduduknya adalah petani.
2.2 Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Sumedang Larang adalah salah satu kerajaan Islam yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-15 Masehi di Jawa Barat, Indonesia. Prabu Guru Adji Putih adalah cikal bakal raja kerajaan Sumedang Larang saat itu. Kerajaan Sumedang Larang (kini Kabupaten Sumedang). Terdapat kerajaan Sunda lainnya seperti Kerajaan Pajajaran yang juga masih berkaitan erat dengan kerajaan sebelumnya yaitu (Kerajaan Sunda-Galuh), namun keberadaan Kerajaan Pajajaran berakhir di wilayah Pakuan, Bogor, karena serangan aliansi kerajaan-kerajaan Cirebon, Banten dan Demak (Jawa Tengah). Sejak itu, Sumedang Larang dianggap menjadi penerus Pajajaran dan menjadi kerajaan yang memiliki otonomi luas untuk menentukan nasibnya sendiri.
Ideralam (2001) menyatakan bahwa:
Gambar 2.1 : Makam Guru Aji Putih
Sumber : http://karatonsumedang.multiply.com/photos/photo/6/17
Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata “Insun medal; Insun madangan”. Artinya Aku dilahirkan; Aku menerangi. Kata Sumedang diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.
Prabu Tajimalela dianggap sebagai pokok berdirinya Kerajaan Sumedang. Ia mempunyai tiga putra yaitu Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun. Setelah itu Kerajaan Sumedang Larang diserahkan kepada Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung menjadi resi. Prabu Lembu Agung dan para keturunannya tetap berada di Darmaraja. Sedangkan Sunan Geusan Ulun dan keturunannya tersebar di Limbangan, Karawang, dan Brebes.
2.2.1 Pemerintahan Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri
Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah, menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut.
Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Dari pernikahan Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran Santri memiliki enam orang anak, salah satunya dan sebagai anak tertua yaitu Pangeran Angkawijaya yang tekenal dengan gelar Prabu Geusan Ulun.
Ratu Pucuk Umun dimakamkan di Gunung Ciung Pasarean Gede di Kabupaten Sumedang.
Gambar 2.2 :Makam Ratu Pucuk Umun
2.2.2 Pemerintahan Prabu Geusan Ulun
Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M) dinobatkan untuk menggantikan kekuasaan ayahnya, Pangeran Santri. Ia menetapkan Kutamaya sebagai ibukota kerajaan Sumedang Larang, yang letaknya di bagian Barat kota. Wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan) kecuali Galuh (Ciamis). Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama, militer dan politik pemerintahan.
Suganda (2009) menuturkan bahwa :
Sumedanglarang merupakan pelanjut dari Kerajaan Sunda Pajajaran setelah sebelumnya menerima mahkota Binokasih sebagai legitimasinya. Mahkota tersebut diselamatkan empat kandaga lante (pembesar) Kerajaan Sunda Pajajaran sebelum keraton pakuan pajajaran di Bogor diduduki pasukan Islam dari Banten dibantu Demak dan Cirebon pada tahun 1579 M. (h. 216)
Gambar 2.3 : Makam Prabu Geusan Ulun
Sumber : http://karatonsumedang.multiply.com/photos/photo/6/26
Secara politik Kerajaan Sumedang Larang didesak oleh tiga musuh: yaitu Kerajaan Banten yang merasa terhina dan tidak menerima dengan pengangkatan Prabu Geusan Ulun sebagai pengganti Prabu Siliwangi, pasukan VOC di Jayakarta yang selalu mengganggu rakyat dan Kesultanan Cirebon yang ditakutkan bergabung dengan Kesultanan Banten. Pada masa itu Kesultanan Mataram sedang pada masa kejayaannya, banyak kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara yang menyatakan bergabung kepada Mataram. Dengan tujuan politik pula akhirnya Prabu Geusan Ulun menyatakan bergabung dengan Kesultanan Mataram dan beliau pergi ke Demak dengan tujuan untuk mendalami agama Islam dengan diiringi empat prajurit setianya (Kandaga Lante).
rombongan, dan karena Ratu Harisbaya mengancam akan bunuh diri akhirnya dibawa pulang ke Sumedang.
Karena kejadian itu, Panembahan Ratu marah besar dan mengirim pasukan untuk merebut kembali Ratu Harisbaya sehingga terjadi perang antara Cirebon dan Sumedang. Akhirnya Sultan Agung dari Mataram meminta kepada Panembahan Ratu untuk berdamai dan menceraikan Ratu Harisbaya yang aslinya dari Pajang-Demak dan dinikahkan oleh Sultan Agung dengan Prabu Geusan Ulun. Panembahan Ratu bersedia dengan syarat Sumedang menyerahkan wilayah sebelah barat Sungai Cilutung (sekarang Majalengka) untuk menjadi wilayah Cirebon.
Sulendraningrat (1974) menuturkan bahwa:
Sumedang disamping mohon maaf menyerahkan pula kepada Cirebon sebagian daerahnya, ialah Sindangkasih dan Panemnahan Ratu menceraikan Ratu Harisbaya guna ditikahkan oleh Pangeran Geusan Ulun. Keputusan Sumedang ini diterima dengan baik oleh Cirebon, selanjutnya Sindangkasih digabungkan dengan Cirebon dan beralih nama menjadi Majalengka. (h. 105).
Prabu Geusan Ulun memiliki tiga orang istri, yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Waru, putri Sunan Pada, yang kedua Ratu Harisbaya dari Cirebon, Tjandrasasmita (2009) menjelaskan “ ketika dibawa ke Sumedang, Ratu Harisbaya sedang mengandung dua bulan. Setelah lahir, putranya diberi nama Raden Suriadiwangsa yang oleh Geusan ulun dianggap anak sendiri bahkan kelak menjadi Bupati Sumedang dengan gelar Pangeran Kusumahdinata” (h. 124). dan yang ketiga Nyi Mas Pasarean. Dari ketiga istrinya tersebut ia memiliki lima belas orang anak:
1. Pangeran Rangga Gede, yang merupakan cikal bakal bupati Sumedang
2. Raden Aria Wiraraja, di Lemahbeureum, Darmawangi 3. Kiyai Kadu Rangga Gede
5. Raden Aria Rangga Pati, di Haurkuning 6. Raden Ngabehi Watang
7. Nyi Mas Demang Cipaku
8. Raden Ngabehi Martayuda, di Ciawi 9. Rd. Rangga Wiratama, di Cibeureum
10.Rd. Rangga Nitinagara, di Pagaden dan Pamanukan 11.Nyi Mas Rangga Pamade
12.Nyi Mas Dipati Ukur, di Bandung
13.Rd. Suridiwangsa, putra Ratu Harisbaya dari Panembahan Ratu 14.Pangeran Tumenggung Tegalkalong
15.Rd. Kiyai Demang Cipaku, di Dayeuh Luhur.
Prabu Geusan Ulun merupakan raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, karena selanjutnya menjadi bagian Mataram dan pangkat raja turun menjadi adipati atau disebut sebagai bupati pada masa pemerintahan sekarang.
2.3 Peninggalan Budaya
Hingga kini, Sumedang masih berstatus kabupaten, sebagai sisa peninggalan konflik politik yang banyak diintervensi oleh Kerajaan Mataram pada masa itu. Adapun artefak sejarah berupa pusaka perang, atribut kerajaan, perlengkapan raja-raja dan naskah kuno peninggalan Kerajaan Sumedang Larang masih dapat dilihat secara umum di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang letaknya tepat di selatan alun-alun kota Sumedang, bersatu dengan Gedung Srimanganti dan bangunan pemerintah daerah setempat.
2.4 Solusi Permasalahan
2.4.1 Target Audience
Demografis
8-12 tahun atau setara jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan berada pada kelas social masyarakat golongan menengah sampai menengah ke atas. Mengingat di usia seperti ini daya ingat dan daya tangkap mereka terhadap sesuatu informasi atau pristiwa akan selalu terekam dengan baik dalam pikiran mereka, dengan harapan menambah pengetahuan dan ketertarikan terhadap sejarah kerajaan Sumedang Larang. Buku ini juga diharapkan dapat mencakup segala macam ras,suku dan agama.
Geografis
Secara geografis target audience dari buku cerita bergambar ditujukan untuk anak-anak yang berada di wilayah pulau Jawa khususnya Jawa Barat. Selain itu juga target audience juga bertempat tinggal di daerah perkotaan dengan jalur distribusi yang dalam jangkauan, dalam arti bisa didapati di toko-toko buku terdekat. Alasan kenapa memilih Jawa Barat adalah dikarenakan sejarah kerajaan Sumedang Larang bertepat di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dan penulis bermaksud memfokuskan peredaran buku cerita bergambar ini di wilayah Jawa Barat. Kemudian untuk selanjutnya pemasaran dari buku cerita bergambar ini akan di pasarkan secara meluas ke suluruh Indonesia.
Psikografis
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1 Strategi Perancangan
3.1.1 Pendekatan Komunikasi
Tujuan dari perancangan desain buku cerita bergambar ini merupakan sebagai media informasi yang bertujuan mengkomunikasikan mengenai sejarah kerajaan Sumedang Larang guna meningkatkan minat anak-anak dalam membaca setra menambah pengetahuan anak-anak terhadap sejarah daerah khususnya sejarah kerajaan Sumedang Larang, adapun tujuan komunikasi ini adalah :
Mengajak anak-anak untuk gemar membaca.
Anak-anak akan mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah kerajaan
Sumedang Larang.
Anak-anak akan dapat mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam
sejarah kerajaan Sumedang Larang.
Dapat meningkatkan minat anak terhadap budaya peninggalan baik
bukti-bukti sejarah kedaerahan maupaun sejarah nasional Indonesia khususnya sejarah kerajaan Sumedang Larang.
Anak-anak dapat mengetahui kisah-kisah para tokoh yang ada dalam
sejarah kerajaan Sumedang Larang.
Terdapat pesan moral yang tersirat didalam buku cerita bergambar
tersebut dimana pesan moral tersebut diharapkan menjadi teladan bagi anak-anak.
3.1.2 Pendekatan Visual
menampilkan kesan budaya kesundaan akan ditampilkan melalui properti, tekstur, dan bangunan.
Mengingat targer audience dari buku cerita bergambar ini adalah anak-anak, maka pendekatan visual yang dilakukan adalah :
Berusaha menampilhan buku cerita bergambar yang tidak membosankan dan mudah dipahami oleh anak-anak.
Gaya ilustrasi karakter disesuaikan dengan ketertarikan dan gaya ilustrasi yang disukai anak-anak.
Fullcolor dengan perpaduan warna yang disesuaikan dengan
kebutuhan dari buku cerita bergambar itu sendiri dengan tujuan memberikan nuansa penuh warna yang diharapkan menambah ketertarikan bagi anak-anak.
3.1.3 Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal dalam perancangan buku cerita bergambar ini yaitu pendekatan dengan tata bahasa dengan berbentuk tulisan, yang mana bahasa yang akan digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan penyampaian cerita yang sederhana agar mudah diterima dan dipahami oleh anak-anak. Karena dalam usia seperti ini daya ingat mereka sangatlah baik dengan menggunakan bahasa Indonesa yang baik dan benar didalam penulisan cerita diharapkan anak-anak dapat dengan mudah memahami isi dari cerita tersebut.
3.2Strategi Kreatif
3.2.1 Gaya Ilustrasi
Ilustrasi atau gambar yang digunakan dalam media buku cerita bergambar ini adalah ilustrasi-ilustrasi dengan gaya ilustrasi realis namun tidak terlalu rumit. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana visual yang lebih menarik dan lucu.
3.2.2 Teknik Penceritaan
Penceritaan awal dalam buku cerita bergambar ini akan dimulai dengan tulisan, dimana penceritaan awal menceritakan tentang asal mula kerajaan Sumedang Larang secara singkat. Penceritaan dalam buku cerita bergambar ini sendiri akan berbentuk alur maju. Dalam setiap cerita akan disisipkan peranan dari setiap tokoh-tokoh dalam sejarah kerajaan Sumedang Larang baik secara tertulis maupun melalui visual ilustrasi. Dan di akhir cerita akan menceritakan kehidupan, atau peristiwa- peristiwa yang terjadi setelah masa kejayaan kerajaan Sumedang Larang secara tertulis.
3.2.3 Storyline
Opening
Asal mula kerajaan Sumedang Larang.
Cerita 1
Pemerintahan Prabu Guru Adji Putih. Cerita 2
Prabu Adjiputih dan Ratu Pucuk Umun.
Cerita 3
Prabu Tadjimalela menjadi raja. Cerita 4
Prabu Tadjimalela memerintahkan anaknya Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung untuk bertapa.
Cerita 5
Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung bertapa di Gunung Nurmala. Cerita 6
Perkelahian antara Prabu Lembu Agung dengan Prabu Gajah agung.
Cerita 7
Pemerintahan Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran Santi.
Cerita 8
Terjadi peperangan dengan kerajaan Banten.
Cerita 10
Prabu Siliwangi memerintahkan empat Kandaga Lante untuk pergi ke kerajaan Sumedang Larang untuk menyerahkan mahkota kerajaan dan meminta perlindungan bagi penduduk Padjajaran.
Cerita 11
Empat Orang Kandaga Lante datang ke kerajaan Sumedang Larang dan di sambut oleh Prabu Geusan ulun.
Cerita 12
Pertemuan Prabu Geusan Ulun dan Raja Cirebon.
Cerita 13
Ratu Harisbaya mengikuti Prabu Geusan Ulun kembali ke kerajaan Sumedang Larang.
Cerita 14
Raja Cirebon murka karena Ratu Harisbaya menghilang dan menduga bahwa Prabu Geusan Ulun Menculiknya.
Cerita 15
Penyerangan pasukan Cirebon terhadap kerajaan Sumedang Larang.
Cerita 16
Prabu Geusan Ulun menikah dengan Ratu Harisbaya. Ending
Perubahan sistem pemerintahan kerajaan Sumedang Larang dari sistem kerajaan menjadi Kabupaten Sumedang.
3.3 Strategi Media
Dalam perancangan Buku cerita bergambar sejarah Kerajaan Sumedang Larang ini akan digunakan strategi media sebagai berikut :
minat anak untuk dapat membaca dan memiliki buku cerita bergambar tersebut.
Untuk media promosi dari buku cerita bergambar sejarah kerajaan Sumedang Larang ini adalah dimana semua media tersebut bertujuan sebagai media penunjang bagi media utama, yang diharapkan dapat menginformasikan kepada masyarakat mengenai terbitan media utama yaitu buku cerita bergambar sejarah kerajaan Sumedang Larang. Media gimmick dari buku cerita bergambar sejarah kerajaan
Sumedang Larang ini yaitu media pendukung yang bertujuan sebagai pengingat, dimana media gimmick ini dikhususkan bagi mereka yang memiliki buku cerita bergambar tersebut.
3.3.1 Media Utama
Sebagai media penyampaian pesan, media utama yang akan digunakan berupa media buku yaitu buku cerita bergambar dengan tampilan penuh warna, dengan harapan akan menambah ketertarikan bagi anak-anak untuk membacanya. Alasan mengapa buku sebagai media utama adalah mengingat diera modernisasi dan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, media buku semakin kurang diminati, dikarenakan saat ini mereka lebih tertarik dengan media-media elektronik dengan alasan kemudahan dan kepraktisan dalam penggunaannya.
3.3.2Media Promosi
Sebagai penunjang media utama, maka media promosi yang akan digunakan adalah:
Poster
Flag chain
Mini x-banner
3.3.3 Media Gimmick
Sedangkan media gimmick yang digunakan sebagai pendukung adalah: Pembatas buku
Pin
Sticker
Mug
Jadwal Pelajaran
3.4 Konsep Visual
3.4.1 Format Desain
Format perancangan khususnya buku cerita bergambar ini akan berbentuk landscape dan dicetak diatas media kertas berukuran 20 cm x 20 cm full
color, hardcover. Dengan berpentuk landscape isi cerita dan ilustrasi dari
buku cerita bergambar tersebut tidak saling berhimpitan dan terkesan berdesakan, dengan bentuk landscape sudut pandang pembaca anak diharapkan lebih leluasa baik dalam membaca cerita maupun melihat ilustrasi dari buku cerita bergambar itu sendiri.
3.4.2 Layout
[image:30.595.213.450.187.314.2]Tujuan layout adalah menampilkan elemen visual berupa Ilustrasi dan teks narasi agar menjadi lebih komunikatif sehingga memudahkan pembaca dalam menerima informasi dari buku cerita bergambar tersebut.
Gambar 3.1 : Layout
Sumber : Dokumen Pribadi
3.4.3 Tipografi
Judul
Untuk judul dari buku cerita bergambar ini sendiri menggunakan huruf dekoratif yang di sesuaikan dengan tema dari buku cerita bergambar itu sendiri. Kemudian ditambahkan ilustrasi kujang ciung bermata empat dibagian bawah judul.
Gambar 3.2 : Logo Judul
[image:30.595.227.436.535.662.2]Font yang digunakan dalam judul buku cerita bergambar ini adalah Awesome Java.
Gambar 3.3: Tipografi Judul
Sumber : Dokumen Pribadi
Cerita
[image:31.595.198.462.144.305.2]Untuk cerita dari buku cerita bergambar ini sendiri tetap menggunakan huruf dekoratif yang di sesuaikan dengan tema dari buku cerita bergambar itu sendiri. Karena bentuk dari huruf ini sangat mudah di baca dan tidak kaku untuk menghindari kejenuhan dalam membaca cerita dari buku bergambar tersebut.
Gambar 3.4 : Tipografi Narasi
Sumber : Dokumen Pribadi
3.4.4 Ilustrasi
3.4.4.1 Studi Karakter
Dalam pembuatan karakter dari setiap tokoh dalam buku cerita bergambar mengenai sejarah kerajaan Sumedang Larang ini penulis berusaha untuk berkreasi dan improvisasi terhadap karakter dari sejarah kerajaan Sumedang Larang yang disesuaikan dengan media referensi itu sendiri, sehingga dapat menciptakan tokoh karakter yang sama namun dengan gaya ilustrasi yang berbeda dengan harapan dapat mengasaha daya imajinasi anak.
Prabu Guru Adji Putih
Deskripsi karakter :
Nama : Prabu Guru Adji Putih.
Usia : Pada saat itu diperkirakan ± 30 tahun. Agama : Hindu.
[image:32.595.233.442.396.542.2]Jabatan : Prabu atau Raja.
Gambar 3.5 : Karakter Prabu Guru Adji Putih
Sumber : http://bappeda.sumedangkab.go.id/aplikasi/profda/sejarah.php
(10 Desember 2012)
Prabu Tadjimalela
Deskripsi karakter :
Nama : Prabu Tadjimalela
Usia : Pada saat itu diperkirakan ± 30 tahun. Agama : Hindu.
Gambar 3.6 : Prabu Tadjimalela
Sumber : http://bappeda.sumedangkab.go.id/aplikasi/profda/sejarah.php
(10 Desember 2012)
Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung
Deskripsi karakter :
Nama : Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung Usia : Pada saat itu diperkirakan ± 25 tahun.
Agama : Hindu.
Jabatan : Putra mahkota.
Gambar 3.7 : Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung
Sumber : http://purimajapahit.files.wordpress.com/2010/01/dsc_0105.jpg
(10 Desember 2012)
Prabu Geusan Ulun
Deskripsi karakter :
Nama : Prabu Geusan Ulun.
Usia : Pada saat itu diperkirakan ± 25 tahun. Agama : Islam.
[image:33.595.252.422.424.540.2]Gambar 3.8 : Prabu Geusan Ulun
Sumber : http://bappeda.sumedangkab.go.id/aplikasi/profda/sejarah.php
(10 Desember 2012)
Pangeran Santri
Deskripsi karakter :
Nama : Prabu Geusan Ulun.
Usia : Pada saat itu diperkirakan ± 30 tahun. Agama : Islam.
Jabatan : Prabu atau Raja.
Gambar 3.9 : Pangeran Santri
Sumber : http://dakwahmedia.com/diponegoro-pangeran-santri-penegak-syariat/
[image:34.595.249.427.449.587.2]Raja Galuh Pakuan dan Raja Cirebon
Deskripsi karakter :
Nama : Raja Galuh Pakuan dan Raja Cirebon. Usia : Pada saat itu diperkirakan ± 30 tahun. Agama : Islam.
[image:35.595.256.422.209.321.2]Jabatan : Raja.
Gambar 3.10 : Raja Galuh Pakuan dan Raja Cirebon
Sumber :
http://panjiploembond.blogspot.com/2011/11/sejarah-kesultanan-cirebon.html
(10 Desember 2012)
Putri
Deskripsi karakter :
Nama : Ratu Pucuk Umun.
Usia : Pada saat itu diperkirakan ± 23 tahun. Agama : Islam.
Jabatan : Ratu atau Putri.
Gambar 3.11 : Putri
Sumber :
http://3.bp.blogspot.com/-oodHcYUvVts/TsUgFkQlsTI/AAAAAAAAFt0/9s37u8sFFNA/s400/lukisan%2B
nyi%2Broro%2Bkidul.jpg
[image:35.595.264.410.535.685.2]Prajurit 1
Deskripsi karakter :
[image:36.595.260.417.147.270.2]Jabatan : Prajurit atau pengawal istana.
Gambar 3.12 : Prajurit 1
Sumber : http://iponbae.multiply.com/photos/hi-res/1M/30
(10 Desember 2012)
Prajurit 2
Deskripsi karakter :
Jabatan : Prajurit atau pengawal istana.
Gambar 3.13 : Prajurit 2
Sumber :
http://img201.imagevenue.com/img.php?image=44553_Mswordsman_122_386lo
.jpg
[image:36.595.262.416.403.512.2]3.4.4.2 Studi Properti
Penggunaan properti atau aksesoris didalam buku cerita bergambar ini berguna untuk memperkuat identitas dari karakter didalamnya.
[image:37.595.256.418.208.319.2]Mahkota
Gambar 3.13 : Mahkota Binokasih
Sumber :
https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/5528_100308513315323_7311591_n.jpg
(10 Desember 2012)
Bendo
Gambar 3.14 : Bendo
Sumber :
https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/5528_100308513315323_7311591_n.jpg
Kujang
Gambar 3.15 : Kujang
Sumber :
http://3.bp.blogspot.com/_tY-tpRX3Ho8/TQNPu4MqaLI/AAAAAAAAABY/UDoxztk3744/s1600/kujang6k.j
pg (10 Desember 2012)
[image:38.595.274.398.347.446.2]Golok
Gambar 3.16 : Golok
Sumber :
http://2.bp.blogspot.com/-SVJgShCs2-k/Tye_q7XlqSI/AAAAAAAAAF8/yRYBA_cT2so/s1600/golok_ciomas.jpg
(10 Desember 2012)
Keris
Gambar 3.17 : Keris
Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/7e/Keris.jpg
[image:38.595.284.390.585.687.2]Tombak
Gambar 3.18 : Tombak
Sumber : http://i148.photobucket.com/albums/s37/fallini/spears/boarspear.jpg
(10 Desember 2012)
Perisai
Gambar 3.19 : Perisai
Sumber : http://www.lrpstore.com/uploads/images_products_large/975.jpg
(10 Desember 2012)
3.4.4.3 Studi Setting
Gambar 3.20 : Studi Lokasi 1
Sumber :
http://1.bp.blogspot.com/-
fE35N2E4bF0/TzPgzUFHdGI/AAAAAAAAAL4/Rej_6fUCTFw/s1600/keraton-kasepuhan.jpg
[image:40.595.261.399.316.437.2](10 Desember 2012)
Gambar 3.21 : Studi Lokasi 2
Sumber :
http://balicaringcommunity.org/wp-content/uploads/2012/09/1-Kawasan-Perbukitan.jpg
(10 Desember 2012)
Gambar 3.22 : Studi Lokasi 3
Sumber :
http://media.comicvine.com/uploads/3/37045/1123558-the_salvatican_throne_by_gleamingscythe_super.jpg
[image:40.595.251.407.521.675.2]BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1 Proses Perancangan Buku Cerita Bergambar
[image:41.595.114.514.249.416.2]Proses ini dimulai dengan pembuatan script untuk tiap halaman yang berkembang menjadi storyline dimana penentuan konten-konten tiap halaman. Storyline tersebut kemudian berkembang menjadi storyboard sebagai gambaran bagaimana ilustrasi dan teks akan disusun.
Gambar 4.1 : Storyboard dan Storyline
Sumber : Dokumen Pribadi
Didasari oleh storyboard, maka mulai dibuatlah media utama yang berupa buku cerita bergambar sejarah kerajaan Sumedang Larang. Seluruh hasil jadi mengacu pada storyboard yang telah dibuat untuk memudahkan dalam menyusun layout.
• Sketsa
• Pengolahan Gambar
Pengolahan gambar meliputi pengolahan teknis gambar ilustrasi yang akan ditampilkan. Kemudian pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi penempatan logo, headline, dan tagline dalam tampilan gambar informasi.
• Penyelesaian Akhir
Setelah mendapatkan tampilan visual yang diinginkan, maka mulai dengan proses cetak.
4.2 Media Utama
Cergam merupakan alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sebagai sebuah media, pesan yang disampaikan melalui cerita bergambar biasanya lebih jelas, berurut, dan menyenangkan. Untuk itu, media buku cerita bergambar berpotensi untuk menjadi sumber informasi dalam perancangan ini.
Penggunaan buku cerita bergambar sebagai media utama ini karena:
Komik adalah media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia
Mudah dipahami.
[image:42.595.250.391.502.665.2]Gambar yang sederhana ditambah kata- kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik dapat dibaca oleh semua orang.
Gambar 4.2 : Buku Cerita Bergambar
Gambar 4.3 : Cover
[image:43.595.173.468.86.256.2]Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 4.4 : Halaman isi
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Cetak Offset Full Color
HardCover
Size : 20 cm x 20 cm
4.3 Media Pendukung
4.4 Media Promosi
Media promosi merupakan media pendukung dalam proses promosi media utama.
Poster
[image:44.595.178.462.313.511.2]Poster disini berfungsi sebagai penanda bahwa buku telah terbit. Visualisas yang ditampilkan mengambil dari visualisasi pada bagian cover buku, dan salah satu halaman isi buku. Poster ini sendiri akan ditempatkan atau dipasang pada papan jenis- jenis buku yang baru diterbitkan, di tempat- tempat umum dan informasi yang akan disampaikan agar dapat cepat tersampaikan kepada khalayak sasaran
Gambar 4.5 : Poster
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Cetak Offset Full Color
Mini X-Benner
Gambar 4.6 : Mini X-Banner
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media :
Cetak Offset Full Color
Size : 25 cm x 40 cm
Flag Chain
Gambar 4.7 : Flag Chain
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Cetak Offset Full Color
[image:45.595.251.376.127.326.2]4.5 Gimmick
[image:46.595.105.461.84.784.2]Pembatas Buku
Gambar 4.9 : Pembatas Buku
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media :
Cetak Offset Full Color
Size : 5 cm x 15 cm
Sticker
Gambar 4.10 : Sticker
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Cetak Offset Full Color
[image:46.595.185.457.167.280.2]Pin
Gambar 4.11 : Pin
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Digital Printing
Full Color
Size : 4 cm x 4 cm
Jadwal Pelajaran
Gambar 4.12 : Jadwal Pelajaran
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Cetak Offset
Full Color
[image:47.595.229.400.464.585.2]Mug
Gambar 4.13 : Mug
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Digital Printing Full Color
Size : Mug
Cover
Gambar 4.14 : Cover
Sumber : Dokumen Pribadi
Format Media : Cetak Offset Full Color
Hard Cover