• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Cerita Bergambar sebagai Media Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Cerita Bergambar sebagai Media Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media

Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola

Artikel Ilmiah

Andryan Goodlife Irsan Konda (692016701)

Birmanti Setia Utami, M.Sn.

Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)

Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media

Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti :

Andryan Goodlife Irsan Konda (692016701)

Birmanti Setia Utami, M.Sn.

Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1 1. Pendahuluan

Sejarah adalah kisah atau cerita yang berhubungan dengan kejadian masa lalu atau yang sudah pernah terjadi sebelumnya [1], sehingga Pasola tidak sekedar menjadi bentuk keramaian, tetapi menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur. Pasola merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat umum.Pasola menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat setempat, karena hasil panen yang melimpah. Melalui sejarah asal-usul tradisi Pasola terdapat pesan moral yang dapat mengajarkan anak-anak mengenai hal selalu taat pada yang Mahakuasa, bersyukur atas jalinan persaudaraan yang selama ini masih dijaga oleh para leluhur terdahulu, selalu bersyukur atas berkat yang diberikan Tuhan, mengenal kepercayaan asli orang Sumba yaitu Marapu, sekali gus tidak melupakan sejarah asal-usul tradisi lokal yang ada di Sumba Barat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Sekolah Dasar Negeri Tabulo Dara, 96% dari 92 orang siswa belum mengetahui tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola. Hal ini dikarenakan belum adanya media pembelajaran yang mengenalkan tentang sejarah asal-usul Pasola, selain itu juga dikarenakan kurangnya perhatian orang tua untuk menceritakan atau mengenalkan sejarah asal-usul Pasola kepada anak dan dari pihak Dinas Pendidikan belum membuat media pembelajaran tentang sejarah asal-usul Pasola. Dalam penelitian ini tradisi lokal yang diangkat adalah sejarah asal-usul Pasola karena siswa tertarik untuk belajar sejarah asal-usul Pasola dalam bentuk buku cerita bergambar. Dari fenomena tersebut, diperlukan media yang efektif dan menarik sehingga mampu meningkatkan kembali minat baca anak-anak terhadap cerita rakyat sehingga anak-anak tidak melupakan sejarah lokal yang ada di daerah Sumba Barat. Penggunaan media pembelajaran melalui buku cerita bergambar pada dasarnya selain bertujuan untuk mengembangkan wawasan anak, buku cerita bergambar secara khusus dapat membantu anak-anak dalam menumbuhkan minat membaca dan belajar siswa. Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar. Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak [2].

(8)

2

asal-usul tradisi Pasola. Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini secara praktis adalah melalui buku cerita bergambar Sejarah Asal Usul Pasola, anak-anak lebih mengenal, mengetahui dan tidak melupakan sejarah taradisi lokal yang ada di Sumba Barat.

II. Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian Ratri Wijayanti, Universitas Negeri Malang pada tahun 2013 yang berjudul Perancangan Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna Untuk Anak Sekolah Dasar. Peneliti menggunakan buku cerita bergambar dengan tujuan anak-anak suka melihat dan membaca sehingga mengenal budaya sendiri. Cerita bergambar ini harus memiliki unsur gambar yang ada dalam cerita bergambar, yaitu tokoh karakter, background, narasi atau cerita atau dialog, serta gambar pendukung lain sesuai dengan konsep Legenda Gunung Arjuna. Hasil dari penelitian tersebut adalah Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna yang digunakan untuk anak sekolah dasar [3]. Nendari Elmaiya, Universitas Dian Nuswantoro tahun 2014, Perancangan Buku Cerita Bergambar Kedatangan CHENG HO ke Semarang. Dengan tujuan memberikan informasi mengenai “Kedatangan Cheng Ho ke Semarang” dikemas dalam sebuah cerita bergambar. Hasil dari penelitian tersebut adalah buku cerita bergambar Kedatangan Cheng Ho ke Semarang [4]. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan media yaitu buku cerita bergambar yang mengangkat sejarah cerita lokal, sedangkan perbedaannya penelitian ini yang lebih fokus pada perancangan media pembelajaran melalui buku cerita bergambar, sebagai media pembelajaran sejarah asal-usul tradisi Pasola di Kabupaten Sumba Barat, teknik penceritaan pada buku cerita ini ada halaman-halaman tertentu yang diberi penegasan pesan moral dari kata-kata yang ada dalam buku, gaya ilustrasi yang digunakan gaya realis, bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia.

Media pembelajaran adalah alat pengantar informasi pembelajaran. Media pembelajaran juga sebagai penyalur pesan pembelajaran. Karakteristik paling jelas dari penyaluran pesan pembe lajaran adalah transfer teknologi. Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan [5]. Penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut juga pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran [6].

(9)

3

Liando, 2008) [7]. Cerita bergambar sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar. Menurut Mitchell (dalam Faizah, 2009; 249-256) [8], buku cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita.

Beberapa karakteristik buku cerita bergambar menurut Sutherland (Faizah, 2009; 249-256) antara lain adalah buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung, buku cerita bergambar berisi konsep-konsep penting, konsep yang ditulis dapat difahami oleh anak-anak, gaya penulisan nya sederhana, terdapat ilustrasi yang melengkapi teks.

Wibowo dan Farida (2001:42) [9] mengatakan bahwa gambar media visual dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi untuk pengembangan kemampuan visual, membantu imajinasi anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas, mengembangkan kreativitas anak

Sedangkan menurut Sri Anitah (2009:9) [10] menyatakan bahwa manfaat gambar sebagai media visual, yaitu, menimbulkan daya tarik bagi pembelajar. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pebelajar. Mempermudah pengertian bagi pembelajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pembelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud. Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas. Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku cerita bergambar memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari. Karakter dalam buku cerita bergambar dapat berupa manusia atau binatang. Buku cerita yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik akan memberikan kontribusi pada perkembangan sastra anak. Buku cerita bergambar yang baik memuat elemen intristik sastra, seperti alur, struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar, dan tema yang menarik [11].

Cover mewakili keseluruhan cerita yang ada dalam buku cerita bergambar. Ilustrasi dalam cover buku harus mengarahkan pembaca untuk mengetahui garis besar tema cerita tanpa terlebih dahulu melihat isinya. Cover harus tampil menarik baik sebagai representasi dari isi maupun penunjang daya saing dari buku-buku lain. Unsur yang ada dalam cover adalah cerita bergambar, ilustrasi, nama pengarang atau penerbit [12].

Layout merupakan visualisasi dengan sketsa berdasarkan storyboard yang telah dibuat.

(10)

4

Warna dalam cergam dapat mengungkap subjek secara objektif, pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna daripada hitam putih [4].

Efek visual merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan penggambaran emosi, karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam cergam. Narasi Biasanya digunakan untuk menerangkan tentang waktu, tempat, dan situasi.

Ilustrasi merupakan gambaran pesan yang tak terbaca yang dapat menguraikan cerita, berupa gambar dan tulisan, yaitu bentuk grafis informasi yang memika sehingga dapat menjelaskan makna yang terkandung di dalam pesan tersembunyi [13]. Ilustrasi yang ditampilkan pada perancangan ini menggunakan gaya gambar realis yang digemari anak-anak.

Target audience dari buku cerita bergambar yang akan dirancang adalah anak-anak usia 9-12 tahun. Usia 9–12 tahun, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun. Menurut Witherington (1952) yang dikemukakan Makmun (1995:50) bahwa usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan ciri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. [14]. Dalam buku “The Art of Game Design” karya Jesse Schell, dituliskan bahwa anak-anak dengan usia antara 9-12 (usia menjelang remaja), sudah mampu berpikir dan mengatasi berbagai masalah ringan [7]. Dalam hal ini, mereka semakin tertarik dengan berbagai bentuk permainan dan sudah mengerti jenis permainan apa yang mereka sukai. Dalam proses membaca, siswa menjadi bagian penting dalam menunjang proses pembelajaran. Syafi’ie menyatakan siswa dapat memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal, mencari simbol, menyimpulkan, menyaring dan menyerap informasi dari bacaan, mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan [15]. Anak-anak usia 9-12 tahun di Sumba tidak terlalu gemar membaca buku yang hanya berupa teks, dalam kehidupan sehari-hari biasanya anak-anak lebih cenderung banyak membaca buku cerita yang bergambar. Dalam proses belajar di sekolah terkadang pada saat pelajaran berlangsung siswa-siswi lebih tertarik mebaca buku cerita yang bergambar karena tidak membosankan.

(11)

5

dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terjerat asmara dengan Teda Gaiparona yang berasal dari Kampung Kodi.

Namun keluarga dari Rabu Kaba dan Teda Gaiparona tidak menyetujui perkawinan Rabu Kaba dan Teda Gaiparona, sehingga Rabu Kaba dan Teda Gaiparona mengadakan kawin lari. Teda Gaiparona membawa janda tersebut ke kampung halamannya. Beberapa waktu berselang, ketiga pemimpin warga Waiwuang (Ngongo Tau Masusu, Bayang Amahu dan Ubu Dulla) yang sebelumnya telah dianggap meninggal, muncul kembali di kampung halaman nya. Ubu Dulla mencari isterinya yang telah dibawa oleh Teda Gaiparono. Ubu Dulla bersama bersawa Wunang (juru bicara adat) pergi mencari Rabu Kabba ke Kodi. Dalam perjalanan Ubu Dulla dan Wunang mampir di Lamboya untuk menanyakan tentang sebuah perahu yang lewat menuju ke arah Kodi, orang Lamboya memberitahukan bahwa tidak ada perahu yang mampir di Lamboya, namun mereka melihat ada perahu yang lewat, begitupun sesampainya di Gaura. Ubu Dulla dan Wunang melanjutkan perjalanan mereka, sesampainya di Tosi/ Kodi mereka melihat banyak kerumunan orang yang sedang berceritra tentang seorang gadis yang berasal dari Wanukaka. Orang Kodi bertanya kepada Ubu Dulla dan Wunang (juru bicara adat) apa maksud kedatangan mereka dan mereka pun menjelaskan maksud dan tujuan mereka. Walaupun berhasil ditemukan, Rabu Kaba yang telah memendam asmara dengan Teda Gaiparona tidak ingin kembali. Kemudian Ubu Dulla meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk meng ganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Belis merupakan banyaknya nilai peng hargaan pihak pengambil isteri kepada calon isterinya, seperti pemberian kuda, sapi, kerbau, dan barang-barang berharga lainnya. Pihak Ubu Dulla meminta belis 100 ekor hewan, marangga, tombak dan 1 ekor anjing. Selama proses pembicaraan adat berlangsung pihak dari Teda Gaiparona memasak makan malam untuk Ubu Dulla dan Wunang(juru bicara adat), Ubu Dulla pun menghirup bau harum makan yang dimasak dan bertanya kepada Teda Gaiparona masakan apakah itu, dan Teda Gaiparona pun menjawab yang dimasak itu adalah Nyale. Karena merasa makanan tersebut enak Ubu Dulla pun meminta kepada pihak Kodi untuk mengganti belis dengan Nyale untuk mengurangi belis yang hewan yang berjumlah 100 ekor.

Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir pesta pernikahan, keluarga Umbu Dulla berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik, Rabu Kaba [16].

(12)

6

menjadi bentuk keramaian, tetapi menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur.

Pasola merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan seiringnya waktu melalui upacara adat yang dilangsungkan sebelum acara Pasola bagi masyarakat umum. Pasola sekaligus menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat setempat, karena hasil panen yang melimpah apa bila mendapatkan Nyale (cacing laut) pada saat para ketua adat pergi ke laut untuk melakukan upacara adat.

Melalui sejarah asal-usul tradisi Pasola terdapat pesan moral yang dapat mengajarkan anak-anak mengenai hal selalu taat pada yang Mahakuasa, bersyukur atas jalinan persaudaraan yang selama ini masih dijaga oleh para leluhur terdahulu, selalu bersyukur atas berkat yang diberikan Tuhan, mengenal kepercayaan asli orang Sumba, sekaligus tidak melupakan sejarah asal-usul tradisi Pasola.

III. Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ialah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif, karena dalam pengambilan data diperlukan wawancara ke narasumber dan diperlukan pengambilan kesimpulan melalui kuesioner. Metode campuran (mixed methods) ini diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada [17], sedangkan strategi yang dipakai dalam penelitian perancangan buku ini adalah Linear Strategy. Linear Strategy sesuai dengan tipe perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan, misalnya desain bangunan rumah tinggal. Suatu tahap dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan, demikian seterusnya [18]

Tahapan penelitian mengenai proses perancangan buku cerita bergambar sejarah asal-usul Pasola dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Tahapan Penelitian

Sebelum melakukan tahap perancangan desain, terlebih dahulu dilakukan tahapan penelitian awal. Tujuan dari penelitian awal ini adalah agar supaya dapat menarik kesimpulan yang membantu dalam proses perancangan buku cerita bergambar tentang sejarah asal-usul Pasola. Penelitian awal dilakukan dengan cara wawancara kepada target primer. Target sekunder di dalam adalah pihak pendidik, baik orang tua maupun guru.

(13)

7

kelompok B berjumlah 2 orang. Melalui wawancara awal ditemukan hasil penelitian terhadap responden kelompok A dan B dengan analisis hasil antara lain :

1. Sebagian besar responden tidak mengetahui tentang sejarah asal-usul Pasola. 2. Sebagian besar responden tertarik untuk mengenal sejarah asal-usul Pasola. 3. Buku cerita sejarah asal-usul Pasola belum ada.

4. Responden lebih tertarik membaca buku dengan gambar-gambar yang menarik.

5. Responden senang jika ada buku yang mengenalkan sejarah tradisi lokal seperti sejarah asal-usul Pasola.

Melalui wawancara penelitian terhadap responden kelompok B, hasil analisisnya sebagai berikut:

1 Materi di sekolah hanya mengajarkan pembagian sejarah nasional. 2 Belum banyak yang mengetahui tentang sejarah tradisi lokal yang ada. 3 Buku masih menjadi media informasi utama disekolah

4 Minat baca anak terhadap buku masih tinggi apalagi jika buku yang diberikan berupa buku bergambar.

5 Anak-anak memiliki inisiatif yang tinggi untuk mengenal dan peduli terhadap hal-hal baru yang berhubungan dengan sosial dan budaya.

6 Perlu adanya perancangan media yang menarik mengenai pengenalan sejarah tradisi lokal.

Sesuai dengan penelitian awal, media buku cerita bergambar tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola dapat menjadi alternantif yang menarik minat anak untuk mempelajari sejarah Pasola. Media ini berupa buku cerita bergambar yang didukung oleh gambar dan warna yang menarik. Buku dipilih sebagai media penganalan karena sesuai hasil penelitian awal menyimpulkan bahwa buku masih diminati oleh anak apalagi jika ditambah dengan gambar di dalamnya membuat anak lebih tertarik untuk membacanya. Langkah selanjutnya dalam penelitian adalah perancangan produk. Dalam tahapan ini dilakukan proses secara runtut, dimaksudkan agar hasil perancangan sesuai dengan konsep yang diharapkan dan sesuai dengan analisa data yang ada. Tahapan perancangan produk buku ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Tahapan Perancangan

Proses perancangan ini diawali dengan membuat konsep dari buku yang akan dibuat. Konsep dari buku yang akan dibuat adalah sederhana dan menarik, buku akan dibuat sederhana namun menarik perhatian siswa agar mau membaca. Buku cerita bergambar ini akan dibuat dengan

(14)

8

dimensi ukuran panjang 25 cm dan lebar 17,6 cm. Gaya ilustrasi yang digunakan pada perancangan buku adalah gaya realis, gambar dibuat sesuai dengan keadaan yang nyata atau yang sebenarnya. Buku dibuat dengan ukuran yang tidak terlalu kecil maupun tidak terlalu besar, dimaksudkan agar buku praktis dan mudah dibawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Warna yang digunakan lebih dominan pada warna sejuk dengan tujuan agar tercipta suasana nyaman pada saat anak-anak membaca.

Kemudian pada tahap kedua dilanjutkan pada konsep cerita yaitu dimana narasi yang digunakan adalah narasi informatif. Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang [19]. Gaya bahasa yang digunakan naratif dengan bahasa sehari-hari agar mudah dipahami oleh anak. Gaya bercerita yang digunakan menampilkan cerita melalui visualisasi gambar dengan menggabungkan narasi atau alur cerita yang tidak begitu panjang yang mana unsur ilustrasinya lebih dominan. Setelah konsep siap maka akan dilanjutkan pada pembuatan sketsa dan perancangan karakter. Karakter yang terdapat didalam buku adalah empat orang laki-laki dan satu orang perempuan yaitu Ubu Dulla, Ngongo tau Masusu, Yagi Wai Kareri, Teda Gaiparona, dan Rabu Kabba. Setiap karakter menggunakan pakaian adat sumba, yang laki-laki menggunakan Kapouta (ikat kepala), kain, parang, Kaleku (tempat sirih pinang) dan perempuan menggunakan sarung, Tabelo (hiasan diatas kepala), rantai mamuli, gading di tangan. Sketsa dan perancangan karkater dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sketsa dan perancangan karkater

Tumbnailing dari karakter, latar tempat dan waktu disesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi

(15)

9

Gambar 4. Thumbnailing

Desain sampul buku pada halaman depan mengunakan ilustrasi dua orang lelaki yang sedang menunggang kuda sambil memegang lembing yang melambangkan tradisi Pasola. Pada sampul depan buku terdapat informasi judul buku Sejarah Asal Usul Pasola dan pada kata Pasola ukurannya lebih besar dengan tujuan agar lebih mempertegas dan mewakili isi dari buku. Nama penulis juga di cantumkan pada halaman depan. Pada bagian punggung buku berisi judul buku dan penulis buku. Pada sampul bagian belakang terdapat kalimat yang mengajak untuk belajar sejarah asal-usu tradisi Pasola dan kalimat yang meberitahukan bahawa buku cerita tersebut adalah buku yang meberikan informasi tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola dan gambar rumah adat Sumba yang melambangkan Pasola hanya ada di Sumba. Berikut adalah sketsa dan perancangan sampul depan dan belakang buku yang dapat dilihat pada Gambar 5.

(16)

10

Layout dengan tujuan memperkirakan letak elemen-elemen layout pada suatu halaman tunggal,

juga urutan-urutan pengaturan halaman desain publikasi yang kompleks, proporsi dan kontras. Layout dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Layout

Pada perancangan buku ini font yang digunakan adalah Myriad Pro Bold. Myriad Pro Bold merupakan jenis huruf san-serif yang memiliki ketebalan huruf yang cukup besar dan cocok digunakan untuk menekankan suatu kata atau kalimat agar menjadi fokus utama. Font ini cocok digunakan untuk teks di dalam buku karena kejelasannya mudah terlihat, sehingga tidak menyulitkan anak dalam membaca, tidak membuat mata lelah, serta dapat mendukung kesatuan antara huruf dan visualisasi didalam buku.

Gambar 7.Tipografi

Setelah sketsa, thumbnailing, layout, dan proses pewarnaan sketsa dengan software digital dilanjutkan pada proses pencetakan buku.

IV. Hasil dan Pembahasan

(17)

11

Sampul buku merupakan tampilan awal yang berpengaruh terhadap minat baca seseorang. Pada sampul depan bertuliskan “Sejarah Asal-Usul Pasola” sebagai judul buku yang sekaligus menjelaskan tujuan buku untuk mengajak, mengenal sejarah asal-usul pasola. Pada bagian belakang sampul buku bertuliskan kalimat sebagai berikut “Buku cerita ini adalah buku cerita yang memberikan informasi tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola, “Ayo belajar karena kesuksesan bisa diraih dengan semangat yang tinggi tanpa ada kata putus asa dan selalu mau belajar”. Berikut adalah sampul depan dan belakang buku yang dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sampul depan dan belakang buku “ Sejarah Asal Usul Pasola “

Halaman isi buku terdiri dari 40 halaman yang bercerita tentang awal sampai terjadinya Pasola. Berikut adalah isi halaman buku yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Isi buku cerita “ Sejarah Asal-Usul Pasola ”

(18)

12

menyelesaikan, interval (rentang jarak) harus diketahui dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari Interval skor persen (I) [21].

Rumus Interval

I = 100 / Jumlah Skor (Likert) Maka = 100 / 5 = 20

Hasil (I) = 20

(Intervalnya jarak dari terendah 0 % hingga tertinggi 100%) Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali) Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)

Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka) Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)

Pernyataan yang dipakai di dalam kuesioner berupa pernyataan positif dengan pembagian kategori sangat tidak setuju (STS) skor 1, tidak setuju (TS) skor 2, netral (N) skor 3, setuju (S) skor 4 dan sangat setuju (SS) skor 5. Responden yang dilibatkan adalah 39 orang siswa sekolah dasar pada daerah perkotaan dan 11 guru yang mengajar di sekolah tersebut. Pengisian kuesioner dilakukan dengan menunjukan hasil perancangan Buku “Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola”.

Kuesioner diberikan untuk menilai tanggapan responden terhadap media pembelajaran sejarah asal-usul tradisi Pasola yang telah dibuat. Hasil penilainan kuesioner yang telah diisi oleh responden siswa, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Kuesioner Pengujian Siswa

Indikator No. Pernyataan STS

1 Judul buku cerita menarik bagi siswa untuk membaca

0 0 1 12 26

2 Desain cover menarik siswa untuk membaca 0 0 2 16 21

Isi Buku 3 Isi buku cerita mudah dipahami oleh siswa 0 0 3 23 13

4 Isi buku cerita memiliki gambar dan teks yang sesuai

0 0 1 11 27

(19)

13 teks

6 Gambar buku cerita jelas 0 0 0 9 30

7 Isi buku cerita menarik siswa untuk terus mengikuti jalan cerita

0 0 4 12 23

Anatomi Buku

8 Halaman buku tertata dengan baik 0 0 1 10 28

9 Jenis huruf yang digunakan menarik perhatian siswa

0 0 4 13 22

10 Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca bagi siswa

0 0 1 8 30

11 Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca bagi siswa

= 95.93% (masuk interval “sangat setuju”)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak-anak sangat menyukai desain sampul buku, gambar, sangat setuju jika ilustrasi, teks dan huruf sudah terlihat dengan jelas serta anak-anak paham terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku dengan hasil presentase perhitu ngan 95.93%.

Hasil penilaian yang telah diisi oleh guru dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Kuesioner Pengujian Guru

(20)

14

2 Judul buku cerita menarik minat siswa untuk membaca lebih lanjut

0 0 0 1 10

3 Judul cover buku membawa pesan yang akan disampaikan

0 0 1 4 6

4 Warna cover buku cerita menarik siswa untuk membaca

0 0 0 2 9

Isi Buku 5 Isi buku cerita mudah dipahami oleh siswa.

0 0 0 8 3

6 Isi buku cerita menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dibaca dan dipahami oleh siswa

0 0 0 8 3

7 Isi buku cerita memiliki teks dan gambar yang saling berkaitan.

0 0 0 0 11

8 Tampilan buku cerita lebih dominan gambar daripada teks

0 0 0 1 10

9 Gaya dan ketepatan bahasa cocok untuk siswa.

0 0 1 9 1

Anatomi Buku

10 Isi buku cerita menarik siswa untuk terus mengikuti alur cerita

0 0 1 5 5

11 Ilustrasi cerita memperjelas latar, ragkaian cerita, penjiwaan dan karakter

0 0 4 6 1

12 Rancangan buku cerita tertata dengan baik

0 0 1 3 7

13 Jenis huruh mempunyai tingkat kemudahan untuk dibaca oleh siswa

(21)

15 14 Tata letak/sistematika penulisan tidak

terlalu sempit memudahkan siswa untuk membaca

0 0 4 6 1

Jumlah Poin 0 0 12 57 85

Total poin keseluruhan 0+0+12+57+85=154

Jadi hasil perhitungan akhirnya ialah = Total skor / Y x 100

= 664 / 770 x 100

= 86.23 (masuk interval “ sangat setuju ”)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sangat menyukai desain sampul buku, gambar, setuju jika ilustrasi, teks dan huruf sudah terlihat dengan jelas serta anak-anak paham terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku serta pesan yang disampaikan melalui cerita Pasola yaitu tetep menjaga jalina persaudaraan antara kedua suku yang sudah dijaga dari para leluhur, selalu bersyukur atas berkat yang diberikan Tuhan, berani bertanggung jawab, dan jangan terlalu cepat mengambil keputusan dengan hasil presentase perhitungan 86.23%.

Dari hasil kuesioner pengujian antara siswa dan guru akan digabung untuk mendapatkan hasil akhir dari pengujian buku cerita bergambar Sejarah Asal- Usul Pasola yang diambil dari beberapa pertanyaan yang sama bahwa siswa dan guru sangat menyukai, desain sampul buku, judul buku, sangat setuju jika ilustrasi, halaman buku, isi buku mudah dipahami, teks dan huruf sudah terlihat dengan jelas serta anak-anak paham terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku cerita Sejarah Asal-Usul Pasola.

V

.

Simpulan

Sesuai dari data yang diperoleh dilihat dari hasil pengujian secara kualitatif dan kuantitatif yang meliputi beberapa aspek penilaian sesuai ketertarikan anak terhadap desain buku, konten buku yang menarik, informasi yang disajikan, kesesuaian buku dan target konsumen, pencapaian manfaat dan tujuan buku serta perlu tidaknya buku tersebut untuk digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa perancangan buku cerita bergambar Sejarah Asal-Usul Pasola bagi anak usia 9-12 tahun sudah berhasil sebagai media pembelajaran yang menarik dalam mengenalkan sejarah asal-usul Pasola bagi anak usia 9-12 tahun.

(22)

16 VI. Daftar Pustaka

1. Achmad Maulidi. 2107. Pengetian sejarah secara Umum.

https://www.kanalinfo.web.id/2017/08/pengertian-sejarah-secara-umum.html. Diakses tanggal 15 september 2017.

2. Mey Melisa, Endang Herlina, Diah Syafitri, Riska Bella, Hartono. 2015. Meida Si Odik Stocopic Untuk Mengurangi Budaya Menghafal Unsur Kimia Sistem Periodik. Universitas

Sriwijaya. Hal 2.

3. Pradana Essa Havier. 2012. Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pengenalan

Cerita Rakyat Asal Gunung Kidul “Jaka Umbaran”. Jurnal Ilmu Komputer. Universitas Dian

Nuswantoro.

4. Elmari Endaiya. 2014. Perancangan Buku Cerita Bergambar Kedatangan Cheng Ho ke Semarang. Jurnal Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Dian Nuswantoro. Hal 4-6.

5. Burden, Paul R. dan Byrden, David M. (1999).Methods for Effective Teaching. USA: Allyn and Bacon Press.

6. Angkowo R., A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo.

7. Liando, Mayske. (2008). Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Minat dan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SD Negeri Sumbersari II Malang.

Universitas Negeri Malang.

8. Faizah, Umi. Keefektifan Cerita Bergambar untuk Pendidikan Nilai dan. Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah

Pendidikan. Vol 3/No 3/Th XXVII. November 2009. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal 249-256).

9. Wibowo, Basuki., Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Maulana.

10. Anitah, Sri. 2009. Metode Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.

11. Dhanumurti Adyogi. 2009. Buku Cerita Mengangkat Permainan Tradisional Sunda. Institut Negeri Bandung. https://digilib.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017.

12. Grace Marina Yudistira, 2016, Perancangan Buku Cerita Fiktif Bergambar Dwibahasa

(23)

17

13. Petrus Jordi Joseph. 2015. Perancangan Buku Interaktif Pengenalan Satwa Langka Endemik Indonesia Bagi Anak Usia 7-11 Tahun, September 2015. Universitas Kristen Satya Wacana. Hal

4.

14. Muid. 2012. Upaya Menigkatkan Hasil Belajar Lari Beregu Melalui Penerapan Metode Bermain Bendera Kemenangan Mata Pelajaran Penjasorkes Pada Siswa Kelas IV Semester 2

SDN 1 Raguklampitan Jepara. Universitas Negeri Semarang.

15. Academia. 2017.Khairul Jalil, Upaya meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Dasar. http://www.academia.edu/6252144/Khairul_Jalil. Diakses tanggal 17 Juni 2017.

16. Wawancara dengan Rato Jewu Lango, Ubu Bewi, Mauhappu. Tanggal 23-25 November 2016.

17. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

18. Sarwono, Jonathan, dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Bandung: C.V Andi Offset.

19. Dudung. 2015. Pengertian Deskripsi, Narasi Dan Eksposisi Menurut Ahli Sastra.

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-deskripsi-narasi-dan-eksposisi-menurut-ahli-sastra/. Diakses pada tanggal 15 oktober 2017

20. Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo. 21.Choizes. April 11, 2017. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya.

Gambar

Gambar 1.  Skema Tahapan Penelitian
Gambar 2.  Skema Tahapan Perancangan
Gambar 3. Sketsa dan perancangan karkater
Gambar 4. Thumbnailing
+6

Referensi

Dokumen terkait

Terutama bila dihubungkan dengan kerangka cita hukum (recht ide) bangsa Indonesia yang berakar dalam Pancasila yang oleh para Bapak Pendiri Negara Republik Indonesia ditetapkan

Permasalahan yang mendasar dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha perusahaan tersebut menurut pendapat seluruh manajemen adalah pasar yang tidak menjanjikan,

Peranan faktual Penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam Mengungkap Kasus Tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana mengacu pada pelaksanaan tugas

Pada hak jaminan tidak mengatur secara tegas kapan lahirnya hak kebendaan pada hak jaminan sebagaimana pada lembaga jaminan hak tanggungan dan Fidusia, sehingga lahirnya

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Novita Diana 2016

This report presents the second set of WHO Child Growth Standards and describes the methods used to construct the standards for head circumference-for-age, arm

artinya di samping hak-hak atas tanah yg disebutkan dalam UUPA, kelak dimungkinkan lahirnya hak atas tanah yg baru yang diatur secara khusus dengan UU.2. Hak atas tanah

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2015 pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk