• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA DAN REGULASI MEDIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETIKA DAN REGULASI MEDIA (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA DAN REGULASI MEDIA

PROGRAM DEWASA SIAR PADA JAM TAYANG PRA-SEKOLAH DAN ANAK

Oleh:

FAIRUZA KHAIRUL IKHSAN

0802514047

PEMINATAN BROADCASTING AND NEW MEDIA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA JAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Menurut Effendy (2002 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Televisi adalah salah satu media yang memilii peran besar terhadap masyarakat, media massa menduduki peran penting dalam teori pembelajaran social (Winarso, 2005:175). Televisi juga dapat membentuk sifat masyarakat dengan tayangan yang disajikan.

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku (Morrisan, 2011:217).

Pengaruh siaran televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah terlepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R, Mar’at, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka terhanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).

Tayangan menurut bahasa adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan), pertunjukan (film, dan sebagainya) persembahan. Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang1. Tayangan

televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melaui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pandidikan.

Di Indonesia, media televisi mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya sebagai salah satu sarana untuk memberikan suatu informasi kepada masyarakat. Dengan adanya peningkatan ini stasiun televisi juga bertambah banyak, di Indonesia sendiri memiliki 379 stasiun tv lokal dan

(3)

15 stasiun televisi nasional2. Namun dengan adanya hal tersebut dapat menimbulkan dampak

negative, dimana semua stasiun televisi berlomba lomba membuat suatu program untuk menarik minat masyarakat tampa memikirkan konten yang tersaji didalamnya.

Banyaknya program yang disajikan sehingga jam tayang anak terganggu. Tidak sedikit program televisi yang ditayangkan pada jam siar pra-sekolah dan anak memiliki konten yang tidak baik untuk dilihat oleh anak. Hal tersebut dapat berdapak buruk bagi psikologis mereka seperti perubahan perilaku, sifat alami anak mulai berubah, sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain dan anak mempunyai gaya yang lebih tua dari usianya3

Seharusnya isi konten pada jam siar pra-sekolah dan anak mengenai pendidikan, gaya pencitraan dan tampilan sesuai dengan pertumbuhan anak4. Namun pada saat ini ada beberapa

stasiun televisi yang menyiarkan program acara yang memiliki konten yang seharusnya tidak dilihat oleh pra-sekolah dan anak.

KPI seharusnya lebih tegas dalam memerhatikan jam tayang pra-sekolah dan anak. Karena selama ini yang kita tahu KPI hanya tegas pada konten siaran namun kurang tegas dalam melindungi hak jam tayang pra-sekolah dan anak. Sehingga anak dapat menikmati siaran tanpa ada gangguan dengan konten dewasa di dalamnya.

Seperti yang kita tahu saat ini stasiun televisi kurang memerhatikan konten dengan jam tayang yang seharusnya. Mereka hanya mementingkan program siaran agar dapat bersaing dengan stasiun televisi lainnya. Hal tersebut dapat berdampak besar kepada pra-sekolah dan anak jika KPI tidak peduli mengenai itu.

2 Admin. http://selingan.klikbekasi.co/2015/02/26/jumlah-stasiun-televisi-di-indonesia-capai-394 diakses pada 31 Januari 2018 pukul 9.49 WIB

3 Admin. http://www.koran-jakarta.com/dampak-psikologis-sinetron-bagi-anak/ diakses pada 31 januari 2018 pukul 13.39 WIB

(4)

BAB II PERMASALAHAN

Dengan banyaknya stasiun televisi di Indonesia, nampaknya hal tersebut menjadi lahan perang bagi perusahaan media agar bisa mendapatkan penonton tanpa memikirkan konten pada program yang tayang pada jam siar pra-sekolah dan anak. Perusahaan media malah lebih mementingkan pendapatan untuk mereka dibandingkan untuk membangun Indonesia dengan tayangan yang lebih baik.

Banyaknya stasiun televisi yang mempertontonkan acara sinetron yang tidak mendidik, memang seharusnya perlu ditegur dan dikurangi. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah mungkin bisa dengan menyaring tiap sinetron atau acara televisi lain sebelum tayang. Stasiun televisi yang menayangkannya juga hendaknya berfikir dulu bila akan membuat dan menayangkan program/acaranya. Jangan hanya mengutamakan rating, sedangkan kualitas tontonannya menyimpang. Program yang baik itu harus memperhatikan sasaran penontonnya siapa dan apa dampak positif-negatif ke depannya.

Padahal konten siaran diatur oleh P3SPS untuk mengatur konten yang tayang pada jam tersebut. Hal itu juga mengatur agar tayang yang ada pada jam tersebut dapat dinikmati oleh anak. Namun nyatanya tidak sedikit stasiun televisi yang menayangkan konten gossip maupun kisah cinta yang masih belum layak untuk diketahui oleh anak seusianya.

Stasiun televisi nasional seperti SCTV, RCTI dan TRANS TV merupakan stasiun televisi terbesar di Indonesia. Stasiun televisi ini memiliki banyak program gossip, sinetron, FTV dan reality show. SCTV, RCTI dan TRANS TV juka ikut menayangkan program televisi yang memiliki konten dewasa namun disiarkan pada jam tayang pra-sekolah dan anak. Sebagai salah satu stasiun televisi terbesar di Indonesia seharusnya mereka dapat mengerti dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan di P3SPS agar dapat memberikan tontonan yang layak bagi anak – anak. Namun stasiun televisi tersebut malah menayangkan program siaran yang memiliki konten dewasa bukan pada jam tayangnya.

(5)

Gambar II.1

Sumber: http://www.transtv.co.id/schedule diakses pada 31 januari 2018

Gambar II.2

(6)
(7)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

Komisi Penyiaran Indonesia berdasarkan pada UU 32 tahun 2002 (UU Penyiaran) diberi kewenangan untuk mengatur dan menciptakan regulasi dalam bidang penyiaran. Melalui kewenangan tersebut KPI mewujudkan regulasi penyiaran dalam bentuk P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran). P3SPS disusun berdasarkan masukan dari kalangan masyarakat, akademisi, ormas dan juga praktisi penyiaran. Melalui P3SPS diharapkan dapat menjadi dasar bagi Lembaga Penyiaran dalam menyajikan program siaran yang berkualitas, sehat, dan bermartabat. P3SPS adalah pedoman dan standar bagi kegiatan penyelenggaraan penyiaran baik TV maupun radio di Indonesia5.

Di dalamnya P3SPS mengatur mengenai hak jam tayang pra-sekolah dan anak dan hak haknya. Berikut adalah pasal yang menyangkut hak pra-sekolah dan anak pada P3SPS6:

PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN BAB X

PERLINDUNGAN KEPADA ANAK Pasal 14

(1) Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran. (2) Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi siaran.

5 Admin. http://www.kpi.go.id/index.php/id/siaran-pers/3050-siaran-pers-dialog-uji-publik-pedoman-perilaku-penyiaran-dan-standar-program-siaran-p3sps diakses pada 31 januari 2018 pukul 17.14 WIB

(8)

STANDAR PROGRAM SIARAN

(1) Program siaran klasifikasi P adalah program siaran yang khusus dibuat dan ditujukan untuk anak usia pra-sekolah yang mengandung muatan, gaya penceritaan, dan tampilan sesuai dengan perkembangan jiwa anak usia pra-sekolah.

(2) Program siaran klasifikasi P berisikan hiburan dan pendidikan yang memiliki muatan dan nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai sosial dan budaya, serta budi pekerti yang kuat.

(3) Program siaran klasifikasi P ditayangkan antara pukul 07.00 hingga pukul 09.00 dan antara pukul 15.00 hingga pukul 18.00.

(4) Program siaran klasifikasi P dilarang menampilkan: a. adegan kekerasan dan/atau berbahaya;

b. adegan seksual sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 18.

c. adegan dan muatan yang terkait dengan kekuatan paranormal, klenik, praktek spiritual magis, horor, dan/atau mistik;

d. muatan yang mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan/atau membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;

(9)

f. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam yang menampilkan visualisasi pakaian dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan pembalut wanita, iklan kondom dan/atau alat pencegah kehamilan lain, promo program siaran yang masuk klasifikasi remaja dan dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat vital;

g. hubungan asmara antara lawan jenis dan sesama jenis; dan h. jasa pelayanan seksual dan/atau alat bantu seksual.

Bagian Ketiga Klasifikasi A Pasal 36

(1) Program siaran klasifikasi A khusus dibuat dan ditujukan untuk anak- anak serta mengandung muatan, gaya penceritaan, dan tampilan sesuai dengan perkembangan jiwa anak-anak.

(2) Program siaran klasifikasi A berisikan nilai-nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan, nilai-nilai sosial dan budaya, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik, dan penumbuhan rasa ingin tahu anak-anak tentang lingkungan sekitar.

(3) Program siaran klasifikasi A dapat menampilkan nilai-nilai dan perilaku anti-sosial sepanjang bukan sebagai suatu hal yang dapat dibenarkan dan diikuti dengan penggambaran sanksi dan/atau akibat atas perilaku anti-sosial tersebut.

(4) Program siaran klasifikasi A dilarang menampilkan: a. adegan kekerasan dan/atau berbahaya;

b. adegan seksual sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 18.

c. adegan dan muatan yang terkait dengan kekuatan paranormal, klenik, praktek spiritual magis, horor, dan/atau mistik;

d. muatan yang mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan/atau membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;

(10)

f. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam yang menampilkan visualisasi pakaian dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan pembalut wanita, iklan kondom dan/atau alat pencegah kehamilan lain, promo program siaran yang masuk klasifikasi remaja dan dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat vital;

g. hubungan asmara antara lawan jenis dan sesama jenis; dan h. jasa pelayanan seksual dan/atau alat bantu seksual.

(11)

BAB IV

ANALISIS DAN DISKUSI

Perkembangan teknologi komunikasi, khususnya televisi telah membawa dampak negatif sekaligus positif. Oleh karena itu, televisi kerap disanjung karena kebaikan siarannya, dan seringkali juga jadi kambing hitam karena efek negatif siaran yang ditayangkan. (Aep Kusnawan, 2004 : 73). Dalam hal ini KPI seharusnya lebih peka pada jam tayang anak, karena sebenarnya pada jam jam tersebut masih banyak stasiun televisi yang masih melanggar P3SPS. Pada saat ini KPI hanya focus pada konten yang disajikan oleh stasiun televisi. Dalam P3SPS jam tayang yang dilindungi untuk anak yaitu pada pukul 05.00 hingga 18.00 waktu setempat.

Beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh pihak TRANS TV yaitu menayangkan program Insert Pagi, FTV, Insert dan Katakan Putus, Rumpi (no secret). Program TV tersebut mengandung unsur perceraian, perselingkuhan, hubungan asmara antara lawan jenis, adegan kekerasan dan/atau berbahaya. Begitu juga dengan SCTV yang menayangkan mermaid in love 2 dunia dan SCTV FTV pagi. RCTI menayangkan go spot, intens dan silet. Jam yang seharusnya di isi oleh program dengan konten mendidik untuk anak tetapi malah di isi oleh program yang seharusnya tidak patut dilihat oleh anak. Pada program gossip seperti insert, go spot, rumpi, intens dan silet terkadang topic pembicaraan mereka mengenai isu perselingkuhan, percintaan, perceraian bahkan terkadang membicarakan isu pornografi yang seharusnya tidak dilihat oleh anak. Menurut pasal 14 yang berisi “Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran.” Ini sudah jelas bahwa program siaran tersebut tidak layak untuk disiarkan pada jam tayang anak dan seharusnya KPI menegur pihak perusahaan media tersebut untuk memindahkan jam tayang program itu agar dapat melindungi anak.

(12)
(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisa dan diskusi diatas penulis bisa mendapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:

 masih banyak perusahaan media yang melanggar P3SPS mengenai jam tayang pra-sekolah dan anak.

 program siaran yang tayang pada jam tayang pra-sekolah dan anak masih ada konten yang seharusnya tidak tayang pada jam tersebut.

 pihak stasiun televisi masih kurang peduli atau kurang memerhatikan mengenai penonton pra-sekolah dan anak.

 tidak semua program siaran yang tayang pada jam pra-sekolah dan anak bisa dinikmati oleh anak.

dari hasil kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran kepada KPI dan perusahaan media, yaitu:

 KPI harus bertindak tegas kepada perusahaan media agar dapat melindungi am tayang pra-sekolah dan anak.

 Perusahaan media harus lebih peka terhadap penontonnya dan jangan selalu mementingkan kepentingan perusahaan.

 Perusahaan media diharapkan dapat menyaijkan konten yang sesuai pada jam tayang pra-sekolah dan anak agar dapat memberikan wawasan lebih kepada anak.

 Perusahaan media harus memperhatikan konten apasaja yang ada pada program siaran mereka.

(14)

Buku

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher

Morrisan M.A. 2011. Managemen Media Penyiaran Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kusnawan, Aep. 2004. Komunikasi Penyaran Islam. Bandung. Benang Merah Pers

KPI. 2012. P3 (Pedoman Perilaku Penyiaran) dan SPS (Standar Program Siaran)

Website

Admin. Pengertian Tayangan Televisi. ( http://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-tayangan-televisi.html diakses pada 31 Januari 2018 pukul 1.11 WIB)

Admin. Dampak Psikologis Sinetron bagi Anak. ( http://www.koran-jakarta.com/dampak-psikologis-sinetron-bagi-anak/ diakses pada 31 januari 2018 pukul 13.39 WIB)

Admin. Jumlah Stasiun Televisi di Indonesia Capai 394.

(http://selingan.klikbekasi.co/2015/02/26/jumlah-stasiun-televisi-di-indonesia-capai-394 diakses pada 31 Januari 2018 pukul 9.49 WIB)

Admin. Siaran Pers Dialog Uji Publik Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran (P3SPS). ( http://www.kpi.go.id/index.php/id/siaran-pers/3050-siaran-pers-dialog-uji-publik-pedoman-perilaku-penyiaran-dan-standar-program-siaran-p3sps diakses pada 31 januari 2018 pukul 17.14 WIB)

Admin. Jadwal Acara TV Hari Ini Rabu, 31 Januari 2018. (www.jadwaltelevisi.com diakses pada 31 Januari 2018)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini subyek penelitian ditentukan secara purposive sampling dengan teknik jemput bola (snow ball sampling) yaitu menelusuri terus subyek yang dibutuhkan untuk

Melalui kerja sama dengan Pemda DKI Jakarta disusun Rencana Induk Kawasan Gelora Senayan yang menetapkan Koefisien Dasar Bangunan maksimum 20 persen, ini

Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang status gizi, pengetahuan tentang gizi, dan pola makan pada remaja awal (siswa SMP) yang tinggal di

Perbedaan lainnya adalah dari penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe (2012) itu didapat hasil bahwa Adjusted R Square sebesar 54,5% yang artinya 54,5% variasi

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan prinsip superposisi..

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bokashi gamal dan kacang tanah terhadap serapan nitrogen tanaman jagung manis (Zea mays saccarata), maka dapat

Berdasarkan hasil pengamatan di RPH Pesanggaran dapat disimpulkan bahwa sebagian besar telah memenuhi kriteria penerapan animal welfare dengan persentase pada

Penyampaian pesan tersebut direalisasikan dengan rancangan destinasi branding yang mewakili identitas visual dan daya tarik kesenian golok yang dimiliki oleh desa Seuat Jaya