• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Model Pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR FISIKA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARANGUIDED INQUIRY DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)

PADA SISWA KELAS VIIISMP N 1 BATEALIT JEPARA MATERI POKOK GAYA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

dalam Ilmu Pendidikan Fisika

Oleh:

ABDUL FATAH RIDHWAN NIM. 073611013

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

ii PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Fatah Ridhwan

NIM : 073611013

Jurusan/Program Studi : Tadris Fisika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 8 Desember 2011 Saya yang menyatakan,

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA R.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) NgaliyanSemarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387

PENGESAHAN Naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Komparasi Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara Materi Pokok Gaya Tahun Ajaran 2011/2012

Nama : Abdul Fatah Ridhwan

NIM : 073611013

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Fisika

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika.

Semarang, 27 Desember 2011

DEWAN PENGUJI Ketua, Sekretaris,

H. Mursid, M. .Ag. Andi Fadlan, S .Si., M. Sc. NIP. 196703052001121001 NIP. 198009152005011006

Penguji I, Penguji II,

Joko Budi Poernomo, M. Pd. Wenty Dwi Yuniarti, S. Pd. M. Kom. NIP. 197602142008011011 NIP. 197706222006042005

Pembimbing I, Pembimbing II

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 1 Desember 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Komparasi Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara Materi Pokok Gaya Tahun Ajaran 2011/2012

Nama : Abdul Fatah Ridhwan

NIM : 073611013

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Fisika

Saya memandang baahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I

(5)

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 25 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Komparasi Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara Materi Pokok Gaya Tahun Ajaran 2011/2012

Nama : Abdul Fatah Ridhwan

NIM : 073611013

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Fisika

Saya memandang baahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing II

(6)

vi ABSTRAK

Judul : Studi Komparasi Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams

Achievement Division) pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara Materi Pokok Gaya Tahun Ajaran 2011 / 2012.

Nama : Abdul Fatah Ridhwan

NIM : 073611013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar Fisika materi pokok Gaya antara peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry dengan peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division), dan juga untuk mengetahui model manakah di antara model pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) yang memberikan hasil belajar Fisika yang lebih baik

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, dengan metode teknik komparatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara yang berjumlah 177 siswa dan terdiri dari lima kelas paralel. Sampel penelitian ini adalah kelompok eksperimen 1 (Guided Inquiri) dari kelas VIII-C sebanyak 36 siswa dan kelompok eksperimen 2 (STAD) dari kelas VIII-D sebanyak 34 siswa. Jadi banyaknya sampel seluruhnya adalah 70 peserta didik dan diperoleh dengan cara randomsampling.

Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, observasi dan tes. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai dasar untuk mengadakan penelitian diantaranya Daftar nilai mata Pelajaan Fisika kelas VIII (data awal) pada materi pokok sebelum gaya. Metode observasi digunakan untuk mengamati pembelajaran. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar Fisika pada materi pokok gaya kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis statistik uji perbedaan rata-rata kelas eksperimen 1 (Guided Inquiri) dan kelas eksperimen 2 (STAD) dengan analisis uji t test .

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: rata-rata hasil belajar Fisika pada materi pokok Gaya peserta didik kelas SMP N 1 Batealit Jepara dengan model pembelajaran Guided Inquiri adalah sebesar 64,44, sedangkan rata-rata hasil belajar Fisika peserta didik dengan model STAD sebesar 58,15. Dari uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t-test dihasilkan thitung sebesar 2,31. Setelah thitung dikonsultasikan dengan ttabel dengan dk(n1n22)= 68 dan

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Salawat serta salam senantiasa pula tercurahkan ke hadirat beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya dengan harapan semoga mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry Dan STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara Materi Pokok Gaya Tahun Ajaran 2011 / 2012” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Muhibbin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

3. Andi Fadlan, S. Si., M. Sc. dan Drs. Karnadi, M. Pd. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk selalu memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada peneliti selama di bangku kuliah. 5. Drs. H. Ahmad Yazid, M. P d Selaku kepala sekolah SMP N 1 Batealit 6. Patmono Aprianto, S. Pd, Selaku guru mapel IPA di SMP N 1 Batealit

(8)

viii

8. Kedua adik saya sikembar yang imut-imut Ayu Andaru Risnawati dan Ayu Andira Lisnawati, yang senantiasa memberikan inspirasi bagi peneliti.

9. Erin Vidiyanti yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, baik secara moril maupun materil.

10.Teman-teman kos gendani yang telah menganggap peneliti sebagai bagian dari keluarga sendiri.

11.Kawan-kawan Tadris Fisikaa 07 senasib seperjuangan. 12.Teman-teman KKN Posko 16 Desa Kalisidi.

13.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga amal yang telah diperbuat akan menjadi amal yang saleh, dan mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Akhirnya Penulis Berharap semoga skripsi ini bermanfaat, Khususnya bagi penulis, Amin Ya Rabbal‘Alamin.

Semarang, 8 Desember 2011 Peneliti

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... vi

HALAMAN ABSTRAKSI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Penelitian yang Relevan ... 6

B. Kerangka Teoritik ... 8

1. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 8

2. Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 15

3. Model Pembelajaran STAD ... 19

4. Materi Pokok Gaya ... 24

C. Rumusan Hipotesis ... 29

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31

D. Variabel Penelitian dan Indikator... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

(10)

x

G. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian. ... 43

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 53

C. Pembahasan hasil penelitian ... 56

D. Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB. V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

C. Penutup ... 60

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ... 17

Tabel 2.2 : Skor Perkembangan Individu ... 22

Tabel 2.3 : Skor Perkembangan Anggota Kelompok ... 23

Tabel 4.1 : Persentase Validitas Butir Soal ... 44

Tabel 4.2 : Persentase Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 46

Tabel 4.3 : Persentase Daya Beda Butir Soal ... 47

Tabel 4.4 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen 1 ... 48

Tabel 4.5 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen 2 ... 49

Tabel 4.6 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Eksperimen 1 ... 51

Tabel 4.7 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Eksperimen 2 ... 52

Tabel 4.8 : Daftar Chi Kuadrat Data Nilai Awal ... 54

Tabel 4.9 : Daftar Uji Homogenitas Data Nilai Awal ... 54

Tabel 4.10 : Daftar Chi Kuadrat Data Nilai Akhir ... 55

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Arah gaya ... 25 Gambar 2.2 : Gaya Searah Yang Bekerja Pada Suatu Benda……….. 25 Gambar 2.3 : Resultan Gaya Searah ... 25 Gambar 2.4 : Gaya berlawanan arahYang Bekerja Pada Suatu

Benda……… 26 Gambar 2.5 : Resultan Gaya Berlawanan Arah ... 26 Gambar 3.1 : Skema Alur Penelitian ... 30 Gambar 4.1 : Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal

Kelas Eksperimen 1... 48 Gambar 4.2 : Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal

Kelas Eksperimen 2... 50 Gambar 4.3 : Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir

Kelas Eksperimen 1... 51 Gambar 4.4 : Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Uji Coba Lampiran 2 : Silabus

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guided Inquiry Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran STAD

Lampiran 5 : Kuis STAD

Lampiran 6 : Kisi-kisi Tes Uji Coba Lampiran 7 : Soal Tes Uji Coba

Lampiran 8 : Kunci Jawaban Tes Uji Coba

Lampiran 9 : Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Butir Soal

Lampiran 10 : Perhitungan Validitas Butir Soal Lampiran 11 : Perhitungan Reliabilitas Butir Soal

Lampiran 12 : Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Lampiran 13 : Perhitungan Daya Beda Butir Soal

Lampiran 14 : Kisi-kisi Tes Lampiran 15 : Soal Tes Evaluasi

Lampiran 16 : Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi

Lampiran 17 : Daftar Nilai Awal dan Akhir Peserta didik Kelas Eksperimen 1 dan 2

Lampiran 18 : Daftar Kelompok Kelas Dengan Pembelajaran STAD

Lampiran 19 : Daftar Skor Perkembangan Pembelajaran STAD

Lampiran 20 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas Eksperimen 1 Lampiran 21 : Uji Normalitas Data Nilai Awal Kelas Eksperimen 2 Lampiran 22 : Uji Homogenitas Nilai Awal Kelas Eksperimen 1 dan 2 Lampiran 23 : Uji Normalitas Data Nilai Akhir Kelas

Eksperimen 1

Lampiran 24 : Uji Normalitas Data Nilai Akhir Kelas Eksperimen 2

Lampiran 25 : Uji Homogenitas Nilai Akhir Kelas Eksperimen 1 dan 2

(14)

xiv

Lampiran 27 : Surat Keterangan dari Lab Matematika Lampiran 28 : Piagam PASSKA

Lampiran 29 : Piagam KKN

Lampiran 30 : Surat Keterangan Ko. Kurikuler Lampiran 31 : Nilai Ko. Kurikuler

Lampiran 32 : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 33 : Surat Izin Riset

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia, mengingat pendidikan merupakan hal yang penting karena akan menghasilkan pengetahuan, dan menjadikan pengalaman, sehingga akan terwujud dalam diri seseorang bekal atau modal untuk menjalani kehidupan. Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan mau tidak mau harus berjalan mengikuti perubahan untuk memenuhi peranannya sebagai pencetak generasi muda berikutnya. Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Bukan hanya perubahan dalam sektor kurikulum, tetapi jaga diikuti perubahan praktek pembelajaran di dalam maupun diluar kelas.

Maka dalam menghadapi pembelajaran yang sekarang ini, guru perlu mempersiapkan peserta didik agar mampu bertindak atau belajar secara mandiri, memiliki pengetahuan yang mantap dan mampu berkomunikasi dengan pihak lain. Hal semacam itu dapat dilakukan oleh peserta didik melalui cara belajar mandiri dan diberikan secara bertahap dan berkelanjutan. Oleh karena itu, kemampuan peserta didik untuk belajar mandiri dan mampu menyampaikan temuannya perlu dilatih dan dikembangkan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diartikan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.

(16)

2 deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksi di dalamnya.

Mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar guru mampu mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat.

Di dalam pembelajaran Fisika masih terdapat banyak kesulitan yang dialami oleh guru maupun siswa. Salah satu penyebabnya adalah faktor ketidaksukaan siswa pada mata pelajaran Fisika, sehingga Fisika masih belum mendapatkan tempat di hati para peserta didik. Masih banyak anggapan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan sesuatu yang membosankan dan pelajaran yang menakutkan, yang berisi rumus dan hitung - hitungan yang rumit.

Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Model-model pembelajaran tersebut sangat bergantung pada tujuan yang akan dicapai oleh guru. Model belajar tersebut di antarannya adalah model pembelajaran Guided Inquiry, dan model STAD (Student Teams Achievement Division ).

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan.1 Di dalam pembelajaran inkuiri juga terdapat beberapa macam bentuk pembelajarn inkuiri, salah satunya adalah inkuiri terbimbing atau

Guided Inquiry. Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru mennyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaaanya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau

(17)

3 masalah. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa yang belum berpegalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran di berikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalah yang di sodorkan oleh guru.2

Sedangkan STAD (Student Teams Achievement Division), merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.3 Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru.

Berdasarkan pemikiran di atas maka peneliti tertarik untuk membandingkan hasil belajar Fisika dengan menerapkan model pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division). Karena itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “ Studi Komparasi Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran

Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara Materi Pokok Gaya Tahun

Ajaran 2011 / 2012 ”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara penggunaaan model pembelajaran Guided Inquiry dengan STAD (Student Teams

2Hamruni, Strategi, hlm. 144.

3

(18)

4

Achievement Division) pada materi pokok Gaya di kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara?

2. Model manakah di antara model pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) yang memberikan hasil belajar Fisika yang lebih baik?

C. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik

a. Peserta didik memperoleh pengalaman baru cara belajar Fisika yang lebih efektif, menarik dan menyenangkan serta mudah untuk memahami materi yang dipelajari.

b. Mampu meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran Fisika pada materi pokok Gaya.

c. Meningkatkan kerja sama peserta didik dalam kelompok dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi peserta didik.

2. Bagi guru

a. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar sebagai motivator, demi peningkatan kualitas pengajaran.

b. Mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan variasi pembelajaran di kelas, khususnya Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division).

c. Dengan adanya penelitian ini maka diperoleh pengalaman mengajar Fisika dengan model pembelajaran yang efektif.

3. Bagi sekolah

a. Diperoleh panduan inovatif model model pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya.

(19)

5 4. Bagi peneliti

a. Mendapat pengalaman langsung pelaksanaan model pembelajaran

Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) untuk mata pelajaran Fisika, sekaligus sebagai contoh yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan di lapangan.

(20)

6 BAB II

LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai acuan kerangka berpikir, beberapa kajian pustaka tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rohmat (NIM 06311007), mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Tadris, program studi Tadris Fisika dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri Terpimpin Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Tekanan Kelas VIII MTs Negeri Borobudur Kab. Magelang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011”. Variabel X dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Inquiri Terpimpin, sedangkan variable Y adalah hasil belajar Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Tekanan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan Model Pembelajaran Inquiri Terpimpin. Dalam penelitian hasil belajar Fisika yang menggunakan pembelajaran inquiri terpimpin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar Fisika. Dibuktikan dengan hasil belajar kelas eksperimen yang dikenai model pembelajaran inkuiri terpimpin dengan jumlah peserta didik sebanyak 32 siswa adalah 71,25 sedang kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan dengan jumlah peserta didik 32 siswa adalah 62,66. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Fisika pada materi pokok tekanan yang menggunakan Inquiri Terbimbing lebih baik dibandingkan hasil belajar Fisika yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(21)

7

Pelajaran 2009/2010”. Variabel X dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe TGT, sedangkan variable Y adalah hasil belajar Hasil Belajar Matematika setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe TGT. Dalam penelitian ini hasil belajar Matematika peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari hasil belajar Matematika peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, ditunjukan dengan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 1 setelah mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan jumlah peserta didik sebanyaak 36 siswa adalah 79,583 dan nilai rata-rata hasil belajar eksperimen 2 setelah mendapatkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan jumlah peserta didik sebanyaak 36 siswa adalah 71,389. Sehingga dapat di simpulkan bahwa nilai rata-rata pembelajaran Kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada nilai rata-rata pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

(22)

8 kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division) berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi materi pokok sistem peredaran darah pada manusia siswa kelas VIII MTs Uswatun Hasanah Mangkang Semarang.

Sementara itu dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan model pembelajaran inkuiri khususnya Guided Inquiry dengan STAD (Student Teams Achievement Division), model manakah diantara model pembelajaran

Guided Inquiry dan STAD (Student Teams Achievement Division) yang memberikan hasil belajar Fisika yang lebih baik.

B. Kerangka Teoritik

1. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar a) Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Di Dalam islam, belajar merupakan kewajiban bagi seorang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini di nyatakan dalam surat Al Mujadalah:11 yang berbunyi:1

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu”.

Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak di samping bagi kehidupan diri bagi

1

(23)

9 pemilik itu sendiri. Begitu besar arti belajar dalam kehidupan manusia, maka diperlukan pengertian belajar yang komprehensif sehingga akan jelas tujuan dari belajar itu sendiri. Berikut akan dikutip beberapa rumuskan pengertian belajar antara lain.

Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Agus Suprijono belajar adalah disposisi atau kemampuan yang di capai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut akan di peroleh secara langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.2

Sedangkan Chaplin dalam Dictionary of Psikologi,

sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “ learning is any relatively permanent chage in behavioras that is the result of past and exsperience “. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduannya “ proces of acquiring as a result of special partice”. Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. 3

Hilgard dan bower, sebagaimana di kutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang.4

Menurut Clifford T. Morgan “learning is any relatively permanent change in behavior that is the result of past experience”.5 Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap bahkan merupakan pengalaman masa lalu. Slameto juga merumuskan

2

Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm 2.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, hlm. 88.

4

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. 7, hlm. 84.

5

(24)

10 pengertian tentang belajar sebagaimana di kutip oleh Syaiful Bachri Djamarah. Menurutnya belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya.6

Shaleh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid dalam kitab

Attarbiyah wa Turuqu Tadris, mengemukakah

!" #

$ #

! !%

Belajar adalah perubahan dalam diri peserta didik berdasarkan pengalaman masa lalu, sehingga tercipta perubahan yang baru.

Sedangkan menurut teori Behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara setimulus dan respons. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang terjadi dari hasil interaksi antara setimulus dan respons.8

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. dalam hal pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperolehnya dari latihan ataupun pengalaman.

Belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan

6

Syaiful Bachri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), Cet. 2,

hlm. 13. 7

Shaleh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris, (Mesir: Darul Ma’arif), hlm. 169.

8

(25)

11 perubahan pada dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra dan pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan baik dari segi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang positif, maka dapat dikatakan, belajarnya belum efektif.

b) Prinsip belajar

Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, dimulai sejak ayunan (buaian) sampai dengan liang lahat (meninggal). Apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajarnya pada setiap fase perkembangan berbeda-beda.9

Prinsip belajar mencakup tiga hal:10

1. Prinsip belajar adalah perubahan perilaku dari hasil belajar yang memiliki ciri ciri :

a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang di sadari.

b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d. Positif atau berakumulasi.

e. Aktif sebagai usaha yang di rencanakan dan di lakukan. f. Permanen atau tetap.

g. Bertujuan dan terarah.

h. Mecakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2. Belajar merupakan proses, belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah Proses yang dimaksudkan adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik.

3. Belajar merupakan bentuk pengalaman, dan pada dasarnya merupakan hasil dari interaksi antara peserta didik dan lingkungan.

c) Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu di upayakan dalam proses belajar mengajar

9

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 5, hlm. 165.

10

(26)

12 untuk mencapai tujuan pendidikan.11 Hasil belajar adalah pola pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar dapat berupa :12 1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam melakukan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Dari bentuk-bentuk hasil belajar di atas maka dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya aspek potensi kemanusiaan saja.

d) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam yaitu:13

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi rohani dan jasmani siswa.

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Faktor Internal siswa yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri baik mengenai keadaan jasmani dan rohani.

11

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2009), hlm. 34 12

Agus suprijono , Cooperatif , hlm. 5. 13

(27)

13 a). Keadaan Jasmani

Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b). Keadaan Rohani atau Psikologi

Faktor-faktor rohani siswa yang dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut:

(1). Intelegensi siswa

Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

(2). Sikap siswa

Perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya sikap terhadap ilmu pengetahuan.

(3). Bakat siswa

Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang studi tertentu. Oleh karena itu, tidak bijaksana apabila memaksakan kehendak tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki siswa. (4). Minat

(28)

14 (5). Motivasi siswa

Motivasi sangat penting di dalam segala aktivitas siswa karena untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Faktor eksternal siswa yaitu faktor belajar yang datang dari luar diri siswa meliputi lingkungan sosial dan non sosial.

a). Lingkungan sosial

Lingkungan sosial siswa adalah guru, masyarakat, tetangga, teman sebaya, orang tua, dan keluarganya. Dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

b). Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik. Faktor pendekatan itu meliputi pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah.

a). Pendekatan tinggi

Pendekatan tinggi yaitu pendekatan yang diperoleh melalui ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya.

b). Pendekatan sedang

Pendekatan sedang yaitu belajar karena memang tertarik dan merasa membutuhkan.

c). Pendekatan rendah

(29)

15 2. Model pembelajaran Guided Inquiri (inkuiri terbimbing)

a. Konsep dasar pembelajaran inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusi sejak ia lahir.

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan.14

Menurut Edmund C. Short, “ inquiry is an intellectual activity in which we seek to find out something not yeat known or clearly understood. Inquiry is prompted by the need to have reliable answerd to certain perplexing question ”.15 Inkuiri merupakan aktifitas intelektual di mana kita mencari sesuatu yang belum diketahui atau difahami dengan jelas. Pembelajaran inkuiri didorong oleh kebutuhan untuk mendapatkan jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang membingungkan”.

Menurut Gulo, seperti yang di kutip oleh Trianto menyatakan bahwa strategi inkuiri merupakan satu rangkaian kegiatan belajar yang mengakibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.16

14

Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 132.

15

Edmun C. Short, Forms of Curicculim Inquiry, (New York : State University of New York Press, 1991), hlm. 3.

16

(30)

16 Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :17

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Siswa di tuntut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.siswa di tuntut berpikir secara logis dan kritis untuk menemukan suatu masalah .

3. Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang di temukan dalam proses inquiri.siswa berani mengungkapkan pendapat ketika mendapatkan temuannya.

Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.18

Ada beberapa hal yang menjadi konsep dasar (ciri utama) strategi pembelajaran inkuiri, yaitu :19

a) Setrategi inkuiri menekankan kepada aktifitas seorang secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

b) Seluruh aktifitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari yang di pertanyakan, sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

c) Tujuan dari penggunaan strategi inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai proses mental.

17

Trianto, Mendesain hlm. 166.

18

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009), Cet. 4, hlm. 173.

19

(31)

17 b. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri.

Menurut Eggen dan Kuchak yang dikutip oleh Trianto menyatakan bahwa tahapan pembelajaran inkuiri dapat di jabarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri20

FASE PERILAKU GURU

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah, dan masalah di tuliskan di papan tulis, guru membagi siswa dalam kelompok. 2. Membuat hipotesis. Guru memberikan

kesempatan siswa untuk membentuk hipotesis. 3. Merancang percobaan. Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah langkah yang sesuai dengan hipotesis. 4. Melakukan percobaan untuk

memperoleh informasi.

Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan.

5. Mengumpulkan dan menganalisis data.

Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk menyampaikan hasil

pengolahan data. 6. Membuat kesimpulan. Guru memberikan

kesempatan pada siswa dalam membuat kesimpulan.

c. Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru mennyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaaanya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah21.

20

Trianto, Mendesain, hlm. 172. 21

(32)

18 Pembelajaran Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalah yang disodorkan oleh guru.

d. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Inkuiri a. Kelebihan

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan setrategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini mempunyai bamyak keunggulan , antar lain:22

1) menekankan kepadaperkembangan aspek kognitif , afektif, dan psikomototor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui setrategi ini, lebih bermakna.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya.

3) Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses belajar proses perubahan tingkah laku lewat pengalaman.

4) Mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dan belajar.

b. Kekurangan

Disamping memiliki kelebihan, setrategi pembelajaran inkuiri juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya:23 1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

2) Tidak mudah mendesainnya karena terbentur dengan kebiasaan siswa.

3) Terkadang dalam implementasinya, memerlukan waktu yang panjang, sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah di tentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar di tentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka setrategi ini akan sulit di implementasikan oleh setiap guru.

22

Hamruni, Strategi, hlm. 143. 23

(33)

19 3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) a) Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan. Namun demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini telah mengidentifikasi metode pembelajaran kooperatif yang dapat di gunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai macam mata pelajaran.24

Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan setarategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok-kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.25

Pembelajaran kooperatif akan memberikan dampak positif dalam meningkatkan pencapaian prestasi peserta didik. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan hubungan antar kelompok. Dampak positif lainnya dari pembelajaran kooperatif adalah menumbuhkan kesadaran pada peserta didik perlunya belajar untuk berpikir, dan peserta didik dapat mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.

b) Pengertian STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.26

24

Robert E. Slavin. Cooperative Learning, (Teori, Riset dan Praktek), terj. Nurulita, (Bandung: Nusa Media, 2008), hlm. 4.

25

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), Cet 1, hlm. 14

26

(34)

20 Menurut Robert E. Slavin “ in (STAD), student are assigned to four member learning teams that are mixed in performance lavel gender and etnichity ”.27Di dalam STAD siswa dikelompokan menjadi empat anggota tim pembelajaran yang digabungkan dari berbagai prestasi, jenis kelamin, dan suku.

Slavin juga menyatakan,“The main idea behindStudents Team – Achievment Divisions is to motivate students to encourage and help each other master skills presented by the teacher. If students want their team to earn team rewards, they must help their teammates to learning the matrial .28Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Jika siswa ingin mendapatkan penghargaan, mereka harus saling mendukung teman kelompok dalam mempelajari suatu materi.

Keberhasilan STAD juga merupakan keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok. Setiap anggota kelompok tidak hanya melaksanakan tugas masing-masing tetapi perlu adanya kerjasama anggota kelompok. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al Qur’an Al Maidah ayat 2 yang menganjurkan untuk saling bekerjasama :

dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (Q.S. al – Ma’idah/5: 2). 29

27

Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Teory, Research and Practice), (Needhem height, Massachusetts: A Simon & Schuster Company, 1995), Cet. 2. hlm. 5.

28

Robert E. Slavin, Cooperative, hlm. 6.

29

(35)

21

STADterdiri atas Lima komponen utama, yaitu:30 a. Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-pertama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi juga biasa memasukkan presentasi audio visual.

Peserta didik akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis, dan skor kuis menentukan skor tim.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, peserta didik akan mengerjakan kuis individual. Peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap peserta didik bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor kemajuan individual

Gagasan dibalik kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap peserta didik tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap peserta didik dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada tim

30

(36)

22 dalam skor ini, tetapi tidak ada peserta didik yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik.

Tiap peserta didik diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Peserta didik selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim peserta didik dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut ini:

1) Menghitung skor individu

Skor perkembangan individu dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 2.2 Skor Perkembangan Individu

Nilai Tes Skor

Perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor

awal

20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna 30

2) Menghitung skor kelompok

(37)

23 Tabel 2.3 Skor Perkembangan Anggota Kelompok

Rata-rata tim Predikat

0 × 5 -

5 × 15 Tim baik

15 × 25 Tim sangat baik

25 × 30 Tim super

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.31

c) Langkah-langkah pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)

Berikut langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Agus soprijono dalam bukunya yamng berjudul Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem:32

1. Membentuk kelompok yang anggotannya 4 orang secara hetrogen.

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas untuk kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah menegrti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu menegrti.

4. Guru memberi evaluasi / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5. Memberikan evaluasi 6. Kesimpulan.

4. Materi pokok Gaya a. Pengertian Gaya

Gaya adalah dorongan atau tarikan terhadaap suatu benda33. Gaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh.

31

Trianto, Mendesain, hlm. 72 32

(38)

24 a) Gaya sentuh

Gaya sentuh adalah gaya yang bekerja pada benda yang terjadi akibat adanya sentuhan. Yang termasuk Gaya sentuh antara lain gaya dorong, gaya otot, dan gaya gesek

b) Gaya tak sentuh

Gaya tak sentuh adalah gaya yang bekerja pada benda tanpa adanya sentuhan dengan benda tersebut. Contoh dari gaya tak sentuh di natarannya adalah: gaya gravitasi, gaya mesin, dan gaya magnet. Di dalam alquran dalam surat Maryam ayat 25, juga dijelaskan adanya gaya gravitasi.

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”.(Q.S. Maryam/19: 25) 34

Dari ayat diatas dapat di jelaskan bahwa sebuah buah kurma yang jatuh dari pohon akan jatuh ke bawah karena adanya gaya gravitasi, gaya gravitasi termasuk dalam gaya tak sentuh

b. Resultan Gaya

1. Melukiskan Gaya

Gaya merupakan besaran vektor, yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Gaya disimbolkan dengan F dan di gambarkan sebagai garis beranak panah

33

Douglas C.Giancoli, Fisika Jilid 1, terj.Yuhliza Hanum, (Jakarta : Erlangga 2001), hlm 90

34

(39)

25

O F

Gambar 2.1 Arah Gaya

2. Resultan gaya-gaya searah

Apabila gaya diberikan pada sebuah benda adalah F1 dan F2, gaya total yang diberikan pada suatu benda dapat digambarkan sebagai berikut:

F1 F2

Gambar 2.2 Gaya Searah Yang Bekerja Pada Suatu Benda

Karena F1 dan F2 segaris dan searah maka besarnya resultan gaya adalah jumlah dari kedua gaya tersebut.

F1 F2

R

Gambar 2.3 Resultan gaya Searah

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa resultan dua gaya atau lebih yang searah dan segaris dirumuskan sebagai berikut:35

35

Titis Perwitasari, et. al., Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Siswa SMP – MTS Kelas VIII,

(40)

26 3. Resultan gaya-gaya berlawanan arah

Apabila ada sebuah benda bekerja dua gaya yang segaris tetapi berlawanan arah, besarnya kedua gaya tersebut dapat diganti dengan sebuah gaya yang besarnya sama dengan selisih kedua gaya tersebut dan arahnya sama dengan arah gaya yang besar

F1 F2

Gambar 2.4

Gaya Berlawanan Arah yang bekerja pada suatu benda

Maka resultan gayanya adalah sebagai berikut:

F1 R F2

Gambar 2.5 Resultan Gaya Berlawanan Arah

Secara matematis resultan gayanya dapat dituliskan sebagai berikut:36

c. Gaya Gesekan

Gaya gesek terjadi akibat dua permukaan benda saling bergesekan. Arah gaya gesek selalu melawan kecenderungan geraknya. Arah gaya gesek melawan gaya tariknya. Besarnya gaya gesek akan selalu sama dengan gaya tariknya ketika benda belum bergerak.

36

(41)

27 Dalam kehidupan sehari-hari terdapat gaya gesek yang menguntungkan dan ada juga gaya gesek yang merugikan. Berikut ini contoh gaya gesek yang merugikan di antaranya adalah:37

1. Gaya gesekan antara mesin mobil dan kopling menimbulkan panas yang berlebihan, sehingga mesin mobil cepat rusak karena aus.

2. Gaya gesekan antara udara dan mobil dapat menghambat gerak mobil.

3. Gaya gesekan antara ban kendaraan dan jalan mengakibatkan ban menjadi tipis.

Sedangkan gaya gesek yang menguntungkan di antaranya adalah:

1. Gaya gesekan antara kaki dan permukaan jalan mengakibatkan kita dapat berjalan

2. Gaya gesekan pada rem dapat memperlambat kendaraan.

3. Gaya gesekan antara ban yang dibuat bergerigi dengan permukaan jalan sehingga kendaraan tidak selip.

d. Gaya Berat

Berat benda adalah gaya tarik gravitasi yang dialami oleh benda38. Untuk mengukur berat suatu benda digunakan neraca pegas. Setiap benda yang ada di bumi memiliki berat.

Berat benda secara matematis dirumuskan sebagai berikut:39

dimana:

m = massa benda (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2) = berat (N)

37

Prasodjo, et. al., Fisika 2 SMP Kelas VII, (Yogyakarta : Yudhistira, 2010), hlm. 12 38

Frederick J. Bueche, Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi kedelapan, terj. B. Darmawan, (Jakarta : Erlangga, 1996), hlm.39

39

(42)

28 e. Hukum Newton

1. Hukum Newton I

Hukum I Newton yang menyatakan bahwa "suatu benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan jika resultan gaya yang bekerja pada benda itu sama dengan nol".

Secara matematis dituliskan: 40

F = 0

Menurut Hukum I Newton benda yang diam akan selalu mempertahankan keadaan diamnya dan benda yang bergerak akan selalu mempertahankan keadaan gerakknya.41Dengan sifatnya yang selalu mempertahankankan keadaan awalnya, maka Hukum Newton I disebut juga Hukum Kelembaman.

2. Hukum Newton II

Hukum II Newton, yang menyatakan “bahwa jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda tidak sama dengan nol, benda akan bergerak dengan percepatan yang besarnya sebanding dengan resultan gayanya dan berbanding terbalik dengan massa kelembamannya”

.Secara matematis dituliskan:42

atau

F = m.a

dengan:

a = percepatan (m/s2)

F = resultan gaya (N)

m = massa (kg)

40

Saeful Karim, et. al., Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitaruntuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 165.

41

Budi Prasodjo, et. al., Fisika , hlm. 7 42

(43)

29 3. Hukum Newton III

Hukum III Newton yang biasa di sebut sebagai Hukum Aksi Reaksi menyatakan bahwa “apabila sebuah benda mengerjakan gaya (gaya aksi) kepada benda yang lain, benda kedua akan mengerjakan gaya (gaya reaksi) pada benda pertama yang besarnya sama dan arahnya berlawanan”.

Secara matematis Hukum III Newton dapat ditulis sebagai berikut:43

Gaya aksi = – Gaya reaksi

Faksi = – Freaksi

C. Rumusan Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.44

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan hipotesis :

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar Fisika antara penggunaan Model pembelajaran Guided Inquiry dengan STAD (Student Teams Achievement Division).

Ha : Ada perbedaan hasil belajar Fisika antara penggunaan Model pembelajaran Guided Inquiry dengan STAD (Student Teams Achievement Division).

43

Saeful Karim, et. al., Belajar , hlm. .170.

44

(44)

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Peneiltian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, sedangkan metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode kausal komparatif, yaitu dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang selanjutnya akan dianalisis secara komparatif, yaitu membandingkan hasil belajar Fisika antara peserta didik yang model pembelajarannya menggunakan model Guided Inquiry sebagai variabel eksperimen 1 dan peserta didik yang menggunakan model STAD sebagai variabel eksperimen 2. Sedangkan untuk membandingkan antara kedua variabel tersebut menggunakan analisis uji t, bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak secara signifikan.

Skema penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian

Data nilai ulangan harian pelajaran Fisika materi pokok sebelumnya

Uji Normalitas, Homogenitas

Secara random cluster dipilih 2 kelas. eksperimen

Kelas VII C dengan model pembelajaran Guided inquiri

sebagai kelas eksperimen 1

Kelas VII D dengan model pembelajaran STAD sebagai eksperimen 2

Kelas XI A sebagai kelas uji

KBM pada materi Gaya

Tes evaluasi materi Gaya

Membandingkan hasil tes dari kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2 demgan uji ttest

Analisis tes materi Gaya

Uji Coba

Analisis untuk menentukan instrumen tes Dipilih kelas uji

coba

(45)

31 B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan peneliti pada tanggal 29 Juli sampai dengan 19Agustus 2011.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Batealit Jepara, yang terletak di Mindahan Batealit Jepara.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi penelitian

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian.1 Dalam penelitian ini yang merupakan populasi adalah peserta didik kelas kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara yang berjumlah 177 siswa dan terdiri dari lima kelas paralel.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi2. Adapun sampel dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII C sebagai kelas eksperimen 1, yang dikenai model pembelajaran Guided Inquiri dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen 2 yang dikenai model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division).

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan cara atau metode, untuk menentukan sampel dari sebuah populasi. Adapun teknik pengambilan

1

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana Perdana Media Group, 2010), hlm. 99.

2

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras. 2009), Cet. 1, hlm.

(46)

32 sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak atau tanpa pandang bulu, Semua anggota populasi di beri kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.3

D. Variabel Penelitian dan Indikator

Variabel penelitian adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik suatu penelitian4.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel 1. Variabel Bebas (independen variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab atau mempengaruhi timbulnya atau berubah-ubahnya variabel dependen.5. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran Guided Inquiry dan STAD (Student TeamsAchievement Division)

2. Variabel Terikat (dependent variabel).

Variabel merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen6. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry dan hasil belajar dengan menggunakan STAD (Student Teams Achievement Division).

Adapun indikatornya adalah adanya perbedaan hasil belajar Fisika pada materi pokok Gaya antara peserta didik yang menggunakan Model pembelajaran Guided Inquiry dan peserta didik yang menggunakan STAD (Student TeamsAchievement Division).

3

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, (Malang : UIN-Maliki Prees), Cet. 2, hlm.260

4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 118.

5

Ahmad Tanzeh, Pengantar, hlm. 85

6

(47)

33 E. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Riyanto berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tanzeh bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung7. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

2. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah metode yang dilakukan oleh peneliti menyelidiki obyek atau benda-benda tertulis.8 Sedangkan menurut Ahmad Tanzeh, dokumentasi adalah mengumpulkan data atau melihat atau mencatat suatu laporan yang tersedia.9

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai dasar untuk mengadakan penelitian antara lain sebagai beikut: 1) Daftar nama siswa kelas VIII SMP N 1 Batealit Jepara.

2) Daftar nilai mata Pelajaan Fisika kelas VIII.

3. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.10

7

Ahmad Tanzeh, Pengantar, hlm. 85

8

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, hlm. 158.

9

Ahmad Tanzeh, Pengantar, hlm. 58

10

(48)

34 Metode tes ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.

F. Teknik Analiss Instrumen

Instrumen penelitian (tes) setelah disusun sebelum diujikan harus diujicobakan. Uji coba dilakukan untuk memperoleh instrumen penelitian yang baik. Untuk mengetahui apakah instrumen itu baik, harus diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.11 Untuk mengetahui validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment dari person, yaitu sebagai berikut12 :

Tingkat Reliabilitas adalah derajat keajegan alat ukur dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.13 Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 14

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 168.

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 170.

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 178

14

(49)

35 Vt

pq Vt

k k r

1

11

Keterangan :

11

r = Reliabilitas tes secara keseluruhan

k = Banyaknya soal

Vt = Varians total

p = Proporsi subyek yang menjawab soal dengan benar

q = Proporsi subyek yang menjawab soal dengan salah c. Tingkat Kesukaran

Soal dikatakan baik, bila soal tidak terlalu mudah dan soal tidak terlalu sukar.15 Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran butir soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:16

JS B

P

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah seluruh peserta didik yang ikut tes

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: - Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar;

- Soal dengan 0,00 < P 0,30 adalah soal sukar; - Soal dengan 0,30 < P 0,70 adalah soal sedang; - Soal dengan 0,70 < P 1,00 adalah soal mudah; dan - Soal dengan P = 1,00 adalah soal terlalu mudah

15

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009), hlm.207.

16

(50)

36 d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah.17

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi untuk butir soal pilihan

ganda adalah: 18

B

JA = jumlah peserta didik kelompok atas JB = jumlah peserta didik kelompok bawah

BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok atas.

BB = jumlah siswa kelompok bawah menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah

PA =

A A

J B

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

(P = indeks kesukaran).

PB =

benar (P = indeks kesukaran). Klasifikasi daya pembeda soal:

DP 0,00 = sangat jelek

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar, hlm. 221.

18

(51)

37 G. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data tahap awal dan data tahap akhir. Data tahap awal diperoleh dari nilai ulangan harian sebelum kelas eksperimen dikenai perlakuan dan data tahap akhir diperoleh setelah kelas eksperimen dikenai perlakuan. Adapun analisis kedua data tersebut adalah sebagai berikut.

1. Analisis Data Tahap Awal

Analisis data keadaan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 mempunyai kemampuan awal yang sama atau tidak, sebelum mendapat perlakuan yang berbeda, yakni model Guided Inquiry sebagai variabel eksperimen 1 dan peserta didik yang menggunakan model pembelajarannya STAD (Student Teams Achievement Division) sebagai variabel eksperimen 2.

Metode untuk menganalisis data keadaan awal adalah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 sebelum dikenai perlakuan berdistribusi normal atau tidak.

Langkah-langkah pengajuan hipotesis adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis yang digunakan

H0 : Peserta didik mempunyai peluang yang sama untuk dapat dipilih menjadi obyek penelitian.

Ha : Peserta didik mempunyai peluang yang tidak sama untuk dapat dipilih menjadi obyek penelitian

2) Menentukan statistik yang dipakai

Rumus yang dipakai untuk menghitung normalitas hasil belajar peserta didik yaitu chi-kuadrat.

3) Menentukan

(52)

38 4) Menentukan kriteria pengujian hipotesis

H0 diterima bila 2hitung < 2 pada tabel chi-kuadrat

Ha diterima bila 2hitung 2 pada tabel chi-kuadrat 5) Rumus yang digunakan: 19

k

= Harga Chi-Kuadrat

Oi = Frekuansi hasil pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan

k = Banyaknya kelas interval taraf signifikansi 5% maka data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah k

kelompok mempunyai varian yang sama atau tidak. Jika k kelompok mempunyai varian yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.

Langkah-langkah pengajuan hipotesis adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah

Ho : 12 = 22 Ha : 12 22 Keterangan:

12 = Varian kelompok eksperimen 1 22= Varian kelompok eksperimen 2 2) Menentukan statistik yang dipakai

19

Gambar

Tabel  2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri20
Tabel 2.3 Skor Perkembangan Anggota Kelompok
   Gambar 2.4 Gaya Berlawanan Arah yang bekerja pada suatu benda
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesalahan pada aspek ini yaitu kesalahan yang dilakukan siswa dalam menentukan apa yang dimaksud atau ditanyakan dalam soal cerita pokok bahasan barisan dan

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasihNya memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan

Berdasarkan telaahan hasil percobaan mengenai “Pemanfaatan Flavonoid Sebagai Stimulan Simbiosis Antara Mikoriza Dengan Bibit Manggis In-Vitro Pada Tahap

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

NAMA PAKET PENGADAAN KEGIATAN

Tingkat infeksi cendawan Entomophthorales tertinggi mencapai 46,3% yang terjadi pada kutu putih di tanaman pepaya di Bubulak, sedangkan tingkat infeksi terendah terjadi

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, Pengelolaan tempat